Anda di halaman 1dari 6

Terik matahari menjadi bumbu tambahan untuk siang Yang suram ini.

Hari ini sangguh


melelahkan di tambah beberapa cobaan Yang datang di kemudian.

Bel pulang sekolah berbunyi, dua orang gadis SMA ber jalan dengan terburu- buru untuk
suatu tujuan.

Gita : “ Laras ayo cpt!! Ughh angkotnya mana sih?!”

Laras : “bawel! Ini gue juga Udh lari kali, angkot nya aja ga dateng dateng.”

Gita : “Nah tuh !! Tuh angkotny, ayo woe.” ( sambil nunjuk angkotnya)

Laras : “iya iya, sans napa jgn kek org kesurupan gitu...”

Akhirnya mereka menemukan apa Yang mereka cari, angkot. Tak berpikir lama mereka
pun menaiki angkot tersebut.

Saat di angkot...

Laras : “woe lo tau ga sih?!”

Gita : “apaan?!!”

Laras : “jadi gini, gue mau cerita.”

Gita : “ha?”

Laras : “lo nyadar ga sih akhir akhir ini banyak anak punk? Kaya itu tuh itu, ga bgt
eeuuw.” (Nunjuk keluar jendela)

Gita : “eh bener juga lo, dia jalan ke sini tuh. Mo ngapaen sih eehh?!?!”

Laras : “Serius loe?!”

Gita : “seriuss.”

Laras : “Demi apa?!”

Gita : “lo liat aja sendiri!”

(Anak punk masuk angkot)

Ferdy (anak punk) : “ehh cewe..” (mencolek)

Gita : “ihhhh apansih!?? Jijik tau ga?!”

Laras : “pergi lo! Cari sensasi bgt dah!”

Ferdy (anak punk) : “eeeitts Nyanyi dulu neng.”


(Laras dan gita memasang wajah jijik)

Ferdy (anak punk) : “jangan kan untuk bertemu... memandang pun saja sudah tak boleh.
Apalagi bernyanyi bersama Bagai hari laluu..”

Laras : “aduhhh kupingg guee!! Kiri mang kiri!!”

Gita : “ga berpendidikan bgt sih.”

(Udh turun angkot trs bayar)

Gita : “nih mang, untuk anak sekolah lebih murah kan.” (Ngasih 5 ribu berdua)

Deni (mamang angkot) : “enak aja! Kurang 5 ribu!”

Laras : “apanya mang! Kita naik dari smandaks turun kenanga masa 5 ribu per orang.
Yang korupsi cukup petinggi besar aja dah.”

Deni (mamang angkot) : “ga bisa gitu neng, saya narik sepi tadi, tambahan bayaran lah.”

Gita : “mang! Kita masih anak sekolah lho mang! Mamang kira kita Udh bisa cari uang
sendiri?!”

Ferdy (anak punk) : “Udh neng jgn ributt.. sini abang Yang bayarin..”

Laras : “Ihh, ini lagi satu! Dari tadi! Knp ga turun turun coba?! Udh lah git kita pergi aja!”

Gita : “yuk ah, ga jelas semua pada! Satu korupsi satu tidak senonoh.”

(Laras dan gita pergi)

Ferdy (anak punk) : “total brp mang?”

Deni (mamang angkot) : “30 ribu”

Ferdy (anak punk) : “buset! Gua cuma nyanyi Bentar Udh 30 ribu aja?! Bener bener nih
korupsi.”

Deni (mamang angkot) ; “saya juga kan cari uang mas, buat nafkahin keluarga.”

Ferdy (anak punk) : “Ydh ydh nih! Makan tuh duit!”

Kejadian yang tidak terduga, bertemu dengan anak punk dan di tambah mamang angkot
Yang bisa ter bilang korupsi. Kejadian-kejadian Seperti itu masih terus berdatangan di
lingkungan sekitar.

Laras dan gita Yang sudah sangat kesal dengan hari nya itu tak sengaja bertemu dengan
seorang Banci genit di pertigaan sumampir.
Ferdy (banci) : “sekuntum mawar merah aaaa Yang ku berikan kepadamu di malam
itu...” (sambil joget)

Laras : “psst git, ini banci napa jalan mendekat ya?”

Gita : “buset takut gua.”

Ferdy (banci) : “neng geulis Pisan... skincare mahal yaa??”

Laras : “aduh apaan dah ckckck.”

Ferdy (banci) : “bagi duit dong neng cantik..aku kan juga mau skincare an.. Biar tambah
geulis kaya neng gini.. yuewy”

Gita : “Ihh lo apaan sih?! Mo lo pake skincare mahal pun muka kaya aspal gitu ma ga
akan mempan.”

Laras : “bahahaha woe git, bukan kaya aspal lagi itu ma”

Gita : “kaya apa?”

Laras : “kaya Sampah masyarakat, Udh kgk bisa di daur ulang. Awoakowkaowk.”

Ferdy (banci) : “eel kalian kurang ngajar ya sama aku! “

Gita : “lari ras lari!”

Laras : “eeebuset”

Ferdy (banci) : “sini kalian, jgn lari! Mo kmn woe! Kurang ajar!”

Nafas Yang terenggah- enggah mengikuti di kemudian. Laras dan gita akhirnya bisa
kabur dari seorang banci Yang mengejar mereka entah untuk skincare atau untuk ejekan
mereka.

Langkah lari mereka berhenti di sebuah lampu merah, dan yang setelahnya terjadi masih
dapat terbilang suram.

Laras : “hhhhh cape bgt woe! Kek nya Udh ga keliatan deh batang hidung nya”

Gita : “iya woe! Udh udh hhhhh cape”

Laras : “btw. Ini kita dmn?”

Gita : “kita lari jauh juga ya.. ini kan lampu merah alun alun.”

Laras : “mantap deket.”

Gita : “eh lo liat ga sih pengemis itu?”


Laras : “Ihh kasian bgt! Ga tega gue.”

Gita : “ayo nyebrang, Pen sedekah gue.”

Laras : “yuk.”

(Nyebrang)

Bizhar (pengemis) : “sedekahnya neng..” (sambil menyodorkan mangkok )

Gita : “sehat sehat Yaa pak.” (Sambil memberi sedekah.”

Laras : “maaf ya pak cuma bisa ngasih segini..” (sambil memberi sedekah)

Bizhar (pengemis) : “Makasih banyak Yaa neng, Semoga di berikan kelancaran dalam
menjalani kesehariannya.”

Gita : “iya pak.”

Tak beberapa lama, hujan pun turun dengan deras nya.. laras dan gita dengan cepat
berlari mencari tempat untuk berteduh.

Laras : “Napa nih tbtb hujan..untung ada nih halte.”

Gita : “iya mana deras lagi..”

Laras : “hmmm”

Gita : “eh ras, liat deh pengemis Yang tadi.”

Laras : “Wah serius itu? IP?! pengemis?!”

Gita : “Kayanya lagi nelfon deh, eeeh?!”

Laras : “woe Serius itu dia bisa berdiri woe! Ga buntung!”

Gita : “kena tipu dong kita?!?!”

Laras : “Wah mantap, untung gue Udh ikhlas.”

Kejadian tak terduga memang suka tak di duga duga datang. Seorang pedagang asongan
menghampiri mereka.

Deni (pedagang asongan) : “maaf neng, itu ma emg udh terkenal di sini, pengemis
tukang bohong.”

Laras : “Demi apa?! Kalau lo Udh tau, Napa lo ga bilang git?!”

Gita : “Ihh mana gue tau! Lagian juga yang ngomong bukan gue, sebelah kiri lo tuh!”
Laras : “eeh iyatah?!” (Trs nengok ke kiri)

Laras : “aduh maaf pak”

Deni (pedagang asongan) : “ya gpp, cuma mau ngasih tau aja, lain kali jgn ketipu lagi.”

Gita ; “iya pak Makasih ya pak.”

Deni (pedagang asongan) : “Kemarin sy liat dia naik mobil mahal, apa ya namanya lupa.
Pokoknya ma mahal, pengemis mana bisa punya.”

Laras : “Miris nya Cilegon..”

Gita : “miris nya dunia woe!”

Laras : “ya sama aja..”

Deni (pedagang asongan) : “banyak hal Yang harus di tindak lanjuti. Tapi rakyat bisa
apa?”

Laras : “petinggi negara juga tidak peka.”

Gita : “bukan tidak peka, mereka saja melakukannya.”

Deni (pedagang asongan) : “bagaimana bisa maju bila kita dipimpin oleh seorang
koruptor?”

Laras ; “pikir aja sendiri pak.”

Hujan pun reda, laras dan gita pergi meninggalkan halte, mereka memutuskan untuk
kembali ke sekolah.

Gita : “eh ras gue Baru nyadar.”

Laras : “ha?!”

Gita : “kunci motor gue ketinggalan di sekolah.”

Laras : “woe Serius lo?!”

Gita : “iya! Balik ke sekolah lah!”

Laras : “maksud gue, lo Serius bawa motor?!”

Gita : “iya hehe baru inget gue, lupa tadi.”

Laras : “trs ngapain kita naik angkot dari tadi?!”

Gita ; “iya juga.. entah”


Ada kalanya pikun sementara itu datang, kepikunan gita memberikan banyak
pengalaman, pengalaman untuk laras dan gita, mereka yakin hari ini adalah hari Yang
tak kan terlupa.

Tamat.

Anda mungkin juga menyukai