Anda di halaman 1dari 37

CERITA ANAK MAN 1 OKU

Ada cerita di sebuah Madrasah megah yang bernama


Madrasah Aliyah Negeri 1 OKU . Di sekolah megah ini
terdapat sebuah kelompok yang jahat yang sukanya
menindas kelompok yang baik. Disamping itu juga ada
siswa baru dari Paris yang datang ke Indonesia, karena
mengikuti orang tuanya yang pindah Kantor ke
Indonesia. Ia juga bertemu dengan siswa yang sama dari
Paris di kelas. Berikut ini tokoh-tokohnya serta karakter
yang dimiliki dari masing-masing tokoh:
Pemeran:
Kelompok Baik

v Tya (Zahra) : Anak rajin, suka membaca dan menasehati, serta


berwawasan luas.

v Lia (Tina) : Agak lemot, lucu, dan woles.

v Dodo (Adam) : Pendiam, dan suka ngantuk kalau di Kelas.

v Pipin (Murti) : Clemang-clemong, tapi semua kata-katanya bermakna,


dan positif

thinking.

.Ø Kelompok Jahat
v Rifky (Stevens) : Leader geng jahat, dan gak mau disalahin.

v Ainun (Sinta) : Tomboy, pengawal di geng jahat.

v Nabila (Gita) : Up to date banget, galak.

Ø Siswa Blasteran

v Diart ( Arya ) : Mau bergaul dengan siapa saja.

v Farida (Fezka) : Siswa baru yang datang dari Paris dan menilai salah tentang
budaya

Indonesia.

Ø Guru favorit MAN 1 OKU

v Pak Rian (Sarbini) : Guru Favorit MAN 1 OKU


NASKAH DRAMA

CERITA ANAK MAN 1 OKU

Di kelas murid-murid bernyanyi bersama, tiba-tiba Pak


Rian datang.
Pak Rian : “Selamat pagi anak-anak.”
Murid-murid : “Selamat pagi pak.”
Pak Rian : “Pagi ini kita kedatangan siswa baru dari
luar negeri.”
Ainun : “Waaahh swasta dong pak, hehe..”
Pak Rian : “Huusst sembarangan aja kamu ini,
dengerin dulu. Silahkan kenalkan diri
kamu.”
Farida : “I want to introduce myself. My name is
Farida. I come from Paris.”
Murid-murid : “Waaa Paris..”
Nabila : “Paris darimana?? Perempatan
Ciamiss?? Haha..”
Rifky : “Aaaah sok banget lu pake bahasa
Inggris. Ini Indonesia guys!”
Pak Robin : “Apakah kamu bisa berbahasa
Indonesia??”
Farida : “Bisa pak.”
Nabila : “Halaah tuh bisa bahasa Indonesia. Udah
pake bahasa Jawa aja! Bahasa
Planet juga boleh.”
Dodo : “Emmm ada apa ini rame-rame??”
(terbangun dari mimpi panjangnya)
Pipin : “Alaaah kamu tuh yah molor mulu.”
Dodo : “Hehehe.. maaf-maaf. Semalem abis
begadang nonton bola.”
Lia : “Iyaa semalem yang menang kan Taufik
Hidayat.”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, atlet
Taufik Hidayat itu pemain bulu tangkis,
bukan sepakbola Lia.”
Lia : “Oh iya yaaa.”
Pipin, dodo : “Huuuuh tell me!!”
Pak Rian : “Lho lho lhoo.. Kenapa pada sibuk sendiri??
Farida, kamu sekarang boleh
duduk.Kamu bisa duduk disamping
Diart. Dia juga murid blasteran asal
Paris lho. Benar kan Diart??”
Diart : “Iya pak. Papa saya dari Paris.”
Rifky : “Udah, sana gabung ama spesies yang
sama.”
(Saat Farida menuju ke bangkunya, tiba-tiba Farida jatuh
karena disandung yang disebabkan oleh kaki Ainun, dan
kelompok jahat makin ricuh. Diart datang dan membantu
Farida untuk berdiri).
Diart : “Kamu gak apa-apa??”
Farida : “Gapapa kok. Makasih yaa. Orang
Indonesia gak sopan yah.”
Pak Rian : “Bapak tidak mau kalau nanti mendengar
berita bahwa Farida dikerjain
sama kalian-kalian.”
Rifky : “Huuh bule gadungan.”
Diart : “Hei bisa gak sih ngehargai orang!”
Pak Rian : “Sudah, sudah! Sekarang pelajaran Sejarah
Indonesia. Kita akan membahas
tentang globalisasi dan pengaruh barat
yang merugikan Indonesia. Disini
ada yang tahu apa itu globalisasi??”
Lia : “Saya pak. Globalisasi adalah gabungan
dari kata global dan sasi. Jadi kalo dibalik akhirnya
menjadi sasi dan global. Kemudian dapat diketahui lebih
mendalam lagi arti globalisasi itu
adalah suatu global yang ada di
Indonesia. Tapi akhirnyaa..”
Pipin : “Akhirnya globalisasi! Terus artinya apa
Lia?!!”
Lia : “Hehehe ya globalisasi.”
Pak Rian : “Hmm ada yang tahu? Dodo, kamu lagi
ngapain??”
Dodo : (Terbangun) “Eh iya. Ada apa pak?”
Pak Rian : “Apa yang kamu ketahui tentang
globalisasi??”
Dodo : “Heehh, apaan tuh?? Hehehe maaf pak,
saya tidak tahu.”
Tya : “Saya tahu pak. Menurut buku yang
pernah saya baca, globalisasi itu...”
Pak Rian : “Yaahh kurang lebihnya memang seperti
itu. Globalisasi itu membawa
pengaruh bagi bangsa Indonesia.
Berdampak baik, namun juga berdampak
buruk.”
Tya : “Tapi lebih banyak pengaruh buruknya,
pak. Contohnya saja dalam ber-
pakaian. Orang barat memakai
pakaian mini dan sangat tidak sopan.
Pergaulan juga semakin bebas pengaruh
dari luar.”
Diart : “Maaf. Tapi pak, pengaruh luar juga
sangat mendukung kelancaran
teknologi di Indonesia. Teknologi di
Indonesia semakin canggih, kan
berkat globalisasi.”
Dodo : “Betul itu pak. Berkat teknologi, aku jadi
bisa Facebook-an, Twitter-an,
What’s App, dan lain-lain.”
Pipin : “Iya pak. Yang paling aku suka, aku bisa
lebih mudah ngerjain tugas. Kan
tinggal browsing ajah. Hehe ups..”
Lia : “Emm tapi tetep aja Indonesia lebih
hebat daripada luar negeri. Di luar
negeri kan gak ada Borobudur,
Prambanan, Pulau Komodo. Pokoknya
Indonesia hebat deh.”
Tya : “Tumben, bener ngomongnya.”
Lia : “Hehe iya dong. Catet ahh biar kagak
lupa!”
Farida : “Di luar negeri juga banyak kok hal-hal
yang indah kayak gitu. Ada menara
Eiffel, Gedung Parlemen, Tembok
Cina, dan masih banyak lagi.”
Rifky : “Yeee dia sok tau.”
Diart : “Emang kamu pernah ke luar negeri?!”
Rifky : “Emm ya, yaa udah dong.”
Nabila : “Lhoh, kapan ky??”
Ainun : “Kayaknya belum pernah deh.”
Rifky : (Ekspresi malu, dan berbisik) “Diem
lu pada!”
Pak Rian : “Kalian itu yah, dijelasin malah pada bahas
sendiri-sendiri. Ya sudah,
sekarang bapak lanjutkan ya. Apa
peranan dari...”
(Bel istirahat berbunyi. Dengan cepat kelompok jahat
lagsung keluar kelas)
Ainun : “Waah istirahat! Ayo ke kantin!!”
Nabila, Rifky : “Ayoo ayo!”
Pak Rian : “Heii! Dasar murid-murid ga sopan! Gurunya
belum keluar udah lari ke
Kantin. Ya sudah, bapak akhiri ya anak-
anak. Selamat siang..”
(Murid lain juga pergi ke kantin dan meninggalkan kelas.
Tinggal Diart dan Farida)
Diart : (Memasang headset dan bernyanyi
dengan suara keras)
Farida : (Menarik headset Diart) “Aku benci
Indonesia.”
Diart : “Kalo kamu benci Indonesia, kenapa
kamu pindah ke Indonesia??”
Farida : “Papaku pindah kantor ke Indonesia. Jadi
terpaksa aku ikut.”
Diart : “Terus yang bikin kamu jadi benci
Indonesia apa??”
Farida : “Indonesia sangat terikat dengan adat.
Serba penuh aturan! Gini gak boleh
gitu juga gak boleh. Banyak larangan!
Sebel!!”
Diart : “Betul itu! Tapi kamu harus bisa
nyesuaiin diri sama lingkungan disini.
Dulu aku juga kayak kamu. Pake Gelang
aja langsung disuruh lepas
Pokoknya banyak aturan deh.”
Farida : “Iya. Beda banget sama di Paris. Kita
bebas ngelakuin apa aja.”
Diart : “Sipp. I agree with you.”
Farida : “Temen-temen disana juga asik-asik. Ga
kayak disini yang bikin eneg! I
dislike that!”
Diart : “Sabaarr.. Oya, pulang sekolah nanti
hang out yuk. Aku ajak kamu muter-
muter Baturaja deh. Gimana??”
Farida : “Okee. Emm aku laper nih. Ke Kantin
yuk!”
Diart : “Yuk. Let’s go!”

(Rifky, Ainun, dan Nabila berjalan sambil bernyanyi


bersama. Lalu mereka menghampiri mading sekolah. Di
sana telah ada Pak Rian yang membawa brosur
pengumuman.)
Pak Rian : “Anak-anak, ini ada pengumuman penting
tentang Anniversary Party
MAN 1 OKU.” (Kemudian pergi)
Nabila : “Ky, Nun, gimana kalo kita ikut dance??”
Ainun : “Oke sip setuju aku. Tapi ngedance
apa??”
Rifky : “Emmm itu lhoo ngedance yang kayak
kuda.”
Ainun : “Ganggang style??”
Rifky : “Ahh iyaa itu betul!”
Nabila : “Hm gangnam style kaleee. Ga sekalian
gang tujuh, gang delapan, gang
sembilan...”
Ainun : “Hahaha jangan deh, itu aja yang kayak
gini.” (Joget ala suffle)
Nabila : “Itu mah gaya orang mabok. Ada-ada aja
lu.”
Rifky : “Apa india aja?? Aca aca mehere
tumhara kuchekkuchek klambineee..”
(Sambil memperagakan tari india)
Ainun : “Aaah itu mah film kesukaan emak gue.”
Rifky : “Emak gue juga. Hahaha oya pulang
sekolah ntar kita latihan lho ya.”
Nabila : “Yaudah yuk ke Kantin. Yuk cusss”
Setting masih di madding.
Tya : “Waaah ada info baru nih! Tentang
kesenian. Seru nih, menurut buku
yang pernah aku baca, kesenian tari itu
kesenian yang mengandalkan
gerak tubuh seseorang untuk
berekspresi.”
Pipin : “Iya iyaa.. Udah tau. Gak usah dijelasin
juga udah paham!”
Lia : “Emang tadi Tya jelasin apa??”
Dodo : “Akhh elu! Bener-bener lola ya! Kalo
disamain ama dispenser yah itu
Pentium! hehe.”
Tya : “Menurut buku yang pernah aku baca,
dispenser itu gak ada pentium. Yang
ada mah computer kale.”
Dodo : “Upss salah lagi deh.”
Pipin : “Emm kita perform tari tradisional aja
yuk.”
Lia : “Waahh setuju! It’s good idea!”
Dodo : “Iya, nanti Tya aja yang ngajarin kita-kita.
Dia kan jago banget.”
Tya : “Oh ya dong. Tya gituu lhhoo..”
Pipin : “Okelah kalo begitu..”
Diart : “Excuse me, kalian mau ikut perform
ya??”
Lia : “Oh iyaa dong. You??”
Farida : “Emm iya. Tapi I’m confuse. Aku gak tau
mau perform apa. Belum ada
bayangan.”
Pak Rian : (Datang dengan membawa bolpoin)
“Saya menemukan bolpoin. Ada yang
merasa kehilangan??”
Farida : (Mencari bolpoinnya) “Maaf pak, itu
milik saya.”
Pak Rian : “Ini milikmu??”
Farida : “Thank you, sir.” (Menerima pake tangan
kiri)
Pak Rian : “Baiklah. Saya ke kantor dulu ya.”
Dodo : “Hei kamu gak sopan yah!”
Farida : “What’s??”
Pipin : “Iya. Masa nerima bolpoin pake tangan
kiri??”
Farida : “Terus masalahnya apa??”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, kalo
menerima pemberian dari orang lain
apalagi dari orang tua harus
menggunakan tangan kanan. Biar sopan.”
Diart : “Iyaa betul itu.”
Farida : “Alaaahh di Paris aja bebas kok.”
Diart : “Tapi kamu harus menyesuaikan.”
Farida : “Tapi Diart, kita hidup secara rasional
dan freedom. Gak semua harus ada
aturan!”
Dodo : “Hellooo mbak yuu!! Tapi ini Indonesia!
Kamu tau resikonya kan kalo
tidak dapat menyesuaikan adat??”
Farida : “Aku tak pernah takut dengan resiko!
Aku bukan orang-orang Indonesia
yang suka berpikir terlalu panjang kali
lebar untuk memperhitungkan
resiko yang gak jelas!”
Diart : “Udah, udah! Masa Cuma gara-gara
tangan kanan or tangan kiri aja kita jadi
berantem?”
Lia : “Tapi ini masalah kesopanan. Kita orang
timur harus melestarikan yang namanya kesopanan!
Kita kan punya pendirian.”
Pipin : “Iya. Aku gak suka ada orang yang
meremehkan kesopanan.”
Farida : “Terus sekarang kalian mau apa kalo aku
gak sopan??”
Diart : “Udah jangan berantem! Walaupun kita
beda ras dan suku, gak seharusnya
diperdebatkan seperti ini. Maaf temen-
temen, mungkin Farida perlu
adaptasi yang lebih.”
Tya : “Okee. Semoga tidak terulang lagi.”
Dodo : “Udah yukk ke kelas. Aku ngantuk.”
Pipin : “Yaahh elu mah emang Master Sleepy!”
(Tya dan kawan-kawan memasuki kelas sambil
berbincang)
Tya : “Heii gimana rencana yang tadi??
Jadi kan kita tari tradisional?”
Rifky : “Ekhemm. Ciyee ada yang mau
nari jaipongan nih yee.. haha”
Ainun : “Idihh kampungan banget dehh..”
Lia : “Udah deh gak usah pada sirik! Iri
kan elu pada!”
Nabila : “Jiaaahhh ga level! Kita mah
ngedance gitu lho. Iya ngga guys??”
Tya : “Hei kamu orang Indonesia kan??
Seharusnya kamu melestarikan budaya
Indonesia. Bukan malah menjelek-
jelekan budaya Indonesia.”
Pipin : “Bener banget tuh. Sok kebarat-
baratan!”
Rifky : “Eh sok tau banget lu pada!”
Dodo : “Kayak kita dong bisa nyanyi lagu jawa.”
(Menyanyi suwe ora jamu)
Lia : “Kita juga bisa nyanyi lagu yang
lain.” (Nyanyi lagu apuse)
Ainun : “Alaahh Apuse kan orang gila yang
ada di perempatan nusa indah!”
Tya : “Huu sembarangan banget kamu!”

(Diart dan Farida dating. Dan mereka jalan menuju ke


bangku mereka sambil menyanyikan sebuah lagu).
Nabila : “Eh bule kembar silang! Mau gak
gabung ngedance sama kita?”
Diart : “Of course. Kita juga lagi bingung nih
mau perform apa.”
Rifky : “Oke dah sip. Ntar pulang sekolah kita
latihan ya. Dan gue ga mau ada
yang pulang duluan.”
Farida : “Tapi sorry, aku ntar harus ke Apotik
dulu mau beli obat.”
Ainun : “Yaudah deh.”
(Pak Robin datang ke kelas dan membawa kabar gembira
untuk murid-murid.)
Pak Rian : “Siang anak-anak.”
Murid-murid : “Siang pak..”
Pak Rian : “Bapak bawa kabar gembira buat kalian
semua. Hari ini ada rapat sehingga
jam pelajaran cukup sampai jam ini
dan kalian boleh pulang sekarang.
Silakan berkemas-kemas.”
Murid-murid : “Horeee.. Pulangg..”
Ainun : “Doo bee doo bee doo bee doo bae..”
Murid-murid : (Sambil pulang menyanyi bersama)

Di Aula. Sudah ada Rifky, Ainun, dan Nabila yang sedang


latihan dance.
Rifky : “Huh si bule kembar silang kemana aja
sih?! Lama banget. Udah ngoyolot
nih!”
Ainun : “Masih mending lu, daripada gue uda
ngoyot ngembang plus berbuah lagi!”
Nabila : “Yaa baguslah. Kalo lu pada berbuah kan
tinggal gue yang petik, di panen,
truss gue jual. Income deh. Haha”
Ainun + Rifky : “Hehh enak banget lu!”
Nabila : “Iya dong. Hehe”

Tiba-tiba Diart dan Farida datang dari apotik dengan


ngos-ngosan.
Ainun : “Hey. Ini dia nih orangnya!”
Diart : “Aduh guys, sorry yaah kita telat. Tadi di
Apotik ngantrinya panjaaaaaang
banget. Berasa kayak ngantri BLT tuh
tadi.”
Rifky : “Ouh pantes. Tadi selain ke Apotik,
sekalian ngantri BLT juga ya?!”
Nabila : “Semedi dulu yah tadi? Gak tau apa kita
udah nunggu mpe berhari-hari
Cuma buat latihan??”
Ainun : “Sejam Nabila! Gak nyampe sehari kale.
Lebay ah lu!”
Diart : “Kayaknya malah ga ada sejam kok kita
pergi.”
Rifky : “Alahh! Yaudah sana play lagunya!”
Diart : “Oke.” (Ngeplay lagu)
Rifky : “Jiaahh bukan itu lagunya! Masa lagu
dangdut sih!”
Diart : “Hehe maaf. Yang ini kan??” (Ngeplay
lagu campur sari)
Ainun : “Aaarrggh! Payah banget sih loe! Sini sini
gue aja yang play. Ga becus
banget!” (Sambil dorong Diart)
Diart : “Yaahh sorry. Aku kan gatau.”
Nabila : “Masa bule gak tau lagu-lagu modern?!
Kampungan banget sih loe!”
Ainun : “Naahh ini dia lagunya. Yaudah yukk
latihan!”

Lalu mereka latihan dance. Dan akhirnya latihan pun


selesai.
Rifky : “Ahh cape banget. Farida, tolong ambilin
gue minum dong!”
Nabila : “Sekalian ambilin gue handuk ya!
Keringetan nih!”
Farida : “Ohh oke oke!”
Ainun : “Hey, kenapa gue gak diambilin
sekalian??”
Farida : (Berjalan menuju Nabila, dan
dilemparkan handuknya ke muka Nabila)
“Heh! Kamu pikir aku pembantu kalian
yang bisa disuruh-suruh
seenaknya aja?!”
Diart : “Iya nih! Jangan mentang-mentang
Farida murid baru ya, terus kalian bias
seenaknya aja!”
Rifky : “Halah. Cius?? Miapa??”
Nabila : “Mie goreng. Goreng apa??”
Ainun : “Goreng ikan. Ikan apa??”
Rifky : “Ikan mas! Masalah buat loe??!”
Farida : “Udah. Udah! Kita ga jadi ikut ngedance
bareng kalian deh!”
Diart : “Heeh! Lebih baik kita pergi aja. Kita juga
bisa ngedance sendiri kok!
Tanpa kalian pun kita bisa! Yuk Far.”
Farida : “Oke. Yuk cabut!!” (Keluar dari Aula
bareng Diart)
Rifky : (Ga lama kemudian juga pergi)
Nabila : “Eh ky. Mau kemana??”
Rifky : “Pulang!”
Ainun : “Ikut pulang ah!”
Nabila : “Yaahh kok gue di tinggal sendirian?
Heyy tunggu!!”
(Mengejar Rifky dan Ainun)

Tya dan kawan-kawan memasuki Aula.


Lia : “Yeee Aula kosong! Kita bisa gunain
buat latihan sampeee puass!!”
Pipin : “Iya! Selangkah lebih maju!! XL
sampe puaaasss!!”
Dodo : “Lah loh! Kok malah promosi sih??”
Tya : “Yaudah yukk kita latihan aja.”
(Ngeplay lagu)
Dodo : “Tyaa.. Aku malu nih kalo disuruh nari
beginian. Aku ga bisa..”
Lia : “Waaahh optimis dong. PD ajah
kali! Biasanya juga malah malu-maluin.”
Pipin : “Yaps betul! Gak beda jauh juga
sama kamu! Haha”
Tya : “Ssstt menurut buku yang pernah
aku baca, malu itu diperbolehkan, tapi
kalo untuk masalah perform
didepan orang banyak kita mesti PD!”
Dodo : “Yaaahh tetep aja malu.”
Lia : “Ahh udah lah gapapa. Ayoo
mulai!”
Tya : (Memimpin) “Satu dua tiga empat
lima…”

Diart dan Farida yang melihat latihan Tya dan kawan-


kawan dari luar Aula.
Diart : “Tarian mereka bagus juga yah.
Unik.”
Farida : “Iyaa.. Aku jadi tertarik buat
gabung sama mereka.”
Diart : “Hah! Ide bagus!!”
Farida : “Tapi aku gak enak nih gara-gara
tadi abis debat sama mereka.”
Diart : “Ih gapapa. Mereka baik-baik kok.
Mereka pasti maklum. Percaya deh
sama aku.”
Farida : “Bener yaa. Yaudah deh yuk ke
sana.”

Diart dan Farida menghampiri mereka yang sedang


latihan.
Farida : “Temen-temen, kita boleh
gabung??”
Tya : “Emm ada apa nih??”
Diart : “Emm ga ada apa-apa kok. Kita
Cuma tertarik aja sama tarian kalian
barusan.”
Pipin : “Hehe iyaaa. Baguskan??”
Farida : “Iya bagus!”
Lia : “Eh tapi bukannya kalian tadi udah
gabung sama kelompoknya Rifky CS??”
Diart : “Iya sih. Tapi sekarang enggak.
Soalnya mereka semena-mena sih sama
kita.”
Dodo : “Wah baru tahu yaaa??”
Lia : “Baru tempe aja deh! Tempe apa??
Tempe orek, tempe goreng, apa tempe
mendoan?? Apa lagi kalo pake sambel.
Puedeess puool. Mantep! I like it!”
Tya : “Wahh kamu nih pikirannya makanan
mulu!”
Pipin : “Duh jadi laper nih!”
Tya : “Emm gimana kalo kalian gabung aja
sama kita-kita??”
Dodo : “Naah sip. Setuju!”
Diart : “Waaahh. Gimana Far??”
Farida : “Oke deh. Tapi by the way sorry yah guys
buat yang tadi. Aku salah
menilai Indonesia.”
Tya : “Oh itu. Ga apa apa kok Far.”
Pipin : “Tenang! No problem..”
Lia : “No smoking!”
Dodo : “Haha emang siapa yang ngerokok??”
Lia : “Hehe gak ada sih.”

Lagi-lagi Pak Rian datang dengan tiba-tiba.


Pak Rian : “Siang anak-anak. Kenapa kalian belum
pulang??”
Tya : “Eh ini pak. Kita lagi latihan tari buat
perform di Anniv nya MAN 1 OKU
yang ke 30 tahun pak.”
Pak Rian : “Owalah.. Ya bagusslah kalo begitu.
Partisipasi kalian memang penting.
Tapi sekarang udah sore lho yah.”
Pipin : “Iya pak. Ini juga udah selesai kok.”
Farida : “Iya pak. Kita juga mau pulang sekarang.
Iya kan Di??”
Diart : “He’eh. Gimana kalo kalian pulang
bareng kita. Aku bawa mobil kok.”
Dodo : “Ohehe oke oke. Itung-itung hemat
ongkoslahh.”
Lia : “Ya udah, kami pamit pulang dulu yah
Pak.”
Pak Rian : “Iya iya silakan. Hati-hati yaa.”

Malam Anniversary 30 tahun MAN 1 OKU.


Pak Rian : “Selamat malam bapak/ibu guru, dan siswa-
siswi MAN 1 OKU. Selamat datang dalam puncak acara
Anniversary 30 tahun MAN 1 OKU. Malam ini kita akan
menampilkan beberapa per-
formance dari siswa-siswi MAN tercinta
ini. Ga pake lama-
lama, langsung saja kita sambut
penampilan yang pertama dari kelompok
Rifky dan kawan-kawan.”
Kelompok Rifky perform. Namun sangat tidak
memuaskan karena Rifky jatuh disaat mereka sedang
menampilkan tarian dance moderennya di atas
panggung.
Pak Rian : “Yaahh beri tepuk tangan yang meriah
untuk perform pertama. Bagus
bukan?? Walaupun ada sedikit masalah
tapi tidak akan mengganggu
jalannya party malam ini. Dan untuk
performance selanjutnya, ini dia
penampilan Tya dan kawan-kawan
dengan tari tradisionalnya.”
Tya CS menari dengan kompak dan sangat luwes. Benar-
benar memuaskan audience. Dan tiba saatnya salam
penutup dari Pak Rian.
Pak Rian : “Oke. Sayang sekali waktu sudah
menunjukkan pukul 10.00 WIB. Artinya
acara Anniversary 30 tahun MAN 1 OKU
telah selesai. Saya
pribadi mohon maaf jika ada perkataan
saya yang kurang berkenan dan
saya ucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam acara
ini. Selamat malam.”

Di belakang panggung.
Ainun : “Heh! Maksud loe itu apa?? Pake acara
jatoh segala! Malu-maluin gue tau
gak!”
Rifky : “Helloo.. Sorry gue tadi gak sengaja.
Lagian yang kayak gitu aja loe
permasalahin. Gak penting banget!”
Nabila : “Itu penting Rifky Kalo lu tadi gak jatoh,
perform kita pasti ga kacau dan
pasti lebih baik dari Tya and the ganknya
itu!”
Ainun : “Malu-maluin tau gak! Gak terima gue!”
(Dorong Rifky)
Rifky : “Heh gak usah nyolot dong! Biasa aje
dong! Cari masalah ama ague??”
(Dorong Ainun balik)
Nabila : “Duhh kenapa jadi berantem kayak
gini??”
Rifky : “Dia duluan nih, sok banget! Sok cantik
lagi!!”
Ainun : “Eh elu tuh yang sok keren! Apa loe??!”
Eka : “Apa?!” (Makin berantem)
Nabila : “Haduduh udaahh. Jangan brantem!!”

Tya CS datang.
Diart : “Ehh ehh stop stop! Kalian kenapa sih??”
Lia : “Kayak anak kecil aja deh.”
Tya : “Heyy ada apa sih??”
Rifky : “Dia duluan nih yang mulai!”
Ainun : “Apa?? Elu yang cari gara-gara!”
Dodo : “Udah udah!!”
Nabila dan Dodo megangin Rifky. Pipin dan Lia megangin
Ainun.
Nabila : “Udah dong temen-temen, udah!”
Farida : “Kalian tuh anak Indonesia. Gak
sepatutnya berantem seperti ini. Sama
sekali tidak menciri khaskan anak
Indonesia!”
Diart : “Aduuhh udah dong! Kalian kan
sahabatan! Ga perlu lah brantem Cuma
garagara hal sepele kayak gini!”
Tya : “Iya! Jangan nodai persahabatan kalian
dengan sedikit permasalahan.”
Pipin : “Masalah itu bisa diselesaikan dengan
cara baik-baik.”
Rifky : “Tapi dia nyolot duluan! Coba dia gak
nyolot kayak tadi!”
Ainun : “Lu juga tau!”
Farida : “Udahh! Aku pengen kalian baikan!”
Rifky : “Enggak!”
Ainun : “Enggak!!!”
Dodo : “Ayoo dong baikan.”
Lia : “Kalian gak inget apa, gimana dulu kalian
membangun persahabatan kalian
yang begittuuuu indah?! Terus sekarang
rusak gitu aja?? Inget deh gimana
awal persahabatan kalian!”
Nabila : “Iya nih. Jangan brantem dong. Emang lu
pada ga kasian ama gue??”
Pipin : “Persahabatan tuh perlu toleransi dan
pengertian. Dan juga gak Cuma ada di
saat kita butuh doang.”
Diart : “That’s right. Dipersahabatan itu gak ada
yang namanya ego.”
Tya : “Udah sini Rifky!” (Menarik tangan Rifky
untuk bersalaman dengan Ainun)
“Ainun sini!” (Tarik tangan Ainun juga)
“Baikan yaahh.”
Lalu Rifky dan Ainun pun berjabat tangan dan
berpelukan. Mereka kembali akur.
Semua : “Horeee..”
Pipin : “Berpelukaaaaannn.” (Meluk Lia)
Lia : “Ihh kok jadi kita yang pelukan gini??”
Rifky : “Makasih yah guys. Kalian udah
nyadarin kita. Kita selama ini udah jahatin kalian
semua. Gataunya kalian baik banget dan sangat peduli
sama kita-
kita Aku minta maaf yah Ai”
Ainun : “Iyaa Rifky. Aku juga minta maaf sama
kamu.”
Farida : “Okehh. Sekarang kita berteman
semuanya yah!”
Nabila : “Iyaa maaf yaa sekali lagi, kita sering
jahil sama kalian.”
Diart : “No problem..”
Tya : “Gapapa kok Nab. Kita buka lembaran
baru yang indah dimulai dari
sekarang.”
Pak Rian : (Nongol lagi, lagi, lagi daaaan lagi)
“Ada apa ini?? Ada reunian apa ini??”
Dodo : “Yahhh bapak nongol lagi deh. Telat pula.
Hehe ..”
Pak Rian : “Kok kayaknya ada yang ribut-ribut??”
Lia : “Ini lho pak, kita lagi bahas sesuatu.”
Pak Rian : “Ohh gitu. Emang lagi pada bahas apa??”
Farida : “Lagi bahas kalo persahabatan ituuu…..”
Semua : “Bagai kepompongg!! Haha”

Semuanya pun berpelukan sambil bernyanyi bersama


Pak Rian. Cerita MAN 1 OKU pun menjadi semakin indah
dengan persahabatan mereka

Anda mungkin juga menyukai