Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH PERKEBUNAN


(PISANG) & LIMBAH SAYURAN

Di Susun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Nurul Machmuda Fatmawati


Sayyid Syarif Anwar Musaddad
Moh. Abdusyukur Djammar
Raysa Maryam
Dewi Kartika Sari

(08521022)
(08521023)
(08521024)
(09521009)
(10521046)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2011
BAB 1
1

TINJAUAN PUSTAKA
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
fermentasi (pembusukan) bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob yaitu bakteri
yang hidup dalam kondisi tanpa oksigen yang ada dalam udara (Sanusi dan Rahardjo, 1980).
Pada umumnya biogas terdiri dari gas metana (CH4), karbondioksida (CO2), hydrogen sulfide
(H2S), serta hidrogen (H2). Semakin tinggi kadar gas metana yang dihasilkan, maka semakin
tinggi energi yang dihasilkan. Kondisi kandungan rata-rata gas metana pada biogas kualitas
tinggi adalah sekitar 60 % - 65 % (Meynell, 1976).
Tabel 1. Komposisi Jenis Gas pada Biogas
Jenis Gas

Simbol Kimia

Kandungan (% volume)

Metana

CH4

50 -70

Karbondioksida

CO2

30 -40

Nitrogen

1-2

Hidrogen

5-10

Uap Air

H2O

0,3

Hidrogen Sulfida

H2S

Traces

Sumber : Yadav and Hesse 1981

Beberapa karakteristik biogas diantaranya adalah 20% lebih ringan dari pada udara
dan memiliki suhu penyalaan antara 650 hingga 750 C. Biogas tidak berbau dan merupakan
gas yang tidak berwarna, namun saat dibakar memiliki warna penyalaan yang biru seperti
halnya gas LPG. Biogas memiliki nilai kalori sekitar 20 MJ/m3, serta mampu membakar
dengan efisiensi sebesar 60% apabila menggunakan kompor biogas konvensional
(Sathianathan, 1975).
Dalam aplikasinya, biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan dan
menghasilkan energi listrik. Kemampuan biogas sebagai sumber energi sangat tergantung
dari jumlah gas metana. Setiap 1 m3 metana setara dengan 10 kwh. Nilai ini setara dengan
0,6 fuel oil. Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara
dengan 60100 watt lampu selama enam jam penerangan. Berikut adalah Tabel 2. yang
berisi nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkannya.

Tabel 2. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkannya


Aplikasi
Penerangan
Memasak
Pengganti Bahan Bakar
Tenaga

1 m3 Biogas Setara dengan


60100 watt lampu bohlam selama enam jam
Dapat memasak tiga jenis bahan makanan untuk
keluarga (56 orang)
0,7 kg minyak tanah
Dapat menjalankan satu motor tenaga kuda
selama dua jam

Pembangkit Tenaga
Listrik

Dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik

Adapun keuntungan menggunakan biogas adalah :


1. Biaya lebih murah
2. Produktivitas gas yang besar
3. Ketahanan reaktor lebih dari 4 tahun
4. Pengoperasian mudah dan sederhana
5. Instalasi lebih cepat
6. Diisi kotoran sapi setiap hari, mengurangi pencemran.
(http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id)
a. Tanaman Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara
(termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika
Selatan dan Tengah.
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut :
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Keluarga
Genus
Spesies

: Spermatophyta
: Angiospermae
: Monocotyledonae
: Musaceae
: Musa
: Musa sp

Tanaman pisang yang utuh memiliki bagian-bagian yang penting diantaranya daun,
batang, buah, jantung dan bagian umbi atau bonggol pisang. Bagian-bagian tersebut
mempunyai berbagai manfaat. Buah pisang sebagai sumber berbagai macam mineral dan
3

vitamin yang bermanfaat bagi manusia. Kandungan mineral dan vitamin yang berperan antara
lain kalium, magnesium, fosfor, besi, vitamin C dan B kompleks yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Bonggol pisang dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya, pati ini menyerupai pati
tepung sagu dan tepung tapioca. Bonggol pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76%
pati, 20% air (Yuanita dkk, 2008). Potensi kandungan pati bonggol pisang yang yang besar
dapat dimanfaatkan sebagai alternative bahan bakar, yaitu bioetanol. Bahan berpati yang
digunakan sebagai bahan baku bioetaanol disarankan memiliki sifat yaitu berkadar pati
tinggi, memiliki potensi hasil yang tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panen
(Prihandana, 2007).
b. Limbah Organik
Sampah organik sayur-sayuran dan buah-buahan seperti layaknya kotoran ternak
adalah substrat terbaik untuk menghasilkan biogas (Hammad et al, 1999). Secara garis besar
sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu anorganik,organik, dan khusus. Sampah organik
berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri atau kegiatan
lainnya ( sampah dapur, sisa sayuran, kulit buah, buah busuk, kertas, daun-daunan, jerami,dan
sekam). Sampah organik ini dengan mudah dapat diuraikan dalam proses alami.
Limbah yang diperoleh dari pengolahan buah-buahan dan sayuran yang kaya akan
serat, yang meliputi : selulosa, hemi-selulosa, lignin dan silikan dengan rendahnya kualitas
protein. Proses degradasi limbah pertanian, kotoran hewan, dan manusia atau campurannya
yang dicampur dengan air dan ditempatkan dalam tempat yang tertutup sehingga dalam
kondisi anaerob akan membentuk biogas (Ariono, 1982).
Limbah sayuran dianggap sebagai bahan masukan yang baik karena merupakan
bahan organik murni. Hal ini relatif mudah untuk menguraikan sisa nabati bila dibandingkan
dengan limbah tanaman yang biasanya tinggi dalam lignin akibat limbah kayu termasuk di
dalamnya (Kokkora dan Harm, 2008). Limbah sayuran dibedakan dari limbah hijau, yang
meliputi limbah biodegradable dari kebun dan taman kota (Hogg et al 2002.,). Kompos dari
sisa nabati yang dihasilkan dalam hortikultura dapat mengurangi dampak lingkungan pada
perubahan iklim pada laju sekitar 40% sampai 70%, dibandingkan dengan penimbunan dan
insinerasi (Anton et al 2005.,). Di antara alternatif yang tersedia banyak untuk menggunakan
kembali limbah makanan, pembuatan kompos dipertimbangkan sebagai cara terbaik untuk
4

membuang sampah makanan dan menggunakannya sebagai pupuk organik (Pokhrel dan
Viraraghavan, 2005). Pengomposan sampah dari makanan tidak hanya mengurangi massa
sampah dan volume diangkut ke TPA, tetapi juga meningkatkan hidupnya (Pokhrel dan
Viraraghavan, 2005).

BAB II
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui kadar Gas Metana yang terkandung dalam biogas yang dihasilkan
dari limbah bonggol pisang dan limbah sayuran.
2. Untuk membandingkan banyaknya biogas yang dihasilkan dari limbah bonggol
pisang dengan limbah sayuran.

BAB III
ACARA PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan melalui tiga tahap :


1. Persiapan awal, meliputi persiapan alat dan bahan baku
2. Percobaan Pendahuluan
3. Pengambilan Data
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bonggol Pisang
Bonggol pisang yang digunakan adalah bonggol pada tanaman pisang kepok (Musa
Paradisiaca), diambil dari lahan pertanian di dusun Glagah, Glagahsari, Yogyakarta.
2. Limbah sayuran
Limbah sayuran yang digunakan adalah limbah sayuran yang diambil dari Pasar
Colombo dan Pasar Denggolan, Sleman, Yogyakarta.
3. Kotoran Sapi
Diambil dari peternakan warga di daerah Denggolan, Sleman.
4. Inokulum
5

Diambil dari peternakan KP4 (Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan


Pertanian) UGM, Berbah, Sleman.
5. Air
Air diambil dari sumur.
Adapun acara penelitiannya adalah sebagai berikut :
Dalam penelitian pembuatan biogas dari campuran limbah bonggol pisang, limbah
sayuran dan kotoran sapi dengan perlakuan awal hidrolisis ini, dibutuhkan bahan dasar yaitu
limbah bonggol pisang, limbah sayuran, kotoran sapi dan inokulum. Bahan limbah bonggol
pisang dan limbah sayuran ini mendapat perlakuan awal secara hidrolisis dengan lima variasi
waktu hidrolisis.
Pada proses produksi biogas yang dilakukan dalam skala laboratorium ini, suhu diatur
pada 30 400C (mesofilik) dengan pH substrat dijaga pada 6 - 8. Campuran limbah bonggol
pisang, kotoran sapi, dan inokulum ditempatkan pada enlemeyer 1000 ml dan ditutup rapat
agar kondisinya anaerob. Proses ini berlangsung selama 30 hari dengan pengambilan sample
pada hari ke-10, 15, 20, 25, dan 30. Dengan pengukuran langsung dapat diperoleh volume
biogas, sedangkan kadar gas metana diujikan pada laboratorium.
1. Tahap Hidrolisis
Tahap pertama proses ini disebut dengan hidrolisis, dimana molekul organik yang
kompleks dipecah menjadi bentuk sederhana seperti karbohidrat, asam amino, dan asam
lemak. Bahan-bahan tersebut dilarutkan ke dalam satu tempat, kemudian didegradasikan
dengan bantuan enzim ekstraselulosa yang dilepaskan oleh bakteri. Sebagai contoh
kandungan selulosa yang terdiri dari glukosa yang sudah terpolimerisasi dirombak menjadi
dimeric, dan kemudian menjadi glukosa (molekul gula) yang monomer oleh bakteri selulotik
(cellulolytic bacteria).
2. Tahap Asidifikasi
Monomer seperti glukosa yang dihasilkan pada tahap sebelumnya, difermentasikan
dalam keadaan anaerobik menjadi asam yang bervariasi dengan bantuan enzim yang
dihasilkan oleh bakteri pembentuk asam (acid forming bacteria). Pada tahap ini bakteri
pembentuk asam akan merombak molekul dari enam atom karbon (glukosa) menjadi molekul
yang memiliki lebih sedikit atom karbon (asam), yang lebih rendah dibandingkan glukosa.
6

Secara prinsip dari proses ini dihasilkan bermacam-macam asam seperti asam asetat, asam
propionik, asam butirat, serta etanol. Lebih lanjut, terjadi suatu proses degradasi yang
menghasilkan ammonia, karbon dioksida, serta hidrogen sulfida. (Karki and Dixit, 1984).
3. Tahap Metanogenik
Tahap metanisasi, terjadi dimana bakteri methanogens mengubah bermacam-macam
asam yang dihasilkan pada tahap acidifikasi menjadi metan serta produk samping berupa air,
karbon dioksida, dan sedikit gas yang lainnya. Hal itu dapat digambarkan seperti persamaan
berikut:
CH3COOH
Asam asetat
2CH3CH2OH
Ethanol

CH4
methane
+

CO2
+
4H2
Karbon dioksida hidrogen

CO2
karbon dioksida

CO2
karbon dioksida
CH4
methane

CH4 +
methane

2CH3COOH
asam asetat

2H2O
air

Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa produk utama, produk samping, serta
produk antara, dihasilkan dari proses degradasi terhadap input dalam keadaan anaerobik
sebelum diperoleh produk akhir berupa metan (Karki dan Dixit, 1984).

Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

Bahan dasar,
seperti bonggol
pisang dan limbah
sayuran pasar
Perlakuan awal,
meliputi :
Pemilahan,
Perajangan dan
Pelumatan
Penimbangan
bahan yang telah
dilumat

Hidrolisis bonggol
pisang dan limbah
sayuran pasar

Kotoran
Inokulum
Batch anaerobic
sapi dan
digestion
air

Diinkubasi pada
suhu 30 - 40 oC

Pengadukan setiap
hari 1x selama 5
menit

Monitoring
suhu,volume gas
dan pH setiap hari
sampai hari ke-30

BIOGAS

Anda mungkin juga menyukai