Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENGARUH CAMPURAN PIROLISIS PLASTIK

POLYPROPYLENE (PP) DENGAN MINYAK JELANTAH


SEBAGAI BAHAN BAKAR KOMPOR MINYAK
Alfurqan1, Muhammad Hasbi2, Al Ichlas Imran3
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
23
Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
E-Mail: 1alfurqan.mechanical009@gmail.com

ABSTRAK
Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara memanfaatkan sumber bahan
bakar alernatif sepert itenaga air, panas bumi, bioenergi, tenaga surya, tenaga angin dan energi laut. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh campuran limbah minyak jelantah dengan minyak pirolisis
plastic polypropylane (pp) terhadap nilai massa jenis, viskositas, laju aliran bahan bakar, efisiensi serta
kualitas nyala api sebagai bahan bakar kompor minyak. Penelitian ini mengunakan metode perbandingan
campuran limbah minyak jelantah dengan minyak pirolisis plastic polypropylane (pp) dengan masing-masing
presentase sebesar 95%:5%, 85%:15%, dan 75%:25%. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai massa jenis dan
viskositas pada tiap-tiap persentase campuran minyak jelantah dan minyak pirolisis mengalami penurunan,
nilai laju aliran bahan bakar pada tiap-tiap persentase campuran mengalami kenaikan. Karakteristik nyala api
yang dihasilkan pada pencampuran minyak jelantah dan minyak pirolisis adalah berwarna kuning kemerahan
dengan ketinggian maksimal 8.3 cm – 12.67 cm pada setiap persentase campuran. Penggunaan kompor sumbu
berbahan bakar pencampuran minyak jelantah dan minyak pirolisis polypropylene (pp) lebih efisien,
dikarenakan dapat menggunakan limbah masyarakat sebagai bahan bakar alternatif dan dapat mengurangi
limbah masyarakat terutama pada minyak jelantah (minyak goreng bekas).
Kata Kunci: Bahan Bakar Alternatif, Pirolisis, Plastik Polypropylene, Minyak Jelantah

ABSTRACT
Dependence on petroleum fuels can be reduced by utilizing alternative fuel sources such as air power,
geothermal energy, bioenergy, solar power, wind power and marine energy. The purpose of this study was to
see the effect of a mixture of used waste cooking oil and polypropylane (pp) plastic pyrolysis oil on the value of
density, viscosity, fuel flow rate, efficiency and flame quality as fuel for oil stoves. This study used a mixture of
waste used cooking oil and polypropylane (pp) plastic pyrolysis oil with a percentage of 95%: 5%, 85%: 15%,
and 75%: 25%, respectively. The results showed that the density and viscosity values for each proportion of
used cooking oil and pyrolysis oil had decreased, the value of the fuel flow rate for each proportion of the
mixture increased. The character of the flame produced in mixing used cooking oil and pyrolysis oil is reddish
yellow with a maximum height of 8.3 cm - 12.67 cm in each mixture proportion. The use of wick stoves fueled by
mixing used cooking oil and pyrolysis oil of polypropylene (pp) is more efficient, because it can use public waste
as an alternative fuel and can reduce public waste, especially in used cooking oil (waste cooking oil).
Key Words: Alternative Fuels, Pirolysis, Polypropylene Plastic, Waste Cooking Oil
1. Pendahuluan tanah sebagai bahan bakar kompor. Pirolisis
Produksi minyak bumi selama 10 tahun minyak goreng bekas telah dilakukan dengan
terakhir menunjukkan kecenderungan zeolite yang diaktivasi menggunakan larutan
menurun, dari 346 juta barel (949 ribu bph) NaOH (1, 2, 3, 4, dan 5 M). Konsentrasi
pada tahun 2009 menjadi sekitar 283 juta barel optimum aktivasi terjadi pada proses
(778 ribu bph) di tahun 2018. Untuk karakterisasi zeolit dengan uji daya serap
memenuhi kebutuhan kilang, Indonesia terhadap larutan methylene blue dan uji
mengimpor minyak bumi terutama dari Timur keasaman dengan metode adsorpsi desorpsi
Tengah sehingga ketergantungan terhadap amonia yang menghasilkan larutan NaOH 4M
impor mencapai sekitar 35%.[10] sebagai konsentrasi optimum. Pirolisis
Bahan bakar minyak bumi diperkirakan dilakukan dengan variasi jumlah zeolit (0, 5,
akan habis jika dieksploitasi secara besar- 10, 15, dan 20%) terhadap minyak goreng
besaran. Ketergantungan terhadap bahan bakar bekas dengan parameter pengamatan pada
minyak bumi dapat dikurangi dengan cara proses pirolisis berupa data mengenai yield,
memanfaatkan sumber bahan bakar alernatif lama pirolisis, dan perubahan massa katalis
seperti tenaga air, panas bumi, bioenergi, pergram. Hasil optimum pirolisat diperoleh
tenaga surya, tenaga angin dan energi laut. pada proses pirolisis menggunakan katalis
Dimana salah satunya adalah minyak jelantah. sebanyak 20%. Analisis komponen kimia
(Asidu, Hasbi, & Aksar, 2017) melakukan penyusun pirolisat dengan GC-MS
penelitian tentang Pemanfaatan Minyak Oli menunjukkan kandungan hidrokarbon sebesar
Bekas Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan 81.93%. Pirolisat hasil pirolisis minyak goreng
Pencampuran Minyak Pirolisis. Penelitian ini bekas berpotensi sebagai bahan bakar
dilakukan dengan metode pencampuran alternatif pengganti minyak bahan bakar
minyak oli bekas dan minyak pirolisis kompor.
polypropylene (pp), dengan perbandingan (Yandri & V, 2012) Minyak jelantah atau
presentase campuran 10%:90%, 20%:80%, Waste Cooking Oil (WCO) sebagai limbah
dan 30%:70% dan nilai laju aliran pembakaran dari rumah tangga, restoran dan pengusaha
pada tiap-tiap presentase campuran pada makanan dapat diolah menjadi biodiesel, dapat
kompor minyak. Hasil penelitian ini digunakan untuk bus kampus Universitas
menunjukkan Nilai massa jenis dan viskositas Andalas (Unand) di Padang, Sumatera Barat,
pada tiap-tiap persentase campuran minyak oli Indonesia. Bahan bakar bus kampus ini berupa
bekas dan minyak pirolisis menggalami campuran bahan bakar dengan kandungan 5%
peningkatan, Nilai Laju Aliran bahan bakar biodiesel dan 95% solar. Unand memiliki
minyak oli bekas dan minyak pirolisis pada empat jenis bus kampus, yaitu 27 unit
tiap-tiap persentase campuran menggalami mikrobus putih, 7 unit bus putih, 4 unit bus
Penurunan, Karakteristik Nyala Api yang hijau dan 1 unit bus ekslusif dengan total
dihasilkan pada pencampuran minyak oli konsumsi solar adalah 9.625 liter per minggu.
bekas dan minyak pirolisis adalah berwarna Artinya, kita butuh 414 liter minyak jelantah
kuning merah pada setiap persentase untuk memproduksi biodiesel. Selain itu,
pencampuran, dan Penggunaan kompor pemanfaatan minyak jelantah ini dapat
bertekanan berbahan bakar minyak tanah dan mendukung pemerintah Indonesia dalam
campuran minyak oli bekas dan minyak program konservasi energi, yaitu mengurangi
pirolisis lebih efisien terhadap penggunaan konsumsi solar dan meningkatkan
kompor berbahan bakar gas, dengan pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energi
perbandingan 4 liter air. terbarukan.
(Abdullah, Putra, & Irwan, 2019)
melakukan penelitian tentang minyak goreng Minyak Bumi
bekas dapat digunakan sebagai bahan baku Minyak bumi merupakan campuran
sumber energi alternatif. Penelitian ini berbagai macam zat organik, tetapi komponen
bertujuan untuk menghasilkan pirolisat sebagai pokoknya hidrokarbon. Minyak bumi di sebut
bahan bakar alternatif berupa bio-oil dengan juga minyak mineral karena pengolahan dalam
katalis yang telah teraktivasi larutan NaOH. bentuk campuran dengan mineral lain. Minyak
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk bumi tidak dihasilkan dan didapat secara
mengetahui kemampuan bio-oil yang langsung dari hewan atau tumbuhan,
dihasilkan dan dibandingkan dengan minyak melainkan dari fosil. Oleh karana itu, minyak
bumi dikatakan sebagai salah satu bahan bakar asam. Polipropena biasanya didaur-ulang, dan
fosil.[8] simbol daur ulangnya adalah nomor "5".[5]
Komponen utama minyak bumi yaitu
senyawa hidrokarbon. Disamping senyawa- Pirolisis
senyawa hidrokarbon, minyak bumi pada Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan
umumnua mengandung unsur-unsur belerang, organik melalui proses pemanasan tanpa atau
nitrogen, oksigen, dan logam (khususnya sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana
vanadium, nikel, besi, dan tembaga).[8] material mentah akan mengalami pemecahan
struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis
Minyak Jelantah adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis
Minyak jelantah (waste cooking oil) ekstrim, yang hanya meninggalkan karbon
merupakan limbah dari penggunaan minyak sebagai residu, disebut karbonisasi.
goreng dan minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, Bahan Bakar Cair
yang terjadi selama proses penggorengan. Bahan Bakar Minyak ini merupakan
Pemakaian minyak jelantah yang BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi
berkelanjutan dapat merusak kesehatan minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan
manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan bakar pesawat udara dengan tipe mesin system
akibat selanjutnya dapat mengurangi pembakaran dalam (internal combution),
kecerdasan generasi berikutnya.[9] mesin piston dengan system pengapian.
Tabel 1. Syarat mutu minyak penggorengan[9] Performa BBM ini ditentukan dengan nilai
Kriteria uji Satuan Syarat octane number antara nilai dibawah 100 dan
Keadaan bau, warna dan rasa - Normal juga diatas nilai 100. Nilai octane jenis Avgas
Air % b/b Maks 0,30 yang beredar di Indonesia memiliki nilai
Asam lemak bebas (dihitung % b/b Maks 0,30 100/130.
sebagai asam laurat)
Bahan makanan tambahan Sesuai SNI. 022-M dan Viskositas
Permenkes No. Viskositas adalah ketahanan aliran suatu
722/Menkes/Per/IX/88 cairan (fluida) pada pengaruh tekanan atau
Cemaranlogam:
tegangan. Viskositas terbagi menjadi dua[4]:
Besi (Fe) Mg/kg Maks 1,5
a) Viskositas Dinamis (mutlak / absolut)
 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 0,1
T = µ (dc / dy) (1)
 Raksa (Hg) Mg/kg Maks 0,1
Keterangan:
 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 40,0
 Timah (Sn) Mg/kg Maks 0,005
T = Tegangan geser (N/m2)
 Seng (Zn) Mg/kg Maks
µ = Viskositas dinamis (Ns/m2)
(40,0/25,0)*
dc = satuan kecepatan (m/s)
Arsen (As) % b/b Maks 0,2
dy = satuan jarak antara (m).
Angkaperoksida %mg 0,2/gr Maks 1 b) Viskositas Kinematis
v = µ/ᵨ (2)
Keterangan:
Plastik Polypropylene (PP)
v = viskositas kinematis (m2/s)
Polipropilena atau polipropena (PP) µ = viskositas absolut/dinamis (Ns/m2)
adalah sebuah polimer termo-plastik yang ᵨ = densitas (kg/m3).
dibuat oleh industri kimia dan digunakan
dalam berbagai aplikasi, diantaranya Massa Jenis
pengemasan, tekstil (contohnya tali, pakaian Massa jenis merupakan cirri dari suatu zat
dalam termal, dan karpet), alat tulis, berbagai oleh karena itu kita harus mengetahui tentang
tipe wadah terpakaikan ulang serta bagian massa jenis dan pengukurannya. [4]
plastik, perlengkapan labolatorium, pengeras 𝑚
𝜌= 𝑣 (3)
suara, komponen otomotif, dan uang kertas
polimer. Polimer adisi yang terbuat dari
Dimana, ρ = Massa jenis air (kg/m3)
propilena monomer, permukaannya tidak rata
m = Massa benda (kg)
serta memiliki sifat resistan yang tidak biasa
v = Volume benda (m3)
terhadap kebanyakan pelarut kimia, basa dan
Debit Aliran Keterangan:
Debit aliran adalah besaran yang 1) Termokopel
menunjukan volume fluida yang mengalir 2) Pipa kondensasi
melalui suatu penampang setiap satuan waktu. 3) Kondensor (pendingin)
Secara matematis, persamaanya dituliskan 4) Reaktor pirolisis
sebagai berikut[6]: 5) Kompor gas
𝑉 6) Tabung penyimpanan hasil pirolisis.
𝑄 = 𝑡 = 𝐴. 𝑣 (4)
Dimana: Q = Debit aliran (ml/s)
Prosedur Penelitian
V = Volume (ml)
Prosedur penelitian ini terbagi menjadi
t = Waktu (s)
beberapa tahap, yaitu:
A = Luas penampang (m2)
A. Pembuatan minyak pirolisis
ν = Kecepatan aliran (m/s)
1) Pengumpulan sampah plastik jenis PP
dari gelas air mineral nomor 5
Karakteristik Nyala Api
2) Sampah plastic PP dibersihkan dari
Dalam proses pembakaran, bahan bakar
kotoran-kotoran yang menempel
dan udara bercampur dan terbakar dan
3) Label plastik dipisahkan dari gelasnya
pembakarannya dapat terjadi baik dalam mode
4) Sampah plastik yang telah
nyala api atau tanpa mode nyala api. Api
dibersihkan, kemudian dikeringkan
adalah pengembangan yang bertahan pada
untuk menghilangkan kadar air dengan
suatu daerah pembakaran yang dialokasikan
panas matahari
pada kecepatan subsonic. Warna api pada
5) Sampah plastik dipotong dengan
bahan bakar dipengaruhi oleh 2 hal yaitu
ukuran panjang maksimal 3 cm dan
kandungan bahan bakar dan campuran udara
lebar maksimal 2 cm
yang ikut terbakar. [11]
6) Sampah plastik yang telah dipotong-
potong kemudian dilakukan
penimbangan untuk mengetahui berat
2. Metode Penelitian
awal
Penelitian ini dilaksanakan di
7) Plastik yang sudah dipotong-potong
Laboratorium Material dan Teknologi
dan ditimbang, dimasukan kedalam
Mekanik Jurusan Teknik Mesin Fakultas
reaktor
Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari.
8) Reaktor ditutup dengan rapat
9) Reaktor dipanaskan menggunakan
Alat Dan Bahan Penelitian
kompor gas, dengan temperatur yang
Adapun alat dan bahan yang digunakan
ada pada reaktor maksimal mencapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Alat Bahan
200oC.
Kompor gas dan kompor minyak 10) Proses pemanasan reaktor dilakukan
Kamera digital Minyak pirolisis dari plastik selama 4 jam 16 menit
polypropylene (pp)
Mistar besi 11) Uap hasil pirolisis didinginkan
Gelas ukur menggunakan kondensor dan di
Timbangan digital Minyak jelantah dari minyak
tamping pada suatu wadah.
Stopwatch goreng bekas B. Pencampuran minyak hasil pirolisis dan
Termokopel minyak jelantah
1) Presentase campuran minyak jelantah
dengan minyak hasil pirolisis dengan
masing-masing sebesar 95%:5%,
85%:15%, dan 75%:25%.
2) Menghitung nilai massa jenis,
viskositas dan laju aliran bahan bakar
pada hasilcampuran.
C. Uji coba hasil campuran minyak pirolisis
dan minyak jelantah
1) Menyiapkan kompor minyak
2) Masukkan campuran minyak pirolisis
Gambar 1. Alat pembuatan pirolisis
dan minyak jelantah
3) Menghitung efisiensi dari hasil Grafik Massa Jenis Bahan Bakar
campuran Massa jenis vs Persentase (%)
4) Bagaimana kualitas nyala api dari 1200
965,8
hasil campuran pirolisis dan minyak 1000 922,3 915,6 902,6

Densitas (kg/m³)
758,2
jelantah. 800

600

400

3. Hasil Dan Pembahasan 200

Tabel 2. Data hasil pengukuran massa jenis 0

dan viskositas pada persentase campuran MINYAK


JELANTAH
PIROLISIS MINYAK 95:5 MINYAK 85:15 MINYAK 75:25

minyak jelantah dengan minyak pirolisis


SUHU VOLUME DENSITAS VISKOSITAS Gambar 2. Massa jenis (gram/ml) vs
No SAMPEL MASSA (g) WAKTU ALIR (s)
(°C) (mL) (Kg/m3) (m2/s)
persentase campuran (%)
1 AIR 29 49,967 49,2675 6,9 986 0,801
2 MINYAK JELANTAH 32 49,967 48,2576 324 965,8 36,8416
3 PIROLISIS 32 49,967 37,8844 7,43 758,2 0,6633 Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa massa
4 MINYAK 95:5 32 49,967 46,0864 274 922,3 29,7529 jenis minyak jelantah lebih tinggi
5 MINYAK 85:15 32 49,967 45,7473 253 915,6 27,2730 dibandingkan minyak pirolisis plastik pp hal
6 MINYAK 75:25 32 49,967 45,1018 245 902,6 26,0356 ini disebabkan karena kerapatan molekul-
molekul minyak jelantah lebih rapat
Perhitungan dan Pembahasan Massa Jenis, dibandingan dengan minyak pirolisis plastik
Viskositas dan Laju Aliran Bahan Bakar pp dan betar jenis minyak jelantah lebih besar
Pada Tiap-Tiap Persentase di bandingkan dengan minyak pirolisis pp[7].
A. Perhitungan menentukan massa jenis dan Pada perbandingan 95% minyak jelantah dan
viskositas pada persentase 100% minyak 5% minyak pirolisis, persentase massa jenis
jelantah mengalami kenaikan. Dikarenakan
 Berat piknometer kosong = 32.9676 pencampuran minyak jelantah lebih banyak
gram dibandingkan minyak pirolisis. Pada
 Berat piknometer campuran 95% perbandingan yang sama 85% minyak jelantah
minyak jelantah dan 5% minyak dan 15% minyak pirolisis, persentase massa
 Pirolisis plastik PP = 79.054 gram jenis munurun dikarenakan minyak jelantah
 Massa jenis minyak (ρx) = 922.3 semakin menurun massa jenisnya. Sedangkan
kg/m3 pada perbandingan 75% minyak jelantah dan
 Volume piknometer yang digunakan = 25% minyak pirolisis semakin mengalami
49.967 ml penurunan. Dapat disimpulkan bahwa semakin
 Viskositas air (ηx) = 0.801 m2/s banyak campuran minyak pirolisis plastik
 Waktu alir bahan bakar (tx) = 274 maka kerapatan molekul-molekul didalam
detik campuran semakin rendah dan semakin rendah
 Waktu alir air (ta) = 6.9 detik massa jenis bahan bakar sedangkan minyak
 Massa jenis air (ρa) = 986 kg/m3 jelantah pada setiap persentase campuran
cenderung semakin berkurang, sedangakan
B. Analisis Perhitungan nilai massa jenis minyak jelantah lebih tinggi
1) Massa Jenis dibandingkan dengan minyak pirolisis plastik
𝑚 79.054−32.9676 𝑔𝑟𝑎𝑚 46.0864 𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ= 𝑣
= 49.967 𝑚𝑙
= 49.967 𝑚𝑙 pp.
= 0.92233674224 gram/ml
2) Viskositas
𝑚2 𝑘𝑔
𝜂𝑥 𝜌𝑥 𝑡𝑥 0.801 922.3 ³ (274 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )
𝑠 𝑚
η= 𝜌𝑎 𝑡𝑎
= 𝑘𝑔
922.3 3 (6.9 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )
𝑚
= 29.7529 m²/s
3) Laju Aliran Bahan Bakar
𝑉 49.967 𝑚𝐿
𝑄 = 𝑡 = 274 𝑠 = 0.182361314 mL/s
Grafik Viskositas Bahan Bakar Grafik Laju Aliran Bahan Bakar
Viskositas vs Persentase (%) Laju aliran bahan bakar vs Persentase (%)
40,0000 36,8416 8,0000
6,7250

Laju aliran bahan bakar


35,0000 29,7529 7,0000
27,2730
Viskositas (m²/s)

30,0000 26,0356 6,0000


25,0000 5,0000

(mL/s)
20,0000 4,0000
15,0000 3,0000
10,0000 2,0000
5,0000 0,6633 1,0000 0,1542 0,1824 0,1975 0,2039
0,0000 0,0000
MINYAK JELANTAH PIROLISIS MINYAK 95:5 MINYAK 85:15 MINYAK 75:25 MINYAK JELANTAH PIROLISIS MINYAK 95:5 MINYAK 85:15 MINYAK 75:25

2
Gambar 3. Viskositas bahan bakar (m /s) vs Gambar 4. Laju aliran bahan bakar (mL/s) vs
persentase campuran (%) persentase campuran (%)

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa laju
viskositas minyak jelantah lebih tinggi aliran bahan bakar minyak jelantah lebih
dibandingkan pirolisis plastik pp, hal ini rendah dibandingkan pirolisis plastik pp, hal
disebabkan karenakerapatan molekul-molekul ini disebabkan karenagaya gesekan aliran
minyak jelantah lebih rapat dibandingkan didalam pipadipengaruhi oleh banyak
minyak pirolisis dan waktu alir dari cairan parameter, salahsatunya adalah tingkat
dapat dilihat dari kekentalan suatu zat cairan, kekentalan fluidayang dialirkan. Semakin
yaitu semakin zat cairtersebut kental maka tinggi tingkatkekentalan, maka semakin tinggi
waktu alir zat cair yang dibutuhkan semakin gayagesekan cairan tersebut atau semakin
besar, begitupun sebaliknya, semakin zat encer sulitcairan tersebut dialirkan[3]. Pada campuran
atau cair maka waktu yang dibutuhkan 95% minyak jelantah dan 5% minyak pirolisis
semakin kecil pula[7]. Pada campuran 95% persentase laju aliran bahan bakar mengalami
minyak jelantah dan 5% minyak pirolisis penurunan dikarenakan kekentalan minyak
persentase viskositas mengalami kenaikan jelantah lebih tinggi dibandingkan minyak
dikarenakan kekentalan minyak jelantah lebih pirolisis plastik pp. Pada perbandingan
tinggi dibandingkan minyak pirolisis plastik campuran yang sama yaitu 85% minyak
pp. Pada perbandingan campuran yang sama jelantah dan 15% minyak pirolisis megalami
yaitu 85% minyak jelantah dan 15% minyak kenaikan. Serta perbandingan 75% minyak
pirolisis megalami penurunan. Serta jelantah dan 25% minyak pirolisis plastik pp
perbandingan 75% minyak jelantah dan 25% persentase laju aliran bahan bakar semakin
minyak pirolisis plastik pp persentase mengalami kenaikan. Dapat disimpulkan
viskositas semakin mengalami penurunan bahwa semakin banyak campuran minyak
dikarenakan nilai viskositas minyak pirolisis pirolisis plastik maka kerapatan molekul-
plastik pp sangat rendah dibandingkan minyak molekul didalam campuran semakin rendah
jelantah. Dapat disimpulkan bahwa semakin dan waktu alir dari suatu campuran semakin
banyak campuran minyak pirolisis plastik cepat sehingga laju aliran bahan bakar yang
maka kerapatan molekul-molekul didalam dihasilkan semakin tinggi. Sedangkan minyak
campuran semakin rendah dan waktu alir dari jelantah pada setiap persentase campuran
suatu campuran semakin cepat sehingga cenderung semakin berkurang, dan nilai laju
viskositas yang dihasilkan semakin rendah. aliran bahan bakar minyak jelantah lebih
Sedangkan minyak jelantah pada setiap rendah dibandingkan dengan minyak pirolisis
persentase campuran cenderung semakin plastik pp.
berkurang, dan nilai viskositas minyak jelantah
lebih tinggi dibandingkan dengan minyak Efisiensi Bahan Bakar
pirolisis plastik pp. Spesimen uji yang digunakan dalam
pengujian efisiensi bahan bakar adalah
campuran minyak jelantah dan minyak
pirolisis polypropylene sebesar 75% : 25%
dari jumlah campuran bahan bakar sebesar 1
liter, kemudian dalam pengujian ini dilakukan
variasi panjang jarak sumbusumbu dengan
pipa kapilaritas dalam bahan bakar sebesar 0.5 maksimal 12.67 cm, dan waktu lama menyali
cm, 1 cm, dan 1.5 cm. Pengujian efisiensi api maksimal 19:15 s.
bahan bakar dilakukan dengan cara
mendidihkan air dengan perbandingan 1 liter 1. Posisi Bentuk Api Dan Temperatur Api
air. Hasil pengujian menunjukanbahwa waktu Pada Campuran 95% : 5%
lama mendidikan air pada jarak sumbu dengan  Bentuk Api
pipa kapilaritas sebesar 0.5 cm dan tinggi a) Tinggi sumbu 0.5 cm
sumbu yang keluar sebesar 1.5 cm
adalah17:23 menit, tinggi nyala api yang
dihasilkan 16 cm, jumlah bahan bakar yang
terpakai sebesar 400 mL pada jarak sumbu
dengan pipa kapilaritas sebesar 1 cm dan
tinggi sumbu yang keluar 1.5 cm waktu
mendidihkan air adalah 19:05 menit, tinggi b) Tinggi sumbu 1 cm
nyala api yang dihasilkan 16 cm, jumlah bahan
bakar yang terpakai sebesar 350 mL dan pada
jarak sumbu dengan pipa kapilaritas sebesar
1.5 cm dan tinggi sumbu yang keluar sebesar
1.5 cm waktu mendidikan air adalah 21:17
menit, tinggi nyala api yang dihasilakan 16 c) Tinggi sumbu 1.5 cm
cm, jumlah bahan bakar yang terpakai sebesar
250 mL. Sedangkan pada campuran 95% : 5%
dan 85% : 15% tidak diuji kerena waktu lama
nyala api dan tidak dapat mindidikan air.

Bentuk Nyala Api Dan Pengujian


Temperatur Api
Tabel 3. Perbandingan pengamatan data bahan  Pengambilan Temperature Api
bakar Tabel 4. Pengujian temperatur api pada
Komposisi
Minyak Jelantah :
Tinggi
Waktu
Tinggi
Temperatur T
campuran 95% : 5%
No Sumbu Api
Minyak Pirolisis (s) (oc) rata-rata
(cm) (cm)
(%) Tinggi Sumbu Waktu Tinggi Api Temperatur T
0.5 cm - - - (cm) (s) (cm) (oc) rata-rata
1 Minyak Jelantah 1 cm - - - -
1.5 cm - - -
0.5 cm 19:25 10 cm 110 oc 0.5 cm 4:23 5 cm 78 oc
o
2 Minyak Pirolisis 1 cm 17:34 14 cm 134 c -
o
1.5 cm 15:14 18 cm 180 c
o
1 cm 5:32 9 cm 117 oc 108 oc
Campuran 95% 0.5 cm 4:23 5 cm 78 c
minyak jelantah 1 cm 5:32 9 cm 117 oc o o
3
dan 5% minyak
108 c 1.5 cm 6:54 11 cm 129 c
pirolisis 1.5 cm 6:54 11 cm 129 oc
Campuran 85%
minyak jelantah
0.5 cm
1 cm
7:36
9:54
7 cm
10 cm
o
81 c
122 oc o
Dari table 4. terlihat bahwa pada
4 120.3 c
dan15% minyak
pirolisis 1.5 cm 11:12 12 cm 158 oc campuran 95% minyak jelantah dan 5%
Campuran 75%
minyak jelantah
0.5 cm
1 cm
17:23
19:05
9 cm
13 cm
84 oc
139 oc 128.67
minyak pirolisis, rata-rata titik temperetur
5
yaitu 108oC, waktu nyala api maksimal 5:36 s,
o
dan25% minyak o c
pirolisis 1.5 cm 21:17 16 cm 163 c

dan tinggi maksimal nyala api sebesar 8.3 cm


Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa sedangkan bentuk api berwarna kuning
kompor sumbu berbahan bakar campuran 95% kemerahan.
minyak jelantah dan 5% minyak pirolisis
mempunyai nilai temperatur rata-rata sebesar 2. Posisi Bentuk Api Dan Temperatur Api
108oC, tinggi api maksimal 8.3 cm, dan waktu Pada Campuran 85% : 15%
lama menyali api maksimal 5:36 s. Campuran  Bentuk Api
85% minyak jelantah dan 15% minyak a) Tinggi sumbu 0.5 cm
pirolisis mempunyai nilai temperatur rata-rata
sebesar 120.3oC, tinggi api maksimal 9.7 cm,
dan waktu lama menyali api maksimal 9:34 s.
Campuran 75% minyak jelantah dan 25%
minyak pirolisis mempunyai nilai temperatur
rata-rata sebesar 128.67oC, tinggi api
b) Tinggi sumbu 1 cm  Pengambilan Temperatur Api
Tabel 6 Pengujian Temperatur Api Pada
Campuran 75% : 25%
Tinggi Sumbu Waktu Tinggi Api Temperatur T
(cm) (s) (cm) (oc) rata-rata

0.5 cm 17:23 9 cm 84 oc
c) Tinggi sumbu 1.5 cm 128.67
1 cm 19:05 13 cm 139 oc o
c
1.5 cm 21:17 16 cm 163 oc

Dari tabel 6 terlihat bahwa pada


campuran 75% minyak jelantah dan 25%
minyak pirolisis, rata-rata titik temperetur
yaitu 128.67oC , waktu nyala api maksimal
 Pengambilan Temperature Api 19:15 s, dan tinggi maksimal nyala api sebesar
Tabel 5. Pengujian temperatur api pada 12.67 cm sedangkan bentuk api berwarna
campuran 85% : 15% kuning kemerahan.
Tinggi Sumbu Waktu Tinggi Api Temperatur T
(cm) (s) (cm) (oc) rata-rata

4. Kesimpulan
0.5 cm 7:36 7 cm 81 oc 1) Karakteristik sifat fisik pencampuran
1 cm 9:54 10 cm 122 oc 120.3 oc minyak jelantah dan minyak pirolisis
1.5 cm 11:12 12 cm o
158 c adalah sebagai berikut:
Dari tabel 5 terlihat bahwa pada a. Nilai massa jenis dan viskositas pada
campuran 85% minyak jelantah dan 15% tiap-tiap persentase campuran minyak
minyak pirolisis, rata-rata titik temperetur jelantah dan minyak pirolisis
yaitu 120 oC, waktu nyala api maksimal 9:34 s, mengalami penurunan, disebabkan
dan tinggi maksimal nyala api sebesar 9.67 cm persentase pencampuran minyak
sedangkan bentuk api berwarna kuning jelantah pada setiap persentase
campuran cenderung semakin sedikit,
kemerahan.
sedangkan minyak pirolisis
polypropylene cenderung semakin
3. Posisi Bentuk Api Dan Temperatur Api
bertambah persentase campurannya,
Pada Campuran 75% : 25%
 Bentuk Api karena nilai massa jenis dan viskositas
a) Tinggi sumbu 0.5 cm minyak jelantah lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak pirolisis
polypropylene.
b. Nilai laju aliran bahan bakar minyak
jelantah dan minyak pirolisis pada
tiap-tiap persentase campuran
mengalami kenaikan nilai laju aliran
b) Tinggi sumbu 1 cm bakarnya, disebabkan persentase
campuran minyak jelantah pada setiap
persentase campuran cenderung
semakin berkurang, sedangkan minyak
pirolisis polypropylene cenderung
semakin bertambah pada setiap
persentase campurannya, karena
c) Tinggi sumbu 1.5 cm kekentalan minyak jelantah lebih
tinggi dibandingakan dengan minyak
pirolisis polypropylene, sehingga
mempercepat laju aliran bahan bakar.
2) Karakteristik nyala api yang dihasilkan
pada pencampuran minyak jelantah dan
minyak pirolisis adalah berwarna kuning
kemerahan dengan ketinggian maksimal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
8.3 cm – 12.67 cm pada setiap persentase Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
campuran. Universitas Islam Negeri Syarif
3) Penggunaan kompor sumbu berbahan Hidayatullah Jakarta.
bakar pencampuran minyak jelantah dan [8] Setyawati, A. A. (2009). Kimia Untuk
minyak pirolisis polypropylene lebih Kelas X SMA/MA. Jakarta: PT. Cempaka
efisien, dikarenakan dapat menggunakan Putih.
limbah masyarakat sebagai bahan bakar [9] Suhartina, S. (2018). Studi Kualitas Fisis
alternatif dan dapat mengurangi limbah Minyak Jelantah Dan Efek Kesehatan
masyarakat terutama pada minyak jelantah Tubuh Di Kecamatan Bontonompo.
(minyak goreng bekas). Gowa: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
[10] Suharyati, Pambudi, S. H., Wibowo, J. L.,
5. Saran & Pratiwi, N. I. (2019). Outlook Energi
Perlu dilakukan penvariasiaan pada Indonesia 2019. Jakarta: Sekretaris
kompor sumbu terutama pada sumbu kompor Jenderal Dewan Energi Nasional.
dengan mencampurkan sumbu kompor dengan [11] Sya'roni, A. I. (2016). Analisa Warna Api
serat tembaganya, agar dapat bertahan lama, Dan Suhu Pembakaran Biogas Limbah
kemudian perlu pemanasan terlebih Pasar Yang Sudah Dipurifikasi Dengan
pemanasan bahan bakar terlubih dahulu Kalium Hidroksida. Jember: Jurusan
sebelum masuk dalam tangki kompor sumbu, Teknik Mesin Fakultas Teknik
agar bahan bakar tersebut dapat cepat dengan Universitas Jember.
mudah menyerap kedalam sumbu kompor dan [12] Yandri, & V, R. (2012). Pemanfaatan
dapat mempertahankan lama bakarnya sumbu Minyak Jelantah Sebagai Biodisel Untuk
kompor. Bahan Bakar Bus Unand Di Padang.
Dharmakarya , 1 (2), 119.

Daftar Pustaka
[1] Abdullah, Putra, Y. A., & Irwan, A.
(2019). Pyrolysis Of Waste Cooking Oil
With Activated Zeolite Catalyst Using
NaOH Solutions. Jurnal Konversi , 29-38.
[2] Asidu, L. O., Hasbi, M., & Aksar, P.
(2017). Pemanfaatan Minyak Oli Bekas
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan
Pencampuran Minyak Pirolisis. Jurnal
Enthalpy - jurnal mahasiswa teknik mesin
, 1-7.
[3] Kreith, F., & Berger, S. A. (1999). Fluid
Mechanics, Mechganical Engineering
Handbook. Boca Raton: CRC Press LLC.
[4] Orianto, M., & Pratikto, W. (1984).
Mekanika Fluida I. Surabaya: BPFE
Yogyakarta.
[5] P., A. R., & Ali, M. (n.d.). Pengolahan
Sampah Plastik Menjadi Minyak
Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan , 44-53.
[6] Pulkraber, W. W. (1997). Engineering
Fundamentals Of The Internal
Combustion Engine. New Jersey:
Prentice-Hall International Inc.
[7] Rosita, I. I. (2014). Praktikum Fisika
Kimia II : Viskositas. Jakarta: Program
Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Anda mungkin juga menyukai