disusun oleh:
2016
BUBUR KACANG HIJAU
A. Pendahuluan
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil (sangat reaktif) karena
mengandung satu atau beberapa elektron tidak berpasangan pada orbit terluar dan
untuk mencapai kestabilannya, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul
disekitarnya untuk mendapatkan pasangan elektron. Radikal bebas muncul di dalam
tubuh manusia melalui metabolisme dan akibat paparan polusi kendaraan, asap rokok,
dan sinar UV. Bahan radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh berasal dari Reactive
Oxygen Species (ROS). Ketika makromolekul yang teroksidasi merupakan bagian sel
atau organ maka dapat merusak sel atau organ tersebut. Apabila tidak dihentikan maka
akan menimbulkan beberapa penyakit seperti kanker, arteriosklerosis, jantung, katarak,
penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Antioksidan satu satunya cara untuk
menangkap radikal bebas sehingga tidak dapat menginduksi penyakit degeneratif
tersebut.
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat kerja radikal bebas
dengan cara memberikan satu atau lebih elektronnya kepada radikal bebas sehingga
dapat terbentuk molekul yang normal kembali untuk menghentikan berbagai
kerusakan. Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh manusia tidak cukup untuk
melawan radikal bebas yang ada di lingkungan, oleh sebab itu tubuh membutuhkan
tambahan antioksidan dari luar. Antioksidan yang berasal dari luar tubuh dibedakan
menjadi 2 macam yaitu: antioksidan alami dan sintetik. Antioksidan alami biasanya
banyak terdapat pada tumbuh tumbuhan, sayur sayuran, dan buah buahan.
Sedangkan antioksidan sintetik antara lain: butyl hidroksilanisol (BHA), butyl
hidroksittoluen (BHT), propilgallat, dan etoksiquin. Antioksidan alami memiliki
aktivitas penangkapan radikal bebas lebih baik dibandingkan dengan antioksidan
sintetik.
Isoflavon merupakan salah satu antioksidan sintetik. Isoflavon termasuk dalam
subkelas flavonoid yang merupakan kelompok besar polifenol dan banyak dijumpai
secara alami dalam buah, sayur, kacang kacangan maupun minuman seperti teh.
Isoflavon yang terdapat di dalam kacang kacangan berbentuk glikosida yang terdiri
dari genisitin, daidzin dan glistin. Mekanisme isoflavon dalam mencegah kerusakan
akibat radikal bebas melalui 2 cara yaitu mendonorkan ion hydrogen dan bertindak
sebagai scavenger radikal bebas secara langsung. Isoflavon banyak terdapat pada
kacang kacangan salah satunya terdapat pada kacang hijau. Isoflavon tersebut bersifat
sebagai fitoestrogen karena kemampuan isoflavon yang dapat berinteraksi dengan
reseptor estrogen pada sel.
Isoflavon merupakan senyawa bioaktif alamiah yang tergolong sebagai pangan
fungsional. Isoflavon merupakan bagian dari kelompok fenolik. Komponen fenolik
terbukti mampu menangkal radikal bebas. Isoflavon berpotensi sebagai pelindung dan
pencegah penyakit penyakit kardiovaskular, kanker, dan osteoporosis sehingga
isoflavon dapat dimanfaatkan sebagai komponen pangan agar menjadi pangan
fungsional salah satunya adalah bubur kacang hijau.
Bubur kacang hijau merupakan makanan tradisonal yang berasal dari kacang hijau
dengan campuran gula merah dan santan. Kacang hijau yang merupakan bahan dasar dalam
pembuatan bubur kacang hijau mengandung senyawa aktif isoflavon yang merupakan salah
satu antioksidan alami. Kandungan isoflavon di dalam kacang hijau mampu menghambat
radikal bebas yang membahayakan bagi tubuh.
B. Kacang Hijau
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L atau Vigna radiata L) termasuk famili
leguminosae dan sub famili phapilonaceae, genus phaseolus, dan spesies radiates
merupakan tanaman yang berumur pendek (+ 60 hari) dan mudah tumbuh di dataran
rendah maupun ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Biji kacang hijau secara
umum terdiri dari 3 bagin yaitu kulit, endosperma, dan lembaga (Iswandari, 2006).
Kacang hijau cocok ditanam pada musim kering (kemarau) dengan rata rata curah
hujan rendah. Kacang hijau yang dipanen pada musim hujan umumnya memiliki
tingkat produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim
kemarau (Khairani, 2008).
Menurut Purwono (2012), Klasifikasi kacang hijau dalam dunia tumbuhan sebagai
berikut:
C. Kandungan Gizi
Kandungan protein kacang hijau cukup tinggi yaitu sebanyak 24%. Kacang hijau
di dalamnya terdapat sumber mineral penting antara lain kalsium dan fosfor yang
bermanfaat untuk memperkuat tulang. Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (2009)
dan Thompson, et. al (2006), kacang hijau yang merupakan salah satu jenis kacang
kacangan dan biasanya dijadikan sebagai makanan selingan atau sebagai minuman
mengandung serat sebesar 7,6 gram dan isoflavon sebanyak 4,3 gram/100 gram.
Kacang hijau mengandung lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan kacang
kedelai sehingga tidak mudah tengik. Berdasarkan kandungan lemak kacang hijau
tersebut, sebanyak 73% diantaranya merupakan asam lemak tak jenuh dan 26%
tersusun atas lemak jenuh sehingga akan dikonsumsi oleh orang yang kelebihan berat
badan dan penderita jantung (Taku, et. al., 2007).
Tabel 1. Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr bahan.
Kandungan Gizi Jumlah
Kalori (kal) 323
Protein (g) 22
Lemak (g) 1,5
Karbohidrat (g) 56,8
Kalsium (mg) 223
Zat besi (mg) 7,5
Fosfor (mg) 31
Vitamin A (SI) 157
Vitamin B1 (mg) 0,46
Vitamin C (mg) 10
Air (g) 15,5
Sumber: Retnaningsih, et.al (2008)
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sebesar 22% dan
merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan
kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan fosfor
pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga
mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari
konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menyebabkan
bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau.
Kacang hijau mengandung vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan. Jumlah
isoflavon pada kacang hijau segar adalah 70.74 mg/100 g (bk) terdiri dari daidzein
35.88 mg genistein 21.81 mg dan glisitein 13.05 mg (Iswandari, 2006). Sedangkan
bubur kacang hijau mengandung isoflavon 14.44 mg/100 g (bk) (daidzein 6.01 mg,
genistein 5.91 mg, dan glisitein 2.52 mg (Iswandari, 2006).
Tabel 2. Kandungan isoflavon pada kacang hijau segar
Hasil
No. Jenis Isoflavon
mg/100 g (bb) Kadar air mg/100 g (bk)
1 Daidzein 31,54 12,10 35,88
2 Genistein 19,17 12,10 21,81
3 Glistein 11,48 12,10 13,05
TOTAL 62,18 70,74
Glisitin
Daidzin
Pemarutan Perendaman
Pengadukkan
Bubur Kacang
Hijau
Alrasyid, Harun. Peranan Isoflavon Tempe Kedelai, Fokus pada Obesitas dan
Komorbid. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40. No.3. Sept 2007. 203-
210.
Arfiansyah, N. 2000. Tempe Dapat Hambat Kanker Prostat. Jakarta: Harian Kompas.
Badan Pusat Statistik. 2008. Tabel Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman
Kacang Hijau Seluruh Provinsi. Jakarta: BPS.
BorraS. C., Gambini, J., GoMez-Cabrera, M. C., Sastr, E. J., Pallardo, F. V., Mann,
G. E. 2006. Genistein, A Soy Isoflavone, Up-Regulates Expression Of
Antioxidant Genes: Involvement Of Estrogen Receptors, ERK1/2, And Nfb.
FASEB J. 20:1476-1481.
Chao, W. X., Wood, C. M., Weder, D., Aziz, A. S., Mehta, R., Griffin, P. 2014. Dietary
Supplementation with Soy Isoflavones or Replacement with Soy Proteins
Prevents Hepatic Lipid Droplet Accumulation and Alters Expression of Genes
Involved in Lipid Metabolism in Rats. Genes Nutr.2014:9:373.
Cooke, M. S., Evans, M. D., Dizdaroglu, M., Lunec, J. 2003. Oxidative DNA Damage:
Mechanisms, Mutation, And Disease. FASEB J. 17:1195-1214.
Istiani, Yurina. 2010. Karakteristik Senyawa Bioaktif Isoflavon dan Uji Aktivitas
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Tempe Berbahan Baku Koro Pedang
(Canavalia ensiformis). Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Program
Pasca Sarjana. Program Studi Biosains.
Iswandari, Rochani. 2006. Studi Kandungan Isoflavon pada Kacang Hijau (Vigna
radiate L.), Tempe Kacang Hijau, dan Bubur Kacang Hijau. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian. Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga.
Khairani, Liza. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Pheseolus Radiatus
L.) Pada Beberapa Komposisi Lumpur Kering Limbah Domestik Sebagai
Media Tanam. Kripsi Universitas Sumatra Utara.
Kukobo Y, Iso H, Junko I, Okada K, Inoue M, Tsugane S. Association Of Dietary
Intake Osy, Beans, Isoflavones With Risk of Celebral and Myucardial
Infarctions in Japanese Populations. 2007;116:2553-62.
Lee J, Renita M, Fioritto RJ, ST.Martin SK, Schwartz SJ, Vodovotz Y. 2004.
Isoflavone Characterization And Antioxidant Activity Of Ohio Soybeans. J
Agric Food Chem. 52:2647-1651
Nyoman, I. S., Wresdiyati, T., Suprayogi, A. 2013. Respon Stres Oksidatif dan
Pemberian Isoflavon terhadap Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase dan
Peroksidasi Lipid pada Hati Tikus. Bali: Universitas Udayana. Fakultas
Kedokteran Hewan.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta.
Phoebe, S. A., Goodwill, A. G., James M. E., Robert. 2010. Dysfunction: International
Strategies. Jurnal of Inflammation.
Retnaningsih, C. H., Setiawan, A., dan Sumardi. 2011. Potensi Antiplatelet Kacang
Koro (Mucuna pruriens L.) dari Fraksi Heksan Dibandingkan dengan Aspirin
pada Tikus Hiperkolesterolemia. Seri Kajian Ilmiah. 14 (1). 80 88.
Tripathi MK, Kumar V, Yadav MK, Yadav D, Pandey S. 2005. Benefitial Role of
Soybean Phytoestrogens. Octa Journal of Biosciences. Vol 1(2): 170-76.
Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. 2007. Review: Free
Radicals And Antioxidants In Normal Physiological Functions And Human
Disease. Inter J Biochem Cell Biol. 39:44-84.