Lakon Remaja
Cahaya Rembulan
oleh Rusmila
DRAMATIC PERSONAL
- Abdullah (Lelaki)
- Fatimah
- Aisyah
- Hasan
- Bi Inah
- Lelaki Berjubah Putih
- Bartender
- Teman bartender
- Sopir
- Petugas rumah sakit
PROLOG
BABAK I
DI PUB BAR
BARTENDER
Ini bos Anda, bukan?
SOPIR (Mengangguk)
Teler lagi, Tuan? (Sambil membukakan pintu mobil, Bartender dan kawan-
kawannya meletakkan lelaki itu)
KAWAN BARTENDER
Gila ya, bos kamu itu, tiap malam tak pernah absen dari teler. Sudah, bawa
pulang sana!
SOPIR :
Terimakasih Tuan-tuan!
LELAKI
Eeh … eeh. Di mana, aku? (Setengah sadar)
SOPIR
Bos, kita akan pulang.
LELAKI
Pulang?. Ah, kau, Mir! Memang aku punya rumah tempat aku bisa pulang?
Memang ada yang menunggu aku pulang? Paling-paling si Inah, istri kamu
yang ada.
Mir, sudah, kita muter ke pub aja lagi.
SOPIR (bingung)
Anu, Tuan, maksud saya, saya tidak mau kembali ke pub karena di tempat itu
tadi saya lihat banyak polisi. Saya takut kena razia atau diusir.
LELAKI (Melonggo)
Oo … oo … oo! Kukira kau diusir. Kalau begitu kemana ja deh, Mir!
Pokoknya aku tidak mau pulang. Rumah besar itu seperti neraka buatku.
SOPIR
Baik, Tuan.
LBP
Abdullah, bangun! Bangun Abdullah! Bangun!
LBP
Aku adalah Kamu, Abdullah. Aku adalah suara hatimu. Aku adalah nafasmu.
Aku adalah Kamu …
LELAKI
Bohong. Kamu hantu, iblis, syaitan. (Suara keras)
LBP
Abdullah! Aku memang Kamu. Bagian lain dari hati nuranimu. Lihat …
lihatlah aku dengan seksama.
LBP
Abdullah, Kamu sudah sangat jauh tersesat. Apa yang Kamu cari? Semua
sudah Kamu punya. Kamu menyiksa dirimu sendiri. Mengapa Kamu begitu
bodoh menjerumuskan dirimu? Sadarlah! Lihatlah dirimu, tanyalah hati
nuranimu.
SOPIR
Maaf, Tuan.
BABAK IV
SOPIR
Anu, Tuan. Itu suara orang mengaji! Suara neng Fatimah, Tuan.
LELAKI
Fatimah. Putri bungsuku?
(Masih heran)
Kapan dia pulang?
SOPIR
Iya, Tuan
(sambil membuka pintu rumah)
Dia Sudah pulang tiga hari yang lalu dari pondok pesantren. Tuan tidak
bertemu dengannya?
SOPIR (Bergumam)
Bagaimana bisa bertemu, jika sudah tiga hari ini tuan tak pulang-pulang!
FATIMAH
Masuklah ayah. Fatimah kangen sama ayah. Ayah kurusan
(memegang-memegang tubuh ayah)
Sakit?
LELAKI (Menangis)
Maafkan ayah, Fatimah. Ayah … (tersedu-sedu)
FATIMAH
Ayah, mengapa harus minta maaf? Manusia itu tempatnya khilaf!
Alhamdulillah, ayah sudah pulang! Fatimah senang.
LELAKI (Tersedu-sedu).
Apa yang kamu baca? Bolehkah ayah tahu..
FATIMAH
Al-Quran. Buku Allah yang diberikan-Nya untuk dibaca manusia. Ayat yang
Fatimah baca tadi menerangkan tentang keberadaan Al-Quran. Itulah petunjuk
dan pegangan hidup bagi manusia. Ayah masih sering membacanya?
LELAKI (Menggeleng)
Ayah lupa dengan-Nya.
LELAKI
Apa maksudmu cuma berdua, Fatimah?. Bukankah ibumu juga kedua kakamu
ikut sahur bersama kita malam ini?
HERAN
BERHENTI
LELAKI
“Kenapa dengan Ibumu?”
SETENGAH MEMBENTAK
FATIMAH
Ibu, tadi siang dibawa ke rumah sakit jiwa. Beliau stress, ayah! Tadi beliau
mengamuk hebat begitu tahu, mba Aisyah hamil dan mas Hasan ditangkap
polisi saat sedang perta ganja dengan teman-temannya.
BABAK V
AISYAH
Dari siapa, Bi?
BI INAH
Anu, Non. Dari rumah sakit tempat ibu dirawat. Katanya penting.
SUARA DI TELEPON
(PEGAWAI RS)
Begini. Bisakah Anda ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu dengan ibu Anda!
AISYAH
Ba … baik. Saya ke sana segera!
HASAN
Siang, Pa! Kami keluarga ibu Khadijah. Tadi kami dapat telepon dari sini. Ada
apa dengan ibu kami.
PETUGAS RS
O iya. Mari silakan ikut saya!
PETUGAS RS
Mari!
KELUARGA (Serentak)
Ibu ….!
SELESAI