disusun oleh:
Kelompok 1
Maisaroh (141710101055)
Avinda Nur Rahmawati (141710101004)
Vania Dyta Pramita (141710101007)
Bagas Bayu Widyantoro (141710101079)
Pungky Wildan Zain (141710101106)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah tentang pamanfaatan sabut kelapa
sebagai bahan baku pembuatan surfaktan pada mata kuliah Teknologi Pengolahan
Produk Derivat adalah untuk mengetahui proses pembuatan surfaktan dan potensi
lignin sebagai salah komponen penyusun sabut kelapa sebagai bahan baku
pembuatan surfaktan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk tumbuhan berkeping satu
(monocotyledonae) dan berakar serabut dari golongan palem (palmae) (Warisno,
2000). Batang kelapa mengarah lusur ke atas dan tidak bercabang. Tinggi batang
bisa mencapai 30 m dengan garis tengah 20-30 cm, tergantung iklim, tanah dan
lingkungan lahan. Daun kelapa bertulang sejajar memiliki pelepah daun dengan
anak daun pada sisi kiri dan kanannya. Tajuk daun terdiri dari 20-30 buah, pada
pohon yang sudah dewasa panjang tajuk daun mencapai kurang lebih 5-8 m. daun
yang mudah tumbuhnya tegak, makin besar dan makin tua semakin condong
akhirnya terkulai dan berguguran. Tanaman kelapa disebut juga tanaman berumah
saru karena mempunyai bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon
(Suhardiman dalam Sarpenni, 2007).
Bunga betina tanaman kelapa akan dibuahi 18-25 hari setelah bunga
berkembang dan buah akan menjadi masak setelah 12 bulan. Buah kelapa
berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar kepala manusia.
Komposisi buah kelapa terdiri dari sabut (eksokarp dan mesokarp) dengan jumlah
35%, tempurung (endokarp) 12%, daging buah (endosperm) 28%, dan air buah
25%. Tebal sabut kelapa kurang lebih 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih
(Ketaren, 1986).
Pada mulanya hanya ada dua varietas kelapa yang diketahui, yaitu kelapa
varietas dalam dan varietas genjah. Kelapa varietas dalam berbatang tinggi dan
besar, tingginya mencapai 30 m atau lebih dan berbuah agak lambat yaitu antara
6-8 setahun setelah tanam, dan umumnya dapat mencapai 100 tahun lebih.
Sedangkan tanaman kelapa varietas genjah berbatang ramping, tinggi batang
mencapai 5 m atau lebih, masa berbuah 3-4 tahun setelah tanam, dan dapat
mencapai umur 50 tahun. Dengan berkembangnya ilmu pemuliaan tanaman, maka
muncul lagi varietas baru, yaitu kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan
antara varietas genjah dengan varietas dalam (Palungkun, 2004).
Dalam sistematika, tumbuhan kelapa diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
(Tjitrosopomo, 2000).
Daging buah kelapa berwarna putih, lunak dan tebalnya 8-10 mm. Daging
buah kelapa yang sudah matang dapat dijadikan kopra, minyak kelapa, dan bahan
makanan lainnya. Daging buah ini merupakan sumber protein penting dan mudah
dicerna terutama pada kelapa yang setengah tua. Sedangkan kandungan kalorinya
mencapai maksimal ketika buah sudah tua.
2.3 Lignin
Lignin berasal dari bahasa Latin, yaitu lignum yang artinya adalah kayu.
Lignin merupakan senyawa polimer fenol yang terdapat dalam dinding sel
tumbuhan (Setiadi, 1993). Lignin ditemukan pada jaringan tanaman, terikat pada
selulosa dan komponen-komponen tanaman lainnya. Lignin mempunyai beberapa
fungsi pada batang tanaman. Fungsi lignin adalah sebagai bahan pengikat
komponen penyusun lainnya, sebagai pengikat antara sel batang sehingga
membentuk semacam material komposit yang, dan berperan dalam menyalurkan
air, nutrisi, serta hasil metabolisme di dalam batang. Kandungan lignin berbagai
biomassa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan lignin dalam berbagai biomassa
2.4 Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang
suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-
air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam
dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan
rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung
gugus hidroksil. (Jatmika, 1998)
Dalam bidang komersial, surfaktan diklasifikasikan berdasarkan
kegunaannya. Secara ilmiah surfaktan terdiri dari beberapa jenis yang dibagi
berdasarkan jenis dari headnya, yaitu surfaktan anionik, surfaktan kationik,
surfaktan nonionik, dan surfaktan amfoterik. Surfaktan anionik, adalah surfaktan
yang bagian headnya bermuatan negatif. Mengikuti namanya masing-masing,
surfaktan kationik adalah surfaktan dengan head bermuatan positif, surfaktan
nonionik mempunyai head yang tidak bermuatan, dan surfaktan amfoterik bagian
headnya bermuatan positif dan negatif.
Surfaktan banyak digunakan dalam industri minyak, industri mineral,
industri kimia, farmasi, penyamakan kulit, pengeboran, penggalian, dan
pengecoran. Selain itu, surfaktan manjadi salah satu bahan utama pada deterjen,
sabun, sampo, cat, lem, tinta, dan kosmetik. Di industri perminyakan, surfaktan
berperan pada proses penyulingan dan produksi. Surfaktan digunakan seabagai
flotation agent dan reagen untuk mengatur parameter-paremeter dasar dalam
drilling mud (Gultom dkk, 2009).
2.5 Surfaktan Natrium Lignosulfonat
Lignosulfonat disebut juga lignin sulfonat atau sulphite lignin.
Lignosulfonat merupakan suatu surfaktan yang dihasilkan dari proses sulfite
pulping pada kayu. Pada proses sulphite pulping, lignin dibuat larut dalam dalam
solven polar (air) melalui proses sulfonasi dan hidrolisis (Kirk Othmer 1981).
Pada sulphite pulping, lignin bereaksi dengan bisulfit membentuk
lignosulfonat. Reaksi yang terjadi adalah: HSO3- + lignin-OH lignin-SO3- +
H2O. (Lawoko Martin 2005). Lignin dapat mengalami reaksi seperti oksidasi,
reduksi, discolorasi, hidrolisis, dan reaksi kimia lain serta reaksi enzymatik. Hal
ini dikarenakan terbentuknya gugus intermediet pada lignin yang bersifat reaktif
yaitu phenoxy radical, quinonemethide, dan phenoxy anion.
Beberapa manfaat dari Natrium Lignosulfonat diberikan sebagai berikut.
1. Sebagai superplasticizer pada hidrasi semen portland untuk memperbaiki
stabilitas semen.
2. Sebagai penghambat korosi dan pengerakan serta berpotensi digunakan dalam
sistem resirkulasi air pendingin.
3. Sebagai agen fungsionalisasi multiwalled carbon nanotubes (MWCNTs).
4. Sebagai reinforcing agent dalam pembuatan tembikar, porselen dan bahan-
bahan yang tidak mudah terbakar.
5. Dalam bidang pertanian, NaLS digunakan sebagai agent pendispersi dari
pestisida dan sebagai pelletizing agent dalam pembuatan pupuk dan pakan
ternak.
Sabut kelapa
Penggilingan
Pemisahan Ampas
NaOH Pencampuran
Lindi hitam
Pengendapan
H2SO4 20%
sampai pH2 Penambahan bahan
Larutan Na lignat
Na-lignat
Na-lignat
Bubuk NLS
Prosedur Uji:
1) Ukur sample sebanyak 100 ml dan masukkan dalam corong pemisah 250 ml.
2) Tambahkan 3 sampai 5 tetes indikator fenolftalin dan NaOH 1N tetes demi
tetes hingga timbul warna merah muda, kemudian hilangkan dengan
menambahkan H2SO4 1N tetes demi tetes.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah memanfaatkan bagian kelapa yaitu
serabut kelapa yang mengandung lignin yang cukup tinggi sehingga berpotensi
untuk bahan baku pembutan surfaktan yang melalui proses pembuatan debu sabut
kelapa, delignifikasi, isolasi lignin dan sulfonasi.
5.2 Saran
Saran dari makalah ini adalah memanfaatkan produk samping atau limbah
kelapa yang selain sabur kelapa untuk pembuatan produk yang lebih berpotensi.
DAFTAR PUSTAKA
Bilba, K., Arsene, M.A., Ouensanga, A. 2007. Study of Banana and Coconut
Fibers Botanical Composition, Thermal Degradation and Textural
Observations. Bioresource Technology, 98: 5868.
Carrijo, O.A., Liz, R.S., Makishima, N., 2002. Fiber of Green Coconut shell as
Agriculture substratum. Brazilian Horticulture, 20, 533-535
Damat. 1989. Isolasi Lignin dari Larutan sisa pemasak pabrik pulp dengan
menggunakan H2SO4 dan HCl. Bogor: Skripsi. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Davin LB, Lewis NG. 2005. Lignin primary structures and dirigent sites. Current
Opinion in Biotechnology 16:407415.
Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
Terjemahan Hardjono Sastrohamidjojo. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Fildler, R. 2001. Mediamorfosis. Yogjakarta: Bentang Budaya.
Furi, T. A., and P. Coniwanti. 2012. Pengaruh Perbedaan Ukuran Partikel dari
Ampas Tebu dan Konsentrasi Natrium Bisulfit (NaHSO3) pada Proses
Pembuatan Surfaktan. Jurnal Teknik Kimia. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. No.4 18: 49-58.
Gurgulak J.D. dan S.E. Lebo. 2000. Commercial use of lignin-based materials. Di
dalam Glasser W.G., R.A. Northey, T.P. Schultz (eds.), Lignin: Historical,
biological, and materials perspectives. Oxford University Press,
Washington pp. 304-320.
Hui, Y. H., 1996. Baileys Industrial Oil and Fat Products Vol 4. Edible Oil and
Fat Products: Processing Technology. John Wiley & Sons, New York.
Jatmika, A., 1998, Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan. Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 6 (1) : 31 - 37.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press.
Kim, H., M.K. Hill dan A.L. Fricke. 1987. Preparation of Kraft Lignin From
Black Liquor. Tappi Journal 12 : 112-115.
Kirk RE, Othmer DP. 1981. Encyclopedia of Chemical Technology Fourth
Edition, Volume 12, John Willey and Sons Inc.
LIPI. 2004. Prociding Widyakarya Naional Pangan dan Gizi VIII. Ketahanan
Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan GlobalisasiI.Jakarta.
Matheson K L. 1996. Surfactant Raw Materials :Classification, Synthesis, and
Uses.In : Soap and Detergents : A Theoretical and Practical Review.
Spitz, L. (Ed). Champaign, Illinois : AOCS Press.
Murni, S. W., S. W. Santi R, IGS Budiaman, Ika P. dan Abdul Aji K. T. A. 2013.
Pembuatan Surfaktan Berbahan Dasar Jerami Padi. Yogyakarta: PS Teknik
Kimia, FTI, UPN Veteran.
Nurhayati, T. dan R.A. Pasaribu. 1993. Isolasi dan Sifat Lignin dari Larutan Sisa
Pemasak Pabrik Pulp. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 11 (3) : 110-116.
Palungkun, Rony. 2004. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Pino, G.H., Mesquita, L.M.S., Torem, M.L., and Pinto, G.A.S., 2005, Biosorption
of Cadmium by Green Coconut Shell Powder, Metallurgy and Material,
225- Gavea, 22453-900 Rio de Janeiro-RJ, Brazil
Putri F. R, Eva L. M., Yusuf T. 2012. Pembuatan Surfaktan Natrium
Lignosulfonat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Sulfonasi
Langsung. Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18.