Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun, Indonesia menghasilkan ratusan juta ton limbah pertanian
berupa jerami, kulit padi, seresah tebu, dan lain-lain. Sebagian besar dari limbah
tersebut belum dimanfaatkan dan banyak yang hanya dibakar dilahan. Sebagai
bahan bakar padat, limbah pertanian dan biomassa lainnya dapat dioptimalkan
dengan cara mengkonversinya menjadi bahan bakar gas atau merubahnya menjadi
asap cair melalui sebuah reactor pirolisis. Minyak nilam atau patchouly oil
banyak dipergunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan industry
lainnya (pujianto dkk, 2012). Manfaat lainnya, minyak nilam adalah sebagai
pengikat minyak atsiri lainnya yang sampai sekarang belum bisa diganti oleh
minyak lain.
Limbah padat nilam merupakan bahan buangan atau bahan sisa dari hasil
penyulingan yang menghasilkan produk minyak atsiri, limbah padat nilam ini
biasanya hanya ditimbun disekitar lokasi penyulingan atau dibakar dan limbah
padat juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dengan pemanfaatan
limbah padat nilam sebagai asap cair dapat mengurangi polusi udara yang timbul
akibat proses pembakaran.
Proses produksi minyak atsiri dilakukan dengan caran penyulingan daun
dan ranting yang sudah dikeringkan. Untuk memungut minyak atsiri dilakukan
dengan cara distilasi dengan menggunakan cara rebus atau pengaliran uap. Dalam
proses penyulingan dihasilkan limbah berupa ampas. Ampas ini pada umumnya
dipakai sebagai umpan pembakaran awal dari tungku pembakaran. Limbah atau
ampas penyulingan jumlahnya setara dengan kapasitas bahan baku yang
diumpankan (rendemen minyak 1,5% sisanya ampas).
Pemanfaatan limbah yang relatif besar itu, sampai saat ini masih terbatas
untuk bahan bakar langsung. Beberapa penelitian pemanfaatan ampas penyulingan
yang pernah dilakukan yaitu untuk biobriket atau pembuatan kompos. Penelitian
ini dimaksudkan untuk membuat asap cair melalui metode pirolisis dari limbah
penyulingan nilam. Dengan begitu dapat menaikkan nilai tambah dari limbah

1
2

penyulingan. Limbah padat penyulingan nilam selama ini hanya dimanfaatkan


untuk pembuatan pupuk, dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa
dan obat nyamuk bakar serta sisa air dari hasil penyulingan setelah dipekatkan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk aroma terapi (Yuliani,2005).
Pirolisis adalah proses pembakaran bahan organik tanpa adanya oksigen
dengan suhu tinggi (Chouhan, 2015). Lignin dalam pirolisis menghasilkan
senyawa fenol dan turunannya dan pirolisis pada suhu tinggi akan menghasilkan
tar, sedangkan pada pirolisis hemiselulosa akan menghasilkan furfuran, furan dan
asam karboksilat (Budaraga, dkk., 2017). Senyawa-senyawa ini memiliki proporsi
yang berbeda, tergantung pada jenis bahan baku, kadar air, dan suhu pirolisis.
Pirolisis hemiselulosa dan selulosa pada suhu 260 oC hingga 300oC menghasilkan
asam karboksilat dan senyawa karbonil. Pirolisis lignin pada suhu 310 oC hingga
500oC menghasilkan senyawa fenol (Budaraga, dkk., 2016. Senyawa-senyawa
hasil pirolisis ini memiliki fungsi yang beragam. Senyawa fenol dan karbonil
bermanfaat sebagai pemberi rasa dan warna, senyawa fenol danasam organik
digunakan pada pengawetan. Namun senyawa benzopiren dan tar yang terdapat
pada asap cair tidak diinginkan karena bersifat toksik dan karsinogenik (Wijaya,
dkk., 2008).
Metode permukaan respon (response surface methodology) merupakan
sekumpulan teknik matematika dan statistika yang berguna untuk menganalisis
permasalahan dimana beberapa variabel independen mempengaruhi variabel
respon dan tujuan akhirnya adalah untuk mengoptimalkan respon (Montgomery,
2001). Ide dasar metode ini adalah memanfaatkan desain eksperimen berbantuan
statistika untuk mencari nilai optimal dari suatu respon. Metode ini pertama kali
diajukan sejak tahun 1951 dan sampai saat ini telah banyak dimanfaatkan baik
dalam dunia penelitian maupun aplikasi industri. Misalnya, dengan menyusun
suatu model matematika, peneliti dapat mengetahui nilai variabel-variabel
independen yang menyebabkan nilai variabel respon menjadi optimal.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bermaksud melakukan penelitian
mengenai “Optimasi Variabel Massa, Suhu Dan Waktu Pirolisis Pada Pembuatan
Asap Cair (liquid smoke) Dari Limbah Padat Nilam Menggunakan RSM” dengan
3

mengetahui proses Optimasi pembuatan Asap cair dengan metode rsm dari limbah
padat nilam maka dapat meningkat nilai ekonomi hasil dari pirolisis biomassa
menjadi asap cair dari limbah padat nilam kota lhokseumawe.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil optimasi pembuatan asap cair dari limbah padat nilam
Varietas kota lhokseumawe ?
2. Bagaimana hasil nilai optimum terhadap massa suhu dan waktu Pirolisis
menggunakan respon surface methodology ?
3. Bagaimana hasil pembuatan asap cair dari limbah padat nilam
menggunakan metode pirolisis ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan Asap Cair dari limbah padat
penyulingan minyak nilam Lhokseumawe memiliki standar mutu. Tujuan lebih
rinci dari penelitian ini, diantaranya :
1. Diketahui hasil optimasi pembuatan limbah padat nilam Varietas kota
lhokseumawe
2. Diketahui nilai optimum pirolisis terhadap massa, suhu dan waktu
menggunakan respon surface methodology
3. Diketahui hasil pembuatan asap cair dari limbah padat nilam
menggunakan metode pirolisis

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai
Optimasi pembuatan asap cair terhadap massa, suhu dan waktu menggunakan
respon surface methodology serta dapat memberikan informasi tentang
pemanfaatan limbah hasil penyulingan minyak nilam Lhokseumawe, khususnya
untuk limbah padat yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal di
4

masyarakat sehingga diharapkan dapat menambah nilai tambah dari limbah padat
nilam hasil penyulingan.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini mengkaji tentang optimasi variable massa, suhu dan waktu
pirolisis pada pembuatan asap cair menggunakan metode rsm dari limbah padat
nilam lhokseuamwe yang dihasilkan diantaranya meliputi uji yield, densitas,
viskositas, pH, serta uji GC-MS.

Anda mungkin juga menyukai