LAKI-LAKI MUDA : (seraya menyerahkan uang lima ribu kepada mira) kembali setalen( mira
tak mengasih uang kembalian setelah menerima uang dari laki-laki muda
itu, ia hanya terdiam saja)..... mana kembaliannya?
MIRA : bah..!
MIRA : tapi engkau terlalu lama duduk disini, terlalu lama juga melihat wajahku.
LAKI-LAKI MUDA ITU TIDAK BERKATA LAGI TERUS ERJALAN MENINGGALKAN WARUNG DAN PERGI
KE ARAH KANAN.
MIRA : (setelah laki itu pergi jauh erjalan) beuh dasar laki-laki berabe!!! setalen
saja di hitung
IBU MIRA : Maklum sekarang sudah bulan tua, mira. Sudah tiga malam berturut-turut
kita kekurangan pembeli. Rupanya orang sudah kehabisan duit. (terus
melihat ke arah jauh sebelah kiri) heh, sepi saja .... ibu lihat hanya ada
seorang laki-laki yang berjalan menuju ke sini. (tiba-tiba terkejut dan bicara
terpongoh-pongoh) mira!! Orang itu kiranya den awal !!!
MIRA : (kepada ibunya seraya masuk ke dalam rumah) katakan saja bu saya pergi
ke toko!! ( laki-laki yang bernama wala itu berumur antara 27 dan 30
tahun. Badanya kurus, rambutnya gondrong tidak di pelihara. Dan ia
datang kedepan warung dengan langkah lesu terhunyung-hunyung. Berat
bunyi suaranya sewaktu bicara.)
AWAL : ( seraya sampai di depan ibu mira) mira ada bu?
IBU MIRA : Ke toko den.... entah akan membeli apa.
AWAL : sudah lama?
IBU MIRA : lama juga.
AWAL YANG BADANYA KURUS ITU LESU DUDUK DI ATAS BANGKU. DUDUK MEMBELAKANGI
DAGANGAN.
IBU MIRA TIDAK MENJAWAB LAGI , DIAM-DIAM IA MEMASUKI PINTU DI SAMPING RUMAH
SEBELAH KIRI TAK LAMA KEMUDIAN KELUAR DARI PINTU YANG TADI DI MASUKI MIRA ADA DI
DALAM WARUNG.
SUARA RADIO : .....dari itu adalah sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum wanita,
supaya di jaman sekarang ini, setelah kita banyak kehilangan sebagai akibat
peperangan, kita kaum wanita mesti lebih giat berjuang berdampingan
dengan kaum laki-laki guna membangun masyarakat damai di tanah air kita
indonesia yang indah dan molek ini. Marilah kita menyingsingkan lengan
baju kita.....”
AWAL : matikan radio itu bu...!!!
IBU MIRA : me..me..mengapa den?
AWAL :omong kosong semuanya juga!!omongan badut. Berjuang
berdampingan ...tanah air indah dan molek!! Enak saja bicara. Dia sendiri
takan tahu apa yang di katakannya. Asal berbunyi saja.
IBU MIRA : be...betul den tak akan minum?
AWAL : saya maubicara dengan mira bu?
IBU MIRA : tapi barangkali akan lama juga dia pergi, tidak dapatkah ibu menolong,
menyampaikan pesan aden kepadanya?
AWAL : saya mau bicara dengan mira sendiri, lain, lain dari omongan orang lain
yang akan saya katakan padanya.
IBU MIRA : tapi den... mira anak ibu hanya manusia biasa saja, jangan aden
mengharapkan yang bukan-bukan dari dia
AWAL : siapa pula yang mengharapkan yang bukan-bukan ? harapan saya dari mira
adalah harapan laki-laki sewajarnya yang menginginkan supaya perempuan
itu jadi kawan hidup laki-laki. Itu harapan saya dan harapan itu tidak bukan-
bukan.
IBU MIRA : maksud ibu den mira itu bukan perempuan dari golongan atas, dia hanya
tukang kopi.
AWAL : apa arti golongan atas di zaman edan seperti sekarang ini? Sangka ibu
perempuan yang berpidato di radio itu dari golongan atas? Perempuan
bicara asal bunyi? Orang-orang macam itulah yang menguasai masyarakat
kita sekarang, orang-orang maunya mengatasi orang lain dengan bicara dan
terus bicara, tak tau jiwanya sendiri kering dan dangkal, dunianya sendiri
sempit, lebih sempit dari warung kopi.
IBU MIRA TAK BERKATA LAGI. DUA ORANG LAKI-LAKI DATANG DARI ARAH KANAN, KEDUANYA
BERUMUR LEBIH DARI 30 TAHUN. YANG SEORANG BERBADAN BESAR TINGGI, DAN MEMAKAI
BAJU BIRU, DAN YANG SEORANG LAGI BADANYA AGAK PENDEK DAN MEMAKAI BAJU PUTIH.
MEREKA DATANG KEDEPAN WARUNG KOPI.
SI BAJU BIRU DAN BAJU PUTIH LALU DUDUK TIDAK JAUH DARI AWAL. DUDUK MENGHADAP
DAGANGAN. TAPI AAWAL YANG DI DEKATI SETELAH MEMPERHATIKAN GERAK-GERIK YANG BARU
DATANG TERUS SAJA BANGKIT BERDIRI DAN MELANGKAH AKAN PERGI.
TANPA BERKATA LAGI AWAL TERUS BERJALAN KE ARAH KANAN TIDAK MENOLEH LAGI KE
BELAKANG. LANGKAHNYA YANG TERHUNYUNG-HUNYUNG DI PANDANG OLEH SI BAJU BIRU. DAN
JIKA DI PANDANG SUDAH JAUH BERJALAN. DIA MEMANDANG KAWANNYA.
PADA SAAT IBU MIRA MENYODORKAN GELAS KOPI SUSU DI DEPAN SI BAJU BIRU DAN
KAWANNYA, LEWAT KE DEPAN KEDAI DARI KANAN SEORANG LAKI-LAKI DAN SEORANG
PEREMPUAN BERPAKAIAN BAGUS- BAGUS. SI PEREMPUAN BERJALAN DI MUKA DAN SI LAKI-LAKI
BERJALAN DI BELAKANGNYA. TAPI DI DEPAN KEDAI YANG SI LAKI-LAKI MELAMBATKAN LANGKAH,
MEMANDANG MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN, DAN IA MEMANDANG TERLALU
LAMA; DEMIKIAN LAMA SIHINGGA PEREMPUAN YANG DI IRINGKANNYA MENARIK TANGANNYA.
MIRA : (berteriak) hei..! apa arti ludah itu? Takut suamimu di rebut. ?
SI BAJU BIRU : Engkau juga pengecut mira!! Mengapa perempuan itu tidak kau kejar?
SI BAJU PUTIH : ada-ada saja mira ini....baiknya kita tidak sampai melihat darah
SI BAJU BIRU : siapa tahu, antara suami istri itu sesampai di rumah keluar darah
MIRA : kalau tidak mnegerti, sudah ! jangan bertanya lagi. Jangan bicara lagi lebih
baik minum kopi. Itu lebih aman.!
SI BAJU BIRU : ya, ya, terkadang kita sebagai tukang kopi mira terlalu pintar. Payah kita
bicara tentang dia. Tempat mira mestinya di sana di...?
SI BAJU PUTIH : itu menghina dong. Tempat mira mestinya di sana, di samping paduka
tuan, jadi nyonya paduka tuan, kan di zaman sekarang ini banyak paduka
tuan-paduka tuan yang di zaman peperangan pada bersembunyi takut mati,
tiba-tiba sekarang muncul dengan kedudukannya yang hebat-hebat, saking
hebatnya merasa perlu mempunyai bini dua atau tiga.
SI BAJU PUTIH : dunia ini memang tidak beres ! kita yang pernah capek, orang lain yang
merasakan kesenangannya.
MIRA : dari itu aku lebih senang jadi tukang kopi, sebab dari balakang dagangan ini
aku dapat melihat orang-orang yang tida beres rohaninya seperti kalian
MIRA : lantas? Kalau rohanimu beres, buat apa kau meluapkan rasa dongkolmu
terhadap keadaan sekarang di hadapanku? Toh di sini kedai kopi, orang di
sini boleh menggerutu dan mengomel sesuka hatinya. Tapi dagangan yang
kau hadapi bukan saksi yang akan mencatat segala omonganmu. Dagangan
itu ku sediakan untuk di beli!!
SI BAJU PUTIH : bagaimana akan kita borong semua yang ada di sini?
DARI KANAN DATANG SEORANG ANAK LAKI-LAKI KIRA-KIRA BERUMUR 13 TAHUN LANGKAHNA
TEGAS UCAPANNYA DI ARAHKAN KEPADA MIRA
MIRA : benar
SI BAJU BIRU : (kepada anak laki-laki) di suruh oleh tuan yang badannya kurus rambutnya
gondrong?
SI BAJU BIRU : celaka tiga belas (seraya tertaawa) bohongnya ketahuan juga!( dan
tambahnya di arahkan kepada mira) dia tentu marah mira.( mira asyik
membaca dan tidak membalas)
SI BAJU BIRU : (kepada ibu mira) bagaimana bu, kalau sudah ketahuan bohong?
IBU MIRA : orang tua seprti ibu ini tidak tahu apa-apa.
SI BAJU BIRU DAN BAJU PUTIH TERUS MEMPERHATIKAN MIRA YANG SEDANG MEMBACA SURAT.
LALU MIRA SEJURUS KEMUDIAN BERBICARA KEPADA ANAK LAKI-LAKI.
MIRA : katakan saja kepadanya, bahwa saya tidak dapat meninggalkan kewajjiban
di sini. Lebih baik dia saja yang datang kemari.
ANAK LAKI-LAKI : ya
ANAK LAKI-LAKI ITU TERUS BERJALAN KA KANAN, LANGKAHNYA TEGAS SEPERTI IA DATANG KE
DEPAN KEDAI KOPI, SETELAH ANAK LAKI-LAKI JAUH BERJALAN, SI BAJU BIRU MENEGUR MIRA
SI BAJU BIRU YANG SUDAH SERING TERTAWA SEKALI LAGI TERTAWA KEMUDIAN DIA MENDEKATI
SI BAJU PUTIH DAN TERUS BERBISIK DI TELINGA KAWANNYA
SI BAJU BIRU MAUPUN BAJU PUTIH TERTAWA LAGI TERKEKEH MEREKA TERTAWA . TIBA-TIBA SI
BAJU PUTIH MENUNJUK KE ARAH JAUH KE SEBELAH KIRI
MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN MELENGONG MELIHAT KE ARAH YANG DI TUNJUK
SI BAJU PUTIH, LALAI IA AKAN SURAT DI TANGAN, TAK TAHU SURAT AKAN DI REBUT OLEH SI BAJU
PUTIH. DAN SECARA CEPAT SI BAJU PUTIH MEREBUT SURAT DARI TANGAN MIRA. SECEPAT ITU
DENGAN GEMAS MIRA MEMANDANG SI BAJU PUTIH DAN LEBIH GEMAS LAGI IA MEMANDANG SI
BAJU BIRU . SI BAJU BIRU YANG TERTAWA-TAWA MENDAPAT SURAT, GEMBIRA MEMBACA
ISINYA
SI BAJU BIRU : mira meskipun kau barusan mendustai aku, tapi jiwamu dan duniamu
bagiku tetap merupakan soal ...oh, jiwamu duniamu,!! Betul –betul orang ini
sudah tidak waras otaknya.
SI BAJU PUTIH : jadi mira ini mempunyai dunia?
MIRA : sudah!
SSI BAJU BIRU : dengar dulu, dengar dulu,,(membaca lagi) karena itu aku ingin bicara
dengan kau berdua. Jangan di tempatmu...sebab ada.....heh jika di sebut
badut-badut. Apa maksudnya?
MIRA : sudah!!!
SI BAJU BIRU : (meneruskan pembacaan surat) dapatkah sekarang juga kau mninggalkan
tempatmubarang sebentar? Aku menunggu di gardu( berhenti membaca
seraya memberikan surat kepada mira) dan sekarang dia boleh menunggu
mira ya? Menunggu sampai kami yang di sebut baadut-badut ini pergi dari
sini?
SI BAJU BIRU : katakan kepadanya, mira. Bahwa di zaman sekarang ini bukan waktunya
lagi menumppuk perasaan rindu dendam seperti di zaman sebelum perang.
SI ABJU PUTIH : sekarang zaman serba cepat kalau tidak cepat tidak akan kebagian. Dan
kalau tidak kebaggian sekarang kapan lagi? Bayangan perang dunia ke tiga
sudah dekat.
MIRA : (membantah) bah ! kau tahu apa tentang perang dunia ketiga ? gampang
saja bicara tentang perkara yang kau sendiri tak tahu.
SI BAJU PUTIH : (langsung membalas) aku tidak tahu? Oh gampang saja, kau menuduh.
Buat apa orang tuaku dulu membayar uang sekolah supaya aku sekarang
pandai membaca koran?
MIRA : patut!!
SI BAJU BIRU PURA-PURA MINUM, DAN SI BAJU PUTIHPUN PURA-PURA MINUM, LAMA DULU
SEBELUM AWAL YANG BERDANDAN KURUS ITU TAMPIL LAGI DARI KANAN DENGAN LANGKAH
LESU TERHUNYUNG-HUNYUNG. SAMPAI DI DEPAN KEDAI IA TIDAK TERUS MENDEKATI BANGKU.
MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN MENGAJAK AWAL DUDUK.
AWAL : ya
TIBA-TIBA SETELAH IBU MIRA MENYODORKAN GELAS KOPI SUSU KE DEKAT AWAL, LALU BERKATA
SI BAJU BIRU DI ARAHKAN KEPADA MIRA.
SI BAJU BIRU : mira meskipun kau barusan mendustai aku, tapi jiwamu dan duniamu
bagiku tetap merupakan soal.....kau bagiku buakn tukang kopi, mira. Dan
aku ingin bicara berdua dengan kau. Jangan di tempatmu, sebab ada badut-
badut, karena itu
SI BAJU BIRU : aku bicara pada mira, betul, tidak mira ? ku tunggu engkau di gardu ya
mira?
AWAL : perlu apa kau mencampuri surat orang lain? Perlu apa?
SI BAJU PUTIH : mencampuri apa? Gampang saja marah pada orang. Pakai otak yang sehat
dong, jangan gampang berkata dan gampang saja menyebut badut pada
orang lain
SI BAJU BIRU : gila kau!! Gampang saja kau menyebut bukan manusia padaku.
SI BAJU BIRU MENGAMANGKAN TINJU, AWAL YANG SUDAH MENGEPALKAN TANGAN TIDAK
BERKATA LAGI, TERUS SAJA MENYEREBU MENINJUKAN KEPALAN TANGANNYA KEPADA SI BAJU
BIRU. YANG BERBADAN BESAR TINGGI. JAUH LEBIH BESAR DARI BADAN AWAL CEPAT
MENANGKIS DAN TERUS MEMBALAS DENGAN MENGASIH PUKULAN SENGIT. SEKALI, DUA KALI,
TIGA KALI IA MELEPASKAN PUKULANNYA. DAN AAWAL YANG BERBADAN KURUSS ITU PUN TAK
SANGGUP MENAHAN SERANGAN PEMBALASAN JATUH IA TERSUNGKUR KE TANAH.
BAJU BIRU TIDAK MENGINDAHKAN TERIAKAN MIRA IA MENGANKAT KAKI DAN MENGINJAK
AWAL.
MIRA : sudah!!!! Kau memang kurang ajar !!!! ayaoh nyah ... kau juga pergi
lekas !!!
SI BAJU BIRU : gara-gara ini ..nih!! biar kita pergi saja mari.!!!!
SI BAJU BIRU DAN SI BAJU PUTIH TERUS BERJALAN KE ARAH KANAN DENGAN TAK
MENINGGALKAN LAGI SEPATAH KATA. SEPENINGGAL KE DUA LAKI-LAKI ITU, MIRA BICARA
KEPADA IBUNYA YANG
BERCEMASAN.
AWAL : sampai hati kau membiarkan aku di hina orang di hadapanmu? .....kau
kejam! Tak sedikit juga kau merasakan perasaanku. Tak sedikit juga. Sudah
cukup tadi mempermainkan aku dengan mendusta, sekarang kau senang ya,
milihat aku di hina orang setelah kepercayaanku kau rusakan di depan orang
lain?...... mira kau senang melihat aku di pukuli orang? Melihat aku di hina
sambil aku tetap duduk di tempatmu?.... mira untuk itukah kau menyuruh
aku datang ke sini ? untuk merusak kepercayaanku?.. MIRA...!!!!
AWAL : tidak aku ingin mendengar jawaban. Untuk apa kau mempermainkan aku
mendustai aku, mambikin aku di hina orang?....... kau rupanya senang ya,
melihat aku mati untukmu?
PADA SAAT IBU MIRA MASUK KEDALAM RUANGAN KEDAI DATANG TERPOGOH-POGOH DARI KIRI
DUA ORANG PEMUDA, KEDUA-DUANYA BERUMUR DI BAWAH 20 TAHUNAN.TERPOGOH-POGOH
PULA PEMUDA ITU YANG BERJALAN DI MUKA MELAHIRKAN ERTANYAAN.
MIRA : tidak tidak ada apa-apa? Kalau mau minum silakan duduk
AWAL : kau....kau larang aku bicara? Tapi orang lain kau beri hati supaya bicara.
MIRA : mereka pembeli dagangan mas..dan antara kita tak ada yang mesti di
bicarakan.
AWAL : tak ada yang mesti di bicarakan? Kau anggap antara kita tak ada yang mesti
di bicarakan?
AWAL : hmmm jawabanmu jawaban manusia dewi, tapi sampai mana kau
merasakan perasaanku? Aku gelisah, kau tak mau tahu, aku sakit kau tak
acuh, aku di hina kau diam melihat, tidak! Kau tidak merasakan perasaanku.
Kau menutup hatimu.
MIRA : mas, pintu hati hanya dibuka oleh hati, dan hati saya sudah terbuka.
AWAL : biar!! Aku mesti bicara padamu. Selama kau bukan aku, aku mesti bicara
padamu icara sampai antara kita tidak ada soal.
MIRA : antara kita tidak ada soal. Apa pula yang mesti di persoalkan.
DARI KANAN DATANG SEORANG LAKI-LAKI TUA, BERUMUR KURANG LEBIH 58 TAHUN, BERBAJU
KAMPRET DAN BERSARUNG PELEKAT. DAN MELIHAT KEDATANGAN ORANG TUA ITU, MIRA YANG
DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN MENJADI GEMBIRA.
LAKI-LAKI TUA : (seraya duduk di atas bangku) masakan bosan?siapa pula yang bosan
datang di sini? Bukan bosan tapi sudah bulan tua? Ya anak muda?
LAKI-LAKI MUDA : jangan, jangan.... teh pahhit saja. Kalau minum kopi nanti bisa tak tidur.
Dan jika di rumah tak bisa tidur,,,, berat.
LAKI-LAKI TUA : kalau rumah yang kudiami sekarang sebesar rumahku sebelum peperangan
dulu, tak apa aku membuka mata di rumah pada malam hari. Sebab
pemandangan tidak sempit. Tapi rumahku sekarang hmmm, namanya saja
bukan rumah, hanya cukup untuk tidur.
LAKI-LAKI TUA : ya, siapa yang dulu rumahnya gedung, sekarang belum tentu bisa diam lagi
dalam gedung. Dan di atas reruntuhan gedung seperti rumahmu ini. Hanya
bisa didi rikan rumah bambu. Tapi bagaimanapun juga, dengan adanya kedai
kopimu di sini, engkau membuat jasa banyak.
MIRA : mengapa?
LAKI-LAKI TUA : orang-orang yang merasa tak betah di rumah itu, di malam hari terpaksa
keluar rumah. Dan disini bisa duduk-duduk sambil bicara-bicara meluapkan
keruwetan. (kapada awal) betul tidak anak muda?
AWAL : bapak seperti orang banyak, datang di sini untuk meluapkan keruwetan?
AWAL : tentu saja tak akan mengerti, kalau mengerti tak akan saya sebut badut.
Tapi semacam bapak ini, di zaman sekarang ini banyak. Kalau mereka bicara,
asal saja berbunyi, di sini di kedai kopi bicara mereka asal saja
menimbulakan rasa suka sebentar bagi dirinya sendiri dan bagi yang di bawa
bicara, tapi orang yang bukan badut, tentu akan menganggap mira bukan
sebagai pengusir keruwetan.
LAKI-LAKI TUA : bapak ini sudah tua sudah anak muda, sudah banyak mengalami
pertukaran zaman. Dan menurut pengalaman bapak, bagaimanapun juga
keadaan zaman, tapi akhir-akhirnya dalam hal menempaptkan peremmpuan
bagi laki-laki tak ada yang lebih sempurna di zaman kebesaran nabi
muhammad.
AWAL : zaman kebesaran nabi muhammad hhmm enak saja bapak bicara, seperti
pernah hidup di zaman itu, justru perkataan semacam itulah yang mesti di
berantas, perkataan asal di katakan, pak!! Dengan omongan bapak itu kian
jelas bahwa bapak seorang badut, berarti tak ada gunanya bicara dengan
saya.
LAKI-LAKI TUA : siapa sih pemuda itu, mira? Nampaknya dia pintar,tapi...
MIRA : di zaman sekarang ini, di mana ada manusia.. maksud saya , manusia yang
bisa di percaya?
LAKI-LAKI TUA : memang mira, sebagai orang tua, hidup di zaman setelah peperangan
sekarang ini akupun sering bertanya-tanya, apakah dunia sudah akan
kiamat.? .....dimana mana terjadi kekacauan, dimana-mana terjadi
penggedoran, perampokan, pembunuhan, seolah-olah sudah tak ada lagi
cinta di antara sesama manusia, antara kita saling curiga, sedang para
pemimpin duniapun pada berteriak menganjurkan damai tapi smbil bersedia
akan perang lagi. Ini semuanya menimbulkan kegelisahan. Dan kegelisahan
ini kurasakan pula. Tapi bagaimanapun juga, sebagai orang tua, aku masih
ada pegangan. Dan pegangan itu ialah pegangan kita bersama. Yaitu
kepercayaan kepada tuhan yang lebih berkuasa dari manusia. Akan tetapi
pemuda itu nampaknya sudah kehilangan pegangan sama sekali, dan itu
sangat berbahaya.
LAKI-LAKI TUA : tapi percaya padamu bukan berarti percaya kepada yang seharusnya mesti
di percaya.!!
LAKI-LAKI TUA : kau ini memang orang aneh juga, mira. Tapi ya, keanehanmu sebenarnya
memang tak usah kuanehkan lagi. Apa yang terjadi di depanmu memang tak
aneh. Tapi sudahlah! Aku tak akan lama mengganggu.
LAKI-LAKI TUA : aku ini sudah tua, mira. Dan meskipun aku bukan pemuda di zaman
sekarang, tapi akupun pernah merasakan apa yang di rasakan pemuda itu.
MIRA : hmmm tak ada yang beres manusia yang datang di sini ini. Kalau tidak
goblok. Menghina. Kalau tidak menghina maunya mengasih kursus.
Semuanya bukan lagi manusia. Dan semuanya mesti kuladeni. Seperti
pendapatan kita ini sama dengan gaji pembesar!
IBU MIRA TERDIAM SAJA, TERDIAM DUDUK MENGANTUK, SEKALI,,DUA KALI TIGA KALI IA MENGUAP
IBU MIRA : tadi siang ibu tak tidur, mira. Akibatnya sekarang ngantuk.
MIRA : kalau sudah ngantuk tidurlah. Toh sekarang sudah malam, tak akan datang
lagi banyak tamu.
TUDAK BERKATA LAGI IBU MIRA DIAM-DIAM MEMASUKI PINTU KEDALAM RUMAH DAN TERUS
TAK MUNCUL LAGI, LONCENG TERDENGAR DI KEJAUHAN BERBUNYI SEPULUH KALI . DAN
SEBENTAR SETELAH ITU TERDENGAR SUARA LONCENG YANG PENGHABISAN. DATANG DARI KIRI
AWAL DENAGN LANGKAHNYA YANG TERHUNYUNG-HUNYUNG SEPERTI TADI. DAN SEPERTI TADI
SAJA, SESAMPAI DI DEPAN KEDAI LAMA DULU BARU IA DUDUK DI ATAS BANGKU. DUDUK
MEBELAKNGI DAGANGAN.
AWAL : datangku ke sini untuk mempersoalkan jiwa kita, mira. Itulah soal kita.
MIRA : tapi saya sudah bilang antara kita sudah tak ada soal.
AWAL : kalau sudah tahu, tentu kau sekarang mau meninggalkan kedaimu
MIRA : itu tak perlu, lagi pula saya tak dapat meninggalkan kewajiban.
AWAL : mira kau tahu bahwa selain dari kau, orang banyak itu bagiku tak ada
artinya.
AWAL : tapi kau dengan duniamu lain dari yang lain. Kau berisi dan bukan tidak bisa
mengisi kekosongan orang lain.
MIRA : sudah, mas. Ini kedai kopi, dan orang-orang menuju kesini.
YANG DATANG ITU DUA ORANG LAKI-LAKI, KEDUANYA SEBAYA DENGAN AWAL, DATANG DARI
SEBELAH KANAN, LAKI-LAKI YANG BERJALAN DI MUKA BERCELANA PENDEK DAN MENJINJING
KODAK-SI JURU POTRET, DAN SEORANG LAGI, SEORANG WARTAWAN. MEMAKAI KACAMATA,
TANGANYA MEMEGANG MAP TEMPAT SURAT-SURAT, MASIH JAUH MEREKA KE DEPAN KEDAI.
MIRA YANG DUDUK DI BELAKANG DAGANGAN SUDAH MENYAMBUT MEREKA.
JURU POTRET : ini ada saya bawa, tapi saya perkenalkan dulu kawan saya ini, dia
wartawan.
WARTAWAN : terimakasih.
JURU POTRET : boleh kau simpan, aku bikin banyak, dan satu di antaranya sudah diminta
oleh kawan saya ini.
WARTAWAN : dalam minggu ini juga mungkin nona akan melihat potret nona itu di
majalah yang saya pimpin.
MIRA : tapi saya lihat, koran-koran dan majalah-majalah di zaman sekarang lebih
mementingkan potret-potret orang resmi daripada misalnya potret seorang
rakyat biasa, yang cacat badannya oleh kecelakaan, lebih mementingkan
potret pembesar-pembesar,opsir-opsir, dan pemimpin politik yang di
interpiu...
AWAL : lebih mementingkan orang ngomomong, sekalipun omongan mereka asal
saja mengisi halaman koran.
WARTAWAN : dari itu, majalah yang saya pimpin itu akan memuat potret nona, potret
rakyat jelata.
MIRA : bahwa aku cantik, aku lebih tahu dari siapapun juga.
AWAL : dan kau sudah tahu juga, mira. Bahwa jika seorang di zaman sekarang ini
minta sesuatu padamu, itu adalah untuk kepentingan orang itu. Untuk itulah
potretmu akan di muat dalam majalah.
AWAL : dengan mendengar omongan saudara saya sudah mengenal jiwa saudara.
Dan itu bagi saya sudah cukup. Lebih cukup daripada mengenal nama dan
jabatan.
WARTAWAN : saudara! Saya rasa di zaman sekarang ini sudah bukan waktunya lagi
menempatkan diri sebagai dewa, sudah bukan waktunya lagi bicara dengan
menggunakan kata-kata yang tidak mungkin di pahami orang.
AWAL : siapa pula yang menempatkan diri sebagai dewa? Kalau perkataan saya
tidak di mengerti orang, bukan saya menempat diri sebagai dewa, tapi orang
itu mesti di sesalkan jiwannya, tapi di masyarakat kita sekarang, orang-orang
yang kering dan dangkal jiwanya itu banyak. Banyak sekali!
WARTAWAN : (kepada mira) bagaimana nona? Setuju kalau potret nona di muat dalam
majalah saya?
JURU POTRET : loh !! bukan kau mesti minta di bayar, mira. Tapi kau mesti kau berterima
kasih.
WARTAWAN : hahahah nona,, di mana di dunia ini ada majalah yang pernah membayar
seribu rupiah untuk pemasangan sebuah potret? Bahkan bintang film yang
sudah terkenal banyak menyerahkan potrretnya kepada majalah dengan
begitu saja.
MIRA : tapi saya bukan bintang film. Dan tak mau di samakan dengan bintang film.
WARTAWAN : begini saja nona, harap nona tahu bahwa majalah yang saya pimpin itu
majalah kepunyaan bangsa sendiri. Kalau nona sudah sadar atas panggilan
zaman dan insyaf. Atas kewajiban sebagai bangsa, apa salahnya kita bekerja
bersama-sama untuk bangsa dan untuk tanah air yang kita cintai..
AWAL : (seraya bangkit dan berdiri) bekerja bersama-sama! Tanah air yang kita
cintai! Ayaoh apa lagi? Mengapa tidak di katakan pula bahwa tanah air itu
indah dan molek? Biar lebih enak di katakannya.
AWAL : atas nama mira saya minta supaya saudara bicara yang benar. Bicara secara
manusia, janagn asal saja berbunyi....betul di sini kedai kopi tapi lihat orang
yang duduk di belakang daganagan itu manusia. Manusia! Bukan boneka
atau keranjang sampah yang boleh di lempari kata-kata asal di katakan.
WARTAWAN : siapa pula yang menyamakan nona ini dengan keranjang sampah?
AWAL : siapa pula? Hh... bahwa omongan sendiri keluar dari jiwa yang picik sudah
tidak di sadari! sangkamu apa yang kau katakan tadi. Itu tidak merupakan
omong kosong bagi pihak yang mendengar? Sangkamu orang yang kau ajak
bicara itu mempunyai jiwa yang sama dengan duniamu..duniamu yang
sempit picik, asal ngommong?
AWAL : (setelah tinggal berdua) hmm badut-badut melulu yang datang di sini.
MIRA : dari itu.... mas lebih baik tinggal diam di rumah. Di sini kedai kopi.
AWAL : tapi selama kau tak dapat ku bawa, aku takakan pergi.
AWAL : apa arti diri sendiri, jika ada diri lain tempat menyerahkan kepercayaan?
MIRA : tapi di zaman sekarang. Mas. Kita mesti percaya diri sendiri. Jangan
percaya orang lain.
AWAL : mira ! masarakat sekarang banyak badutnya, adalah karena orang tak mau
menyerahkan kepercayaan pada orang lain. Tapi aku, selama perempuan di
lahirkan ke dunia untuk jadid kaean hidup laki-laki, selama itu aku harus dan
mesti menyerahkan kepercayaan pada orang lain yang akan kujadikan
kawan hidupku. Dan bagiku sekarang sudah jelas. Bahwa kau dengan
duniamu yang tidak sempit adalah manusia yang kucari- cari selama ini.
AWAL : kau dengan jiwamu yang penuh berisi kehidupan adalah paduan dari
keindahan surga yang kuimpikan dan kepahhitan dunia yang kurasakan,
kaulah wujud wanita utama.
MIRA : hm kau memuji! Tapi siapa yang mau percaya, bahwa dunia sekarang ini
ada manusia yang lebih mencintai orang lain daripada mencintai diri sendiri?
AWAL : siapa pula yang percaya? Eungkau tidak. Aku pun tidak tapi untukmu, aku
akan mencoba.
MIRA : tapi sekarng mas lebih baik pulang. Ibu saya sudah tidur, dan sebentar lagi
kedai itu akan ditutup.
AWAL : kalau kedai di tutup, kau akan ku bawa, dan kalau kau tak dapat di bawa,
aku kan ikut ditutup di dalam kedai.
MIRA : jadi mas akan menyiksa orang lain? Menyiksa saya? Itukah percoban mas
hendak mewujudkan bahwa Mas lebih mencintai orang lain daripada
mencintai diri sendiri?(awal berdiam diri tidak menjawab) itukah tandanya
mas cinta? Tandanya masa berlainan dari orang lain yang mas sendiri
namakan badut? Saya tahu, mas, saya tahu bahwa perkataan yang akan saya
katakan ini bagimu tajam, lebih tajam daripada diam saya selama ini, tapi
saya terpakas mengatakannya. Tidak lain supaya mas tahu bagaimana
anggapan saya terhadap mas....mas, apa yang kau lakukan selama ini di
hadapanku bagiku lebih membadut daripada kelakuan orang-orang yang kau
sendiri namakan badut, kau mencela jiwa orang lain, tapi kau sendiri
merangkak-rangkak di bawah kaki mereka, kau badut besar, akibat
peperangan kau sudah kehilangan pegangan. Kehilangan kepercayaan pada
diri sendiri. Padahal di zaman setelah peperangan sekarang, bagi kita tidak
ada yang mesti di percaya selain dari diri sendiri, tidak ada, sungguh tiadak
ada!
AWAL : kalau itu yang kau katakan, keindahan surga yang kau impikan tinggal tetap
impian, dan kau bagiku adalah kepahitan dunia belaka. ( terus bangkit
berdiri seraya katanya lagi) selamat tinggal, mira!
MIRA : kau mau bunuh diri ? mengapa kau tidak berani membunuh aku?
AWAL : mengapa?
AWAL : jadi kau masih juga menuduhku badut? Menuduh aku sama dengan orang
banyak yang suka omong kosong di hadapanmu?
MIRA : kalau kau cinta padaku, bunuh aku! Bunuh aku dengan segenap cintamu.
AWAL : gila kau! Aku cinta padamu karena ada cita-cita, karena menginkan hidup
bersama.
MIRA : tidak! Kau dan aku mesti mati. Mati bersama. Sebab aku tidak percaya kau
dan aku hidup bersama. Aku tidak percaya cintamu padaku akan melebihi
cintamu pada dirimu sendiri.
AWAL : mira, mari kita tinggalkan kedai ini, kita bicara di alam luas, di bawah
cahaya bintang.
MIRA : tapi saya tak dapat meninggalkan kewajiban sebagai tukang kopi.
AWAL : mira! Mengapa kau terikat benar dengan kedaimu ini? Mesti kuhancurkan
kedai ini untuk membuktikan bahwa kau bagiku bukan tukang kopi?
MIRA : mas, jangan pula hendak menimbulkan kepercayaan dalam hatiku dengan
mengatakan yang bukan-bukan. Kedaiku ini duniaku. Dan kedaiku ini kuat,
sedangkan tenaga jasmanimu lemah.
AWAL : katakanlah mira, bahwa keu mau ku bawa hanya jika kedai ini ku ku
bongkar!
MIRA : kau tak akan mempunyai tenaga sampai ke sana. Dan jika kau mengatakan
sanggup membawa aku dari sini dengan membongkar kedai ini. Itu hanya
omongkosong belaka. Omong kosong seperti orang banyak..
MIRA : bagaimana saya mesti percaya, kalau bagi saya di dunia sekarang ini sudah
tak ada lagi yang mesti di percaya?
AWAL TIDAK MEMBALAS LAGI TANGANYA YANG SUDAH DI KEPALKAN TERUS SAJA DI
JANGKAUKAN KEPADA MEJA DAN RAK DAGANAGN YANG MENGHALANGI DIA DAN MIRA.
KEMUDIAN RAK DAN MEJA DAGANAGN ITU DI GONCANG-GONCANG, DI RENGGUT-RENGGUT,
DAN DI ANGKAT-ANGKAT, DAN BARANG DAGANGAN BERJATUHAN.
TAPI AWAL TERUS MERENGGUT-RENGGUT MEJA DAN RAK DAGANGAN TERUS MENGELUARKAN
TENAGA. DAN TERUS MENGELUARKAN TENAGA. DAN NAFASNYA MEGAP-MEGAP, KERINGAT
KELUAR
TAPI AWAL SEPERTI TIDAK MENDENGAR. IA TERUS MENGELUARKAN TENAGA, TERUS BERUSAHA
MEMBONGKAR MEJA DAN RAK DAGANGAN, AKHIRNYA MEJA DAN RAK DAGANGAN ITU PUN
TERBONGKAR, TAPI AWAL JATUH TENGANYA BERDARAH. DAN JIKA DIA BANGKIT LAGI
, SEMPOYONGAN IA BERDIRI DAN NAFASNYA PENDEK-PENDEK.
MIRA BANGKIT BERDIRI, TERUS BERJALAN KELUAR KEDAI, MENDAPATKAN AWAL, BERJALAN
DENGAN MENGGUNAKAN KRUK PADA KEDUA KETIAKNYA. DAN MELIHAT ITU AWAL YANG
SUDAH BERNAFAS PENDEK-PENDEK ITU MUNDUR, TENAGANYA YANG BERDARAH MERABA
KEPALANYA. MATANYA YANG BERKERINGAT DI KEDIP-KEDIPKAN.
AWAL : oh...
MIRA : (seraya menyapu air mata di pipi) ya, mas. Inilah kenyataanku. Kakiku dua-
duanya buntung. Buntung karena peperangan tapi lantaran inilah, mas.
Lantaran ke atas aku cantik dan kebawah aku cacat, aku bagimu merupakan
paduan dari keindahan surga yang ku mimpikan dan kepahhitan dunia yang
kau rasakan...merupakan wanita utama. Tapi sekarang....
MIRA : (seraya mengisak) aku tahu, mas....aku tahu bahwa kau tak akan dapat
mencapai cita-citamu. Tapi kau bagiku, mas....... kau bagiku adalah satu-
satunya manusia yang mesti kumuliakan. Kau dengan kejujuranmu sudah
menumbuhkan cinta dan menimbulkan kepercayaan baru dalam hatiku.
DAN SETELAH ITU , DI DEPAN KEDAI KOPI YANG SUDAH RUSAK BERANTAKAN ITU PUN SUNYI.
YANG KEDENGARAN ISAKAN MIRA.
TAMAT
AWAL DAN MIRA
Drama Satu Babak
AWAL
MIRA
IBU MIRA
SI BAJU BIRU
SI BAJU PUTIH
ANAK LAKI-LAKI
SI PEREMPUAN
LAKI-LAKI TUA
JURU POTRET
WARTAWAN
PEMUDA 1
PEMUDA 2