Anda di halaman 1dari 53

1

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Pada musim buah-buahan, merupakan saat paling merepotkan karena

volume sampah tentunya akan mengalami peningkatan yang signifikan

dengan adanya kulit buah durian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan

sampah organik di Indonesia mencapai 60-70 persen dari total volume

sampah yang dihasilkan, sehingga apabila diabaikan maka dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan berupa limbah. (Prabowo, 2009).

Limbah menyebabkan pencemaran lingkungan, munculnya penyakit

dan menurunkan nilai estetika/keindahan kota serta masalah-masalah lainnya.

Limbah kulit durian yang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik,

karena karakternya yang sukar terurai sehingga berpotensi menjadi salah

satu limbah hayati yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Hasil penelitian Hatta (2007), menunjukkan bahwa kulit durian

mengandung unsur selulosa yang tinggi (50-60%) dan kandungan lignin (5%)

serta kandungan pati yang rendah (5%) sehingga dapat diindikasikan sebagai

campuran bahan baku pangan olahan serta produk lainnya yang dimanfaatkan

melalui proses pirolisis menghasilkan asap cair yang dapat digunakan

sebagai bahan pengawet karena memiliki sifat anti bakteri dan antioksidan

(Wijaya, 2008).

Asap cair merupakan bahan pengawet alami yang dapat digunakan sebagai

pengganti bahan pengawet kimia, seperti formalin dan boraks pada proses
2

pengolahan produk pangan. (Himawati, 2010). Untuk mendapatkan asap cair

dengan kualitas baik, asap cair hasil pirolisis kulit durian akan diolah lebih lanjut

(destilasi) untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan karena

bersifat karsinogenik, yaitu tar dan benzopyrene.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik asap

cair (pH, kadar asam asetat (N), kadar indeks bias, dan warna) yang dihasilkan

melalui proses pirolisis dan destilasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan nilai tambah dalam pengelolaan limbah kulit durian untuk

menghasilkan asap cair yang dihasilkan melalui proses pirolisis. Selain itu, dapat

membuka peluang usaha baru.

Hasil pirolisis kulit durian masih banyak mengandung zat-zat yang

berbahaya dan warna yang cenderung coklat hitam. Pemurnian dapat dilakukan

dengan berbagai cara, salah satunya dengan destilasi. Asap cair hasil destilasi

diharapkan lebih baik kualitasnya, untuk itu perlu dilakukan penelitian pemurnian

asap cair kulit durian berdasarkan suhu dan lama proses destilasi

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana karakteristik asap cair kulit durian hasil pirolisis

2. Bagaimana karakteristik asap cair kulit durian hasil refining

3. Bagaimana rendemen asap cair kulit durian setelah didestilasi.

1.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik asap cair kulit durian hasil pirolisis.


3

2. Mengetahui karakteristik asap cair kulit durian hasil refining

3. Mengetahui rendemen asap cair kulit durian setelah didestilasi.

1.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain :

1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi dibidang pertanian.

2. Memberikan tambahan informasi ilmu pengetahuan kepada sekolah dan

pihak-pihak akademisi, sehingga apabila ada mahasiswa lain yang akan

melaksanakan penelitian tentang proses destilasi asap cair dari kulit durian

dapat dijadikan tambahan referensi dan mengingat keterbatasan dalam

penelitian ini maka dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut

di masa yang akan datang.

3. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa memberikan informasi

kepada masyarakat tentang bagaimana meningkatkan kualitas asap cair

kulit durian dengan proses pemurnian (destilasi).

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Asap cair yang digunakan berupa asap cair dari kulit durian dari hasil

pirolisis yang akan dimurnikan dengan proses destilasi. Untuk

menganalisa karakteristik asap cair kulit durian sebelum dan sesudah

proses destilasi

2. Untuk tahap Analisis, adalah analisis hasil laboratorium yang diperoleh

dengan membandingkan karakteristik asap cair kulit durian (rendemen,


4

pH, konsentrasi asam asetat, indeks bias dan warna) asap cair kulit durian

sebelum dan sesudah didestilasi.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Durian (Durio zibhetinus)

Buah yang banyak diminati masyarakat adalah durian (Arlofa,

2015). Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia

Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari

ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekaklekuk tajam sehingga

menyerupai duri. Sebutan populernya adalah raja dari segala buah. Durian

adalah buah yang kontroversial, meskipun banyak orang yang

menyukainya, namun sebagian yang lain malah muak dengan aromanya.

Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanlah spesies tunggal

tetapi sekelompok tumbu han dari marga Durio. Namun demikian, yang

dimaksud dengan durian (Tanpa imbuhan apa-apa) biasanya dalah Durio

zibethinus (Sinuhaji, Ginting, & Sebayang, 2014).

Dari segi struktur, Durian terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian

dari daging durian sekitar 20-30 %, biji durian sekitar 5-15 % dan bagian

kulit durian sekitar 60-75 % (Arlofa, 2015). Hasil penelitian menunjukkan,

kulit durian secara proporsional mengandung unsur selulose yang tinggi

(50-60%) dan kandungan lignin (5%) serta kandungan pati yang rendah

(5%) sehingga dapat diindikasikan bahan tersebut bisa digunakan sebagai

campuran bahan baku pangan olahan serta produk lainnya yang

dimanfaatkan. Selain itu, limbah kulit durian mengandung sel serabut

dengan dimensi yang panjang serta dinding serabut yang cukup tebal
6

sehingga akan mampu berikatan dengan baik apabila diberi bahan perekat

sintetis atau bahan perekat mineral (Kurniawan W, Arifan M, & Adim, 2013).

2.2. PENGOLAHAN KULIT DURIAN MENJADI ASAP CAIR

2.2.1 Pirolisis

Pirolisis adalah dekomposisi suatu bahan yang mengalami proses

pemanasan dan dilakukan pada kondisi tanpa atau sedikit udara, dimana akan

terjadi pemecahan struktur kimia pada material yang dipirolisis menjadi fase gas.

Arang, minyak dan gas merupakan produk utama yang dihasilkan dalam produk

pirolisis yang umumnya berlangsung dalam waktu 4-7 jam pada suhu diatas 300
o
C tergantung jenis bahan baku. Biomassa yang diolah dan diproses melalui

teknologi pirolisis akan mengalami penguraian menjadi produk dalam bentuk

padatan, cairan dan gas yang terjadi pada suhu tinggi tanpa berhubungan dengan

udara luar (Sulaiman, 2004).

Metode pirolisis merupakan salah satu solusi yang tepat untuk

memanfaatkan biomassa seperti limbah padat pengolahan kulit durian. Bridgwater

(2004) mengatakan bahwa pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan oleh

pemanasan dengan pembakaran yang tidak menggunakan udara. Lalu Demirbas

(2005) berpendapat bahwa pirolisis merupakan proses degradasi bahan atau

biomassa menjadi bentuk lain melalui pemanasan tanpa adanya oksigen.

Melalui proses pirolisis, limbah biomassa dikonversi menjadi produk

dengan bentuk cair seperti asap cair maupun bentuk padat seperti arang. Dimana

asap yang dihasilkan dari proses ini kemudian dikondensasi menjadi asap cair

agar tidak mencemari udara dan lingkungan. Sudah banyak penelitian yang
7

membahas mengenai asap cair dan sudah berkembang yaitu dengan

memanfaatkan hasil samping produk dan industri pertanian. Asap cair merupakan

cairan kondensat dari biomassa yang mengandung komponen selulosa,

hemiselulosa dan lignin.

Gambar 1. Rangkaian Reaktor Pirolisator Sederhana

2.2.2 Asap Cair

Asap cair merupakan suatu hasil pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak

langsung maupun langsung dari bahan bahan yang banyak mengandung karbon serta

senyawa-senyawa lain, bahan baku yang banyak digunakan sekarang ini adalah

kayu, tandan kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu dll (Mangkoewidjojo,

2008) . Salah satu cara konversi asap pembakaran biomasa menjadi asap cair adalah

metode pirolisis dan penyulingan. Kondensasi asap hasil pembakaran biomasa akan

menghasilkan asap cair (Darmadji, 2008). Asap cair merupakan suatu campuran

larutan dari dispersi koloid asap dalam air, yang dibuat dengan mengkondensasikan

asap dari hasil pembakaran tersebut.

Asap diartikan sebagai suatu suspensi partikel-partikel padat dan cair

dalam medium gas (Girard, 1992), sedangkan asap cair menurut Darmadji (1997)
8

merupakan campuran larutan dari dispersi asap dalam air yang dibuat dengan

mengkondensasikan asap hasil pirolisis. Produksi asap cair merupakan hasil

pembakaran yang tidak sempurna yang melibatkan reaksi dekomposisi karena

pengaruh panas, polimerisasi, dan kondensasi (Girard, 1992).

Proses pirolisis atau pembakaran biomassa menghasilkan produk, salah

satunya yaitu asap cair (liquid smoke). Asap cair tersebut mengandung

mengandung karbon dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan selama proses

pembakaran. Kandungan senyawa asam, fenol dan karbonil pada asap cair

berfungsi untuk mengawetkan suatu produk agar memiliki umur simpan yang

lebih lama, sehingga asap cair banyak dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti

pengawet makanan dari bahan kimia.

Bahan baku pembuatan asap cair di Indonesia cukup beragam dan banyak,

salah satu bahan baku yang dapat digunakan dan sumbernya melimpah adalah

asap cair dari limbah kulit durian (Oramahi, dkk. 2010). Asap cair kulit durian

diperoleh dari hasil pirolisis limbah kulit durian itu sendiri, pirolisis merupakan

serangkaian proses pemanasan kulit durian tanpa adanya oksigen atau udara luar

sehingga terjadi penguraian senyawa komponen penyusun dari kulit durian

tersebut (Asmawit, dkk. 2011). Pembuatan asap cair kulit durian dibuat

menggunakan alat yang disebut dengan Reaktor Pirolisator.

Pemanfaatan asap cair kulit durian telah banyak digunakan dan dilakukan

pengujian secara in vitro maupun in vivo, Oramahi, dkk. (2010) melakukan

pengujian asap cair kulit durian terhadap perkembangan jamur Aspergillus niger

secara in vitro dan hasilnya adalah dengan konsetrasi asap cair 3% pada suhu
9

pemanasan 400 °C dan 450 °C mampu mengurangi pertumbuhan jamur

Aspergillus niger dengan persentasi 100%. Kemudian kandungan senyawa asap

cair juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama perusak daun pada

pertanaman sawi sehingga layak digunakan sebagai insektisida nabati (Sari, dkk.

2018).

2.3 Karakteristik Asap Cair

1. Uji Kimia

a. Rendemen Asap Cair

Rendemen adalah perbandingan jumlah produk yang dihasilkan dengan

jumlah bahan baku untuk mengetahui hasil dari suatu proses dan dinyatakan

dalam satuan persen (%). Rendemen dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Berat Asap Cair ( gr)


Rendemen( %)= x 100%
Jumlah Bahan Baku(gr )

Banyaknya rendemen yang dihasilkan tergantung pada jenis bahan baku

dan kadar air yang terkandung pada bahan baku. Sistem kondensasi mempunyai

pengaruh besar terhadap persentase rendemen asap cair yang dihasilkan pada

suatu proses pirolisis (Wijaya dkk., 2008). Dalam hal ini Nasruddin (2015) juga

mengatakan bahwa rendemen asap cair dipengaruhi oleh jenis, berat jenis dan

ukuran partikel.

b. Nilai pH Asap Cair

Nilai pH asap cair diukur untuk mengetahui tingkat keasaman yang

terkandung di dalam asap cair dan mengetahui kualitas asap cair dari hasil

pirolisis. Pamori, dkk. (2015) mengatakan bahwa kadar air dan total asam yang

terkandung dalam suatu bahan akan memberikan pengaruh terhadap nilai pH yang
10

dihasilkan. Standar nilai pH asap cair berdasarkan standar mutu Jepang adalah

1,5-3,7. Besar kecilnya nilai akan mempengaruhi daya simpan produk asap dan

sifat organoleptiknya.

c. Kadar Asam

Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri dan

membentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam

asetat, propionat, butirat dan valerat. Kadar asam yang terkandung dalam asap

cair dapat dijadikan acuan yang mempengaruhi mutu asap cair tersebut dalam

pemanfaatannya. Asam asetat dalam asap cair yang diperoleh dari dekomposisi

selulosa, hemiselulosa dan pati mempengaruhi rasa, pH dan umur simpan produk

dan sangat berpengaruh terhadap total fenol yang dihasilkan (Wijaya, dkk., 2008).

V ( ml ) titer . N NaOH . Fp .60


Kadar Asam= x 100%
BS ( gr ) .1000

Keterangan:

V titer = Volume NaOH Terpakai (ml)

N NaOH = Nornalitas NaOH

BS = Berat Sampel (gr)

Fp = Faktor Pengencer

2.4 Destilasi Asap Cair Hasil Pirolisis

Destilasi adalah proses pemurnian yang dilakukan untuk memisahkan

suatu zat dari campuran berdasarkan kecepatan dan kemudahan zat tersebut untuk

menguap dengan memanaskannya (Fauziati dan Sampepani, 2015). Dalam

penelitian Achmadi, dkk. (2015) mengatakan bahwa destilasi bertujuan untuk

memurnikan suatu zat dan memisahkan tar yang bersifat karsinogenik pada asap
11

cair. Untuk mengetahui aman atau tidaknya asap cair digunakan sebagai bahan

tambahan maka perlu dibandingkan dengan standar mutu asap cair. Suhu pada

destilasi lebih rendah daripada proses pirolisis yaitu sekitar 100 oC – 200 oC.

Destilasi merupakan istilah lain dari penyulingan, yakni proses pemanasan

suatu bahan pada berbagai temperatur, tanpa kontak dengan udara luar untuk

memperolah hasil tertentu. Penyulingan adalah perubahan bahan dari bentuk cair

ke bentuk gas melalui proses pemanasan cairan tersebut, dan kemudian

mendinginkan gas hasil pemanasan, untuk selanjutnya mengumpulkan tetesan

cairan yang mengembun (Cammack, 2006).

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik

didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit

operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada

teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada

titik didihnya.

Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang

ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi

disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka

disebut sebagai aquadestilata (aquades).


12

Gambar 2. Rangkaian Alat Destilasi Sederhana

2.5. Pemanas Elektrik

Electrical Heating Element (elemen pemanas listrik) banyak dipakai

dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam rumah tangga ataupun peralatan dan

mesin industri. Elemen pemanas merupakan alat yang berfungsi sebagai salah satu

kegiatan kerja untuk mendapatkan suhu dari suhu rendah suatu zat sampai ke suhu

tinggi. Ariffudin, Satriya Dwi. 2014.

Sebagai sumber panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas listrik ini

bersumber dari kawat ataupun pita bertahanan listrik tinggi (Resistance Wire)

biasanya bahan yang digunakan adalah kawat niklin yang digulung menyerupai

bentuk spiral dan dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung,

kemudian dialiri arus listrik pada kedua ujungnya dan dilapisi oleh isolator listrik

yang mampu meneruskan panas dengan baik hingga aman jika digunakan. Bentuk

dan tipe dari Electrical Heating Element ini bermacam macam disesuaikan

dengan fungsi, tempat pemasangan dan media yang akan di panaskan.

Adapun jenis dan bentuk dari elemen pemanas adalah sebagai berikut :
13

1. Elemen Pemanas Listrik bentuk Dasar Yaitu elemen pemanas dimana

Resistance Wire hanya dilapisi oleh isolator listrik, macam-macam elemen

pemanas bentuk ini adalah : Ceramik Heater, Infra Red Heater, Silica dan Quartz

2. Heater, Bank Channel heater, Black Body Ceramik Heater.

Gambar 3. Infra Red Heate

3. Elemen Pemanas Listrik Bentuk Lanjut Merupakan elemen pemanas

dari bentuk dasar yang dilapisi oleh pipa atau lembaran plat logam

untuk maksud sebagai penyesuain terhadap penggunaan dari elemen

pemanas tersebut. Bahan logam yang biasa digunakan adalah: mild

stell,stainless stell, tembaga dan kuningan. Heater yang termasuk

dalam jenis dan ini adalah:

- Tubular heater

- Catridge heater

- Band, nozzle dan stripe heater


14

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Salah satu alternatif penanganan kulit durian yang sejalan dengan konsep

produksi bersih adalah dengan pembakaran pirolisis yang akan menghasilkan asap

cair. Asap cair dapat digunakan sebagai pengawet pangan dan non-pangan karena

mengandung senyawa fenol sebagai antioksidan dan asam asetat sebagai

antimikroba (Abidanish, 2009). Dengan penerapan teknologi, pemanfaatan kulit

durian menjadi asap cair merupakan suatu pilihan yang sangat realistis dan

prospektif.

Pengawet seperti formalin dan boraks sangat berbahaya bagi manusia

apabila dikonsumsi. Saat ini para peneliti banyak menyarankan alternatif

pengawet berbahan alami seperti asap cair. Asap cair adalah suatu hasil

pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung.

Asap cair didapat dari hasil pirolisis kayu lunak maupun kayu keras, salah satu

diantaranya adalah kulit durian, tempurung kelapa dan kayu. Menurut Widiastuti

dan Panji (2007) dan Nuryanto (2001) kulit durian dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku dalam pembuatan asap cair, selain itu kulit durian mengandung

senyawa selulosa, hemiselulosa dan lignin yang merupakan material kimia

pembentuk komponen asap cair.

Salah satu cara untuk memperoleh sifat organoleptik yang diinginkan

adalah dengan perlakuan distilasi, sehingga diharapkan metode distilasi dapat


15

menghasilkan asap cair yang lebih bermutu sebagai bahan pengawet yang murah

dan aman bagi kesehatan

3.2 Hipotesis

Diduga bahwa asap cair kulit durian sebelum dan sesudah didestilasi akan

berpengaruh terhadap nilai perbandingan karekteristik asap cair kulit durian

tersebut, dalam hal ini parameternya adalah indeks bias, pH, Konsentrasi asam

asetat, Rendeman , dan Warna.


16

3.3 Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Buah Durian Limbah Kulit Durian

Pemanfaatan Kulit Durian yang


kurang dimanfaatkan
masyarakat, tetapi
ketersediaanya yang berlimpah

Bagaimana cara memanfaatkan


limbah Kulit Durian untuk menambah
nilai ekonomis pada limbah Kulit
Durian

Solusi

Pembuatan Asap Cair


Kulit Durian
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
17

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2021 di laboratorium energi

dan mesin pertanian Program Studi Teknik Pertanian STIPER dan di laboratorium

hasil hutan, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Teknologi Pertanian,

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

4.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pirolisis

(pembuatan asap cair) dan destilasi sederhana. Untuk keperluan analisis

digunakan Refraktometer untuk mengukur indeks Bias, colorimeter untuk

mengukur warna, Titrasi untuk mengukur Kadar Asam, pH meter untuk mengukur

pH, yang tersedia dilaboratorium Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asap cair hasil pirolisis

dari kulit durian.

4.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan

percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 2

faktor. Faktor yang digunakan yaitu suhu dan waktu dengan 3 variasi dan 3 kali

ulangan. Rancangan Acak Kelompok dengan model linier sebagai berikut:

Yij = μ + Ti + Bj +ε ij; i = 1, 2, 3 ... t

J =1, 2, 3 ... r
18

Dimana:

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i dan ulangan ke j

μ = nilai tengah umum

Ti = pengaruh perlakuan ke-i

Bj = pengaruh ulangani ke-j

ε ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Dari kombinasi faktor-faktor tersebut diperoleh 9 perlakuan dan dilakukan

3 kali ulangan. Variabel penelitian dan kombinasi tiap variabel dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Faktor I. Suhu Destilasi (T)


T1 : 90 OC
T2 : 120 OC
T3 : 150 OC
Faktor II. Lama Destilasi (W)
W1 : 30 Menit
W2 : 60 Menit
W3 : 90 Menit
Berdasarkan kedua faktor yang di atas, maka diperoleh 9 kombinasi

perlakuan sebagai berikut :

Tabel 1. Rancangan Penelitian


Waktu Destilasi
Temperatur
W1 W2 W3
T1 T1W1 T1W2 T1W3
T2 T2W1 T2W2 T2W3
T3 T3W1 T3W2 T3W3
Keterangan:

T1W1 = Suhu destilasi 90 OC dan lama waktu destilasi 30 menit

T1W2 = Suhu destilasi 90 OC dan lama waktu destilasi 60 menit


19

T1W3 = Suhu destilasi 90 OC dan lama waktu destilasi 90 menit

T2W1 = Suhu destilasi 120 OC dan lama waktu destilasi 30 menit

T2W2 = Suhu destilasi 120 OC dan lama waktu destilasi 60 menit

T2W3 = Suhu destilasi 120 OC dan lama waktu destilasi 90 menit

T3W1 = Suhu destilasi 150 OC dan lama waktu destilasi 30 menit

T3W2 = Suhu destilasi 150 OC dan lama waktu destilasi 60 menit

T3W3 = Suhu destilasi 150 OC dan lama waktu destilasi 90 menit

4.4. Prosedur Penelitian

4.4.1 Proses Pembuatan Asap Cair

Disiapkan seperangkat alat pirolisis, lalu dimasukkan kulit durian ke dalam

alat pirolisis. Proses pirolisis dilakukan hingga suhu ± 400 °C, lalu ditampung

destilat asap cair yang dihasilkan ke dalam wadah sampel. Proses pirolisis

dilakukan hingga tidak ada lagi destilat asap cair yang keluar

Kulit Durian

Reaktor Pembakaran

Kondensor Pendingin

Penampungan Asap Cair

Asap Cair Analisis Laboratorium

Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Asap Cair Kulit Durian


20

4.4.2 Proses Pemurnian Asap Cair Dengan Destilasi

Asap cair yang dihasilkan dimurnikan dengan cara destilasi

menggunakan alat destilasi pada suhu 90, 120, dan150°C dan waktu destilasi 30,

60, dam 90 menit, hingga terpisah antara cairan coklat yang mengandung ter

dengan destilat yang bewarna bening.

Asap Cair

Destilasi

Kondensor Pendingin

Penampungan hasil
destilasi

Asap Cair Hasil Analisis Laboratorium


Destilasi

Gambar 6. Diagram alir pemurnian asap cair kulit durian

4.1 Analisis Data

Menurut Siswandari (2009), data kuantitatif adalah jenis data yang dapat

diukur (measurable) atau dihitung secara langsung sebagai variabel angka atau

bilangan. Data yang diamati adalah pH, rendeman, kadar asam asetat (N), dan

warna. Data kuantitatif berupa data uji rendemen dan hasil uji laboratorium

dianalisis dengan analisa anova RAL.


21

4.2 Metode Analisa

4.6.1 Indeks Bias Asap Cair

Menurut A. Zamroni (2013). Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio)

antara kelajuan cahaya di ruang hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan.

Cepat rambat gelombang cahaya di ruang hampa sebesar c. Jika melalui suatu

medium maka cahaya tersebut akan mengalami perubahan kecepatan menjadi v,

dimana besarnya v jauh lebih kecil dibandingkan cepat rambang cahaya di ruang

hampa c. Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya akan turun

sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang dinamakan

indeks bias (n). Pernyataan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan berikut:

c
n= v

n = Indeks Bias

c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)

v = kecepatan laju cahaya dalam medium

4.6.2 Uji pH Asap Cair

Nilai pH ditentukan dengan cara menyiapkan masing-masing

sampel sebanyak 10 mL, kemudian sampel diukur menggunakan pH meter,

terlebih dahulu dilakukan standarisasi buffer pH 4,0 dan 7,0. Pengukuran pH

dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda pH meter kedalam sampel dan

skala dibaca setelah jarum penunjuk konstan.

4.6.3 Uji Asam Asetat Asap Cair

Sampel asap cair sebanyak 10 ml ditambah 100 mL aquades selanjutnya


22

dihomogenkan. Ditambahkan indikator PP sebanyak 2-3 tetes dan dititrasi

dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik akhir titrasi yang ditunjukan dengan

berubahnya warna sampel menjadi merah keunguan dan stabil (tidak

berubah jika dihomogenkan). Total asam tertitrasi dinyatakan sebagai persen

asam asetat.

V x N x BM
Total Asam ( % )= x 100 %
BC x 1000

Keterangan :

V = Volume NaOH (ml)

N = Normalitas NaOH (N)

BM = Berat molekul asam asetat

BC = Bobot sampel (gram)


23

4.7. Diagram Alir Penelitian

Kulit Durian

Asap Cair Kulit Durian

s
Nilai parameter awal:
1. Kadar Asam
Tahap Analisis Awal
2. pH
Sebelum didestilasi
3. Warna
4. Indeks Bias

Proses Destilasi dengan Suhu dan waktu


1. Suhu 90 (fraksi I)
2. Suhu 120 (fraksi II)
3. Suhu 150 (fraksi III), dan waktu
30,60, dan 90 menit

Asap Cair Kulit Durian Hasil


Destilasi
Nilai parameter akhir:
1. Kadar Asam
Tahap Analisis Akhir 2. pH
Sesudah didestilasi 3. Warna
4. Indeks Bias
5. Rendeman

Selesai

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian


24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Karakteristik Asap Cair Kulit Durian Hasil Pirolisis

Asap cair yang digunakan sebagai bahan baku proses destilasi adalah asap

cair kulit durian sebanyak 30.000 ml, dimana 1.000 ml digunakan untuk analisi

sebelum didestilasi dan 27.000 ml digunakan pada saat destilasi. Sebelum asap

cair kulit durian didestilasi, terlebih dahulu 1.000 ml asap cair kulit durian

dianalisis parameter awal untuk mengetahui karakteristik asap kulit durian dengan

parameter indeks bias, derajat keasaman (pH), konsentrasi asam asetat, dan warna.

Hasil uji laboratorium karakteristik asap cair kulit durian sebelum didestilasi dapat

dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Karakteristik Asap Cair Tandan Kelapa Sawit Sebelum Destilasi


(Pirolisis)
No Indeks Bias pH Asam asetat
(N)

1 1.3572 4,901 6,172

Sumber: Data hasil pengamatan pengujian laboratorium 2021

Berdasarkan analisis awal uji laboratorium karakteristik asap cair kulit

durian pada tabel 2 diatas, asap cair kulit durian sebagai sampel memiliki nilai

densitas indeks bias 1,5372, nilai pH 4,901, dan nilai asam asetat 6,172 N.

5.2. Karakteristik Asap Cair dan Rendemen Kulit Durian Hasil Destilasi

Asap cair kulit durian hasil pirolisis sebanyak 27.000 ml, selanjutnya

dilakukan proses destilasi dengan variasi temperatur dan waktu dengan ulangan

tiga kali, dimana setiap proses destilasi digunakan asap cair sebanyak 1.000 ml
25

dengan tiga variasi temperatur dan waktu dengan jumlah perlakuan sebanyak

Sembilan dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

Tujuan dilakukan proses destilasi terhadap asap cair hasil pirolisis adalah

untuk memisahkan tar dan senyawa yang lain, sehingga mendapatkan asap cair

yang lebih baik dengan sifat-sifat fungsional yang menonjol. Pengujian kualitas

asap cair secara sifat kimiawi yang diamati meliputi indeks bias pH, kadar asam

asetat, dan rendemen. Hasil uji laboratorium dan rendemen karakteristik asap cair

kulit durian setelah didestilasi dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 berikut ini.

Tabel. 3. Hasil Rata-rata Karakteristik Asap Cair Kulit Durian Setelah Destilasi
No Suhu Indeks Bias pH Asam asetat
(N)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 1.23467 1.23667 1.23867 3.44067 3.42333 3.41433 7.37200 7.37533 7.37867
2 T2 1.33067 1.33333 1.33533 2.94200 2.93467 2.92700 7.52200 7.52500 7.52800
3 T3 1.34367 1.34600 1.34800 2.53533 2.52467 2.51600 7.97067 7.97333 7.97600
Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC
W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit

Tabel. 4. Hasil Rata-rata rendemen Asap Cair Kulit Durian Setelah Destilasi
No Suhu Volume Volume Hasil (ml) Volume Akhir (ml) Rendemen (%)
Awal (ml)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 547,67 563,67 596,00 431,00 318,33 283,67 54,76 56,36 56,60
2 T2 1000 766,67 755,67 797,00 211,33 198,00 193,33 76,66 75.56 79,70
3 T3 817,00 834,00 846,67 174,67 159,67 145,67 81.70 83,40 84,66
Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC
W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit

5.3. Karakteristik Indeks Bias Asap Cair Kulit Durian Hasil Destilasi

Menurut A. Zamroni (2013). Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio)

antara kelajuan cahaya di ruang hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan.

Cepat rambat gelombang cahaya di ruang hampa sebesar c. Jika melalui suatu

medium maka cahaya tersebut akan mengalami perubahan kecepatan menjadi v,

dimana besarnya v jauh lebih kecil dibandingkan cepat rambang cahaya di ruang
26

hampa c. Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya akan turun

sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang dinamakan

indeks bias. Hasil rata-rata uji laboratorium indeks bias asap cair kulit durian

setelah didestilasi dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Rata-Rata Indeks Bias Hasil Destilasi Asap Cair Kulit Durian.

No Waktu
Suhu W1 W2 W3
1 T1 1.23467 1.23667 1.23867
2 T2 1.33067 1.33333 1.33533
3 T3 1.34367 1.34600 1.34800
Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC
W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit
Sumber: Data hasil pengamatan pengujian laboratorium 2021

Berdasarkan tabel 5 diatas, Nilai indeks bias asap cair Kulit durian setelah

didestilasi adalah: Temperatur I dan waktu 1 adalah 1.23467, temperatur 1 dan

waktu 2 adalah 1.23667, temperatur 1 dan waktu 3 adalah 1.23867. Temperatur 2

dan waktu 1 adalah 1.33067, temperatur 2 dan waktu 2 adalah 1.33333,

temperatur 2 dan waktu 3 adalah 1.33533. Temperatur 3 dan waktu 1 adalah

1.34367, temperatur 3 dan waktu 2 adalah 1.34600, temperatur 3 dan waktu 3

adalah 1.34800. Sedangkan nilai indeks bias asap cair kulit durian sebelum

didestilasi sebesar 1.3572.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5 diatas, Rerata indek bias sesudah

destilasi (pemurnian) mengalami penurunan dibanding dengan sebelum destilasi

(pemurnian). Hal menunjukkan bahwa asap cair kulit durian hasil destilasi akan

semakin jernih dan transfaran, semakin kecil nilai indeks bias maka asap cair akan

semakin jernih dan trasfaran. Berdasarkan hasil rata-rata nilai indeks bias, maka
27

perlakuan yang terbaik untuk variasi temperatur dan suhu yang terbaik adalah

T1W1 sebesar 1.23467 (nilai Indeks bias terkecil).

Perbandingan nilai parameter indeks bias asap cair kulit durian untuk tiap-

tiap variasi temperatur dan waktu setelah didestilasi memiliki nilai yang lebih

kecil dibandingkan dengan nilai parameter indeks bias sebelum didestilasi, dapat

diketahui bahwa semakin tinggi temperatur dan waktu destilasi maka semakin

besar nilai indeks bias asap cair kulit durian yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil perhitungan anova (lampiran 3) untuk pengaruh suhu dan

waktu destilasi, F hitung yang didapat adalah 0,230769232. F tabel pada tingkat

kesalahan 5 %, yaitu 2,93. sehingga diketahui F hitung lebih kecil dari pada F

tabel (Fhitung<Ftabel). Pengaruh suhu dan waktu terhadap Nilai Indeks Bias asap cair

kulit durian tidak berpengaruh signifikan (tidak berbeda). Namun perlakuan suhu

atau waktu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai indeks bias, karena

F hitung lebih besar dari pada F tabel

5.4. Karakteristik Derajat Keasaman (pH) Asap Cair Kulit Durian Hasil

Destilasi

Menurut Endri. S dan Ani. P (2020). Nilai pH merupakan salah satu

parameter kualitas dari asap cair yang dihasilkan. Untuk mengetahui kadar

asam/derajat keasaman asap cair maka perlu diukur pH asap cair masing-masing

fraksi. Hasil uji laboratorium pH asap cair kulit durian setelah didestilasi dapat

dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Rata-Rata Derajat Keasaman (pH) Hasil Destilasi Asap Cair Kulit
Durian.
No Waktu
Suhu W1 W2 W3
28

1 T1 3.44067 3.42333 3.41433


2 T2 2.94200 2.93467 2.92700
3 T3 2.53533 2.52467 2.51600

Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC


W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit
Sumber: Data hasil pengamatan pengujian laboratorium 2021

Berdasarkan tabel 6 diatas, Nilai derjat keasaman (pH) asap cair Kulit

durian setelah didestilasi adalah: Temperatur I dan waktu 1 adalah 3.44067,

temperatur 1 dan waktu 2 adalah 3.42333, temperatur 1 dan waktu 3 adalah

3.41433. Temperatur 2 dan waktu 1 adalah 2.94200, temperatur 2 dan waktu 2

adalah 2.93467, temperatur 2 dan waktu 3 adalah 2.92700. Temperatur 3 dan

waktu 1 adalah 2.53533, temperatur 3 dan waktu 2 adalah 2.52467, temperatur 3

dan waktu 3 adalah 2.51600. Sedangkan nilai derajat keasaman (pH) asap cair

kulit durian sebelum didestilasi sebesar 4,901.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 6 diatas, Rerata nilai derajat keasaman

(pH) sesudah destilasi (pemurnian) mengalami penurunan dibanding dengan

sebelum destilasi (pemurnian). Hal menunjukkan bahwa asap cair kulit durian

hasil destilasi akan semakin asam, semakin kecil nilai derajat keasaman (pH)

maka asap cair akan semakin asam. Berdasarkan hasil rata-rata nilai derajat

keasaman (pH), maka perlakuan yang terbaik untuk variasi temperatur dan suhu

yang terbaik adalah T3W3 sebesar 2.51600 (nilai derajat keasaman (pH) terkecil).

Nilai keasaman (pH) asap cair dari kulit durian yang dihasilkan adalah

2.51600- 3.44067. Nilai pH asap cair kulit durian ini memenuhi standard Jepang

yaitu 1,50-3,70 (Endri dan Ani, 2000).

Perbandingan nilai parameter Derajat keasaman (pH) untuk tiap-tiap variasi


29

temperatur dan waktu setelah didestilasi (Refining) memiliki nilai yang lebih kecil

dibandingkan dengan nilai parameter Derajat keasaman (pH) asap cair kulit durian

sebelum didestilasi (Pirolisis), dapat diketahui bahwa semakin tinggi temperatur

dan waktu destilasi maka semakin kecil nilai derajat keasaman (pH) asap cair

kulit durian yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil perhitungan anova (lampiran 4.) untuk pengaruh suhu dan

waktu destilasi, F hitung yang didapat adalah 16,625. F tabel pada tingkat

kesalahan 5 %, yaitu 2,93. sehingga diketahui F hitung lebih besar dari pada F

tabel (Fhitung> Ftabel). Pengaruh suhu dan waktu terhadap Nilai pH asap cair kulit

durian berpengaruh signifikan (berbeda nyata). Begitu juga perlakuan suhu atau

waktu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai derajat keasaman (pH),

karena F hitung lebih besar dari pada F tabel.

Nilai pH akan meningkat dengan semakin menurunnya temperatur, hal ini

disebabkan karena kurangnya kandungan senyawa asam yang terbentuk pada suhu

yang terendah. Sedangkan Nilai pH akan semakin menurun dengan semakin

meningkatnya temperatur, hal ini dikarenakan semakin banyaknya unsur-unsur

dalam asap cair yang terurai dan membentuk senyawa-senyawa asam. Nilai pH ini

menunjukkan tingkat proses penguraian komponen kulit durian yang terjadi untuk

menghasilkan asam organik pada asap cair. Bila asap cair memiliki nilai pH yang

rendah, maka kualitas asap cair yang dihasilkan tinggi karena secara keseluruhan

berpengaruh terhadap nilai awet dan daya simpan produk asap.

Menurut Eva, R.S. (2018). Pada suhu dibawah 125oC pH masih tinggi

dikarenakan pada suhu tersebut masih mengandung banyak air. Pada suhu 200oC
30

menunjukkan nilai pH yang sangat kecil karena kadar asam asetat yang

terkandung sangat tinggi. Dari tiga variasi waktu distilasi senyawa yang paling

dominan adalah asam asetat. Kadar asam asetat meningkat dengan semakin

bertambahnya waktu distilasi. Hal ini juga sesuai dengan nilai pH yang

ditunjukkan dimana nilai pH semakin kecil dengan bertambahnya waktu distilasi.

Menurut Sartika. D. (2020). Nilai pH asap cair yang diukur dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keasaman dan proses penguraian bahan baku dalam

menghasilkan asam organik. Nilai pH yang berbeda dapat disebabkan oleh

perbedaan jenis bahan baku asap cair, suhu destilasi maupun suhu pirolisisnya.

Asap cair dengan pH rendah akan memiliki kualitas yang tinggi pula yang akan

mempengaruhi umur simpan produk serta berkaitan dengan kandungan total fenol

dalam asap cair.

5.5. Karakteristik Asam asetat Asap Cair Kulit Durian Hasil Destilasi

Menurut Santiyo, W. (2012). Total asam tertitrasi dinyatakan sebagai

persen asam asetat. Salah satu jenis asam yang terkandung dalam asap cair adalah

berupa asam asetat (C H 3COOH). Untuk menentukan konsentrasi asam asetat

dapat dilakukan dengan cara titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,5 N.

Hasil uji laboratorium Asam Asetat asap cair kulit durian setelah didestilasi dapat

dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Rata-Rata Asam Asetat Hasil Destilasi Asap Cair Kulit Durian.
No Waktu
Suhu W1 W2 W3
1 T1 7.37200 7.37533 7.37867
2 T2 7.52200 7.52500 7.52800
3 T3 7.97067 7.97333 7.97600
Keterangan: T1 = 90 C, T2 = 120 C, T3 = 150 C
o o o

W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit


31

Sumber: Data hasil pengamatan pengujian laboratorium 2021

Berdasarkan tabel 7 diatas, Nilai asam asetat asap cair Kulit durian setelah

didestilasi adalah : Temperatur I dan waktu 1 adalah 7.37200, temperatur 1 dan

waktu 2 adalah 7.37533, temperatur 1 dan waktu 3 adalah 7.37867. Temperatur 2

dan waktu 1 adalah 7.52200, temperatur 2 dan waktu 2 adalah 7.52500,

temperatur 2 dan waktu 3 adalah 7.52800. Temperatur 3 dan waktu 1 adalah

7.97067, temperatur 3 dan waktu 2 adalah 7.97333, temperatur 3 dan waktu 3

adalah 7.97600. Sedangkan nilai asam asetat asap cair kulit durian sebelum

didestilasi sebesar 6,172.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 7 diatas, Rerata nilai asam asetat sesudah

destilasi (pemurnian) mengalami peningkatan dibanding dengan sebelum destilasi

(pemurnian). Hal menunjukkan bahwa asap cair kulit durian hasil destilasi

mengandung senyawa yang dominan terkandung dalam asap cair adalah

konsentrasi asam asetat, semakin besar nilai asam asetat maka asap cair akan

dominan mengandung konsentrasi asam asetat. Berdasarkan hasil rata-rata nilai

asam asetat, maka perlakuan yang terbaik untuk variasi temperatur dan suhu yang

terbaik adalah T3W3 sebesar 7.97600 (nilai asam asetata terbesar).

Berdasarkan hasil perhitungan anova (lampiran 5.) untuk pengaruh suhu dan

waktu destilasi, F hitung yang didapat adalah 0.486486. F tabel pada tingkat

kesalahan 5 %, yaitu 2,93. sehingga diketahui F hitung lebih kecil dari pada F

tabel (Fhitung<Ftabel). Pengaruh suhu dan waktu terhadap Nilai Asam Asetat asap cair

kulit durian tidak berpengaruh signifikan (tidak berbeda). Namun perlakuan suhu

atau waktu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai asam asetat, karena
32

F hitung lebih besar dari pada F tabel.

Perbandingan nilai parameter Asam asetat untuk tiap-tiap variasi

temperatur dan waktu setelah didestilasi (Refining) memiliki nilai yang lebih

besar dibandingkan dengan nilai parameter asam asetat asap cair kulit durian

sebelum didestilasi (Pirolisis), dapat diketahui bahwa semakin tinggi temperatur

dan waktu destilasi maka semakin besar nilai asam asetat asap cair kulit durian

yang dihasilkan.

Besarnya nilai asam asetat disebabkan oleh senyawa yang paling dominan

yang terkandung dalam asap cair adalah asam asetat dan pH asap cair. Dari tiga

variasi temperatur dan waktu distilasi senyawa yang paling dominan adalah asam

asetat. Kadar asam asetat meningkat dengan semakin bertambahnya temperaratur

dan waktu distilasi. Hal ini juga sesuai dengan nilai pH yang ditunjukkan dimana

nilai pH semakin kecil dengan bertambahnya temperature dan waktu distilasi.

Menurut Adhitya. R, dkk. (2020). Kadar asam asetat yang diperoleh dari

sampel asap cair mengalami kenaikan setelah dilakukan perlakuan-perlakuan

pemurnian dengan destilasi. Pada suhu 125oC senyawa dominan adalah asam

asetat (28.03%), Pada suhu 150oC senyawa dominan adalah asam asetat (55.1%),

Pada suhu 175oC senyawa dominan adalah asam asetat (62.8%), Pada suhu 200oC

senyawa dominan adalah asam asetat (70.55%). Kadar asam asetat bertambah

dengan adanya peningkatan suhu distilasi.

Menurut Sartika. D. (2020). Kadar Asam Kadar asam merupakan acuan sifat

kimia asap cair yang menentukan mutu dan kualitas asap cair. Asam organik yang
33

biasanya terdapat dalam asap cair yaitu asam asetat yang terbentuk dari komponen

lignin dan karbohidrat dari selulosa. Asap cair yang mengandung asam akan

berpengaruh terhadap rasa, pH dan umur simpan produk. Kandungan asam pada

asap cair bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan mikroba pada produk

makanan. Jumlah bakteri dalam produk makanan akan semakin menurun sehingga

kerusakan bahan pangan dapat dihambat sehingga meningkatkan daya tahan atau

umur simpan produk. Semakin baik kualitas asap cair, maka kadar asam yang

dihasilkan semakin rendah.

5.6 Nilai Rendemen Asap Cair Kulit Durian Hasil Destilasi

Rendemen diukur berdasarkan perbandingan volume hasil dibagi volume

awal dikali 100%. Hasil uji nilai rendemen asap cair kulit durian setelah

didestilasi dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Rata-Rata Rendemen Hasil Destilasi Asap Cair kulit durian setelah
destilasi.
No Waktu
Suhu W1 W2 W3
1 T1 54,76 56,36 56,60
2 T2 76,66 75.56 79,70
3 T3 81.70 83,40 84,66
Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC
W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit
Sumber: Data hasil pengamatan pengujian laboratorium 2021

Berdasarkan hasil destilasi pada tabel 8 diatas, dapat dilihat bahwa Nilai

rendemen asap cair Kulit durian setelah didestilasi adalah: Temperatur I dan

waktu 1 adalah 54,76%, temperatur 1 dan waktu 2 adalah 56,36%, temperatur 1

dan waktu 3 adalah 56,60%. Temperatur 2 dan waktu 1 adalah 76,66%,

temperatur 2 dan waktu 2 adalah 75.56%, temperatur 2 dan waktu 3 adalah


34

79,70%. Temperatur 3 dan waktu 1 adalah 81.70%, temperatur 3 dan waktu 2

adalah 83,40%, temperatur 3 dan waktu 3 adalah 84,66%.

Berdasarkan tabel 8 diatas, dapat dilihat bahwa rendemen terkecil terdapat

perlakuan T1W1 sebesar 54,76%. Sedangkan rendemen terbesar terdapat pada

perlakuan T3W3 sebesar 84,66%. Hal ini dapat diketahui bahwa, perbedaan

temperatur dan waktu mempunyai pengaruh yang besar terhadap volume hasil

yang dihasilkan dari destilasi asap cair, sehingga akan berpengaruh juga terhadap

nilai rendemen yang dihasilkan. Semakin kecil temperatur dan waktu maka akan

semakin kecil juga volume destilasi yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya

semakin besar temperatur dan waktu maka akan semakin besar juga volume

destilasi yang dihasilkan.

Dimana semakin kecil volume hasil yang dihasilkan pada saat destilasi,

maka volume sisa destilasi akan semakin besar, dan rendemen hasil destilasi akan

semakin kecil. Sedangkan semakin banyak volume hasil yang dihasilkan pada saat

destilasi, maka volume sisa destilasi akan semakin kecil, dan rendemen hasil

destilasi akan semakin besar. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengaruh

temperatur dan waktu berpengaruh terhadap nilai volume hasil destilasi. Semakin

tinggi temperatur dan waktu destilasi, maka rendemen yang dihasilkan akan

semakin besar.
35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitiian refining asap cair kulit durian dengan pemurnian

(Destilasi) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai parameter indeks bias dan pH asap cair kulit durian hasil Pirolisis lebih

besar dibandingkan setelah didestilasi, kecuali asam asetat lebih kecil. Nilai

indeks bias 1,3572, nilai pH 4,901, dan nilai asam asetat 6,172 N.

2. Nilai parameter indeks bias dan pH asap cair kulit durian hasil destilasi lebih

kecil dibandingkan hasil pirolisis, kecuali nilai asam asetat lebih besar. Rerata

nilai indeks bias 1,23467-1,34800, nilai pH 3,44067-2,51600, dan nilai asam

asetat 7,37533-7,97600 N.

3. Pengaruh temperatur dan waktu destilasi berpengaruh terhadap nilai rendemen

asap cair yang dihasilkan. Temperatur dan waktu destilasi berpengaruh

terhadap nilai volume hasil destilasi. Semakin tinggi temperatur dan waktu

destilasi, maka rendemen yang dihasilkan akan semakin besar. Perlakuan

terbaik temperatur 3 (150oC ) dan waktu 3 (90 menit) sebesar 84,66%.

6.2 Saran

Saran yang dapat di berikan oleh penulis adalah:

1. Perlu dilakukan penenlitian lanjutan tentang pemurnian asap cair dengan cara

selain destilasi untuk mendapatkan asap cair yang lebih sempurna dengan cara
36

pemisahan tertentu.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang analisis kandungan asap cair yang

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abidanish. 2009. Kandungan asap cair, komponen senyawa penyusun asap


cair.http://produk kelapa.wordp ress.com/2009/03/11/kandungan- asap-
cair-komponen-senyawa- penyusun-asap-cair/ (1 Juli 2011).

Achmadi, C. N. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara

Adhitya. R, Alimuddin dan Aman, SP. 2020.. Pemurnian Asap Cair Dari Kulit
Durian Dengan Menggunakan Arang Aktif. Jurnal Molekul, Vol. 10. No. 2.
November 2015: 112 – 120

Arlofa, N. (2015). Uji Kandungan Senyawa Fitokimia Kulit Durian sebagai


Bahan Aktif Pembuatan Sabun. Jurnal Chemtech, 1(1), 18–22.

Asmawit, dkk., “Pemanfaatan Asap Cair Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada
Pengolahan Karet Mentah”. Biopropal Industri 02, no.01 (2011): h. 7-12.

A.Zamroni. 2013. Pengaruh Indeks Bias Zat Cair Melalui Metode Pembiasan
Menggunakan Plan Paralel. Jurnal Fisika. Vol. 3 No. 2. Desember 2013.

BPS Kabupaten Kutai Timur 2020. Statistik Daerah Kabupaten Kutai Timur
2020.ISSN/ISBN: -Nomor Publikasi: 64040.2027Katalog: 1101002.6404

Bridgwater, A. B. (2013) „Fast pyrolysis of biomass for the production of


liquids‟, doi: 10.1533/9780857097439.2.130.

Cammack, R. 2006. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology.


Oxford University Press. New York.

Darmadji, P. (2002) „Optimasi Pemurnian Asap Cair Dengan Metode


Redestilasi‟, Jurnal Teknologi dan Peranian Pangan, 8(3), pp. 267-171.

Darmadji, P. 2004. Benzopyrene of liquid smoke from coconut shell


during production, purification and powdering. Asean Food Conference.
Bali.
37

Demirbas, A., 2005, Pyrolysis of Ground Beech Wood in Irregular Heating Rate
Conditions, Analytical Applied and Pyrolysis Journal, 73, 39-43.

Eva Ramalia Sari 2018. Identifikasi Mutu Asap Cair Hasil Pirolisis Limbah
Tandan Kosong Kelapa Sawit. JURNAL AGROQUA.Vol. 16 No. 1 Tahun
2018

Endri. S dan Ani. P. 2020. Pirolisis Limbah Kulit Nangka Menjadi Arang Aktif
dan Asap Cair Dengan Aktivator Natrium Klorida (NaCL). Jurnal Inovasi
Proses, Vol. 5No. 1. Maret 2020.

Fauziati dan E. Sampepana. 2015. Karakterisasi Komponen Aktif Asap Cair


Cangkang Sawit Hasil Pemurnian. Jurnal Riset Teknologi Industri.
Samarinda.

Girard, J.P. 1992. Technology of Meat and Meat Products. New York.
Ellias Howard Ltd.

Hj Violet Hatta, 2007. Manfaat Kulit Durian Selezat Buahnya. Jurnal. UNLAM

Himawati, E. 2010. Pengaruh penambahan asap cair tempurung kelapa


destilasi dan redestilasi terhadap sifat kimia, mikrobiologi,dan sensoris
ikan pindang Layang (Decapterus spp) selama penyimpanan.
https://eprints.uns.ac.id/237/1/165220109201010561.pdf (6 Juli 2011).

Kurniawan W, D., Arifan M, F., & Adim, D. K. (2013). Pembuatan Pulp Dengan
Memanfaatkan Limbah Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr)
Dengan Campuran (Resina Colophonium) Guna Mencegah Degradasi
Lingkungan.GemaTeknologi,17(3),100102.Retrievedfromhttp://ejournal.un
dip.ac.id/index.php/gema_teknologi/article/view/8925

Nasruddin. 2015. Karakteristik Asap Cair yang Ditambahkan Ekstrak


Aroma Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.). Jurnal
Dinamik Penelitian Industri, Vol 26. No 1

Nuryanto, E., 2001, Isolasi dan Degradasi Lignin Dari Lindi Hitam Pulp
Tandan Kosong Sawit Secara Kimia, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

Oramahi, H. A. dan Diba, F. (2013) „Maximizing The Production Of Liquid


Smoke From Bark Durio By Studying Its Potential Compounds‟, Procedia
Environmental Sciences. 17. pp. 60-69.

Pamori, R., R. Efendi dan F. Restuhadi. 2015. Karakteristik Asap Cair dari
Proses
Pirolisis Limbah Sabut Kelapa Muda. SAGU. 14(2):43-50.
38

Prabowo, R. (2009). Pemanfaatan Limbah Kulit Durian Sebagai Produk Briket di


Wilayah Kecamatan Gunung Pati Kabupaten Semarang Rossi, 5(1), 52–57.

Sari, E. R. 2018. Identifikasi Mutu Asap Cair Hasil Pirolisis Limbah Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Agroqua. Vol 16. No 1 :1- 9.

Sartika. D. 2020. Uji Karakteristik Asap Cair dari Limbah Padat Pengolahan
Kelapa Sawit Pada Alat Pirolisis Limbah Organik-Anorganik.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/25786 Downloaded from
Repositori Institusi USU, Universitas Sumatera Utara.

Sinuhaji, P., Ginting, J., & Sebayang, D. (2014). Pembuatan pulp dan kertas dari
kulit durian. Politeknologi, 13(1), 9–16.

Siswandari. 2009. Statistika Computer Based. Surakarta: LPP UNS Dan UNS
Press.

Sitanggang, D. R. 2019. Uji Karakteristik Asap Cair Sekam Padi Pada


Alat Pirolisis Plastik-Sekam Padi. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Widiastuti, H dan Panji, T., 2007, Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa
jamur merang (Volvariella volvacea) (TKSJ)sebagai pupuk
organik pada pembibitan kelapa sawit, Menara Perkebunan 75(2): 70–79.

Wijaya., dkk. 2008. Perubahan Suhu Pirolisis Terhadap Struktur Kimia Asap
Cair Dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Hutan 1(2): 73-77.
39

Lampiran 1. Hasil Dan Rata- Rata Uji Laboratorium Hasil Destilasi Asap Cair
Kulit Durian Dengan Tiga Kali Ulangan.

Ulangan 1
No Suhu Indeks Bias pH Asam asetat
(N)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 1,234 1,236 1,238 3,441 3,423 3,412 7.371 7.375 7.379
2 T2 1,330 1,333 1,336 2,943 2,935 2,926 7.523 7.526 7.529
3 T3 1,344 1,347 1,348 2,537 2,525 2,516 7.971 7.973 7.975

Ulangan 2
No Suhu Indeks Bias pH Asam asetat
(N)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 1,235 1,237 1,239 3,440 3,424 3,416 7.372 7.375 7.378
2 T2 1,331 1,334 1,335 2,941 2,934 2,927 7.521 7.524 7.527
3 T3 1,343 1,345 1,347 2,534 2,523 2,514 7.970 7.974 7.976

Ulangan 3
No Suhu Indeks Bias pH Asam asetat
(N)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 1,235 1,237 1,239 3,441 3,423 3,415 7.373 7.376 7.379
2 T2 1,331 1,333 1,335 2,942 2,935 2,928 7.522 7.525 7.528
3 T3 1,344 1,346 1,349 2,535 2,526 2,518 7.971 7.973 7.977
Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC
W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit

Rata-rata
No Suhu Indeks Bias pH Asam asetat
(N)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 1.23467 1.23667 1.23867 3.44067 3.42333 3.41433 7.37200 7.37533 7.37867
2 T2 1.33067 1.33333 1.33533 2.94200 2.93467 2.92700 7.52200 7.52500 7.52800
3 T3 1.34367 1.34600 1.34800 2.53533 2.52467 2.51600 7.97067 7.97333 7.97600
40

Lampiran 2. Hasil Dan Rata- Rata Rendemen Hasil Destilasi Asap Cair Kulit
Durian Dengan Tiga Kali Ulangan.

Ulangan 1
No Suhu Volume Volume Hasil (ml) Volume Akhir (ml) Rendemen (%)
Awal (ml)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 545 562 595 430 318 285 54,50 56.20 59.50
2 T2 1000 765 774 796 214 206 194 76.50 77.40 79,60
3 T3 815 831 844 175 167 146 81.50 83,10 84,40

Ulangan 2
No Suhu Volume Volume Hasil (ml) Volume Akhir (ml) Rendemen (%)
Awal (ml)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 550 564 596 428 317 283 55,00 56,40 59,60
2 T2 1000 767 775 797 216 202 192 76,70 77,50 79,70
3 T3 817 834 847 177 157 144 81,70 83,40 84,70

Ulangan 3
No Suhu Volume Volume Hasil (ml) Volume Akhir (ml) Rendemen (%)
Awal (ml)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 548 565 597 435 320 283 54,80 56,50 59,70
2 T2 1000 768 778 798 204 186 194 76,80 77,80 79,80
3 T3 819 837 849 172 155 147 81,90 83,70 84,90
Keterangan: T1 = 90 oC, T2 = 120 oC, T3 = 150oC
W1 = 30 menit, W2 = 60 menit, W3 = 90 menit

Rata-rata
No Suhu Volume Volume Hasil (ml) Volume Akhir (ml) Rendemen (%)
Awal (ml)
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3
1 T1 547,67 563,67 596,00 431,00 318,33 283,67 54,76 56,36 56,60
2 T2 1000 766,67 755,67 797,00 211,33 198,00 193,33 76,66 75.56 79,70
3 T3 817,00 834,00 846,67 174,67 159,67 145,67 81.70 83,40 84,66
41

Lampiran 3. Hasil Perhitungan ANOVA Parameter Indeks Bias

Ulangan TOTA
Perlakuan
1 2 3 L
W1T1 1.234 1.235 1.235 3.704
W1T2 1.33 1.331 1.331 3.992
W1T3 1.344 1.343 1.344 4.031
W2T1 1.236 1.237 1.237 3.71
W2T2 1.333 1.334 1.333 4
W2T3 1.347 1.345 1.346 4.038
W3T1 1.238 1.239 1.239 3.716
W3T2 1.336 1.335 1.335 4.006
W3T3 1.348 1.347 1.349 4.044
TOTAL 11.746 11.803 11.839 35.241

TOTA
Perlakuan W1 W2 W3
L
T1 3.704 3.71 3.716 11.13
T2 3.992 4 4.006 11.998
T3 4.031 4.038 4.044 12.113
TOTAL 11.727 11.748 11.766 35.241

FK 45.9973
JK Total 0.0643
JK Waktu 0.0001
JK Suhu 0.0642
JK W*T 0.0000
JKG 0.0000

Tabel Anova

F Tabel
SK Db JK KT F hitung Notasi
5% 1%
Waktu 2 0.0001 4.23E- 87.9230 3.55 6.01 berbeda sangat
42

05 8 nyata
0.03209 66651.4 berbeda sangat
Suhu 2 0.0642 1 6 3.55 6.01 nyata
1.11E- 0.23076
W*T 4 0.0000 07 9 2.93 4.58 tidak berbeda
4.81E-
GALAT 18 0.0000 07
TOTAL 26 0.0643
Lampiran 4. Hasil Perhitungan ANOVA Parameter Derajat Keasaman (pH)

Perlakua Ulangan TOTA


n 1 2 3 L
W1T1 3.441 3.440 3.441 10.322
W1T2 2.943 2.941 2.942 8.826
W1T3 2.537 2.534 2.535 7.606
W2T1 3.423 3.424 3.423 10.27
W2T2 2.935 2.934 2.935 8.804
W2T3 2.525 2.523 2.526 7.574
W3T1 3.412 3.416 3.415 10.243
W3T2 2.926 2.927 2.928 8.781
W3T3 2.516 2.514 2.518 7.548
TOTAL 26.658 26.653 26.663 79.974

Perlakua TOTA
W1 W2 W3
n L
T1 10.322 10.27 10.243 30.835
T2 8.826 8.804 8.781 26.411
T3 7.606 7.574 7.548 22.728
TOTAL 26.754 26.648 26.572 79.974

FK 236.8830
JK Total 3.6635
JK Waktu 0.0019
JK Suhu 3.6615
JK W*T 0.0001
JKG 0.0000

Tabel Anova
43

F Tabel
SK Db JK KT F hitung Notasi
5% 1%
0.00092
Waktu 2 0.0019 8 522.25 3.55 6.01 berbeda sangat nyata
1.83073 102978
Suhu 2 3.6615 5 9 3.55 6.01 berbeda sangat nyata
2.96E-
W*T 4 0.0001 05 16.625 2.93 4.58 berbeda nyata
1.78E-
GALAT 18 0.0000 06
TOTAL 26 3.6635
Lampiran 5. Hasil Perhitungan ANOVA Parameter Asam Asetat.

Perlakua Ulangan TOTA


n 1 2 3 L
W1T1 7.371 7.372 7.373 22.116
W1T2 7.526 7.521 7.522 22.569
W1T3 7.971 7.97 7.971 23.912
W2T1 7.375 7.375 7.376 22.126
W2T2 7.526 7.524 7.525 22.575
W2T3 7.973 7.974 7.973 23.92
W3T1 7.379 7.378 7.379 22.136
W3T2 7.529 7.527 7.528 22.584
W3T3 7.975 7.976 7.977 23.928
TOTAL 68.625 68.617 68.624 205.866

Perlakua TOTA
W1 W2 W3
n L
T1 22.116 22.126 22.136 66.378
T2 22.569 22.575 22.584 67.728
T3 23.912 23.92 23.928 71.76
TOTAL 68.597 68.621 68.648 205.866

FK ########
JK Total 1.7426
JK Waktu 0.0001
JK Suhu 1.7424
JK W*T 0.0000
JKG 0.0000
44

Tabel Anova

F Tabel
SK Db JK KT F hitung Notasi
5% 1%
7.23E- 52.7837
Waktu 2 0.0001 05 8 3.55 6.01 berbeda sangat nyata
0.87121 635749.
Suhu 2 1.7424 2 3 3.55 6.01 berbeda sangat nyata
6.67E- 0.48648
W*T 4 0.0000 07 6 2.93 4.58 tidak berbeda
1.37E-
GALAT 18 0.0000 06
TOTAL 26 1.7426

Lampiran 7. Hasil Uji Laboratorium Destilasi Asap Cair Kulit Durian


45
46
47

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian Asap Cair Pirolisis Dan Destilasi


48

Gambar 8. Rangkaian Alat Pirolisis

Gambar 9. Asap Cair Hasil Pirolisis


49

Gambar 10. Rangkaian Alat Destilasi

Gambar 11. Proses Memasukkan Asap Cair Kedalam Alat Destilasi


50

Gambar 12. Proses Menampung Asap Cair Hasil Destilasi

Gambar 13. Proses Memasukkan Asap Cair Hasil Destilasi Kedalam Botol
51

Gambar 14. Proses Destilasi Asap Cair Dengan Waktu 30 menit Dan Suhu 90°c

Gambar 15. Hasil Destilasi Asap Cair Dengan Waktu 30 Menit Dan Suhu 90°c
52

Gambar 16. Proses Destilasi Dengan Waktu 60 Menit Dan Suhu 120°c

Gambar 17. Hasil Destilasi Asap Cair Dengan Waktu 60 Menit Dan Suhu 120°c
53

Gambar 18. Proses Destilasi Dengan Waktu 90 Menit Dan Suhu 150°c

Gambar 19. Hasil Destilasi Asap Cair Dengan Waktu 90 Menit Dan Suhu 150°c

Anda mungkin juga menyukai