Anda di halaman 1dari 6

REDEFINISI DOKTRIN SUPERSESIONISME

Dua teolog yang berusaha mencairkan eksklusivisme (paham yang mempunyai


kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat ) teologi Kristiani adalah John Hick
dan Paul F. Knitter yang aktif membangun dasar-dasar teologis bagi terciptanya sebuah iklim
dialogis antar Iman sehingga agama bisa berperan secara signifikan bagi perdamaian dunia.
Mereka ini mencoba melakukan redefinisi tentang konsep supersessionisme dan iman
Kristiani terhadap Yahudi.

 Supersessionisme adalah suatu paham dan keyakinan doktrinal teologis bahwa agama
yang datang belakangan berfungsi memproduksi atau menggeser agama sebelumnya. Dalam
tradisi agama agama semitik (Yahudi, Kristen dan Islam),  maka umat Yahudi yang pertama
kali jengkel dan marah atas lain penganut agama Nasrani yang menganggap bahwa kehadiran
Yesus berarti mengakhiri eksistensi dan keabsahan agama Yahudi.

Eksklusivisme teologis umat Kristiani terhadap agama Yahudi yang bersimbiosis


dengan Esklusivisme paham arianisme (doktrin yang disebarkan tersebut pada intinya
menentang ajaran gereja tentang tritunggal mahakudus seperti yang dipercaya pada ajaran
Kristen) di Jerman pada akhirnya telah memicu timbulnya konflik antar mereka dan
puncaknya adalah keterlibatan sentimen teologis umat Kristiani Jerman sehingga sebagian
dari mereka ikut mendukung Holocoust dalam perang dunia ke-2 yang menelan korban
ribuan umat Yahudi.

Doktrin supersessionisme ini telah memperkukuh sikap eksklusivisme dikalangan


umat beragama dan tentu saja sepanjang tidak merusak hak-hak umat lain untuk meyakini
dan mengamalkan agamanya maka sikap ini bisa ditolerir. bahkan bisa dikatakan bahwa
setiap pilihan iman secara potensial memiliki kecenderungan untuk meng-exclude paham
yang lain. Titik setiap orang beragama hendaknya yakin bahwa doktrin agamanya yang
paling benar dan paling cocok buat dirinya serta paling menjanjikan jalan keselamatan namun
tidak berarti di luar tradisi agamanya tidak ada jalan keselamatan.

Pluralisme sebagai Keniscayaan

Setiap Agama lahir dalam sebuah lingkup sejarah yang kemudian menciptakan suatu
tradisi. Kebesaran sebuah agama, akan diukur melalui kebesaran tradisi yang ditinggalkan.
Sedangkan kuat-lemahnya sebuah tradisi agama akan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
pendukungnya, disamping itu juga ditentukan oleh muatan ajaran atau doktrinnya. Namun
sesungguhnya semua doktrin agama selalu berkembang dalam perjalanan historisnya
sehingga apa yang disebut teologi juga bersifat antropologis.

Karena bersifat antropologis maka pluralisme agama menjadi sebuah keniscayaan,


sebagaimana juga keniscayaan adanya pluralitas bahasa dan etnis. Hanya saja seseorang
selalu menggantungkan keselamatan hidupnya pada agamanya, sehingga kaidah dan doktrin
agama menjadi sakral dan mempengaruhi seluruh aspek hidupnya. Begitu juga dalam
membela keutuhan doktrin itu sendiri dan diyakini sebagai jalan yang mengantarkan pada
keselamatan eskatologis, meskipun sebagian dari doktrin itu merupakan suatu historis atau
sejarah yang bersifat relatif dan antropologis.

Mengingat fenomena dan perilaku keberagaman bisa dilihat dari sudut pandang
teologi, psikologi dan antropologi, yang semuanya adalah sebuah pemikiran diskursif, maka
dialog mengenai pengalaman iman dan upaya membangun teologi yang inklusivistik dan
dialogis bukanlah hal yang tabu dan tidak mungkin untuk dilakukan.

Manusia Sebagai Makhluk Dialogis

 Pada dasarnya memang manusia itu adalah makhluk dialogis dan. karena dalam
hidup, manusia sebenarnya memiliki 2 bagian dalam hidupnya, akal dan ruhani.
Manusia selalu berusaha untuk memahami dirinya sendiri maupun alam sekitarnya.
Karena itu manusia sebenarnya tak pernah sendirian tanpa kehidupan yang
menyertainya
 Manusia makhluk yang paradoksal, kadang ia ingin sendiri dengan keakuannya tapi
di saat yang sama ia ingin bersama orang lain. Tetapi tidak jarang orang yang merasa
terganggu kesendiriannya Ketika berma orang lain. Bagaimanapun, manusia pasti
membutuhkan manusia lain. Karena dengan dialog bersama orang lain justru mebuat
bisa semakin menjadi dirinya. Pada awalnya memang menjadi diri sendiri adalah
dengan meniru orang lain, namun peniruan yang disertai sikap kritis akan
menjadikan manusia sebagai pribadi yang lebih otentik
 Individu yang unik, setiap individu dilahirkan dengan ke unikan masing-masing, lalu
dengan keunkan orang lain akan menjadi keunikan kita(bersama). Orang yang gagal
dalam menerima keunikan orang lain dan lebur dalam keunikan bersama, berarti ia
gagal dalam memahami diri sendiri dan sesamanya.
 Dialog yang produktif, Dialog berarti saling memberi dan menerima orang lain, jika
seseorang tidak dapat mebuka diri dan menerima orang lain, memberi secara
sukarela dan menerima secara antusias maka dialog ini belum berjalan secara
produktif. Dialog kekitaan (bersama) sebetulnya menjadi pokok dalam manusia,
masalah manusia maka itu masalah kita bersama, dalam hal bertuhan pun demikian.
Dan dialog yang produktif menghasilkan kekitaan serta rasa damai jika tali
pengikatnya ini adalah cinta dan penerimaan
Iman Yang Dialogis

 Iman adalah produk dialogis antara manusia dan tuhan, Tuhan selalu mencutahkan
kasih-Nya dan manusia yang beriman selalu merasa terlimpahi kasih Tuhannya.
Sebagaimana di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia sebagai Khalifatullah
atau gampangnya sebagai wakil tuhan, maka disini romantisme Kasih Tuhan dan
manusia dalam Iman di alih fungsi kan menjadi pengimplementasian Kasih Tuhan
menjadi amal saleh
 Iman itu ibarat rindu air terhadap lautan, sebelum air menuju sebuah keniscayaan
akan Kasih Tuhan, selama perjalanan ia akan menyuburkan tanah yang ia lewati, dan
memberi banyak manfaat lain selama ia menempuh perjalanan. Tanpa air tidak aka
ada kehidupan di bumi ini. Iman yang benar, iman yang disertai pengetahuan dan
cinta
 Iman yang dialogis bukan hanya sekedar romatisme ketat yang dibungkus dengan
segala bentuk ritual yang cenderung mengabaikan dunia dan kemanusiaan. Justru
iman yang dialogis memberi sebuah warna baru dalam memaknai iman dengan ikut
melakukan usaha kemanusiaan untuk mewujudkan cinta Tuhan kepada manusia.
Dalam Islam, konteks keselamatan tidak hanya pada Iman bahwa Allah itu Maha Esa.
Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa Islam didamping mengakui anugerah Tuhan
sebagai jalan keselamatan, namun juga menekankan untuk memberi pelayanan
kepada manusia lain dengan memelihara kemanusiaan, sebagai pengemban amanat
sebagai Khalifatullah atau wakil tuhan. Dialog praktis dengan manuia ,sebenarnya
juga pengembangan dialog Imani dengan Tuhan, pelayanan praktis pada Tuhan Juga
berarti pelayanan terhadap manusia itu sendiri, dengan mengasihi dan menyayangi
sesame. Iman yang tidak mendekatkan cinta dan berbuat produktif adalah iman yang
tertutup, tidak dialogis dan produktif

Iman dan Inklusivisme Beragama


Iman bersifat mutlak dan pasti, yang mana di dalam iman tidak ada unsur keraguan
ataupun ketidaktahuan. Hal ini menimbulkan adanya ketentraman sekaligus kegelisahan pada
manusia karena manusia sendiri sadar atas keterbatasan dan kelemahan yang dimilikinya.
Dengan adanya keterbatasan ini, membuat manusia merenungkan sisi kemanusiaannya untuk
menyempurnakan diri atau dengan kata lain, manusia selalu berusaha menuju Tuhan sebagai
the ultimate reality.

Iman Kristiani meyakini bahwa Tuhan hadir dalam sejarah dalam sosok Yesus
Kristus. Melalui penyaliban Yesus, kasih dan tangan Tuhan Allah dijulurkan kepada semua
manusia agar manusia menyambutnya dalam rangka mendapat keselamatan. Sedangkan
dalam Islam, diyakini bahwa Tuhan hadir dalam “Kebenaran” melalui ayat-ayat Al-Qur’an
dan ayat-ayat kosmologis. Ayat tersebut diartikan sebagai tanda yang menyimpan informasi
dan pesan bagi mereka yang memiliki ketajaman rasa dan analisis untuk memahaminya.

Dari abad ke abad, manusia selalu berlomba-lomba untuk mencari dan menemukan
Tuhan secara benar dan meyakinkan. Bahkan masing-masing kelompok mengaku mengenal
dan memiliki Tuhan. Terkadang mereka merasa dicintai oleh Tuhan dan mencemooh orang
lain seolah tidak berhak mendapat cinta itu.

Tiga agama besar warisan Ibrahim mengaku sebagai agama monoteisme, tetapi
mereka seakan memiliki Tuhan yang berbeda-beda dan saling berkompetisi meraih pemuja-
Nya sebanyak mungkin. Jika pencarian Tuhan dan sikap iman mengandung unsur
ketidaktahuan dan relativisme, maka sebaiknya beragama disertai sikap rendah hati, terbuka,
inklusif, dan dialogis agar senantiasa memperkaya wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
beragama serta lebih mendekatkan ke jalan kebenaran.

Agama sebagai Kritik

Maksud dari agama sebagai kritik yaitu agama seharusnya menjadi kritik terhadap
keangkuhan, kebodohan, penindasan, dan kemiskinan. Agama perlu semacam ideologi kritik,
termasuk tak kalah petingnya adalah kritik pada pemahaman dan perilaku umat beragama itu
sendiri.

Dalam Islam ini dapat melalui dialog kritis secara terus menerus. Dengan cara
menjalankan ibadahnya merupakan sebuah dialog dalam rangka menuju kebenaran. Di dalam
buku terdapat contoh doa yang paling pokok dalam ibadah shalat adalah meminta
dipertunjukkan jalan yang lurus. Jalan yang lurus sulit untuk dicapai sendirian, melainkan
perlu orang lain untuk dapat melihat ‘rambu-rambu’ agar bisa belajar. Jika orang telah merasa
menemukan jalan yang lurus tidak seharusnya angkuh mencemooh yang lain karena ia juga
memerlukan orang lain dalam prosesnya.

Pluralisme Agama di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, pluralism agama adalah suatu fakta yang harus kita terima.
Persoalan yang masih terdapat diantaranya, peran pokok apakah yang hendak diambil oleh
agama dalam membangung masa depan Indonesia?
Kuatnya simbol agama dalam tawar-menawar jabatan politik menunjukkan bahwa
kadang kala agama berperan kurang rasional namun sangat menentukan. Agama memiliki
peran strategis untuk memelihara kesatuan nasional.

Agenda bangsa kita di masa mendatang mestinya bukan hanya memelihara persatuan
dan kesatuan, melainkan pada pengembanagan peradaban besar. Dengan demikian,
hendaknya kita bersama-sama menciptakan iklim politik agar pluralitas agama jangan sampai
menjadi konflik ataupun dijadikan alat tawar-menawar politik hanya untuk kepentingan
kelompok.

Dahulu ada orang Inggris mempunyai nasihat pada anak mudanya untuk merantau
memperluas horizon. If you know only England, you don’t know England. Ungkapan ini
mungkin dapat relate kalau kita ingin lebih bisa mengapresiasi agama sendiri, kita baiknya
mengetahui atau bahkan paham dan bergaul dengan agama lain. Contohnya dalam sejarah
Islam, masa paling produktifnya adalah ketika membuka diri terhadap dunia luar, terutama
Yunani.

Apa itu pendangkalan

Akhir-akhir ini, kaum muslim di negeri kita sudah mulai merasakan pendangkalan agama.
Pendangkalan agama ini sendiri dimulai dari interaksi islam di Indonesia dengan islam dari
mancanegara, terutama negara-negara timur tengah dimana islam disana telah menjadi komoditas
politik sebagai ajang pertarungan dengan negara lain tanpa henti. Hal ini tentu sangat berbeda
dengan indonesia yang berada di ujung dunia, dimana cara kita memandang agama islam juga
berbeda dengan mereka.

Pendangkalan ini dimulai Sekitar 25 tahun yang lalu, dimana negara timur tengah mulai melakukan
tendensi untuk merasa khawatir dengan terhadap nasib islam. Hal inilah yang perlahan
memunculkan perasaan serius tentang tuduhan adanya kristenisasi dan sebagainya, yang kemudian
membuat adanya reaksi balik berupa sikap agresif terhadap pemeluk agama yang lain. Kemudian,
hal ini juga berdampak kepada proses Pendidikan dan dakwah islam yang cenderung memusuhi
agama lain.

Sebabnya adalah

1. Mereka sedang mengalami transisi dari kehidupan tradisional ke kehidupan modern


2. Islam telah dijadikan ajang kepentingan politik. Ini juga salah satu contoh dimana islam telah
dijadikan sebagai suatu kepentingan yang eksklusif, yang mengakibatkan munculnya
kerusuhan berkedok agama di indonesia.

Mengatasi Proses Pendangkalan

Seperti yang kita ketahui, pendangkalan agama memang tidak dapat ditentang lagi adanya, namun
kita dapat mengatasinya dengan beberapa cara:
1. Dengan meyakinkan warga supaya tidak dihasut. Sebab yang melakukan itu sudah jelas
memiliki tujuan politik, dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan tuhan. Contohnya
sperti kasus di situbondo dan tasikmalaya, dimana para oknum yang berbuat onar
sebenarnya dibayar.
2. Menyadari bahwa tugas kita memang berat, dimana kehidupan beragama mengalami
pendangkalan dan adanya manipulasi politik atas agama. Dan apabila kedua hal tersebut
telah berjalan, maka masalahnya akan semakin rumit lagi. Untuk itu, kita perlu mendalami
ilmu agama lagi dan menyadarkan warga bahwa sesungguhnya hubungan antar agama
dijalin atas dasar saling pengertian.

Mengembangkan rasa kebersamaan dan saling pengertian

Pemerintah kita selama ini masih belum mempunyai program dalam skala nasional untuk saling
mengerti umat beragama. Sekarang ini, bangsa kita hanya memiliki program toleransi, bertenggang
rasa. Hal yang timbul dari pemerintah ini sesuai dengan keadaannya : Kerukunan Umat Beragama.
Artinya hanya sekedar rukun saja, yaitu sekedar hidup berdampingan tanpa adanya pengertian.
Padahal sebenarnya yang harus kita kembangkan adalah rasa kebersamaan dan saling pengertian.
Contoh dekatnya, soal pendirian gereja. Kalau ada satu gereja saja dibangun, umat islam berteriak,
padahal mereka tidak tahu mengerti mengapa orang Kristen butuh gereja. Sebab umat Kristen
memiliki aliran-aliran yang berbeda. Jadi, kalau terdapat gereja dalam sekian kilometer, itu bukanlah
hal yang aneh. Bukan karena bersaing dengan umat islam, namun bersaing dengan umat mereka
sendiri.

Hal-hal Seperti inilah yang perlu diterangkan terus menerus supaya semuanya paham, hal ini dapat
dibuat dengan adanya suatu program keseluruhan dalam bidang agama untuk menyadarkan dan
meningkatkan pengertian sehingga tercapai kebersamaan antar umat beragama.

Untuk itu, kalau tidak mengetahui satu sama lain, semestinya tidak perlu melakukan kritik, koreksi,
atau meluruskan konsep orang lain. Karena itu, harus ada kesadaran untuk menghormati konsep
agama lain, dan tidak membicarakan konsep negative agama lain, yang menjadi urusan masing-
masing. Didalam semangat kerohanian, sebenarnya konsep kemanusiaan, dan kegunaan agama bagi
manusia dapat dikembangkan lebih jauh dan dapat diperdebatkan. Selain itu, hal ini juga perlu untuk
diketahui mana yang dapat didialogkan dan mana yang menjadi urusan agama masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai