Anda di halaman 1dari 6

Pergaulan Gado-Gado

Adegan 1
Di sebuah desa hiduplah satu keluarga yang terdiri dari Seorang suami bernama Bejo tapi
nasibnya tidak bejo sama sekali. Pak Bejo memiliki istri yang bernama Titin Kartini, seorang
penjual gado-gado yang gaya nya selangit. Mereka memiliki seorang anak yang bernama
Kartimun, nama ini terinspirasi dari nama sayuran yang ada di Gado-gado yaitu Ketimun.
Suatu ketika …
Istri : He Penonton!  Buah pinang kulit serabut/ manis-manis kue bidara/ duduk
tenang jangan ribut, orang sukses mau bicara….  Saya sama bapak dan anak-
anak keluarga sukses. Nama saya Titin Kartini, ini suami saya Bejo. Disingkat
jadi TeKaBe. Kayak nama partai!
Suami : Partai itu PeKaBe!
Istri : Anak saya namanya Kartimun. Anak saya cantiknya luar biasa. Ya Pak yah?
Duh tuh anak luar biasa. Sering juara di kelas peringkatnya nomor sepatu. Pada
saat teman-teman belum pada datang, dia sudah berkencan dnegan penjaga
sekolah. Dia juga paling cantik di kelas. Saking cantiknya, banyak yang ngejar-
ngejar anak-anak cowo, bahkan gurunya. Eh, orang kantin juga ngejar-ngejar
sampe ke rumah! Heh tuh anak mujur bener nasibnya. Iya kan pak?
Suami : Iya…
Istri : Kata guru olahraganya, Pak Lasiran. Anak saya juara untuk bidang lompat
pagar. Setiap hari gak pernah alpa, sekolah terus. Minggu kegiatannya ekskul,
ekskul musik piano, drum. Kemana-mana dia suka bawa piano dan drum. Tanggal
merah saja dia sekolah terus. Si Kartimun walaupun, gak dikasih uang jajan, soal
cari duit tuh anak pinter banget. Padahal gak bawa duit, masuk pasar eh pulang
bawa sayuran. Ya pak ya!
Suami : (kesal) Begini ya Bu. Hari ini kita mau makan apa ya?
Istri : Cita-citanya… cita-citanya apa pak?
Suami : (sinis) pilot
Istri : Iya pilot. Disekitar sini kan belum ada orang yang cita-citanya pilot. Emang sih
teman-temannya bercita-cita pengan jadi pemulung. Pemulung itu bukan cita-cita,
nasib…
Suami : Bu, pelan-pelan. Bapak juga pemulung.
Istri : Walaupun pemulung tapi kan bapak bukan pemulung biasa. Kalau bapak kan
spesialis pemulung sandal di masjid.

Orang 1,2 : (masuk) Kartimun….. Kartimun…….. Kartimun. (Nyanyi) Kartimun, kangkung


kacang kol 2x. Terong-terong, Hejahe-jahe, Kartimun, Cabe, Kangkung toge… 3x
Bapak-Ibu, apakah Kartimun ada dirumah? Kami ingin ngajak belajar bersama

Istri :  Kartimun, anakku cantik luar biasa, tidak ada dirumah. Dia sedang menuntut
ilmu, guna mencapai cita-cita masa depan agar brguna bagi nusa, bangsa, dan
agama. (Nyanyi) Indonesia tanah airku! Merah darahku! Merah punggungku,
merah bibirku…..
Suami : Bu bukan begitu. (Nyanyi) Indonesia tanah air beta…..
Istri    : Cukup, pak.
Orang  1,2  : Tapi bu, sekolah kan diliburkan. Guru-gurunya rapat. Bener bu!
Istri : Ahhh kalian ini. Bohongin banget. Hari gini sekolah gurunya rapat, gak
mungkiiiiiiin.
Orang  1,2 : Begini loh Bu, Kartimun dalam beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Biar
tidak tertinggal pelajaran, kami mau mengajaknya belajar bersama.
Suami   : Bu…
Istri : Ahhh, pergi-pergi kalian. Tadi anakku berangkat kok. Kami juga mau ke arisan!
Ayo Pak!

Keluar

Adegan 2
Orang 3 adalah siswa yang rajin sekolah juga rajin usaha. Siswa ini berjualan koran untuk
membantu orang tuanya dalam menghidupi kebutuhan hidupnya. Sepulang sekolah ia selalu
membawa dagangannya. Di suatu tempat…
Orang  1  : Nanti lulus SMA kamu mau kuliah ke mana?
Orang  2  : Mau masuk ke UNTER
Orang  1  : UNTAR kali…
Orang  2  : UNTER, Universitas Terkenal. Kamu mau kemana?
Orang  1  : Kalau aku mau masuk UGD, Universitas Gawat Darurat. Aku mau masuk
fakultas kedodoran, eh kedokteran gigi. Spesialis gigi taring.
Orang  3  : (memandang ke satu arah) Eh, ada orang 1 dan 2. Gimana ya apa aku pergi saja
dari sini nanti aku malah di ketawain lagi karena berjualan koran. Astagfirullah
gak boleh gitu ra, ngapain kamu harus malu sama mereka, kamu kan tidak
melakukan kesalahan. Lagian kamu juga bekerja yang halal ngapain harus malu.
Tenang ra tenang, kamu pasti bisa.
Orang  1,2 : (masuk) Hai ra, ngapain kamu disini sendirian?
Orang  3 : Jualan dong
Orang  1 : Bagus….. Bagaimana laku dagangannya?
Orang  3 : Alhamdulillah…
Orang  2 : Kamu lihat Kartimun gak?
Orang  3 : Nggak tuh, ada apa memang nya?
Orang  1 : (mengingat) Tapi… Ah… Mudah-mudahan bukan
Orang  3 : Maksudmu?
Orang  1 : (ragu) Cuma mirip kali… Aku melihat orang mirip Kartimun digandeng
cowok, jalan, lalu naik taksi kearah kota. Tapi mudah-mudahan bukan Kartimun.
Orang  2 : Aku juga pernah lihat dia turun dari sedan, dandanannya menor.
Orang  3 : Memangnya ada apa sih?
Orang  1 : Kita cuma khawatir kalau Kartimun…..
Orang  2 : Terlibat pergaulan gado-gado…..
Orang  3 : Siapa yang jadi kacangnya?
Orang  2 : Eh! Ra gimana dagangnya sudah selesai?
Orang  3 : Emang nya kamu mau beli?
Orang  2  : Iya, aku mau beli.
Orang  3 : Habis. Alhmadulillah ..
Adegan 3
Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, mereka pun bertemu Kartimun.
Orang 1 : Heeh, itukan ketimun eh Kartimunn
Orang 3 : Oh iya tuh, yok kita samperin
(berjalan ke arah kartimun)
Orang 2 : Ehh kartimun kamu kenapa ? kok keliatan pucat gitu?
Kartimun : Ehh, temen-temen, aku gak papa kok, Cuma sedikit pusing
Orang 3 : Nah, kamu dari mana kok pake seragam sih?
Orang 2 : Mana dandanannya menor lagi
Orang 1 : Kayak Cabe…*eehh
(semua melihat kearah Sandra)
Kartimun :Heeh. Kalo pake seragam yaa dari sekolah lah gimana sih (berjalan
meninggalkan teman-temannya)
Orang 3 : Loh bukannya hari ini Tanggal merah ya(?)
Orang 1 : Kita laporin aja sama orang tuanya
Orang 2 : Ayoo
Orang 3 : Ehh ntar kalo orang tuanya gak percaya gimana?
Orang 1 : Kita coba aja dulu
(keluar)
Adegan 4
Dirumah, kedua orang tua Kartimun sudah menunggu kedatangan Kartimun. Ehh bukannya
Kartimun yang datang malah temen-temennya yang datang.
Nada : Assalamualaikum. Tante, kartimunnya udah pulang?
Pak Bejo : Waalaikum salam, belum nih. Kalo udah pulang ngapain om dan tante nungguin
dia disini
Titin : Ehh kok malah bapak yang jawab? ( sinis)
Orang 1 : Nah itu kartimun (menunjukkan tangannya ke arah Kartimun)
Istri : (mengamuk, menarik kuping anaknya sambil mengomel) Kartimun kamu
kemana saja selama ini hah? Kemana? Ini anakmu pak. Ini anakmu. Bukan
anakku, bukan… bukan …
Suami : Ini anak kita Bu, anak kita…
Istri : Tidak!
Suami : Anak kita.
Istri : Dasar Bapak sih. Bagaimana sih jadi bapak, tidak becus mendidik anak!
Suami : Anakku, memangnya kemana saja kamu selama ini?
Kartimun : Sekolah.
Suami : Sekolah dimana?
Krtimun : Dimana-mana. Di warnet, di mall, di….. ya dimana saja-lah…
Suami : Astagfirullah
Kartimun : (Bingung) Memang kenapa bu?
Istri : Ini kamu tidak lulus… Apa kata Dunia… Anak keluarga sukses tidak lulus!
Petugas : (Masuk) Selamat siang. Saya Polisi. Kedatangan saya kesini mau menangkap
anak bapak ibu.
Suami-isteri : (Terkejut) Memangnya kenapa?
Petugas : Anak Bapak-ibu diketahui sebagai pengedar obat-obat terlarang.
Kartimun : Enggak kok pak, saya gak pernah ngedarin yang gita-gituan, saya kan….
Polisi : Curhatnya  nanti saja, kan saya bukan Mama Dedeh. Sekarang kamu ikut saya ke
kantor polisi.
Titin : Kartimunnn…
Kartimun ditangkap tidak ada yang menyangka bahwa karimun adalah salah satu pengedar obat-
obatan terlarang.

SELESAI
Epilog : Kartimun, anak yang di bangga-banggakan ibu-bapaknya itu gagal memperoleh ijazah.
Dia tidak lulus. Gaya hidupnya yang glamour, suka keluyuran dan seing meninggalkan sekolah
menjadi penyebabnya. Selain itu kebiasaan buruk dan keterlibatannya dengan pengedaran barang
haram mengantarkannya ke pintu penjara. Sementara itu teman-temannya sekolahnya yang rajin
belajar dan berusaha tengah sibuk mempersiapkan diri untuk pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi demi menggapai cita-cita bagi masa depan yang gemilang.
Amanah :
Kita semua memiliki status yang saama yaitu sebgai pelajar, seharusnya kita rajin belajar dan
berusaha agar bisa membanggakan kedua orang tua kita.

Anda mungkin juga menyukai