Anda di halaman 1dari 24

PERISTIWA INI TERJADI PADA SUATU MALAM PADA TAHUN 1951 DI DEPAN KEDAI KOPI

KEPUNYAAN SEORANG PEREMPUAN YANG BERNAMA MIRA.


YANG DI MAKSUD DENGAN KEDAI KOPI KEPUNYAAN MIRA ITU SEBENARNYA SERAMBI
MUKA DARI RUMAH MIRA YANG DI BANGUN JADI KEDAI KOPI, DAN RUMAH MIRA ITU RUMAH
BAMBU. KECIL TAPI MASIH BARU LETAKNYA MENGHADAP KE JALAN, DIDIRIKAN DIATAS
RERUNTUHAN RUMAH BATU YANG HANCUR OLEH TRAGEDI PEPERANGAN, TERPENCIL JAUH DARI
KERAMAIAN.
ENTAH KAPAN RUMAH ITU DIDIRIKAN DI SANA, ENTAH MULAI KAPAN PULA SERAMBI
MUKA RUMAH ITU DI BANGUN JADI KEDAI KOPI,TAPI YANG SUDAH PASTI KEDAI ITU SEPERTI
JUGA KEDAI KOPI YANG LAIN. SELAIN DI PENUHI OLEH PERABOTAN-PERABOTAN YANG
BERSANGKUTAN DENGAN KEPERLUAN PENJUALAN KOPI, DI SANA JUGA DI SEDIAKAN BARANG-
BARANG DAGANGAN YANG SUDAH BIASA DI JUAL, DI KEDAI KOPI.SEPERTI KUE-KUE, ADA LIMUN,
SI GARET, GERETAN PISANG GORENG DAN SEBAGAINYA. DAN SEPERTI KEDAI-KEDAI YANG LAIN, DI
DEPAN KEDAI MIRA ITUPUN ADA BANGKU, PANJANG YANG TERHALANG OLEH MEJA DAN RAK
DAGANGAN SETINGGI DADA. DAN TIDAK ADA PINTU.
MALAM ITU JAM 9 LEBIH, MIRA YANG CANTIK ASYIK MENYULAM DI BELAKANG
DAGANAGAN, DI BAWAH LAMMPU LISTRIK, HANYA KELIHATAN DARI DADA KE ATAS. IBU MIRA
YANG SUDAH BERUSIA LANJUT, ADA DI LUAR KEDAI ASYIK MENGATUR-NGATUR DAGANGAN
DAN DI DEPAN KEDAI, DI ATAS BANGKU DUDUK SEORANG LAKI-LAKI MUDA. MENGHADAP GELAS
KOPI DI ATAS MEJA.

LAKI-LAKI MUDA : (menghabiskan kopinya seraya berkata...) Berapa mira?

MIRA : tiga talen.

LAKI-LAKI MUDA : (seraya menyerahkan uang lima ribu kepada mira) kembali setalen( mira
tak mengasih uang kembalian setelah menerima uang dari laki-laki muda
itu, ia hanya terdiam saja)..... mana kembaliannya?

MIRA : bah..!

LAKI-LAKI MUDA : loh setalen yah setalen? Mana kembaliannya?

MIRA : tapi engkau terlalu lama duduk disini, terlalu lama juga melihat wajahku.

LAKI-LAKI MUDA : memang melihat wajahmu mesti bayar?

MIRA : mengapa tidak? Memangnya istrimu di rumah, cantik seperti aku?

LAKI-LAKI MUDA ITU KEBINGUNGAN, TAPI AKHIRNYA IA BANGKIT BERDIRI.

LAKI-LAKI MUDA : yah apa boleh buat.....”

LAKI-LAKI MUDA ITU TIDAK BERKATA LAGI TERUS ERJALAN MENINGGALKAN WARUNG DAN PERGI
KE ARAH KANAN.
MIRA : (setelah laki itu pergi jauh erjalan) beuh dasar laki-laki berabe!!! setalen
saja di hitung
IBU MIRA : Maklum sekarang sudah bulan tua, mira. Sudah tiga malam berturut-turut
kita kekurangan pembeli. Rupanya orang sudah kehabisan duit. (terus
melihat ke arah jauh sebelah kiri) heh, sepi saja .... ibu lihat hanya ada
seorang laki-laki yang berjalan menuju ke sini. (tiba-tiba terkejut dan bicara
terpongoh-pongoh) mira!! Orang itu kiranya den awal !!!
MIRA : (kepada ibunya seraya masuk ke dalam rumah) katakan saja bu saya pergi
ke toko!! ( laki-laki yang bernama wala itu berumur antara 27 dan 30
tahun. Badanya kurus, rambutnya gondrong tidak di pelihara. Dan ia
datang kedepan warung dengan langkah lesu terhunyung-hunyung. Berat
bunyi suaranya sewaktu bicara.)
AWAL : ( seraya sampai di depan ibu mira) mira ada bu?
IBU MIRA : Ke toko den.... entah akan membeli apa.
AWAL : sudah lama?
IBU MIRA : lama juga.

AWAL YANG BADANYA KURUS ITU LESU DUDUK DI ATAS BANGKU. DUDUK MEMBELAKANGI
DAGANGAN.

AWAL : kapan anak ibu itu berhenti mempertahankan?


IBU MIRA : mempertahankan .... maksud aden?
AWAL : mau di sebut apalagi , kalau selama saya sakit, meskipun berkali-kali
mengirim surat kesini minta supaya mira sudi menengok saya ke rumah, Dia
tak pernah datang..!
IBU MIRA : dia banyak urusan den
AWAL : banyak urusan ? hmmm ya, sekarang saya memaksakan datang kesini dia
tidak ada.

IBU MIRA TIDAK MENJAWAB LAGI , DIAM-DIAM IA MEMASUKI PINTU DI SAMPING RUMAH
SEBELAH KIRI TAK LAMA KEMUDIAN KELUAR DARI PINTU YANG TADI DI MASUKI MIRA ADA DI
DALAM WARUNG.

IBU MIRA : Kopi susu den?


AWAL : biar tak usah bu..

SEJURUS LAMANYA IBU MIRA TERDIAM MEMBELAKANGI AWAL. AKHHIRNYA DIAM-DIAM IA


MENGHAMPIRI RADIO YANG DI TARUH TAK JAUH DARI PINTU KE DALAM RUMAH DAN TRUS
DIAM-DIAM MENYETEL RADIO ITU, SEBENTAR KEMUDIAN RADIO PUN BERBUNYI MEMECAH
KESUNYIAN MENDENGUNGKAN SUARA PEREMPUAN NYARNG LANTANG.

SUARA RADIO : .....dari itu adalah sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum wanita,
supaya di jaman sekarang ini, setelah kita banyak kehilangan sebagai akibat
peperangan, kita kaum wanita mesti lebih giat berjuang berdampingan
dengan kaum laki-laki guna membangun masyarakat damai di tanah air kita
indonesia yang indah dan molek ini. Marilah kita menyingsingkan lengan
baju kita.....”
AWAL : matikan radio itu bu...!!!
IBU MIRA : me..me..mengapa den?
AWAL :omong kosong semuanya juga!!omongan badut. Berjuang
berdampingan ...tanah air indah dan molek!! Enak saja bicara. Dia sendiri
takan tahu apa yang di katakannya. Asal berbunyi saja.
IBU MIRA : be...betul den tak akan minum?
AWAL : saya maubicara dengan mira bu?
IBU MIRA : tapi barangkali akan lama juga dia pergi, tidak dapatkah ibu menolong,
menyampaikan pesan aden kepadanya?
AWAL : saya mau bicara dengan mira sendiri, lain, lain dari omongan orang lain
yang akan saya katakan padanya.
IBU MIRA : tapi den... mira anak ibu hanya manusia biasa saja, jangan aden
mengharapkan yang bukan-bukan dari dia
AWAL : siapa pula yang mengharapkan yang bukan-bukan ? harapan saya dari mira
adalah harapan laki-laki sewajarnya yang menginginkan supaya perempuan
itu jadi kawan hidup laki-laki. Itu harapan saya dan harapan itu tidak bukan-
bukan.
IBU MIRA : maksud ibu den mira itu bukan perempuan dari golongan atas, dia hanya
tukang kopi.
AWAL : apa arti golongan atas di zaman edan seperti sekarang ini? Sangka ibu
perempuan yang berpidato di radio itu dari golongan atas? Perempuan
bicara asal bunyi? Orang-orang macam itulah yang menguasai masyarakat
kita sekarang, orang-orang maunya mengatasi orang lain dengan bicara dan
terus bicara, tak tau jiwanya sendiri kering dan dangkal, dunianya sendiri
sempit, lebih sempit dari warung kopi.

IBU MIRA TAK BERKATA LAGI. DUA ORANG LAKI-LAKI DATANG DARI ARAH KANAN, KEDUANYA
BERUMUR LEBIH DARI 30 TAHUN. YANG SEORANG BERBADAN BESAR TINGGI, DAN MEMAKAI
BAJU BIRU, DAN YANG SEORANG LAGI BADANYA AGAK PENDEK DAN MEMAKAI BAJU PUTIH.
MEREKA DATANG KEDEPAN WARUNG KOPI.

SI BAJU BIRU : mana mira bu?


IBU MIRA : ke toko
SI BAJU PUTIH : AH... kalau tak ada mira kurang senang kita minum di sini.
SI BAJU BIRU : biar... kita tunggu sampai dia datang.

SI BAJU BIRU DAN BAJU PUTIH LALU DUDUK TIDAK JAUH DARI AWAL. DUDUK MENGHADAP
DAGANGAN. TAPI AAWAL YANG DI DEKATI SETELAH MEMPERHATIKAN GERAK-GERIK YANG BARU
DATANG TERUS SAJA BANGKIT BERDIRI DAN MELANGKAH AKAN PERGI.

IBU MIRA : kemana den? Duduk –duduk dulu.


AWAL : biar bu

TANPA BERKATA LAGI AWAL TERUS BERJALAN KE ARAH KANAN TIDAK MENOLEH LAGI KE
BELAKANG. LANGKAHNYA YANG TERHUNYUNG-HUNYUNG DI PANDANG OLEH SI BAJU BIRU. DAN
JIKA DI PANDANG SUDAH JAUH BERJALAN. DIA MEMANDANG KAWANNYA.

SI BAJU BIRU : mengapa dia kecut?


SI BAJU PUTIH : YA,, seperti marah pada kit.
IBU MIRA : dia orang terpelajar.
SI BAJU BIRU : tapi nampaknya seperti orang yang tidak waras otak. Di zaman sekarang
setelah peperanan ini memang tidak sedikit orang yang tidak waras otak. Dia
tentu berasal dari golongan menak ya bu?
IBU MIRA : YA...itu menurut kata orang , tapi orang tuanya bukan sembarang orang.
Namun sekarang dia hidup sendrian.
SI BAJU BIRU : dan tidak lagi terhormat seperti orangtuanya! (kepada baju putih) itulah
celakanya orang dari golongan menak hidup seperti di zaman sekarang.
Zaman sudah berubah, tapi dia masih mau hidup di zaman sebelum
peperangan , di kala golongannya masih di hormat-hormat. Akibatnya
seperti orang yang tidak waras otak.
MIRA : Sudah!!! Jangan membicarakan dia. Toh semua komentarmu itu tidak
benar.!!!
SI BAJU BIRU : Loh engkau rupanya ada mira. Hampir saja aku percaya engkau pergi ke
toko. (kepada baju putih) tahu kau sekarang, bahwa mira pergi ke toko
bukan untuk kita, tapi hanya untuk pemuda yang tidak waras otaknya itu.
SI BAJU PUTIH : ya...kasihan.. sungguh kasihan dengan pemuda yang sial itu.
MIRA : aku bilang jangan membicarakan dia...!!!
SI BAJU BIRU : katakanlah mira, bahwa bagimu kami lebih berarti daripada pemuda itu
MIRA : apa yang lebih berarti ? kalian datang kesini untuk membeli dagangan yang
kujual. Dan itu mesti kuladeni sebagaimana mestinya orang dagang mencari
duit. Tapi pemuda itu.....?
SI BAJU PUTIH : pemuda itu bagaimana?
MIRA : itu urusan aku dan dia, kalian jangan turut campur. Kalau mau minum,
lekas katakan !!! kopi manis, pahit, atau pake susu??
SI BAJU BIRU : dengar bagaimana gagahnya kekasih kita ini berkata !!! dan itulah yang
menyenangkan kita duduk di sini bukan? Sampai larut malam senang kita
nongkrong di sini.
MIRA : lekas katang kopi manis, pahit, atau pakai susu?
SI BAJU PUTIH : oh.... dia menyerang terus..
SI BAJU BIRU : tapi kita jangan kalah. Kita minta kopi susu. Biar taripnya di naikan, kita
takakan mundur hahahah
IBU MIRA : dua-duanya kopi susu?
SI BAJU PUTIH : tentu saja dua bu.. masa beda? Mira mengapa radionya tidak di stel? Biar
kita lebih senang duduk di sini.
MIRA : bah....!! hanya pidato omong kosong melulu.
SI BAJU PUTIH : biar setel saja.
SI BAJU BIRU : tak usah.. tak usah dengar radio kawan .. lihat mira saja kita sudah puas?

PADA SAAT IBU MIRA MENYODORKAN GELAS KOPI SUSU DI DEPAN SI BAJU BIRU DAN
KAWANNYA, LEWAT KE DEPAN KEDAI DARI KANAN SEORANG LAKI-LAKI DAN SEORANG
PEREMPUAN BERPAKAIAN BAGUS- BAGUS. SI PEREMPUAN BERJALAN DI MUKA DAN SI LAKI-LAKI
BERJALAN DI BELAKANGNYA. TAPI DI DEPAN KEDAI YANG SI LAKI-LAKI MELAMBATKAN LANGKAH,
MEMANDANG MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN, DAN IA MEMANDANG TERLALU
LAMA; DEMIKIAN LAMA SIHINGGA PEREMPUAN YANG DI IRINGKANNYA MENARIK TANGANNYA.

SI PEREMPUAN : AYO..!!( si laki-laki yang di perintah menurut dan mempercepat langkah,


tapi si perempuan terus melihat mira, dan setelah lama melihat terus
meludah)

MIRA : (berteriak) hei..! apa arti ludah itu? Takut suamimu di rebut. ?

SI PEREMPUAN : ( melangkah lagi lalu kemudian menyahut) memangnya!!(cepat berjalan


menjauh)

MIRA : pengecut!!!(terus menyemburkan air dan tambahnya lagi setelah


ternyata semburan itu tak berhasill) Mengapa kau tak protes kepada
moyangmu yang melahirkan kau tidak cantik lebih dari aku?

SI BAJU PUTIH TEGANG TERCENGAN, TAPI SI BAJU BIRU ENAK TERTAWA

SI BAJU BIRU : Engkau juga pengecut mira!! Mengapa perempuan itu tidak kau kejar?

MIRA : hmm... memangnya mesti meributkan laki-laki begitu macam?

SI BAJU PUTIH : ada-ada saja mira ini....baiknya kita tidak sampai melihat darah

SI BAJU BIRU : siapa tahu, antara suami istri itu sesampai di rumah keluar darah

SI BAJU PUTIH :untung saja kita belum kawin

MIRA : memangnya kau mengatakan masih bujang? Hiihh bujang?

SI BAJU PUTIH : apa mira?, apa maksud perkataanmu?

MIRA : kalau tidak mnegerti, sudah ! jangan bertanya lagi. Jangan bicara lagi lebih
baik minum kopi. Itu lebih aman.!

SI BAJU BIRU : ya, ya, terkadang kita sebagai tukang kopi mira terlalu pintar. Payah kita
bicara tentang dia. Tempat mira mestinya di sana di...?

SI BAJU PUTIH : di kantor advokat!

SI BAJU BIRU : bukan di kantor advokat?

SI BAJU PUTIH : itu menghina dong. Tempat mira mestinya di sana, di samping paduka
tuan, jadi nyonya paduka tuan, kan di zaman sekarang ini banyak paduka
tuan-paduka tuan yang di zaman peperangan pada bersembunyi takut mati,
tiba-tiba sekarang muncul dengan kedudukannya yang hebat-hebat, saking
hebatnya merasa perlu mempunyai bini dua atau tiga.

MIRA : kau mneghina aku!


SI BAJU BIRU : siapa bilang menghhina? Nyonya paduka tuan, sekaipun jadi nomor dua
atau nomor tiga, sudah pasti tiap hari naik mobil turun mobil, diam di
gedung besar, sebentar-bentar pergi kerestoran dan seminggu sekali
ongkang-ongkangan keluar kota. Pendeknya hidup mewah.(dengan muka di
hadapkan kepada baju putih) tidak seperti kita. Kita di zaman pertempuran
ikut memaggul senjata dan sering-sering hampir mati oleh peluru musuh,
sekarang tetap saja tinggal di gubuk di gang becek.

SI BAJU PUTIH : dunia ini memang tidak beres ! kita yang pernah capek, orang lain yang
merasakan kesenangannya.

MIRA : dari itu aku lebih senang jadi tukang kopi, sebab dari balakang dagangan ini
aku dapat melihat orang-orang yang tida beres rohaninya seperti kalian

SI BAJU PUTIH : kami tidak beres?

MIRA : lantas? Kalau rohanimu beres, buat apa kau meluapkan rasa dongkolmu
terhadap keadaan sekarang di hadapanku? Toh di sini kedai kopi, orang di
sini boleh menggerutu dan mengomel sesuka hatinya. Tapi dagangan yang
kau hadapi bukan saksi yang akan mencatat segala omonganmu. Dagangan
itu ku sediakan untuk di beli!!

SI BAJU PUTIH : bagaimana akan kita borong semua yang ada di sini?

DARI KANAN DATANG SEORANG ANAK LAKI-LAKI KIRA-KIRA BERUMUR 13 TAHUN LANGKAHNA
TEGAS UCAPANNYA DI ARAHKAN KEPADA MIRA

ANAK LAKI-LAKI : Nona mira?

MIRA : benar

ANAK LAKI-LAKI : ini surat

MIRA : dari siapa?

ANAK LAKI-LAKI : dari tuan yang tadi datang di sini.

MIRA : di mana dia sekarang ?

ANAK LAKI-LAKI : di sana , menunggu di gardu.

SI BAJU BIRU : (kepada anak laki-laki) di suruh oleh tuan yang badannya kurus rambutnya
gondrong?

ANAK LAKI-LAKI : benar

SI BAJU BIRU : celaka tiga belas (seraya tertaawa) bohongnya ketahuan juga!( dan
tambahnya di arahkan kepada mira) dia tentu marah mira.( mira asyik
membaca dan tidak membalas)

SI BAJU BIRU : (kepada ibu mira) bagaimana bu, kalau sudah ketahuan bohong?
IBU MIRA : orang tua seprti ibu ini tidak tahu apa-apa.

SI BAJU PUTIH : ya, orang tua jangan di bawa-bawa

SI BAJU BIRU DAN BAJU PUTIH TERUS MEMPERHATIKAN MIRA YANG SEDANG MEMBACA SURAT.
LALU MIRA SEJURUS KEMUDIAN BERBICARA KEPADA ANAK LAKI-LAKI.

MIRA : katakan saja kepadanya, bahwa saya tidak dapat meninggalkan kewajjiban
di sini. Lebih baik dia saja yang datang kemari.

ANAK LAKI-LAKI : baik

MIRA : katakan saya menunggu yah?

ANAK LAKI-LAKI : ya

ANAK LAKI-LAKI ITU TERUS BERJALAN KA KANAN, LANGKAHNYA TEGAS SEPERTI IA DATANG KE
DEPAN KEDAI KOPI, SETELAH ANAK LAKI-LAKI JAUH BERJALAN, SI BAJU BIRU MENEGUR MIRA

SI BAJU BIRU : apa isi suratnya mira?

MIRA : itu urusanku !

SI BAJU BIRU YANG SUDAH SERING TERTAWA SEKALI LAGI TERTAWA KEMUDIAN DIA MENDEKATI
SI BAJU PUTIH DAN TERUS BERBISIK DI TELINGA KAWANNYA

MIRA : berbisik apa?

SI BAJU BIRU : itu urusanku !

SI BAJU BIRU MAUPUN BAJU PUTIH TERTAWA LAGI TERKEKEH MEREKA TERTAWA . TIBA-TIBA SI
BAJU PUTIH MENUNJUK KE ARAH JAUH KE SEBELAH KIRI

SI BAJU PUTIH : lihat mira itu apa?

MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN MELENGONG MELIHAT KE ARAH YANG DI TUNJUK

SI BAJU PUTIH, LALAI IA AKAN SURAT DI TANGAN, TAK TAHU SURAT AKAN DI REBUT OLEH SI BAJU

PUTIH. DAN SECARA CEPAT SI BAJU PUTIH MEREBUT SURAT DARI TANGAN MIRA. SECEPAT ITU

PULA SURAT DI BERIKAN OLEH KEPADA KAWANNYA.

MIRA : (berteriak lantang)kurang ajar, berani kau menyolok mata.

DENGAN GEMAS MIRA MEMANDANG SI BAJU PUTIH DAN LEBIH GEMAS LAGI IA MEMANDANG SI
BAJU BIRU . SI BAJU BIRU YANG TERTAWA-TAWA MENDAPAT SURAT, GEMBIRA MEMBACA
ISINYA

SI BAJU BIRU : mira meskipun kau barusan mendustai aku, tapi jiwamu dan duniamu
bagiku tetap merupakan soal ...oh, jiwamu duniamu,!! Betul –betul orang ini
sudah tidak waras otaknya.
SI BAJU PUTIH : jadi mira ini mempunyai dunia?

MIRA : sudah!

SI BAJU BIRU : kau bagiku tetap bukan tukang kopi.

SI BAJU PUTIH : lho kalau bukan tukang kopi, apa?

SSI BAJU BIRU : dengar dulu, dengar dulu,,(membaca lagi) karena itu aku ingin bicara
dengan kau berdua. Jangan di tempatmu...sebab ada.....heh jika di sebut
badut-badut. Apa maksudnya?

MIRA : sudah!!!

SI BAJU BIRU : (meneruskan pembacaan surat) dapatkah sekarang juga kau mninggalkan
tempatmubarang sebentar? Aku menunggu di gardu( berhenti membaca
seraya memberikan surat kepada mira) dan sekarang dia boleh menunggu
mira ya? Menunggu sampai kami yang di sebut baadut-badut ini pergi dari
sini?

SI BAJU PUTIH : tapi kami tidak akan pergi .

MIRA : kalian kurang ajar, biadab! Dasar!!

SI BAJU BIRU : katakan kepadanya, mira. Bahwa di zaman sekarang ini bukan waktunya
lagi menumppuk perasaan rindu dendam seperti di zaman sebelum perang.

SI ABJU PUTIH : sekarang zaman serba cepat kalau tidak cepat tidak akan kebagian. Dan
kalau tidak kebaggian sekarang kapan lagi? Bayangan perang dunia ke tiga
sudah dekat.

MIRA : (membantah) bah ! kau tahu apa tentang perang dunia ketiga ? gampang
saja bicara tentang perkara yang kau sendiri tak tahu.

SI BAJU PUTIH : (langsung membalas) aku tidak tahu? Oh gampang saja, kau menuduh.
Buat apa orang tuaku dulu membayar uang sekolah supaya aku sekarang
pandai membaca koran?

MIRA : patut!!

SI BAJU PUTIH : patut apa?

MIRA : patut kau biadab, sebab kau masih percaya koran.

SI BAJU PUTIH : lho

SI BAJU BIRU : (seraya memandang ke arah kanan) sudah,,sudah,,,jangan bicara.. itu


tuan yang menyebut kita badut menuju kesini.

SI BAJU BIRU PURA-PURA MINUM, DAN SI BAJU PUTIHPUN PURA-PURA MINUM, LAMA DULU
SEBELUM AWAL YANG BERDANDAN KURUS ITU TAMPIL LAGI DARI KANAN DENGAN LANGKAH
LESU TERHUNYUNG-HUNYUNG. SAMPAI DI DEPAN KEDAI IA TIDAK TERUS MENDEKATI BANGKU.
MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN MENGAJAK AWAL DUDUK.

MIRA : (kepada awal) silakan duduk mas................KKOPI MAS?

AWAL : ya

MIRA : (kepada ibunya) kopi untuk tuan awal bu?

IBU MIRA : pakai susu den?

AWAL : ya pakai susu.

TIBA-TIBA SETELAH IBU MIRA MENYODORKAN GELAS KOPI SUSU KE DEKAT AWAL, LALU BERKATA
SI BAJU BIRU DI ARAHKAN KEPADA MIRA.

SI BAJU BIRU : mira meskipun kau barusan mendustai aku, tapi jiwamu dan duniamu
bagiku tetap merupakan soal.....kau bagiku buakn tukang kopi, mira. Dan
aku ingin bicara berdua dengan kau. Jangan di tempatmu, sebab ada badut-
badut, karena itu

AWAL : sudah !!!

SI BAJU BIRU : bicara kepada siapa, bung?

AWAL : kau bicara kepada siapa?

SI BAJU BIRU : aku bicara pada mira, betul, tidak mira ? ku tunggu engkau di gardu ya
mira?

AWAL : perlu apa kau mencampuri surat orang lain? Perlu apa?

SI BAJU PUTIH : hei saudara marah pada siapa?

AWAL : kau buat apa mencampuri urusan orang lain?

SI BAJU PUTIH : mencampuri apa? Gampang saja marah pada orang. Pakai otak yang sehat
dong, jangan gampang berkata dan gampang saja menyebut badut pada
orang lain

AWAL : memang kau badut! Kau bukan manusia!

SI BAJU BIRU : gila kau!! Gampang saja kau menyebut bukan manusia padaku.

SI BAJU BIRU MENGAMANGKAN TINJU, AWAL YANG SUDAH MENGEPALKAN TANGAN TIDAK
BERKATA LAGI, TERUS SAJA MENYEREBU MENINJUKAN KEPALAN TANGANNYA KEPADA SI BAJU
BIRU. YANG BERBADAN BESAR TINGGI. JAUH LEBIH BESAR DARI BADAN AWAL CEPAT
MENANGKIS DAN TERUS MEMBALAS DENGAN MENGASIH PUKULAN SENGIT. SEKALI, DUA KALI,
TIGA KALI IA MELEPASKAN PUKULANNYA. DAN AAWAL YANG BERBADAN KURUSS ITU PUN TAK
SANGGUP MENAHAN SERANGAN PEMBALASAN JATUH IA TERSUNGKUR KE TANAH.

SI BAJU PUTIH : terus hajar!!!!


MIRA : sudah!!!!

BAJU BIRU TIDAK MENGINDAHKAN TERIAKAN MIRA IA MENGANKAT KAKI DAN MENGINJAK
AWAL.

MIRA : sudah!!!! Kau memang kurang ajar !!!! ayaoh nyah ... kau juga pergi
lekas !!!

SI BAJU PUTIH : lho...

MIRA : pergi kalau tidak!!!!

SI BAJU PUTIH : mira kau mengusir?

MIRA : jangan banyak bicara. Ayaoh pergi.

SI BAJU PUTIH : kami mungkin tadak akan kesini lagi.

MIRA : masa bodo,, ayaoh pergi pergi!!!

SI BAJU BIRU : gara-gara ini ..nih!! biar kita pergi saja mari.!!!!

SI BAJU BIRU DAN SI BAJU PUTIH TERUS BERJALAN KE ARAH KANAN DENGAN TAK
MENINGGALKAN LAGI SEPATAH KATA. SEPENINGGAL KE DUA LAKI-LAKI ITU, MIRA BICARA
KEPADA IBUNYA YANG

BERCEMASAN.

MIRA : bangunkan dia bu?

IBU MIRA : den eling...eling den

AWAL : sampai hati kau membiarkan aku di hina orang di hadapanmu? .....kau
kejam! Tak sedikit juga kau merasakan perasaanku. Tak sedikit juga. Sudah
cukup tadi mempermainkan aku dengan mendusta, sekarang kau senang ya,
milihat aku di hina orang setelah kepercayaanku kau rusakan di depan orang
lain?...... mira kau senang melihat aku di pukuli orang? Melihat aku di hina
sambil aku tetap duduk di tempatmu?.... mira untuk itukah kau menyuruh
aku datang ke sini ? untuk merusak kepercayaanku?.. MIRA...!!!!

MIRA : duduk mas jangan bicara.

AWAL : tidak aku ingin mendengar jawaban. Untuk apa kau mempermainkan aku
mendustai aku, mambikin aku di hina orang?....... kau rupanya senang ya,
melihat aku mati untukmu?

IBU MIRA : den elin den

AWAL : kau senang membikin aku jadi korban kecantikanmu?

IBU MIRA : tolong...!!!! tolong!!!


AWAL : yah di dalam aku gelisah kau...kau tetap tenang.

PADA SAAT IBU MIRA MASUK KEDALAM RUANGAN KEDAI DATANG TERPOGOH-POGOH DARI KIRI
DUA ORANG PEMUDA, KEDUA-DUANYA BERUMUR DI BAWAH 20 TAHUNAN.TERPOGOH-POGOH
PULA PEMUDA ITU YANG BERJALAN DI MUKA MELAHIRKAN ERTANYAAN.

PEMUDA 1 : ada apa?

MIRA : mengapa ? disini tidak ada apa-apa

PEMUDA 2 : loh tadi ada yang meminta tolong?

MIRA : tidak tidak ada apa-apa? Kalau mau minum silakan duduk

PEMUDA 1 : minum kita? .... akh biar lain kali saja.

PEMUDA 2 : padahal kita akan senang kalau minum di sini

MIRA : mengapa tidak? Silakan duduk?

PEMUDA 1 : lain kali saja kami datang lagi kesini.

KEDUA PEMUDA ITU BERJALAN MENINGGALKAN KEDAI

AWAL : mira kau....kau memaafkan aku?

MIRA : jangan bicara mas itu kopi susu dingin.

AWAL : kau....kau larang aku bicara? Tapi orang lain kau beri hati supaya bicara.

MIRA : mereka pembeli dagangan mas..dan antara kita tak ada yang mesti di
bicarakan.

AWAL : tak ada yang mesti di bicarakan? Kau anggap antara kita tak ada yang mesti
di bicarakan?

MIRA : antara kita tidak untuk dibicarakan. Tapi untuk di rasakan.

AWAL : hmmm jawabanmu jawaban manusia dewi, tapi sampai mana kau
merasakan perasaanku? Aku gelisah, kau tak mau tahu, aku sakit kau tak
acuh, aku di hina kau diam melihat, tidak! Kau tidak merasakan perasaanku.
Kau menutup hatimu.

MIRA : mas, pintu hati hanya dibuka oleh hati, dan hati saya sudah terbuka.

AWAL : terbuka untuk mempermainkan hatiku.

MIRA : itu menurut rasamu,,menurut rasaku aku tidak mempermainkan

AWAL : kau tak merasakan rasaku!!

MIRA : itu menurut rasamu.


AWAL : hmm yah soal antara kita ialah kau bukan aku dan aku bukan kau. Tapi
salahkah aku, kalau aku mau merasakan kau jadi aku?

MIRA : itu kopi susu dingin mas,

AWAL : biar!! Aku mesti bicara padamu. Selama kau bukan aku, aku mesti bicara
padamu icara sampai antara kita tidak ada soal.

MIRA : antara kita tidak ada soal. Apa pula yang mesti di persoalkan.

AWAL : kau belum menentramkan hatiku.

MIRA : itu menurut hatimu.

AWAL : keu belum memberi ketegasan.

MIRA : itu menurut pendapatmu, bagiku semuanya sudah tegas.

DARI KANAN DATANG SEORANG LAKI-LAKI TUA, BERUMUR KURANG LEBIH 58 TAHUN, BERBAJU
KAMPRET DAN BERSARUNG PELEKAT. DAN MELIHAT KEDATANGAN ORANG TUA ITU, MIRA YANG
DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN MENJADI GEMBIRA.

MIRA : ah bapak ! silakan duduk.

LAKI-LAKI TUA : sepi sekali malam ini mira?

MIRA : rupanya orang sudah pada bosan. Datang di sini.

LAKI-LAKI TUA : (seraya duduk di atas bangku) masakan bosan?siapa pula yang bosan
datang di sini? Bukan bosan tapi sudah bulan tua? Ya anak muda?

MIRA : kopi pak?

LAKI-LAKI MUDA : jangan, jangan.... teh pahhit saja. Kalau minum kopi nanti bisa tak tidur.
Dan jika di rumah tak bisa tidur,,,, berat.

MIRA : mengapa berat?

LAKI-LAKI TUA : kalau rumah yang kudiami sekarang sebesar rumahku sebelum peperangan
dulu, tak apa aku membuka mata di rumah pada malam hari. Sebab
pemandangan tidak sempit. Tapi rumahku sekarang hmmm, namanya saja
bukan rumah, hanya cukup untuk tidur.

IBU MIRA : tapi di zaman sekarang sudah umumnya begitu..

LAKI-LAKI TUA : ya, siapa yang dulu rumahnya gedung, sekarang belum tentu bisa diam lagi
dalam gedung. Dan di atas reruntuhan gedung seperti rumahmu ini. Hanya
bisa didi rikan rumah bambu. Tapi bagaimanapun juga, dengan adanya kedai
kopimu di sini, engkau membuat jasa banyak.

MIRA : mengapa?
LAKI-LAKI TUA : orang-orang yang merasa tak betah di rumah itu, di malam hari terpaksa
keluar rumah. Dan disini bisa duduk-duduk sambil bicara-bicara meluapkan
keruwetan. (kapada awal) betul tidak anak muda?

AWAL : tidak, tidak betul!

LAKI-LAKI TUA : Lho apa tidak betulnya?

AWAL : bapak seperti orang banyak, datang di sini untuk meluapkan keruwetan?

LAKI-LAKI TUA : ya, begitulah.

AWAL : jadi bapak ini seorang badut?

LAKI-LAKI TUA : badut?

AWAL : ya, badut. Tukang omong kosong. Bukan manusia.

LAKI-LAKI TUA : bapak...bapak kurang mengerti.

AWAL : tentu saja tak akan mengerti, kalau mengerti tak akan saya sebut badut.
Tapi semacam bapak ini, di zaman sekarang ini banyak. Kalau mereka bicara,
asal saja berbunyi, di sini di kedai kopi bicara mereka asal saja
menimbulakan rasa suka sebentar bagi dirinya sendiri dan bagi yang di bawa
bicara, tapi orang yang bukan badut, tentu akan menganggap mira bukan
sebagai pengusir keruwetan.

LAKI-LAKI TUA : jadi,..jadi bagaimana mestinya kita menganggap mira?

AWAL : itu terserah.

LAKI-LAKI TUA : bapak ini sudah tua sudah anak muda, sudah banyak mengalami
pertukaran zaman. Dan menurut pengalaman bapak, bagaimanapun juga
keadaan zaman, tapi akhir-akhirnya dalam hal menempaptkan peremmpuan
bagi laki-laki tak ada yang lebih sempurna di zaman kebesaran nabi
muhammad.

AWAL : zaman kebesaran nabi muhammad hhmm enak saja bapak bicara, seperti
pernah hidup di zaman itu, justru perkataan semacam itulah yang mesti di
berantas, perkataan asal di katakan, pak!! Dengan omongan bapak itu kian
jelas bahwa bapak seorang badut, berarti tak ada gunanya bicara dengan
saya.

LAKI-LAKI TUA : siapa sih pemuda itu, mira? Nampaknya dia pintar,tapi...

MIRA : hm, yah hanya saya yang tahu siapa dia.

LAKI-LAKI TUA : dan kau permainkan dia!!

MIRA : siapa bilang?


LAKI-LAKI TUA : sebenarnya aku tadi mendengar percakapan kamu berdua, dan aku
bertanya-tanaya, apakah kamu sedang berkasih-kasihan, atau sedang
bercakaran? Tapi yang sudah pasti pemuda itu nampaknya sudah kehilangan
pegangan.

MIRA : memang, dia sudah memrindukan manusia.

LAKI-LAKI TUA : merindukan manusia? Apa maksudmu?

MIRA : di zaman sekarang ini, di mana ada manusia.. maksud saya , manusia yang
bisa di percaya?

LAKI-LAKI TUA : memang mira, sebagai orang tua, hidup di zaman setelah peperangan
sekarang ini akupun sering bertanya-tanya, apakah dunia sudah akan
kiamat.? .....dimana mana terjadi kekacauan, dimana-mana terjadi
penggedoran, perampokan, pembunuhan, seolah-olah sudah tak ada lagi
cinta di antara sesama manusia, antara kita saling curiga, sedang para
pemimpin duniapun pada berteriak menganjurkan damai tapi smbil bersedia
akan perang lagi. Ini semuanya menimbulkan kegelisahan. Dan kegelisahan
ini kurasakan pula. Tapi bagaimanapun juga, sebagai orang tua, aku masih
ada pegangan. Dan pegangan itu ialah pegangan kita bersama. Yaitu
kepercayaan kepada tuhan yang lebih berkuasa dari manusia. Akan tetapi
pemuda itu nampaknya sudah kehilangan pegangan sama sekali, dan itu
sangat berbahaya.

MIRA : tapi dia masih ada pegangan

LAKI-LAKI TUA : apa?

MIRA : dia percaya pad saya.

LAKI-LAKI TUA : tapi percaya padamu bukan berarti percaya kepada yang seharusnya mesti
di percaya.!!

MIRA : itu bagi bapak, tapi bagi dia apa salahnya?

LAKI-LAKI TUA : tapi..tapi kau permainkan dia?

MIRA : siapa bilang?

LAKI-LAKI TUA : kalau cinta padanya?

MIRA : hmmm, apa cinta?

LAKI-LAKI TUA : kau ini memang orang aneh juga, mira. Tapi ya, keanehanmu sebenarnya
memang tak usah kuanehkan lagi. Apa yang terjadi di depanmu memang tak
aneh. Tapi sudahlah! Aku tak akan lama mengganggu.

MIRA : menggangu apa duduk dulu.


LAKI-LAKI TUA : aku takan membiarkan pemuda itu terlalu lama menunggu kesempatan
untuk dapat bicara lagi dengan kau.

MIRA : percaya bapak, bahwa dia akan datang lagi di sini?

LAKI-LAKI TUA : aku ini sudah tua, mira. Dan meskipun aku bukan pemuda di zaman
sekarang, tapi akupun pernah merasakan apa yang di rasakan pemuda itu.

MIRA : hmmm tak ada yang beres manusia yang datang di sini ini. Kalau tidak
goblok. Menghina. Kalau tidak menghina maunya mengasih kursus.
Semuanya bukan lagi manusia. Dan semuanya mesti kuladeni. Seperti
pendapatan kita ini sama dengan gaji pembesar!

IBU MIRA TERDIAM SAJA, TERDIAM DUDUK MENGANTUK, SEKALI,,DUA KALI TIGA KALI IA MENGUAP

IBU MIRA : tadi siang ibu tak tidur, mira. Akibatnya sekarang ngantuk.

MIRA : kalau sudah ngantuk tidurlah. Toh sekarang sudah malam, tak akan datang
lagi banyak tamu.

TUDAK BERKATA LAGI IBU MIRA DIAM-DIAM MEMASUKI PINTU KEDALAM RUMAH DAN TERUS
TAK MUNCUL LAGI, LONCENG TERDENGAR DI KEJAUHAN BERBUNYI SEPULUH KALI . DAN
SEBENTAR SETELAH ITU TERDENGAR SUARA LONCENG YANG PENGHABISAN. DATANG DARI KIRI
AWAL DENAGN LANGKAHNYA YANG TERHUNYUNG-HUNYUNG SEPERTI TADI. DAN SEPERTI TADI
SAJA, SESAMPAI DI DEPAN KEDAI LAMA DULU BARU IA DUDUK DI ATAS BANGKU. DUDUK
MEBELAKNGI DAGANGAN.

MIRA : ganti kopi susunya, mas?

AWAL : biar, tak usah

MIRA : minumlah, supaya enak badan mas.

AWAL : hm...kau merisaukan badanku, tapi rohaniku tak aku acuhkan.

MIRA : sebab badan lebih nyata.

AWAL : tapi hanya badut-badut yang matanya terbatas kepada jasmani.

MIRA : maksud mas, jasmani tidak penting?

AWAL : datangku ke sini untuk mempersoalkan jiwa kita, mira. Itulah soal kita.

MIRA : tapi saya sudah bilang antara kita sudah tak ada soal.

AWAL : kau belum tahu keinginanku.

MIRA : saya sudah tahu

AWAL : kalau sudah tahu, tentu kau sekarang mau meninggalkan kedaimu

MIRA : itu tak perlu, lagi pula saya tak dapat meninggalkan kewajiban.
AWAL : mira kau tahu bahwa selain dari kau, orang banyak itu bagiku tak ada
artinya.

MIRA : Saya tukang kopi, mas.

AWAL : tapi kau dengan duniamu lain dari yang lain. Kau berisi dan bukan tidak bisa
mengisi kekosongan orang lain.

MIRA : sudah, mas. Ini kedai kopi, dan orang-orang menuju kesini.

YANG DATANG ITU DUA ORANG LAKI-LAKI, KEDUANYA SEBAYA DENGAN AWAL, DATANG DARI
SEBELAH KANAN, LAKI-LAKI YANG BERJALAN DI MUKA BERCELANA PENDEK DAN MENJINJING
KODAK-SI JURU POTRET, DAN SEORANG LAGI, SEORANG WARTAWAN. MEMAKAI KACAMATA,
TANGANYA MEMEGANG MAP TEMPAT SURAT-SURAT, MASIH JAUH MEREKA KE DEPAN KEDAI.
MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN SUDAH MENYAMBUT MEREKA.

MIRA : selamat melam juru potret?

JURU POTRET : selamat malam, mira

MIRA : bagaimana? Sudah selesai dengan potretku?

JURU POTRET : ini ada saya bawa, tapi saya perkenalkan dulu kawan saya ini, dia
wartawan.

MIRA : silakan duduk.

WARTAWAN : terimakasih.

JURU POTRET : bagaimana puas dengan potretmu?

MIRA : hmm,,ya, ini untukku?

JURU POTRET : boleh kau simpan, aku bikin banyak, dan satu di antaranya sudah diminta
oleh kawan saya ini.

MIRA : untuk apa?

WARTAWAN : dalam minggu ini juga mungkin nona akan melihat potret nona itu di
majalah yang saya pimpin.

MIRA : apa saya sudah sepenting itu?

WARTAWAN : mengapa tidak!

MIRA : tapi saya lihat, koran-koran dan majalah-majalah di zaman sekarang lebih
mementingkan potret-potret orang resmi daripada misalnya potret seorang
rakyat biasa, yang cacat badannya oleh kecelakaan, lebih mementingkan
potret pembesar-pembesar,opsir-opsir, dan pemimpin politik yang di
interpiu...
AWAL : lebih mementingkan orang ngomomong, sekalipun omongan mereka asal
saja mengisi halaman koran.

WARTAWAN : dari itu, majalah yang saya pimpin itu akan memuat potret nona, potret
rakyat jelata.

MIRA : tapi apa kepentingannya potret saya di muat.

JURU POTRET : oh kau belum sadar mira bahwa kau cantik?

MIRA : bahwa aku cantik, aku lebih tahu dari siapapun juga.

AWAL : dan kau sudah tahu juga, mira. Bahwa jika seorang di zaman sekarang ini
minta sesuatu padamu, itu adalah untuk kepentingan orang itu. Untuk itulah
potretmu akan di muat dalam majalah.

WARTAWAN : maaf saudara kita belum kenalan?

AWAL : dengan mendengar omongan saudara saya sudah mengenal jiwa saudara.
Dan itu bagi saya sudah cukup. Lebih cukup daripada mengenal nama dan
jabatan.

WARTAWAN : saudara! Saya rasa di zaman sekarang ini sudah bukan waktunya lagi
menempatkan diri sebagai dewa, sudah bukan waktunya lagi bicara dengan
menggunakan kata-kata yang tidak mungkin di pahami orang.

AWAL : siapa pula yang menempatkan diri sebagai dewa? Kalau perkataan saya
tidak di mengerti orang, bukan saya menempat diri sebagai dewa, tapi orang
itu mesti di sesalkan jiwannya, tapi di masyarakat kita sekarang, orang-orang
yang kering dan dangkal jiwanya itu banyak. Banyak sekali!

WARTAWAN : (kepada mira) bagaimana nona? Setuju kalau potret nona di muat dalam
majalah saya?

MIRA : berapa akan saya di bayar?

JURU POTRET : loh !! bukan kau mesti minta di bayar, mira. Tapi kau mesti kau berterima
kasih.

WARTAWAN : tapi di misalkan, saya mesti membayar, berapa nona minta?

MIRA : seribu rupiah.

WARTAWAN : hahahah nona,, di mana di dunia ini ada majalah yang pernah membayar
seribu rupiah untuk pemasangan sebuah potret? Bahkan bintang film yang
sudah terkenal banyak menyerahkan potrretnya kepada majalah dengan
begitu saja.

MIRA : tapi saya bukan bintang film. Dan tak mau di samakan dengan bintang film.

JURU POTRET : dari itu....


MIRA : dari itu saya minta di bayar mahal.

WARTAWAN : begini saja nona, harap nona tahu bahwa majalah yang saya pimpin itu
majalah kepunyaan bangsa sendiri. Kalau nona sudah sadar atas panggilan
zaman dan insyaf. Atas kewajiban sebagai bangsa, apa salahnya kita bekerja
bersama-sama untuk bangsa dan untuk tanah air yang kita cintai..

AWAL : (seraya bangkit dan berdiri) bekerja bersama-sama! Tanah air yang kita
cintai! Ayaoh apa lagi? Mengapa tidak di katakan pula bahwa tanah air itu
indah dan molek? Biar lebih enak di katakannya.

WARTAWAN : saya tidak bicara pada saudara.

AWAL : atas nama mira saya minta supaya saudara bicara yang benar. Bicara secara
manusia, janagn asal saja berbunyi....betul di sini kedai kopi tapi lihat orang
yang duduk di belakang daganagan itu manusia. Manusia! Bukan boneka
atau keranjang sampah yang boleh di lempari kata-kata asal di katakan.

WARTAWAN : siapa pula yang menyamakan nona ini dengan keranjang sampah?

AWAL : siapa pula? Hh... bahwa omongan sendiri keluar dari jiwa yang picik sudah
tidak di sadari! sangkamu apa yang kau katakan tadi. Itu tidak merupakan
omong kosong bagi pihak yang mendengar? Sangkamu orang yang kau ajak
bicara itu mempunyai jiwa yang sama dengan duniamu..duniamu yang
sempit picik, asal ngommong?

WARTAWAN : nona biar lain kali saja, saya datang lagi

MIRA : tidak akan minum dulu.

WARTAWAN : biar terima kasih.

JURU POTRET : selamat malam sampai ketemu lagi mira.

MIRA : selamat malam.

AWAL : (setelah tinggal berdua) hmm badut-badut melulu yang datang di sini.

MIRA : dari itu.... mas lebih baik tinggal diam di rumah. Di sini kedai kopi.

AWAL : tapi selama kau tak dapat ku bawa, aku takakan pergi.

MIRA : itu menyiksa diri sendiri. Nanti mas kedingingnan.

AWAL : apa arti diri sendiri, jika ada diri lain tempat menyerahkan kepercayaan?

MIRA : tapi di zaman sekarang. Mas. Kita mesti percaya diri sendiri. Jangan
percaya orang lain.

AWAL : mira ! masarakat sekarang banyak badutnya, adalah karena orang tak mau
menyerahkan kepercayaan pada orang lain. Tapi aku, selama perempuan di
lahirkan ke dunia untuk jadid kaean hidup laki-laki, selama itu aku harus dan
mesti menyerahkan kepercayaan pada orang lain yang akan kujadikan
kawan hidupku. Dan bagiku sekarang sudah jelas. Bahwa kau dengan
duniamu yang tidak sempit adalah manusia yang kucari- cari selama ini.

MIRA : saya tukang kopi, mas!

AWAL : kau dengan jiwamu yang penuh berisi kehidupan adalah paduan dari
keindahan surga yang kuimpikan dan kepahhitan dunia yang kurasakan,
kaulah wujud wanita utama.

MIRA : hm kau memuji! Tapi siapa yang mau percaya, bahwa dunia sekarang ini
ada manusia yang lebih mencintai orang lain daripada mencintai diri sendiri?

AWAL : siapa pula yang percaya? Eungkau tidak. Aku pun tidak tapi untukmu, aku
akan mencoba.

MIRA : tapi sekarng mas lebih baik pulang. Ibu saya sudah tidur, dan sebentar lagi
kedai itu akan ditutup.

AWAL : kalau kedai di tutup, kau akan ku bawa, dan kalau kau tak dapat di bawa,
aku kan ikut ditutup di dalam kedai.

MIRA : itu tidak bisa jadi

AWAL : kalau begitu, kedai ini jangan di tutup.

MIRA : jadi mas akan menyiksa orang lain? Menyiksa saya? Itukah percoban mas
hendak mewujudkan bahwa Mas lebih mencintai orang lain daripada
mencintai diri sendiri?(awal berdiam diri tidak menjawab) itukah tandanya
mas cinta? Tandanya masa berlainan dari orang lain yang mas sendiri
namakan badut? Saya tahu, mas, saya tahu bahwa perkataan yang akan saya
katakan ini bagimu tajam, lebih tajam daripada diam saya selama ini, tapi
saya terpakas mengatakannya. Tidak lain supaya mas tahu bagaimana
anggapan saya terhadap mas....mas, apa yang kau lakukan selama ini di
hadapanku bagiku lebih membadut daripada kelakuan orang-orang yang kau
sendiri namakan badut, kau mencela jiwa orang lain, tapi kau sendiri
merangkak-rangkak di bawah kaki mereka, kau badut besar, akibat
peperangan kau sudah kehilangan pegangan. Kehilangan kepercayaan pada
diri sendiri. Padahal di zaman setelah peperangan sekarang, bagi kita tidak
ada yang mesti di percaya selain dari diri sendiri, tidak ada, sungguh tiadak
ada!

AWAL : kalau itu yang kau katakan, keindahan surga yang kau impikan tinggal tetap
impian, dan kau bagiku adalah kepahitan dunia belaka. ( terus bangkit
berdiri seraya katanya lagi) selamat tinggal, mira!

MIRA : mengapa selamat tinggal!?


AWAL : aku tak akan datang lagi ke hadapanmu, dan tidak kehadapan siapa pun
juga.

MIRA : kau mau bunuh diri ? mengapa kau tidak berani membunuh aku?

AWAL : sebab aku manusia, dan bukan badut.

MIRA : aku belum habis bicara.

AWAL : sudah mira! Kau sudah kebanyakan bicara, sudah kebanyakan


menghambur-hamburkan kata, dan bagiku sudah jelas selama kau bukan
aku, tak mungkin kau mengerti aku, selama duniamu bukan duniaku, tak
mungkin kau mengetahui apa yang tersimpan di lubuk hatiku. Tadinya aku
percaya bahwa di dalam aku merasakan ketandusan zaman sekarang, di
dalam aku melihat orang-orang sudah pada membadut, sudah merupakan
runtuhan-runtuhan balaka sebagai akibat peperangan, aku akan masih
menjumpai cinta dalam hatimu. Cinta manusia, yang merasakan perasaan
yang di cintai. Tapi cinta semacam itu ternyata tidak ada dalam hati
siapapun juga, tidak ada di dalam hati manusia di zaman sekarang, juga tidak
di dalam hatimu!

MIRA : kalau kau bunuh diri! Akupun bunuh diri!.

AWAL : mengapa?

MIRA : aku cinta padamu......cinta dengan segenap jiwa rohaniku.....aku cinta


padamu. Tapi aku tidak percaya cintamu padaku akan melebihi cintamu
pada dirimu sendiri, tidak! Aku tidak percaya! Tidak!

AWAL : jadi kau masih juga menuduhku badut? Menuduh aku sama dengan orang
banyak yang suka omong kosong di hadapanmu?

MIRA : kalau kau cinta padaku, bunuh aku! Bunuh aku dengan segenap cintamu.

AWAL : gila kau! Aku cinta padamu karena ada cita-cita, karena menginkan hidup
bersama.

MIRA : tidak! Kau dan aku mesti mati. Mati bersama. Sebab aku tidak percaya kau
dan aku hidup bersama. Aku tidak percaya cintamu padaku akan melebihi
cintamu pada dirimu sendiri.

AWAL : mira, mari kita tinggalkan kedai ini, kita bicara di alam luas, di bawah
cahaya bintang.

MIRA : bicara di bawah cahaya bintang memang nikmat.

AWAL : ya, mari kita pergi.

MIRA : tapi saya tak dapat meninggalkan kewajiban sebagai tukang kopi.
AWAL : mira! Mengapa kau terikat benar dengan kedaimu ini? Mesti kuhancurkan
kedai ini untuk membuktikan bahwa kau bagiku bukan tukang kopi?

MIRA : mas, jangan pula hendak menimbulkan kepercayaan dalam hatiku dengan
mengatakan yang bukan-bukan. Kedaiku ini duniaku. Dan kedaiku ini kuat,
sedangkan tenaga jasmanimu lemah.

AWAL : katakanlah mira, bahwa keu mau ku bawa hanya jika kedai ini ku ku
bongkar!

MIRA : kau tak akan mempunyai tenaga sampai ke sana. Dan jika kau mengatakan
sanggup membawa aku dari sini dengan membongkar kedai ini. Itu hanya
omongkosong belaka. Omong kosong seperti orang banyak..

AWAL : bilanglah tidak percaya.

MIRA : bagaimana saya mesti percaya, kalau bagi saya di dunia sekarang ini sudah
tak ada lagi yang mesti di percaya?

AWAL TIDAK MEMBALAS LAGI TANGANYA YANG SUDAH DI KEPALKAN TERUS SAJA DI
JANGKAUKAN KEPADA MEJA DAN RAK DAGANAGN YANG MENGHALANGI DIA DAN MIRA.
KEMUDIAN RAK DAN MEJA DAGANAGN ITU DI GONCANG-GONCANG, DI RENGGUT-RENGGUT,
DAN DI ANGKAT-ANGKAT, DAN BARANG DAGANGAN BERJATUHAN.

MIRA : sudah, mas.... kau kemasukan.

TAPI AWAL TERUS MERENGGUT-RENGGUT MEJA DAN RAK DAGANGAN TERUS MENGELUARKAN
TENAGA. DAN TERUS MENGELUARKAN TENAGA. DAN NAFASNYA MEGAP-MEGAP, KERINGAT
KELUAR

MIRA : sudah, mas sudah......kau capek.

TAPI AWAL SEPERTI TIDAK MENDENGAR. IA TERUS MENGELUARKAN TENAGA, TERUS BERUSAHA
MEMBONGKAR MEJA DAN RAK DAGANGAN, AKHIRNYA MEJA DAN RAK DAGANGAN ITU PUN
TERBONGKAR, TAPI AWAL JATUH TENGANYA BERDARAH. DAN JIKA DIA BANGKIT LAGI
, SEMPOYONGAN IA BERDIRI DAN NAFASNYA PENDEK-PENDEK.

AWAL : ma....mari, mira....ke...luar!!

MIRA BANGKIT BERDIRI, TERUS BERJALAN KELUAR KEDAI, MENDAPATKAN AWAL, BERJALAN
DENGAN MENGGUNAKAN KRUK PADA KEDUA KETIAKNYA. DAN MELIHAT ITU AWAL YANG
SUDAH BERNAFAS PENDEK-PENDEK ITU MUNDUR, TENAGANYA YANG BERDARAH MERABA
KEPALANYA. MATANYA YANG BERKERINGAT DI KEDIP-KEDIPKAN.

AWAL : oh...

AWAL MUNDUR LAGI, MUNDUR DENGAN LANGKAH SEMPOYONGAN AKAN JATUH.

MIRA : (seraya menyapu air mata di pipi) ya, mas. Inilah kenyataanku. Kakiku dua-
duanya buntung. Buntung karena peperangan tapi lantaran inilah, mas.
Lantaran ke atas aku cantik dan kebawah aku cacat, aku bagimu merupakan
paduan dari keindahan surga yang ku mimpikan dan kepahhitan dunia yang
kau rasakan...merupakan wanita utama. Tapi sekarang....

AWAL :(hampir tak kedengaran) Mi.....( tiba-tiba memekik) Mi....Miraaaaaaaaaaaa!


(langsung jatuh tertelungkup)

MIRA : (seraya mengisak) aku tahu, mas....aku tahu bahwa kau tak akan dapat
mencapai cita-citamu. Tapi kau bagiku, mas....... kau bagiku adalah satu-
satunya manusia yang mesti kumuliakan. Kau dengan kejujuranmu sudah
menumbuhkan cinta dan menimbulkan kepercayaan baru dalam hatiku.

DAN SETELAH ITU , DI DEPAN KEDAI KOPI YANG SUDAH RUSAK BERANTAKAN ITU PUN SUNYI.
YANG KEDENGARAN ISAKAN MIRA.

TAMAT
AWAL DAN MIRA
Drama Satu Babak

UTUY TATANG SONTANI

AWAL

MIRA

IBU MIRA

SI BAJU BIRU

SI BAJU PUTIH

ANAK LAKI-LAKI

SI PEREMPUAN

LAKI-LAKI TUA

JURU POTRET

WARTAWAN

PEMUDA 1

PEMUDA 2

SOAL ANTARA KITA IALAH

KAU BUKAN AKU DAN AKU BUKAN KAU

Anda mungkin juga menyukai