Anda di halaman 1dari 17

Drama 3 babak

SELAI
STROBERI
(a.k.a Strawberry Jam)

Karya Fahmi Nizar Maulana

nizarsky@gmail.com

PERHATIAN!

Apabila hendak mementaskan karya ini, diharap untuk menginformasikan kepada penulis terlebih
dahulu, sebagai pemberitahuan dan silaturahmi. Terima kasih.

1
DRAMATIC PERSONAE

Nina : gadis umur 19 th, buta karena kecelakaan bersama kekasihnya, pernah masuk rumah
sakit jiwa karena sering berbicara sendiri

Rudolf : pria umur 25 th, kakak Kila, seorang pemilik bakery yang hampir bangkrut

Laila : wanita umur 23 th, pembantu rumah tangga baru di rumah itu

Bibi Rohana : umur 35 th, kepala pembantu rumah tangga

Gunawan : pria umur 30 tahun, supir Rudolf

Tukang Pos : pria, umur terserah

2
BABAK I

PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANG TAMU DI DALAM RUMAH TUA DENGAN


ARSITEKTUR LAMA. DI RUANGAN ITU TERDAPAT FOTO KELUARGA BESAR, MEJA, KURSI, LEMARI
KECIL

DIDALAM PANGGUNG TERILIHAT NINA YANG BERBICARA ENTAH KEPADA SIAPA DI PINGGIR
JENDELA, DAN LAILA SEDANG MEMBERSIHKAN PERABOTAN RUMAH TANGGA YANG ADA DI RUANG
TAM

NINA (menatap jendela, sambil meracau)

Benar, sayang. Aku rasa berlebihan rasanya apabila bunga mawar dianggap sebagai bunga paling
indah di dunia. Karena aku yakin, di dunia ini pasti ada bunga yang lebih indah daripada bunga
mawar. Kau setuhu?

LAILA AGAK GELISAH KARENA MAJIKANNYA MERACAU TIDAK JELAS, NAMUN TETAP BERUSAHA
MELANJUTKAN PEKERJAANNYA

NINA (lanjut meracau)

Tentu saja, bunga anggrek hitam itu menurutku cukup cantik, cocok sekali untuk hiasan di toko
bungamu... tetapi aku rasa kau tidak perlu menjualnya sayang, karena bunga itu adalah bunga yang
sangat langka. Cukup jual saja bunga mawar yang jelek itu!

BIBI ROHANA (masuk membawa sepiring makanan)

Nona Nina, aku membawakan makanan kesukaan anda, roti tawar dengan selai stroberi dan
tambahan empat puluh biji wijen. Apakah nona ingin memakannya sendiri? atau disuapi?

NINA

Jangan sekarang Bi!, apakah kau tidak tau aku sedang mengobrol!

BIBI ROHANA

Tetapi ini waktunya Nona makan, nona tidak makan sejak tadi pagi kan?

NINA

Bibi! Kenapa kau terus saja membantah! Aku sudah katakan sebelumnya kalau aku sedang berbicara
dengan Riki! Apakah kau sudah buta?! Dan kuberi tahu ya Bi!, kalau aku mengatakan bahwa aku
tidak mau makan! Maka aku mengatakan hal yang sebenarnya! Aku tidak mau makan!

BIBI ROHANA (agak ketakutan)

Te..tetapi non...

NINA

Tapi? Kau masih sanggup berkata Tapi? Aku meragukan sopan santunmu Bi! Ingatlah kau hanyalah
pembantu di Rumah ini!

3
BIBI ROHANA TERTEGUN, KEMUDIAN PERGI DENGAN KESAL TANPA MENINGGALKAN SEPATAH
KATAPUN

NINA

Begitulah orang-orang disini Riki, mereka tidak punya sopan santun. Ya.. aku memakluminya karena
mereka memang putus sekolah, atau memang tidak bersekolah, jadi.. mereka tidak pernah belajar
sopan santun..

MASUKLAH RUDOLF DENGAN AGAK MARAH

RUDOLF

Nina! Apa yang aku katakan kemarin? Apakah kau tidak bisa menjaga bicaramu?

NINA

Ada apa kakak? Aku hanya berusaha mengingatkannya saja!

RUDOLF

Apa yang kau coba ingatkan? Kau telah membentak orang yang sedang mengingatkanmu untuk
makan!

NINA

Siapa yang membentak?

RUDOLF

Kau tidak perlu berbohong, Nina! Tetangga sebelah pun tahu bahwa kau membentak Bibi Rohana!
Lagi pula, tidak mungkin Bibi Rohana Menangis kalau kau tidak membentaknya!

NINA

Kakak...

RUDOLF

Kau tidak!.... ahhhh.. ayo, masuklah kekamarmu sekarang juga! (menyeret Nina)

NINA (berusaha memberontak)

Tapi, kakak... Riki!

RUDOLF

Hentikan halusinasimu Nina! Riki sudah mati!

NINA

Tidak, kakak! Riki! Tolong aku!

4
RUDOLF MENYERET NINA MENUJU KAMARNYA. SEMENTARA LAILA SEDANG MEMBERSIHKAN
RUANGAN, KEMUDIAN MASUKLAH GUNAWAN

GUNAWAN

Laila!

LAILA (agak kaget)

Kak Gunawan?

GUNAWAN (gembira)

Kebetulan sekali kita bertemu disini

LAILA

Memangnya ada apa kak?

GUNAWAN

Aku dengar dari bibi rohana, bahwa kau ingin sekali sepatu kulit warna coklat yang ada di toko ujung
jalan, apakah itu benar?

LAILA

Benar kak, memangnya ada apa?

GUNAWAN

Ah, bukan apa-apa.. sebenarnya aku telah memesankanya untukm

LAILA

Untukku?

GUNAWAN

Iya, untukmu Laila...

LAILA (hendak menyela)

Kak..

GUNAWAN

Walaupun aku sebenarnya harga sepatunya cukup mahal, dan aku tidak punya uang untuk
membelikannya dengan uang tunai, tetapi aku akan mengusahakannya dengan menyisihkan
sebagian gajiku...

LAILA (kembali hendak menyela)

Kak gunawan..

5
GUNAWAN

mungkin minggu depan aku akan ambil sepatu itu, dan setelahnya aku akan cicil dengan gajiku,
dan...

LAILA (menyela)

Kak Gunawan!!

GUNAWAN

Ya, bagaimana?

LAILA

Kakak tidak perlu membelikannya kak, aku sudah menghilangkan keinginanku terhadap sepatu itu.

GUNAWAN

Tapi.. Laila..

LAILA

Tidak usah kak, aku tahu perasaan kakak terhadapku, kakak pun juga sudah tahu perasaanku, aku
menghargai perasaan kakak. Tetapi maafkan aku kak, aku tidak bisa menerima perasaan kakak,
karena kakak sudah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri..

GUNAWAN

Laila.. aku tahu mungkin perasaanku ini tidak mungkin terbalas, tetapi aku mohon, setidaknya sekali
saja, aku ingin membahagiakanmu walaupun sekali saja.

LAILA

Kak.. kakak adalah orang yang baik, kakak tidak seharusnya...

GUNAWAN (menyela)

Tidak laila, biarkan aku membelikan sepatu itu untukmu, ya?

LAILA (berpikir sejenak)

Baiklah, kalau kakak memaksa..

GUNAWAN

Baguslah Laila, terima kasih.. kalau begitu, eh.. kau tahu kemana Bibi Rohana?

LAILA

Bibi Rohana, ada di dapur, kak. Perasaannya sedang tidak enak

GUNAWAN

6
Tidak enak kenapa?

LAILA (sedikit mengecilkan suara)

Nona Nina..

GUNAWAN

Ah.. wanita gila itu..

LAILA

Memangnya apa yang sebelumnya terjadi kepada Nona Nina, kak?

GUNAWAN

Ah.. ya.. kau belum tahu ya.. jadi ceritanya sangat panjang. Nona Nina dahulu memiliki seorang
kekasih yang bernama Riki, dia adalah seorang penjual bunga. Tetapi hubungan mereka berdua tidak
disetujui oleh Tuan Rudolf. Jadi mereka memutuskan untuk kabur dari rumah, tetapi ketika
diperjalanan, mereka diserang oleh sekawanan preman. Riki dan Nona Nina dibuang di sebuah
jurang, Riki tewas didalam ambulans dalam perjalanan ke rumah sakit, sedangkan Nona Nina
beruntung karena masih bisa hidup, ya.. walaupun matanya kini tidak bisa melihat apa-apa

LAILA

Kasihan sekali Nona Nina

GUNAWAN (sedikit membisik)

Ya, dan setelah kejadian itu, kondisi mental Nona Nina sedikit terganggu, karena dia tidak bisa
menerima kenyataan bahwa Riki sudah tewas.... dan... (melihat sekitarnya)

LAILA (penasaran)

Dan apa?

GUNAWAN (membisik)

Kabarnya, Tuan Rudolf....

TIBA-TIBA SAJA RUDOLF MASUK KE RUANGAN

RUDOLF

Gunawan!

GUNAWAN (kaget)

Ya, Tuan?

RUDOLF

besok antarkan aku ke rumah temanku, ada urusan yang harus kuselesaikan disana

7
GUNAWAN

Rumah Nyonya Suri, tuan?

RUDOLF

Ya, benar. Besok pagi-pagi sekali ya

GUNAWAN

Baik tuan. (berbisik kepada laila) Aku, pergi dulu ya.. (kembali berbicara kepada rudolf) permisi tuan

GUNAWAN PERGI MENUJU DAPUR UNTUK MENEMUI BIBI ROHANA, LAILA YANG MASIH MENJADI
PEMBANTU RUMAH TANGGA YANG BARU MASIH KAKU DAN DIAM SAJA MENGHADAPI TUANNYA

RUDOLF

Laila?

LAILA

Ya, t-tuan?

RUDOLF (tersenyum)

Besok kau masakkan aku makanan kesukaanku ya?

LAILA

Baik tuan, kalau boleh tahu, apa makanan kesukaan tuan?

RUDOLF

Tanyakan saja pada Bibi Rohana, dia sudah tahu segalanya di rumah ini

LAILA

Baik, tuan

RUDOLF

Baguslah.. oh, ya.. dan satu lagi..

LAILA

Apa itu tuan?

RUDOLF

Kau sangat cantik hari ini

LAILA (bingung)

Terima kasih tuan.. aku tidak tahu kalau tuan memperhatikan aku selama ini..

8
RUDOLF

Hahaha.. kau terlalu polos Laila

LAILA HANYA DIAM SAJA KARENA TIDAK TAHU HENDAK MENJAWAB APA

RUDOLF

Kalau begitu, istirahatlah saja Laila. Ini sudah malam, kenapa kau selalu membersihkan rumah saat
malam hari?

LAILA

Oh, tidak apa-apa tuan, aku hanya tidak suka melihat keadaan rumah yang kotor, tuan

RUDOLF

ya.. kalau begitu, baguslah. Pertahankan etos kerjamu itu. Aku masuk dulu

LAILA

Baik tuan

BABAK II

ESOK HARI HAMPIR SUBUH. KONDISI PANGGUNG GELAP, SUARA DERAP KAKI DAN TERIAKAN DAN
RACAUAN NINA. TAK LAMA KEMUDIAN SUARA BIBI ROHANA BERTERIAK HISTERIS MEMANGGIL
RUDOLF. SEKETIKA ITU SEMUA ORANG LANGSUNG BERKUMPUL DI RUANG TAMU

BIBI ROHANA

Tuan Rudolf! Gunawan tuan! Gunawan!

RUDOLF

Tenanglah Bi, ada apa?

Bibi Rohana

Gunawan, tuan!

RUDOLF

Ada apa dengan Gunawan?!

Bibi Rohana

Gunawan dibunuh!

Laila

Tidak mungkin!

9
(SEISI RUANGAN TERKEJUT)

RUDOLF

Apa? oleh siapa??

BIBI ROHANA (menangis)

Aku tidak tau tuan!, tetapi aku takut kejadian ini hampir sama seperti kejadian sebeumnya!

RUDOLF

Apa maksudmu?

BIBI ROHANA

Nona Nina, Tuan!! (mendekat dan sedikit berbisik) aku takut ini sama seperti kejadian sebelumnya!

RUDOLF

Apa? dimana dia sekarang?!

BIBI ROHANA

Dia, sekarang ada di kamar Gunawan!

RUDOLF LANGSUNG BERLARI MENUJU KAMAR GUNAWAN, SEMENTARA BIBI ROHANA SEKETIKA
BERUBAH EKSPRESI KETIKA RUDOLF BERLARI MENUJU KAMAR GUNAWAN.

BIBI ROHANA

Ya tuhan! Tidak Mungkin!

LAILA (menangis karena ketakutan)

Bi, apa yang sebenarnya terjadi?

BIBI ROHANA

Kita harus segera pergi dari sini Laila!

LAILA

Tunggu bi, ceritakan dulu tentang Kak Gunawan!

BIBI ROHANA

Laila! Nyawa kita dalam bahaya!

LAILA

Maksud Bibi?

RUDOLF MEMBAWA MASUK NINA YANG TELAH BERLUMURAN DARAH DITANGANNYA

10
NINA

Berhentilah menyeret-nyeretku seolah-olah aku Buta kak!

RUDOLF

Nina! Apa kau gila! Kau telah membunuh Gunawan!

NINA

Aku tidak gila kak!, dan aku tidak buta! Selama ini Riki-lah yang menjadi mataku!

RUDOLF

Riki lagi, Riki lagi! Riki sudah mati!

NINA (membentak)

Riki belum mati kak! Dia ada disini, dan dia bilang dia membenci gunawan, jadi aku rasa dia memang
layak mati, dan sebenarnya aku pun tidak suka dengan dia!

RUDOLF

Kau gila! Besok kau akan kukirim ke rumah sakit itu lagi!

NINA (berteriak)

Tidak, kak!! Jangan penjara itu lagi!! (menangis)

BIBI ROHANA (ketakutan)

Lalu, bagaimana dengan mayat Gunawan, tuan?

LAILA

Kita laporkan polisi saja

RUDOLF

Tidak perlu, polisi hanya akan mengulur-ulur kasus ini dan tidak akan memberikan solusi apa-apa.
sebaiknya kita kuburkan saja mayatnya disebelah mayat Rina.

BIBI ROHANA

b-baik tuan

RUDOLF

Kalau begitu, Bi, kau ikut denganku untuk menguburkannya

BIBI ROHANA (semakin gelisah)

t-tapi tuan!

11
RUDOLF

Kita tidak punya waktu lagi Bi, hanya kau yang bisa kupercayas saat ini!

BIBI ROHANA (setelah berpikir dan menenangkan pikirannya)

b-baiklah tuan

RUDOLF

Dan, kau Laila, jaga Nina. Jangan sampai dia memegang benda tajam, atau apapun

LAILA

Baik, tuan

RUDOLF DAN BIBI ROHANA PERGI MENINGGALKAN RUANGAN. SEMENTARA LAILA MENDEKAT
KEPADA NINA YANG MENANGIS, DAN MENCOBA MENENANGKANNYA

LAILA

Tenanglah Nona

NINA (bertambah histeris)

Aku tidak mau masuk kedalam penjara itu lagi! Riki!!!!

LAILA (memegangi nina)

Tenanglah Nona, Riki masih pergi, nanti dia pasti akan kembali

NINA

Tahu apa kau? Hanya aku yang bisa merasakan kehangatan tubuh Riki, halus tangannya, suaranya,
dan segalanya! Hanya aku!

LAILA

Iya, nona.. aku tahu

NINA

Kau tidak tahu apa-apa! hanya dia yang mengerti tentang aku selama ini, tidak ada seorangpun yang
dapat menggantikannya! Tidak ada satupun!!

LAILA

Baiklah, kalau begitu. Mari kita ke kamar Nona saja, Riki pasti sedang berada disana menunggu Nona

NINA KEMUDIAN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK. LAILA YANG SEMAKIN PANIK MEMBAWA NINA
PERGI MENUJU KAMARNYA SENDIRI

12
BABAK III

SIANG HARI, RUMAH NAMPAK SEPI, LAILA HENDAK MENUJU DAPUR STELAH USAI MENYIRAMI
TANAMAN, TIBA-TIBA DATANG TUKANG POS MEMBAWA PAKET

TUKANG POS

Permisi nona?

LAILA

Ya, ada yang bisa saya bantu?

TUKANG POS

Saya membawa paket untuk nona Laila Arifudin

LAILA (bingung)

Oh, saya Laila Arifudin

TUKANG POS

Kalau begitu, ini dia paketnya Nona, dan tanda tangan disini (menyodorkan kertas dan bolpoin)

LAILA (menandatagani kertas itu)

Baiklah.. terima kasih

TUKANG POS

Sama-sama nona, kalau begitu, saya pamit dulu, permisi..

LAILA LANGSUNG MEMERIKSA PENGIRIM PAKET ITU, NAMUN TIDAK ADA ALAMAT PENGIRIM ATAU
SEBAGAINYA. TIBA-TIBA SAJA BIBI ROHANA KELUAR DENGAN MEMBAWA TAS BESAR BERISI
PAKAIAN

LAILA (heran)

Bibi mau kemana! (menghentikan Bibi Rohana)

BIBI ROHANA (ketakutan dan terburu-buru)

Aku akan pergi dari sini, Laila. Kau harusnya juga pergi dari sini. Rumah ini sudah tidak aman lagi.
Karena rumah ini telah dipenuhi oleh iblis!

LAILA

Aku tahu, kematian Gunawan telah membuat Bibi takut, tetapi kenapa harus pergi?

13
BIBI ROHANA

Tidak, Laila. Tempat ini adalah empat yang terkutuk. Ikutlah aku, kita pergi dari rumah ini bersama-
sama

LAILA

Tunggu bibi!, Rumah ini masih memerlukan kita, kematian Gunawan mungkin mengerikan, tetapi itu
bukan alasan bagi bibi untuk pergi!

BIBI ROHANA

Laila! Aku telah tinggal di rumah ini bahkan sebelum kau ada disini! Ayolah, kau harus ikut denganku,
sebelum tuan Rudolf membunuh...

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA TEMBAKAN TERDENGAR. PELURU ITU TERNYATA MENUJU KE


PUNGGUNG BIBI ROHANA. TEPAT KE BELAKANG JANTUNGNYA

LAILA (terkejut)

Bibi! Bibi!!! Tolong!!!

BIBI ROHANA TERGELETAK TAK BERDAYA, SEMENTARA RUDOLF MUNCUL DENGAN TENANG
DENGAN MEMBAWA PISTOL YANG MASIH HANGAT DAN BERASAP DIUJUNGNYA

RUDOLF (panik, tetapi berusaha tenang)

Tenang saja Laila, tenang..

LAILA (menangis)

Tuan! Apa yang tuan lakukan!

RUDOLF

Husss.. jangan berteriak Laila, aku hanya melakukan sesuatu yang harus dilakukan

LAILA

Dengan membunuh Bibi Rohana?! Tega sekali tuan melakukan ini? apa yang tuan inginkan?

RUDOLF (gugup)

Aku.. ak-aku sebenarnya..

LAILA

Ooh.. aku tahu.. jadi tuan juga yang membunuh Gunawan dan juga orang yang sebelumnya tinggal
disini?

RUDOLF

Laila.. apakah kau...

14
LAILA

Seharusnya aku tahu sejak awal, dan seharusnya aku bisa mencegah semua ini!

RUDOLF

Laila!

LAILA HANYA TERDIAM

RUDOLF

Apakah kau mendapatkan paketnya? (sambil mendekat kepada Laila)

LAILA

Jangan mendekat! Aku tidak sudi berdekatan dengan seorang pembunuh keji sepertimu!

RUDOLF

Paket itu berisi sepatu yang selama ini kau inginkan laila!

LAILA

Persetan dengan sepatu!

RUDOLF (membentak)

Kenapa kau tidak mengerti? Selama ini aku mencintaimu Laila! Apa yang kau sukai dari Gunawan?
Lihatlah aku Laila, Lihat! Aku memiliki segala hal yang tidak dimiliki Gunawan! Kenapa kau lebih
memilihnya?!

LAILA

Jadi itu alasannya? Jadi itu alasan tuan membunuh Gunawan? Tuan cemburu buta terhadap
Gunawan yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apa-apa denganku?!

RUDOLF (terkejut)

Jadi, maksudmu...

LAILA

Ya, gunawan memang mencntaiku tuan, tetapi aku tidak. Dan seharusnya sekarang dia masih berdiri
disini, masih tertawa, dan masih hidup! oh tuan.. dia adalah orang yang sangat baik! Bahkan lebih
baik daripada tuan! Tidak sepantasnya tuan mengadili nyawa seseorang dengan semau tuan. Tuan
telah mengorbankan nyawa seseorang hanya karena ketidak tahuan yang konyol! Dan tuan menjual
kejiwaan adik tuan sendiri? tuan adalah manusia yang paling buruk yang pernah aku temui!

RUDOLF (mulai menangis)

Laila.. tolong laila.. tolong..

15
LAILA

Bahkan seharusnya tuanlah yang harusnya mati, bukan Gunawan! Bukan Bibi Rohana! Dan Bukan
siapa-siapa!... tetapi tuan! Tuanlah....

RUDOLF

Maka Bunuhlah aku Laila! Bunuhlah! Aku memang pantas mati!

(Rudolf menangis tersedu-sedu, sambil menodongkan pistolnya ke kepala)

Sejak kecil aku telah hidup menderita. Hidup dengan seorang ayah yang sangat kasar, yang akan
seallu memukuliku apabila aku melakukan sedikit kesalahan saja. Beitu pula dengan adikku, ayahku
memperlakukannya dengan kasar. Aku tidak tega melihatnya kesakitan Laila! Aku sangat
menyayanginya! Aku tidak sanggup melihat dia disakiti lagi oleh pria bernama Riki yang selalu
membuat dia menangis. Perusahaanku hampir bangkrut, dan sifat adikku semakin berubah setelah
dia mengenal Riki. Aku tidak punya siapa-sia[a lagi, selain dia, Laila! Tidak ada satupun! Teman,
kekasih, orang tua, keluarga, tidak ada! Setiap hari aku hanya bisa menahan kata-kata dan
perasaanku tanpa ada siapapun yang mau mendengarkanku. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain
menyingkirkan Riki dari hidup Nina! Ya, aku sendiri yang membunuh Riki! Setelah dia dibuang
kejurang, aku menusukkan pisau ke tubuhnya berulang kali! Aku menyayatnya berulang-ulang kali!
Bahkan aku masih mendengar erangan kesakitan Riki pada saat itu, lidahnya aku potong sehingga dia
tidak bisa berbicara dengan jelas, kemudian aku benturkan ekpalanya berulang kali pada sebuah
batu! Itu semua aku lakukan karena aku menyayangi Nina! Aku merindukan adik kecilku..

Laila

t-tuan Rudolf.. aku tidak bermaksud..

RUDOLF

Setelah semua itu berlalu, aku kria aku akan mendapatkan adikku kembali, tetapi dia malah
kehilangan matanya dan mulai menjadi gila. Dia semakin jauh dariku. Entahlah Laila! Setelah itu aku
membunuh Rina karena mencoba melaporkanku kepada polisi! Kemudian... kau mulai masuk ke
rumah ini. disaat itulah aku merasa menemukan separuh jiwaku yang hilang, kehalusan tuturmu,
anggun, menawan, sopan. Tidak ada satupun wanita yang seperti dirimu laila! Aku mencintaimu
mellebihi siapapun! Bahkan melebihi bedebah gunawan itu!

(Rudolf berlutut dihadapan Laila)

Aku... aku mohon Laila.. aku sangat mencintaimu, aku.. aku tidak tau.. aku akan memberikanmus
egala sesuatu yang kau inginkan Laila.. tetapi jangna tinggalkan aku, aku tidak punya siapapun selain
dirimu!

HENING SEJENAK, LAILA MENGHAMPIRI RUDOLF YANG BERLUTUT DIHADAPANNYA DAN


MEMINTANYA UNTUK BERDIRI

LAILA

Tuan, Kalau aku tetap berada disisi tuan, apakah tuan akan mengentikan segala kengerian ini?

16
RUDOLF

Apapun untukmu Laila

LAILA KEMUDIAN LANGSUNG MEMELUK RUDOLF SAMBIL MENANGIS TERSEDU-SEDU. SPONTAN


RUDOLF PUN MEMBALAS PELUKAN LAILA

LAMPU PERLAHAN FADE OUT, KEMUDIAN BLACK OUT.

EPILOG*

CAHAYA DALAM RUANGAN REMANG-REMANG, LAILA BERADA DI TENGAH RUANGAN BERSAMA


SEORANG PRIA

LAILA

Sudah aku katakan berulang kali, bahwa bunga mawar adalah bunga yang jelek. Sebelumnya
bukankah kita setuju bahwa akan kita memajang anggrek hitam di tempatmu, benar kan Riki?

HANTU RIKI HANYA MENGANGGUK SEKALI. KEMUDIAN BLACK OUT

*CATATAN!: Babak IV bersifat opsional, bisa digunakan, bisa tidak

(Surabaya, 24 Februari 2017. Setelah sekian bulan di angan-angan, akhirnya selesai juga)

17

Anda mungkin juga menyukai