Anda di halaman 1dari 12

Thread by @siskanoviw on Thread

Reader App – Thread Reader App


POCONG PENDAK PAHING

Based On True Story

Penulis @siskanoviw (https://twitter.com/siskanoviw)

@bacahorror (https://twitter.com/bacahorror) @IDN_Horor


(https://twitter.com/IDN_Horor)

#bacahoror (https://threadreaderapp.com/hashtag/bacahoror)
#ceritahoror (https://threadreaderapp.com/hashtag/ceritahoror)
#hororindonesia (https://threadreaderapp.com/hashtag/hororindonesia)
#ceritamistis (https://threadreaderapp.com/hashtag/ceritamistis)
#pocong (https://threadreaderapp.com/hashtag/pocong) #ceritapocong
(https://threadreaderapp.com/hashtag/ceritapocong)

Kalau like banyak, langsung aku tulis besok yaa..

Sore itu dayat memandangi langit yang mulai mendung. Dibarengi suara
cangkul yang bersautan disampingnya. Dayat mencoba mengatur nafas
agar tidak berdetak cepat.

Baju yang dia lepas dan dia gantung dipundaknya menjelaskan bahwa
dirinya sangat lelah dan juga ongkep (Kepanasan).
"Durung mari tah rek, ayo wes ndang didudug. Selak teko engko mayit e."
ucap dayat kepada ketiga temannya yang sedang mencangkul tanah
makam.

(Belum selesai kah teman, ayo cepat digali. Nanti mayatnya segera
datang.)

Saat itu terdapat salah satu penduduk desa yang meninggal.


Sebenarnya, sudah beberapa hari mereka menggali tanah satu ke tanah
lainnya.

Bukan mau berburuk hati, cuma mereka lebih melaksanakan tugasnya


saja. Hal yang penting bagi mereka adalah bayaran.

Ya, karena dibayar mahal saja jadi mereka mau menggali tanah yang bisa
berlubang dan
Tidak muncul keanehan lagi seperti sebelumnya.

Sebenarnya dalam hati mereka merasa bingung saja, mereka mendapati


bahwa orang yang meninggal dan akan hendak dikubur tersebut sudah 3
hari lamanya tiada.

Namun, selama itu penggali kubur merasa kesulitan lantaran tidak ada
tanah
Satupun yang mudah digali.

Hal tersebut memang sudah terbiasa mereka alami. Tetapi untuk jangka
waktu begitu lamanya. Mereka baru mengalaminya hari ini.

"Yat, koyok e gaiso mudun maneh. Akeh watu. Rompal kabeh iki paculku."
ucap salah satu temannya.

(Yat, sepertinya tidak bisa


Turun lagi. Banyak batu. Rusak semua ini cangkulku.)

Dayat menghepa nafas yang sangat panjang. Dirinya dan teman-temannya


pusing karena sudah seharian ini menggali namun tak menemukan galian
yang bagus.

"Biyuhh... Biyuhh.. Sambat iki nyambut gawe. Gak sambat iki kudu mesoh
ae."
(Haduh.. Haduhh.. Mengeluh ini sedang bekerja, tidak mengeluh ini
pengen mengumpat terus)

Teman-temannya mengikuti dayat yang duduk diatas. Mereka melepas


lelah dengan berbincang mengenai hal-hal aneh yang sedang terjadi.

Tiba-tiba terdengar suara sepeda motor yang menghampiri


Mereka.

"Loh rek, lapo iki kok podo turu-turuan ?! Gurung mari tah makam e ? Piye
iki wes jam setengah limo." ucap dedik yang turun dari sepeda motornya.

(Loh, kenapa ini kok tidur-tiduran ?! Belum selesai kah makamnya ?


Bagaimana ini sudah jam setengah lima.)

Dayat memandangi
"Coro nok kene onok siluman, aku ngongkon demit wae seng dudug. Ra
mikir opo, sedinoan kene ora nemu lemah seng tepak haree." jelas dayat

(Kalau ada siluman disini, aku menyuruh setan saja yang menggali. Gak
mikir apa, seharian kita tidak menemukan tanah yang bagus.)

Hening.
Sembari merapikan peralatannya dayat dan teman-temannya
memutuskan untuk tidak lanjut. Bukan tidak mau, namun karena mereka
tidak sanggup jika dipaksa untuk meneruskan. Lagipula cuaca saat itu
akan turun hujan.

Sementara dayat beberes peralatan, dedik langsung pulang utk segera


Mengabarkan kejadian tersebut kepada keluarga dirumah duka.

Sesampainya dirumah duka, dedi segera menemui keluarganya. Disana


terlihat pak galih beserta keluarga yang sedang susah. Apalagi ibu pak
galih yang tertunduk sayu disamping mayat almarhum.

"Assalamualaikum wr wb pak"
"Waalaikumsalam wr wb. Iya dek dedik. Bagaimana ? Apa sudah siap ?"
tanya pak galih.

Dedik mencoba memberanikan diri untuk mengucapkan apa yang terjadi.


Wajahnya yang terlihat terpaksa tersenyum sudah disadari oleh pak galih
saat itu.

"Apa ada yang mau dek dedik sampaikan ?"


"Anu, jadi begini mas galih. Ngapunten ingkang agung. Makamnya belum
bisa selesai. Ada kendala kecil mas, sepertinya menunggu besok lagi.
Penggali juga sudah pulang karena kelelahan." ucap dedik pelan.

Pak galih hanya menghela nafas panjang. Dirinya sudah tahu apa yg
akan..
Disampaikan dedik waktu itu, pasti hal yang sama seperti kemaren.

Pak galih hanya bisa menoleh pelan dan merasa kasian kepada ibunya.
Sudah 3 hari ini penggali kesusahan mencari tanah yang bisa digali untuk
ayahnya.

Jelas terlihat susah sekali wajah ibunya. Semasa hidupnya ayah


-Nya hanya membuat susah ibunya saja. Pak galih hanya bisa pasrah
untuk keadaan itu kepada Allah SWT. Hanya Allah yang dapat memberi
jalan keluar saat itu kepada keluarganya.

"Monggo pak (ucapan permisi)" jelas dedik kepada pak galih.

Kemudian pak galih mendekati ibunya.


"Bu, mboten dahar rumiyen ?" ucap pak galih. (Bu, tidak makan dulu ?)

Ibunya melihat galih dengan tatapan pasrah.

"Apa dedik sudah kesini le (nak) ? Mesakne tenan (Kasian sekali)


bapakmu lih.. Kok harus nanggung hal seperti ini ? Ya Allah." ucap ibunya
seraya menangis.
"Kita punya Allah bu. InsyaAllah pasti dibantu untuk menemukan jalan
keluar. InsyaAllah." ucap galih dengan menepuk halus kedua pundak
ibunya.

Haripun berganti. Hingga hari kelima barulah mereka mendapat kabar baik
dari penggali kubur.

Penggali kubur masih sama, dayat dan


Teman-temannya. Dayat semalam sebelum hari itu bermimpi.didatangi
lelaki tua agar jenazah dikebumikan ditanah paling ujung sendiri.

Saat dilihat dilokasi ada tanah yang bisa digali dan letaknya paling ujung
tak berteman dengan kuburan lainnya.

Dayat dan teman-temannya sangat


Mudah sekali menggali diarea tersebut. Meskipun wilayah itu lumayan
singup.

Akhirnya, selesai menggali temannya yg bernama wanto bertanya kepada


dayat "Yat, yo aku ora mikir elek ya. Sedo e pak kamto karo nemune
makam e pendak pahing, coba itungen yat. Lak bener toh ?" jelasnya
(Yat, ya tidak mau berpikir jelek. Meninggalnya pak kamto sama
ditemukannya makamnya tiap pahing (nama tanggal pasaran jawa), coba
hitungen yat. Benar kan ? )

Dayat menoleh kearah wanto dan melebarkan jarinya

"Pahing, Pon, Wage, Legi, Pah.... Iyo seh. (Benar sih)". Saut dayat
"Wes to, gausah dipikir. Ayo ndang di singkrihno disek. Mayit mariki teko."
ucap dayat.

(Sudah to, Tidak perlu dipikir. Ayo cepat bereskan dulu. Jenazah sebentar
lagi datang.)

Wanto mendengus.

Mereka merapikan peralatan ke tempat yang agak jauh karena nantinya


banyak orang.
Ternyata benar, jenazah datang dan warga bertingkah agak mencurigakan.

Ternyata, telah terjadi sesuatu yang tidak diketahui dayat dan temannya
dirumah duka.

Proses pemakaman berlangsung, dayat mulai risih dengan kedatangan


lalat yang banyak sekali. Lalat hijau.
Serta bau tak sedap yang sangat menyengat saat itu. Dayat
memperhatikan jenazah yang dibuka kurung kerandanya.

Warga yang saat itu merasa kaget lantaran jenazah mengeluarkan cairan
hitam dari bawah.

Tetapi, hal itu tidak menghalangi mereka untuk segera mungkin mengubur
jenazah
Hari berlalu. Kejadian itu menyisahkan beribu tanda tanya dibenak setiap
orang. Maklum, jenazah sampai lima hari dirumah hanya menunggu tanah
kuburannya.

Dayat yang saat itu ngopi diwarung sawah sedang mendengarkan kabar
tentang penyebab kematian ayah dari pak galih.
"Yungalah yu, bener. Percoyo o lah nang aku. Pak kamto iki mari medeni
wong kampung sebelah. Aku gak goroh, wes tah rungokno ceritoku.." ucap
ngatimin yakin.

(Oalah mbak, benar. Percayalah keadaku. Pak kamto ini habis menakuti
orang kampung sebelah. Aku tidak bohong, sdhlah dgr
Ceritaku.

Ngatimin saat itu menceritakan bahwa terdapat salah satu warga desa
kampung sebelah yang telah didatangi oleh sosok menyeramkan yang
mana sosok tersebut mirip pak kamto.

Sosok itu memperingati bahwa akan datang kepada seluruh warga yg


datang ke pemakamannya.
"Ndi enek, wong mati iki iso kondo ngunu cak... Ya Allah, lucu men riko iki."
saut dayat

(Mana ada, orang meninggal ini bisa bilanh begitu cak... Ya Allah, lucu
banget kamu ini.)

Ngatimin hanya memandang dayat dengan serius. "Jajal tak delok,


awakmu ditekani ra mariki."
(Coba kulihat, kamu didatangi apa tidak sebentar lagi.)

Dayat hanya menggerakkan bibirnya sembari mengejek ngatimin yang


berkata diluar logika, baginya.

Dayat membayar kopi yang dipesannya dan kemudian pergi pulang.

"Disik yo ?!"

(Duluan ya)

"Wokeee" saut ngatimin santai.


Malam hari saat itu terasa sunyi sekali. Dayat bingung mau melakukan
apa. Dirinya duduk didepan rumah dan menatap ke langit.

Dirinya kemudian mengingat kejadian yang selama ini dia pendam sendiri.

Hal yang dayat akan ingat selama hidupnya. Tiba-tiba terdengar suara
yang..
memanggilnya.

"Yat.... Yat... Dayat... Gawat ya.." ucap temannya wanto. Wanto berjalan
tergesa-gesa mendekati dayat yang malam itu sedang asyik meminum
kopi dan ngelamun.

"Aku wedi yat, pirang dino iki aku gaiso turu. Ono seng ngawasi aku." ucap
wanto

(Aku takut yat, beberapa


Hari ini aku tidak bisa tidur. Ada yang mengawasi aku.)

Dayat hanya tersenyum ringan sembari menghisap batang rokok yang


berada ditangannya.

"Ora usah khawatir to, timbang abot digowo mati." ucap dayat pelan

(Tidak perlu khawatir to, daripada berat dibawa mati.)


"Tapi yat, pasti awak dewe bakal celoko. Yakin aku, soale iki uduk perkoro
sembarangan." ucap wanto.

(Tapi yat, pasti kita akan celaka. Yakin aku, soalnya ini bukan perkara yang
sembarangan.)

Dayat hanya tetap tersenyum dan menghisap sisa batang rokok


ditangannya.
"Tak enteni teko e." ucao dayat pelan.

(Aku tunggu kedatangannya.)

Wanto yang saat itu merinding dengan perkataan dayat sungguh tidak
habis berpikir dengan ulah dayat yang wanto ketahui.

Wanto menyesal karena memilih diam dan membiarkannya. Awalnya


wanto membiarkan karena dia..
Juga memiliki perasaan kesal yang akan dia bawa sampai kapanpun.
Tetapi, hal itu menjadi sebuah kesalahan terbesarnya saat itu.

Kini dia menyesal dan sangat takut sekali karena sudah 3 hari ini dirinya
diganggu oleh sosok yang tak terlihat batang hidungnya.

Hanya suara aneh


Yang selalu muncul dan terdengar oleh telinga wanto.

Wanto beranjak pulang dan memilih untuk berdiam diri saja dirumah.
Dirinya sudah takut bukan main karena hal aneh yang selalu dialaminya.

Dalam pikirannya hanya terbayang saat diringa dan dayat memakamkan


jenazah pak kamto
Ternyata, mereka saat itu melakukan hal yang cukup gila, pasalnya
kelakuan mereka sangat berani dan bisa tidak dicurigai oleh warga yang
ikut ke pemakaman.

Dayat dan wanto diam-diam telah membuat kesepakatan bahwa mereka


tidak akan membuka tali pocong pak kamto saat itu.

...
..

Wanto merebahkan dirinya diatas kasur. Dia terlihat sangat tertekan


sekali. Belum lama dia merebahkan badan. Wanto merasakan pukulan
dibawah kasurnya.

Pukulan itu meskipun pelan tp sangat keras sekali. Hingga wanto merasa
risih dan menengok apa yang berada dibawah ranjangnya
Wanto merasa aneh, karena ranjangnya makin tak terkendali saat dirinya
menelusuri lebih jauh apa yang berada dibawah.

Wanto mengurungkan niat untuk melihat kebawah ranjang dan mulai


ketakutan.

Dia bergegas berlari menuju pintu. Namun, tiba-tiba..


Bau busuk yang menyengat muncul kemudian menyerang setiap sudut
kamar wanto dan *Braaaakkkkk* pintu tertutup dengan sendirinya.

Wanto terkejut bukan main, hingga dirinya tidak sadar sudah kencing
dicelana.

Wanto sadar dan sudah merasakan bahwa sosok tersebut sudah berada
di
Belakangnya.

"Akkkkkkkkghhhh, khakhhhhhhhh !" suara gerangan kecil berhembus


dibelakang leher wanto.

Dirinya memilih untuk membuka pintu, memanggil istrinya yang menonton


tv diruang depan.

Wanto dengan kencangnya menggedor pintu agar terdengar, namun


semua itu mustahil
Kemudian dia merasakan terdapat tali yang dengan pelan melilit lehernya.
Tali itu seperti tali kafan.

Lilitan itu membuat wanto susah sekali bernafas dan menoleh kearah
belakang. Namun, betapa terkejutnya wanto ketika melihat sosok pocong
denga rupa yang tidak karuan.
"hmmm (suara tangisan pocong yang khas) tulung...tulung.." suara lirih
hampir tak terdengar dari sosok tersebut.

Wanto menyadari siapa sosok yang berada didepannya. Bukan lain adalah
arwah kamto. Dirinya meminta pertanggungjawaban untuk wanto
membuka tali pocongnya..
Wanto mengerang kesakitan karena lilitan tali itu semakin kencang dan
kencang. Hingga tamparan keras dan siraman air membangunkannya dari
mimpi buruk yang dia alami barusan.

Hal itu membuat wanto bangun dan ketakutan. "Ya Allah. Celoko..
Celoko.." ucap wanto panik.
(Celoko : Celaka)

Istrinya cuma menghela nafas panjang. Kemudian menepuk pundaknya


agar pelan-pelan sadar.

"Mas, samean iki kok mimpi buruk ya beberapa hari ini. Ada apa ? Kalau
ada pikiran yang berat. Aku loh mau ngrungokno (dengerin)." ucap istrinya
pelan.

Wanto mengelus...
Dadanya.

Dia kemudian menangis sejadi-jadinya. Wanto menyesal dengan apa yang


telah terjadi.

"Aku lek eruh bakalan koyok ngene, emoh aku. Wes cukup. Ra tenang
uripku." ucap wanto kepada istrinya.

....
(Aku kalau tahu akan seperti ini, tidak mau aku. Sudah cukup. Tidak
tenang hidupku.)

Istrinya hanya kebingungan dengan perkataan wanto yang semakin hari


semakin tidak jelas.

Istrinya sudah khawatir karena wanto diam-diam berbicara sendiri


didepan cermin atau saat dia sendiri.
Hari itupun berlalu, cerita mengarah kepada dayat.

Dayat selain tukang gali kubur dia juga berprofesi sebagai pencari belut
disawah. Tiap malam dirinya selalu mencari belut disawah dekat kuburan.

Malam itu bertepatan dengan malam rabu pahing. Ternyata, dayat


merasakan keanehan
Dimalam itu. Dirinya merasa aneh saja, karena pada hari pahing
sebelumnya dirinya mengalami kejadian yang aneh.

Saat tidur dayat merasa dipeluk oleh seseorang dari belakang. Namun,
saat ditoleh tidak ada siapapun kecuali guling yang menemaninya.
Hal itu dianggap angin berlalu oleh dayat. Namun, dalam sekejap dia
tertidur lagi badannya tiba-tiba tidak bisa bergerak seperti tertimba
sesuatu.

Ingin bangun namun tidak bisa. Dayat yakin bahwa dirinya sedang
mengalami kejadian yabg disebut "Tindihen" katanya kalau tindihen
Itu ada makhluk halus yang sedang duduk diatas tubuh kita saat tidur.

Untung kejadian itu hanya beberapa menit terjadi. Ternyata kejadian itu
membuat dayat mulai sedikit takut.

Dia tidak pernah merasa khawatir seperti ini untuk hal apapun.
Dayat bergegas untuk mencari belut. Dirinya berjalan kaki menuju sawah
tersebut.

Sesampainya disawah, seperti biasa dayat menyetrum belut yang muncul


pada genangan air.

Belut muncul saat malam hari, sehingga dayat untuk mencarinya harus
menunggu malam.

Dgn dibantu penerangan


Lampu senter dikepalanya. Dayat lebih tenang karena pandangannya saat
itu bisa jelas.

Setengah jam dirinya mencari belum, tersengar suara benda berjalan


dirumput. Entah apa itu, dayat berpikir bahwa itu adalah ular.

Namun, suara benda itu dibarengi dengan suara rintihan.


Suara itu jelas sekali nyata dan terdengar olehnya berkali-kali. Hingga
dayat berniat pulang dan berhenti untuk mencari belut.

Dayat merasa sudah tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Dia sedikit
berlari saat pulang, tiba-tiba terdapat benda yang menyentuh rambutnya.
Sentuhan itu memantul diatas kepala dayat. Dayat berhenti sejenak untuk
melihat.

Ternyata sebuah pemandangan yang sebelumnya tidak disangka oleh


dirinya.

Sesosok pocong yang berdiri melayang diatasnya dan posisi wajahnya


menunduk kepadanya membuatnya takut.

Dayat terkejut.
"Am....pun... Pakkk.. Ngap...ngapp...ngapuntenn." ucap dayat sambil
berlari.

(Ampun pak, mohon maaf.)

Dayat berlari sekencang-kencangnya dan dikejar oleh pocongan tersebut.

Hingga ditengah jalan, dayat mengalami sebuah kejadian yang merubah


hidupnya.

Dia tersandung dan terjatuh


Kepalanya membentur salah satu batu nisan yang dekat dengan jalan.

Kepalanya mengeluarkan darah yang sangat banyak dan kejadian itu


berlalu. Hingga pagi harinya, dayat ditemukan warga yg hendak pergi ke
sawahnya tergeletak tak bernyawa disana.

Kejadian tersebut membuat wanto


Jiwanya semakin tidak terkendali. Karena hanya tersisa dirinya yang
mengetahui kebenaran yang terjadi.

Wanto semakin tidak kuasa untuk bersembunyi dimanapun yang dia rasa
tempat yang aman.

Istrinya menangis karena wanto hampir tiap pahing seperti orang gila.
Dirinya seperti
Sedang dihantui oleh sosok yang istrinya tak mengerti dan melihatnya.

Wanto sedang berada di kamar mandi. Dirinya berusaha menjadi manusia


normal tanpa harus dihantui sosok yang selama ini mengganggunya, iya
arwah pak kamto yang tidak tenang.

Dia menyiram air ke rambutnya


Namun, saat dirinya mencoba tenang dengan mandi, wanto melihat
kepulan asap yang masuk kedalam genteng.

Asap aneh berwarna hitam pekat, asap itu menggulung pelan dan
menutupi kamar mandi tersebut.

Wanto mencoba tenang dan tidak panik. Tetapi dirinya menjadi tidak
konsentrasi
Ketika diatasnya terdapat wajah seram yang mengintip. Wajah berbalut
kain yang masih terikat erat diatasnya.

Wanto hampir terjatuh karena sangat terkejut oleh kedatangan pocong


pak kamto itu.

Wanto memandangi dengan wajah yang ketakutan. Manakala pocongan


tersbut menganga dan
Memuntahkan cairah busuk dari mulutnya.

Tiba-tiba pocong tersebut mengeluarkan darah yang tembus ke kain yang


membalutinya.

Amis anyir, wanto yabg gugup segera mengambil handuk dan berlari
keluar.

Dia memanggil istrinya dan menjerit bahwa ada pocongan ysng sedang
melihatinya
Istrinya menghampirinya dan melihat kedalam kamar mandi. Tetapi istri
wanto tidak melihat apapun disana.

Wanto kemudian tertawa tak henti-hentinya. Istrinya kemudian bingung


apa yang sedang wanto lakukan.

Dirinya semakin tidak waras saja. Wanto bertingkah seperti biasa


Seperti tidak terjadi apapun barusan. Istrinya semakin bingung hingga
suatu hari istri wanto dan keluarga sepakat membawa wanto ke rumah
sakit jiwa.

Namun, sebelum dibawa ke rumah sakit jiwa, istrinya penasaran dengan


apa yang dialami oleh suaminya.

Dengan wajah yang sedih


Istrinya bertanya kepada wanto yang sedang tertawa terbahak-bahak
tanpa diketahui alasannya.

"Mas, sebentar lagi kita pergi. Sebelumnya aku mau tanya ke mas wanto.
Apa ada sesuatu yabg belum mas ceritakan ke aku ? Rahasia mungkin ?!"
tanyanya.

Wanto hanya menjawab "Raenek..


.. Dibeleh kabeh wes." ucap wanto (Tidk ada, disembelih semua saja.)

Mendengarkan jawaban wanto yang tidak jelas. Akhirnya istrinya


menyebut nama yang membuat wanto kembali terdiam dan ketakutan.

"Pak kamto mas ?"

Wanto terdiam lama dan kemudian menjawab.

"Aku salah." ucapnya


"Aku salah, dayat tambah salah. Aku mung loro ati soale dilarani." ucap
wanto sembari menangis.

(Aku salah, dayat lebih salah. Aku hanya sakit hati karena disakiti.)

"Apa salahmu mas ?"

Wanto melihat istrinya tersenyum

"Tali pocong kamto durung tak cepot. (Blm aku lepas.)"


Setalh kejadian itu, istrinya menemui keluarga pak kamto dan
menjelaskan apa yang telah terjadi.

Akhirnya kuburan pak kamto dibongkar dan tali pocong dilepas.

Hingga haripun berlalu.

Istringa yang mengantar wanto kerumah sakit berpamitan kepada wanto


yg sedang berdiri di lorong
Suaminya hanya memandinganya dengan tataoan yang kosong.

Istrinya hanya melepasnya dengan perasaan yang berat. Istrinya


menggendong anaknya yang masih kecil dan bergegas untuk pulang.
Namun wanto tak berkutik sama sekali.

Wajahnya yang datar dan tatapan yang kosong membuat


Istrinya semakin tak tega.

Istrinya berjalan jauh pergi.

Sesampainya di pintu keluar, daei kejauhan istrinya ingin melihat wanto


untuk mengikhlaskan hatinya agar dirinya membiarkan wanto sendiri
disana.

Istrinya menoleh dan suatu pemandangan yang tidak terduga.


Istrinya hanya bisa menutup mulut dan matanya berlinang air mata.

Perasaan terkejut meronta didadanya.

Dirinya melihat sosok pocong yang menyeringai dengan tatapan tajam


kearahnya. Pocongan itu berada persis dibelakang wanto. Ceritapun
berakhir.

....
Terimakasih, selesai sudah cerita pocong pendak pahing. Terus dukung
karya-karyaku.

Terimakssih yang selama ini selalu setia membaca tulisanku, mohon


maaf jika selama penulisan terdapat kesamaan nama dan tempat. Aku
akhiri

Wassalamualaikum wr wb.

SELESAI.
•••

Missing some Tweet in this thread? You can try to


force a refresh
(https://threadreaderapp.com/thread/1398683442892525571.html#)

Anda mungkin juga menyukai