Anda di halaman 1dari 2

PERSPEKTIF FEMINISME AKTOR NON NEGARA BERPERAN

MENCIPTAKAN KEAMANAN INTERNASIONAL

Dalam feminisme non-aktor terdapat 3 tipe pelaku, yakni “Intergovermental


Organizations (IGOs), Nongovernmental Organizations (NGOs), Dan Multinational
Corporations (MNCs)”. Tipe tipe pelaku non-negara tersebut memiliki perannya masing
masing dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaku hubungan internasional. Laki-laki,
dianggap telah memegang kekuasaan dan otoritas pengambilan keputusan sebelum
munculnya konflik dan telah kombatan dan penghasut sepanjang konflik itu sendiri.
Asumsi ini dapat menjadikan semua laki-laki (dan anak laki-laki) sasaran kekerasan
dalam suatu konflik, baik atau tidak mereka sebenarnya kombatan atau terlibat langsung
dalam konflik terutama masalah keamanan internsional. Beberapa kritikus menunjukkan
bahwa asumsi laki-laki sebagai hambatan dan pemicu tingkat kekerasan selama konflik
bersenjata di dunia ini dipandang benar. Keamanan tradisional yang kini bergeser
menjadi non-tradisional dapat mengubah pola perang yang akan mengancam keamanan
manusia. PBB mengeluarkan output keamanan manusia yang tertuang dalam United
Nations Development Program (UNDP). Dari feminisme perang masa kini yang lebih
banyak mengandalkan aktor non-negara bisa dilihat contohnya dalam perang dagang
Amerika Serikat dengan Tiongkok.

Dari semua konsep keamanan internasional tersebut yang melibatkan aktor non
negara, wanita diasumsikan lebih jarang menjadi kombatan dalam konflik bersenjata,
sehingga mereka dianggap terkena dampak hanya secara tidak langsung melalui perang.
Hidup mereka mungkin terganggu selama perang, dan mereka terkadang terluka atau
terbunuh sebagai akibat dari'jaminan atau kerusakan tidak langsung, tetapi pengalaman
khusus wanita umumnya tidak dianggap layak studi spesifik atau berkelanjutan, atau
dengan cara apa pun yang penting dalam menentukan bagaimana kita mungkin
memahami keamanan dan ketidakamanan. Dengan demikian, perempuan dan laki-laki
dapat aktif dalam perang dan konflik bersenjata berbagai cara, baik sebagai pelaku
kekerasan maupun sebagai peserta perdamaianproses. Namun, pemahaman dan asumsi
yang berlaku tentangperempuan dan laki-laki yang berkonflik apapun pengalaman
mereka yang sebenarnya dapat secara signifikan membentuk dan membatasi
pengalaman tersebut baik dalam hal yang sangat positif maupun cara negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Farneubun, P. (2015). Feminist Critiques against Traditional Approaches to


Security. Global Strategis, 9(1), 19-36.

Whitworth, S. (2008). Feminist Perspectives. In Security Studies (pp. 127-139).


Routledge.

Anda mungkin juga menyukai