Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Variasi Tinggi Tumpukan Pada Proses Pengomposan Limbah

Lumpur Sawit Terhadap Termofilik

Hatflan Erico Rambe1), Elvi Yenie2), Ivnaini Andesgur2)


1)
Mahasiswa Teknik Lingkungan S1 2)Dosen Teknik Lingkungan S1
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jl. HR Soebrantas, Km.12,5, Panam – Pekanbaru
Email: ricorambe1@gmail.com

ABSTRACT

Palm Oil Mill Effluent treatment produces sludge as byproduct. The sludge produced
will cause problems for environment if there are no actions and treatments taken
toward the sludge. The purpose of this research is to reduce the pollution of palm oil
mill effluent with aerob composting methods using sludge, boiler ash and palm oil
fiber. The instrument used is a simple composter with 60 cm height and 30 cm
diameter. The sludge is mixed with boiler ash, fiber and organic waste, and then
EM-4 was added as an activator. This research used the addition of 0,7 % EM-4
activator, with variations of stack’s height are 40, 45 and 50 cm to find out the
optimal height to achieve thermophylic condition and the quality of the compost
produced. The result of this research shows that compost with 50 cm stack’s height
reached the highest temperature of 47,30C. The quality of the compost produced
meets the SNI’s 19-7030-2004 requirement. The compost is mature at the 21st day
with result Rasio C/N= 12,2. The conversion of palm’s oil sludge into compost can be
used as an alternative in utilization waste into valuable product.

Keywords: boiler ash, compost, EM-4 activator, fiber, palm’s sludge

PENDAHULUAN
Pembangunan industri kelapa terhadap konsumen, distributor, dan
sawit semakin meningkat sebagai produsen serta pemasukan devisa
akibat dari semakin tingginya negara yang tinggi, namun industri
produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menyisakan limbah yang
yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi jika tidak diantisipasi akan
dilatarbelakangi oleh tingginya mengakibatkan pencemaran terhadap
kebutuhan konsumen akan produk lingkungan.
turunan dari minyak kelapa sawit itu Limbah yang dihasilkan dari
sendiri. Industri kelapa sawit proses pengolahan minyak kelapa
membawa pengaruh yang baik sawit dapat berupa limbah cair dan

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 1


limbah padat. Limbah cair yang dikatakan terbuang begitu saja dengan
dihasilkan dari kegiatan industri cara di tumpuk, padahal dalam 100
pengolahan minyak sawit merupakan ton TBS yang diolah dapat
sisa dari proses pembuatan minyak menghasilkan abu boiler sebanyak
sawit yang berbentuk cair. Limbah ini 250 kg - 400 kg.
masih banyak mengandung unsur hara Abu boiler merupakan limbah
yang dibutuhkan oleh tanaman dan padat industri kelapa sawit sisa dari
tanah. Limbah cair ini biasanya pembakaran cangkang dan serat di
digunakan sebagai alternatif pupuk di dalam mesin boiler. Abu boiler
lahan perkebunan kelapa sawit yang banyak mengandung unsur hara yang
sering disebut dengan land sangat bermanfaat dan dapat
application (Syahza, 2013). diaplikasikan pada tanaman sawit
Astianto (2012) mengatakan sebagai pupuk tambahan atau
bahwa pada umumnya limbah cair pengganti pupuk anorganik. Unsur
kelapa sawit mengandung bahan hara yang terkandung dalam abu
organik yang cukup tinggi sehingga boiler adalah N sebesar 0,74%, P2O5
berpotensi mencemari air tanah dan sebesar 0,84%, K2O sebesar 2,07%,
badan air. Limbah padat pabrik kelapa Mg sebesar 0,62% (Astianto, 2012).
sawit berasal dari proses pengolahan Pada penelitian ini, akan
berupa tandan kosong kelapa sawit, dilakukan pembuatan kompos dengan
cangkang atau tempurung, serabut menggunakan metode pengomposan
atau serat, dan sludge (lumpur). secara aerob dari limbah lumpur
Lumpur sawit merupakan larutan kelapa sawit, abu boiler, serat (fiber)
buangan yang dihasilkan selama dan limbah organik pasar serta
proses pemerasan dan ekstraksi penambahan bioaktivator EM-4.
minyak. Kandungan unsur hara yang Pemilihan pengomposan secara aerob
berasal dari limbah lumpur kelapa dikarenakan pengomposan secara
sawit sekitar 0,4 % (N), 0,029-0,05 % aerob dapat mempercepat
(P2O5), 0,15-0,2 % (K2O). dekomposisi dari bahan dan dapat
Limbah padat kelapa sawit mencapai suhu tinggi serta
berupa tandan buah kosong umumnya meminimalkan potensi gangguan bau
dapat dimanfaatkan kembali dilahan (Tchobanoglous dan Burton, 1991).
perkebunan kelapa sawit untuk Hasil yang didapatkan akan
dijadikan pupuk kompos. Prosesnya dibandingkan dengan SNI 19-7030-
terlebih dahulu dicacah sebelum 2004 tentang spesifikasi hasil kompos
diaplikasikan (dibuang) ke lahan. matang.
Cangkang buah sawit dapat
dimanfaatkan kembali sebagai METODOLOGI
alterrnatif bahan bakar (alternative Bahan yang digunakan pada
fuel oil) pada boiler dan power penelitian ini terdiri dari bioaktivator
generation, sedangkan abu boiler EM-4, sampah daun kering di sekitar
disebagian besar industri kelapa sawit Universitas Riau, lumpur, abu boiler,
belum dimanfaatkan atau bisa dan serat (fiber) PT. Karya Indorata

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 2


Persada, Desa Kebun Durian, mikroorganisme dalam keadaan tidur
Kecamatan Gunung Sahilan, (dorman) (Suwahyono, 2014).
Kabupaten Kampar, serta bahan-
bahan kimia untuk analisis parameter Percobaan Utama
Nitrogen (N) dan Karbon (C) Penelitian ini dilakukan dalam
skala laboratorium dengan
Variabel Penelitian menggunakan 3 komposter.
Variabel Tetap Pencampuran bahan kompos dan
a. Variabel tetap yang digunakan penambahan aktivator EM-4 0,7 %
dalam penelitian ini adalah Ukuran sesuai dengan komposisi yang telah
diameter (d) komposter, d1=28 cm; ditentukan.
d2=30 cm; t=60cm; diameter Prosedur kerja percobaan utama pada
lubang pertukaran udara 1 cm penelitian ini adalah :
dengan jarak antar lubang 5 cm a. Dimasukkan 10 kg, 11,25 kg dan
(Ristiawan, 2012). 12,5 kg lumpur kelapa sawit, 2 kg,
b. Konsentrasi gula sebagai molase 2,25 kg dan 2,5 kg serat kelapa
dalam larutan EM-4 sebesar 0,8% sawit (fiber) dan sampah organik
(Yuniwati, 2012). pasar kedalam tiap komposter.
c. Pembalikan tumpukan kompos b. Kemudian ditambahkan larutan
seminggu sekali (Arumsari, 2012). EM-4 sebanyak 0,7% pada setiap
d. Penggunaan aktivator EM-4 komposter.
sebesar 0.5% (Yuniwati, 2012). c. Dilakukan pengadukan agar bahan
e. Waktu pembuatan kompos selama tercampur secara merata dan
21 hari (Priyambada, 2015) ditutup rapat komposter.
d. Diukur suhu dan pH setiap hari
Variabel Berubah hingga hari ke-21.
Variabel berubah yang digunakan e. Satu minggu sekali dilakukan
dalam penelitian ini yaitu, tinggi pembalikan dan penambahan air
tumpukan kompos dalam proses secukupnya untuk menjaga
pengomposan dengan variasi 40 cm, kelembaban pada kompos.
45 cm, 50 cm. f. Pada hari ke -21 sampel kompos
pada tiap komposter diambil dan
A. Prosedur Penelitian
kemudian di ukur kandungan C-
Aktivasi EM-4
Organik dan N-total.
Bioaktivator EM-4 merupakan bahan
bioaktif yang mampu merombak
bahan-bahan organik pada umumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini dlakukan Rasio C/N
Rasio C/N merupakan faktor
penambahan 0,8% molase berupa
paling penting dalam proses
larutan gula merah ke dalam larutan
pengomposan, karena rasio C/N
EM-4. Penambahan molase dilakukan
adalah indikator dalam menentukan
untuk mengaktifkan mikroorganisme
kematangan kompos. Kompos yang
dalam larutan EM-4 karena
telah matang memiliki nilai rasio C/N

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 3


sebesar 10-20 (SNI 19-7030-2004). KESIMPULAN
Hasil pengujian rasio C/N kompos Pencampuran limbah lumpur
dapat dilihat pada Gambar 1: kelapa sawit, abu boiler, serat (fiber)
dan sampah pasar dengan
penambahan aktivator EM-4 dapat
menghasilkan kompos dengan
kualitas yang memenuhi persyaratan
SNI 19-7030-2004. Sehingga tingkat
pencemaran yang dihasilkan oleh
limbah pabrik kelapa sawit dapat
dikurangi.
Gambar 1. Hasil uji Rasio C/N Hasil uji kualitas kompos
matang pada variasi tinggi tumpukan
Pada hasil pengujian rasio kompos 40 cm pada akhir
C/N, variasi tinggi tumpukan kompos pengomposan didapatkan rasio C/N
40 cm rasio C/N adalah 19,2, variasi sebesar 19,2, tinggi tumpukan 45 cm
45 cm kandungan rasio C/N adalah rasio C/N yang diperoleh adalah 15,5
15,5 dan variasi tinggi tumpukan dan variasi tinggi tumpukan 50 cm
kompos 50 cm kandungan rasio C/N pada akhir pengomposan rasio C/N
adalah 12,2. Hasil ini sudah yang didapatkan 12,2. Hal ini
memenuhi persyaratan kompos menunjukkan bahwa hasil kompos
matang berdasarkan SNI 19-7030- telah memenuhi persyaratan SNI 19-
2004 mengenai spesifikasi kompos 7030-2004.
matang adalah dalam kisaran 10-20.
Hal ini menunjukkan bahwa proses
DAFTAR PUSTAKA
pengomposan berjalan dengan baik. Arumsari, A. 2012. Pemanfaatan
Dari Gambar 1 dapat dilihat Rasio Sludge Hasil Pengolahan
C/N yang rendah dalam bahan Limbah Cair PT.
kompos menunjukkan bahwa terdapat Indofood CBP dengan
kandungan nitrogen yang tinggi untuk Penambahan Sampah Domestik
pertumbuhan dan perbanyakan Serta Effective Microorganism
mikroorganisme. Jumlah (EM-4) dan Lumpur Aktif
mikroorganisme yang meningkat akan Sebagai Aktivator Melalui
mempercepat proses penguraian. Proses Pengomposan. Skripsi.
Rasio C/N yang tinggi menunjukkan Universitas Diponegoro.
bahwa kandungan karbon dalam Semarang.
bahan kompos tinggi sehingga Astianto, A. 2012. Pemberian
tersedia banyak energi namun Berbagai Dosis Abu Boiler Pada
mikroorganisme tidak dapat Pembibitan Kelapa Sawit
memperbanyak secara cepat. Dengan (Elaeis Guineensis Jacq) Di
rasio C/N yang tinggi, waktu Pembibitan Utama (Main
pengomposan menjadi lebih lama. Nursery).Skripsi. Fakultas

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 4


Pertanian Universitas Riau.
Pekanbaru.
Ristiawan A. 2012. Studi
Pemanfaatan Aktivator Lumpur
Aktif dan EM4 Dalam Proses
Pengomposan Lumpur Organik,
Sampah Organik Domestik,
Limbah Bawang Merah Goreng
Dan Limbah Kulit Bawang.
Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Suwahyono, Untung. 2014. Cara
Cepat Buat Kompos Dari
Limbah. Penebar Swadaya.
Jakarta Syahza, Almasdi. 2012 .
Potensi Pengembangan Industri
Kelapa Sawit. Peneliti dan
Pengamat Ekonomi Pedesaan
Lembaga Penelitian Universitas
Riau. Pekanbaru.
Syahza, Almasdi. (2012). Potensi
Pengembangan Industri Kelapa
Sawit. Pekanbaru: Peneliti dan
Pengamat Ekonomi Pedesaan
Lembaga Penelitian Universitas
Riau.
Tchobanoglous. G dan Burton. L.F.
1991. Wastewater Engineering
Treatment Disposal Reuse.
Edisi Ketiga. New York : Mc
Graw Hill Inc.
Yuniwati, M. 2012. Optimasi Kondisi
Proses Pembuatan Kompos dari
Sampah Organik dengan Cara
Fermentasi Menggunakan EM-
4. Jurnal Teknologi. Volume 5
(No 2) 172-181. Fakultas
Teknologi Industri Institut Sains
Dan Teknologi Akprind.
Yogyakarta.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 5

Anda mungkin juga menyukai