Anda di halaman 1dari 5

Kisi-kisi UAS

Mata Kuliah “Spirit Wahyu, Sejarah, dan Kitab Suci”

Yoel Beckham Lebsy Hasiholan Siahaan

Tujuan
Untuk mengendapkan pengetahuan yang telah terbentuk sebelumnya melalui laporan-laporan
bacaan, supaya menjadi kompetensi: membahasakan iman berdasarkan ajaran resmi gerejawi dan
dinamika pengalaman personal tentang cara Allah melibatkan diri di dalam sejarah kehidupan umat
manusia.

Satu
1. Ketika Konsili Vatikan II diselenggarakan, Avery Dulles (1964) mendeskripsikan pemikiran Rene
Latourelle tentang pentingnya dimensi inter-personal di dalam peristiwa “wahyu ilahi” yang secara
sekaligus memuas sisi imanen dan sisi transendens dari Allah yang memberikan Diri-Nya kepada
umat manusia. Deskripsikanlah pemahaman Anda tentang pikiran Avery Dulles tersebut dengan
menyarikan bacaan di bawah ini:
▪ Dulles, Avery. 1964. “The Theology of Revelation.” Theological Studies 25, no. 1:
43‒58.

Dua
2. Dua puluh tahun setelah Konsili Vatikan II, ilmu teologi semakin berkembang di alam
kemerdekaan berpikir humanis. Di tengah perkembangan ini, Michael Cook (1986) mengatakan
bahwa peristiwa “wahyu ilahi” adalah suatu proses kompleks yang bersifat metaforis.
Deskripsikanlah pemahaman Anda tentang pikiran Michael Cook tersebut dengan menyarikan
bacaan di bawah ini:
▪ Cook, Michael L. 1986. “Revelation as Metaphoric Process.” Theological Studies
47, no. 3: 388‒411.

1
2

Tiga
3. Kitab Suci kerap kali diasumsikan sebagai sarana wahyu ilahi. Hal ini melahirkan gejala yang
disebut “sacred text” oleh Paul Ricoeur (1995). Posisi “sacred text” itu adalah di antara kutub-
kutup: proklamasi dan manifestasi. Deskripsikanlah pemahaman Anda tentang pikiran Paul Ricoeur
tersebut dengan menyarikan bacaan di bawah ini:.

▪ Ricoeur, Paul. 1995. “The ‘sacred’ Text and the Community.” In Figuring the
Sacred: Religion, Narrative, and Imagination, edited by Mark I. Wallace, translated
by David Pellauer, 68‒72. Minneapolis, MN: Fortress Press.

Empat
4. Pada tahun 1980-an, orang semakin melihat bahwa fenomena teks itu hadir di balik banyak hal.
Di tengah situasi tersebut, Paul Ricoeur berpendapat bahwa peristiwa “wahyu ilahi” pada sasarnya
adalah suatu fenomena teks yang perlu dibaca dan dipahami melalui suatu hermeneutik (mekanisme
tafsir) yang dibentuk oleh—paling tidak—lima medan wacana. Deskripsikanlah pemahaman Anda
tentang pikiran Paul Ricoeur tersebut dengan menyarikan bacaan di bawah ini:
▪ Ricoeur, Paul. 1980. “Toward a Hermeneutic of the Idea of Revelation.” In Essays
on Biblical Interpretation, edited by Lewis S. Mudge, 73‒118. Philadelphia, PA:
Fortress.

Lima
5. Ignatius Suharyo (1994) berusaha menerapkan gagasan tentang hadirnya peristiwa “wahyu ilahi”
di tengah kehidupan sehari-hari dengan mengatakan bahwa kepemimpinan Kristiani itu selalu
memuat unsur-unsur yang sifatnya Trinitarian, yaitu: berakar dalam Bapa, berpusat pada Kristus,
dan terbuka terhadap Roh Kudus. Tugas Anda, deskripsikanlah pemahaman Anda tentang pemikiran
Ignatius Suharyo tersebut dengan menyarikan bacaan di bawah ini:
▪ Suharyo, Ignatius. 1994. “Memimpin Dan Mengembangkan: Sebuah Pemikiran
Mengenai Kepemimpinan Kristiani.” Orientasi Baru 8: 159‒166.
3

Enam
6. Di bawah pengaruh teolog terkenal Karl Rahner, yang berpendapat bahwa “. . . hanya orang
yang autentisitas-dirinya telah mengalami transformasi—di dalam peristiwa Allah yang
mengomunikasikan Diri-Nya—dapat menafsirkan jejak wahyu yang terselenggara di dalam
sejarah”, Frans Jozef van Beeck mengatakan bahwa ajaran Kristiani punya watak khas: yaitu
bersifat Trinitarian dan masuk akal (1991, 199). Deskripsikanlah pemahaman Anda tentang pikiran
Frans Jozef van Beek tersebut dengan menyarikan bacaan di bawah ini:
▪ Beeck, Frans Jozef van. 1991. “Divine Revelation: Intervention or Self-
Communication?” Theological Studies 52, no. 2: 199‒226.

Catatan:

 Acuan penilaian: informasi, prosa, anyaman refleksi personal untuk—dengan memanfaatkan


bacaan tersebut—melihat fenomena wahyu ilahi di dalam tradisi gereja masing-masing.

 Ukuran: kira-kira 100 kata.

 Tips. Laporkanlah unsur-unsur metodologis di dalam artikel tersebut, untuk mengemas


informasi pokok yang paling penting, dan untuk menangkap argumen utama (i.e., tesis) yang
hendak dikemukakan oleh si penulis. Temuan-temuan itu lalu diringkas menjadi satu
kesimpulan untuk kemudian dijadikan bahan refleksi personal.
4

Jawaban:

1. Terdapat dua kutub perbincangan serta pemikiran dalam tulisan Dulles atas Latourelle—sisi
imanen dan transenden wahyu Allah. Meskipun demikian, saya merasa Dulles lebih
cenderung untuk mengajak pembaca untuk melihat sisi iman dan transenden dari diri Allah
sendiri ketimbang dengan pewahyuan-Nya. Latourelle, kembali lagi, seolah tidak memiliki
motivasi untuk berpihak dan setuju dengan salah satu sisi Allah. Allah yang berbicara,
demikian pernyataan Latourelle, tetap lebih baik ketimbang Allah yang diam, dan dapatkah
kita mengatakan kalau Latourelle seakan tertuju dengan Allah yang berada di dalam pikiran
manusia. Allah yang hendak mengkomunikasikan diri dengan manusia melalui wahyu-Nya
yang mengintervensi kehidupan manusia dan mencoba membuat diri-Nya menjadi lebih
dekat dengan manusia.

2. Peristiwa pewahyuan Ilahi adalah serangkaian peristiwa yang telah, sedang, dan akan tetap
terjadi
dalam proses yang berkelanjutan. Peristiwa tersebut menjadi bukti nyata dari kehadiran serta
keikutsertaaan Allah dalam sejarah. Namun kerap kali manusia tidak dapat memahami (atau
bahkan sekadar mendekati) tujuan dan pikiran Allah. Meski demikian, manusia tetap dapat
menginterpretasi pekerjaan dan pewahyuan Allah dengan berbekal pengetahuan berpikir
humanis melalui metafora. Dengan mengambil contoh peristiwa pembebasan umat Israel
dari Mesir hingga lahirnya Krisus di tengah dunia, setiap orang dapat
menginterpretasikannya dengan Allah yang menepati setiap janji-Nya dan pemeliharaan
Allah dari masa ke masa. Dengan demikian, maka manusia dapat menjadi lebih mengenal
Allah melalui setiap metafora yang tercipta.

3. Gejala “sacred text” dapat diartikan sebagai suatu gejala yang melihat segala bentuk kitab
suci
sebagai sesuatu yang suci—atau sekiranya demikian berdasarkan bacaan saya atas Ricoeur.
Sebagai suatu hal yang suci maka setiap orang dilarang untuk terlibat dalam segala bentuk
penafsiran, sebab akan merusak originalitas serta keaslian teks. Teks tidak boleh ditafsir karena
akan mempengaruhi makna yang sesungguhnya telah terkandung semenjak teks tersebut
disampaikan. Pernyataan seputar penulis teks yang tidaklah suci dan berdosa maka akan
5

membuat tulisan tersebut tidak lagi menjadi suci dan hanya akan menjadi tulisan buatan tangan
manusia. Apakah larangan dan pembatasan tersebut berfungsi untuk mempertahankan makna
teks yang sesungguhnya agar tidak terpengaruh dengan tradisi atau bahkan glorifikasi teks tidak
terlihat dengan jelas dalam tulisan Ricoeur tersebut.

4.

5. Pertanyaan yang hendak saya ajukan terhadap uraian Suharyo tersebut adalah: “Apakah pola
kepempinnan yang bersifat Trinitaris dipaparkan secara runtut?” dan “Apakah ada kemungkinan
jikalau “pola” tersebut diubah?” Mampukah seseorang berakar kepada Bapa setelah dia terbuka
dengan Roh Kudus seusai dia memusatkan diri kepada Kristus? Pola statis yang mengajarkan setiap
orang untuk meng-akar-kan diri terlebih dahulu ke dalam Bapa dan setelah dia terbuka kepada
Bapa, lantas dia dapat memusatkan diri secara penuh kepada Kristus sehingga dia dapat terbuka
dengan tuntunan Roh Kudus. Diri yang telah mengakar di dalam Bapa pada akhirnya dapat
membawa keterbukaan diri kepada Roh Kudus untuk mengenal serta mengetahui segala wahyu-
Nya.

6. Intervensi Ilahi, demikian istilah yang diberikan oleh Franz Joseph van Beeck, adalah
serangkaian usaha Allah untuk turut terlibat dan mengambil bagian dari kehidupan manusia.
Pertanyaan yang akan muncul adalah: Jikalau memang intervensi Ilahi adalah sesuatu yang nyata,
maka apakah sedari awal Allah telah membiarkan manusia untuk bertindak dalam sejarah?
Pertanyaan demikian justur dijawab dengan pernyataan yang mengatakan kalau serangkaian
kegiatan yang terjadi di dalam dunia adalah bagian dari intervensi Ilahi yang termuat dalam sifat
imanen Allah. Melalui peristiwa penyelamatan orang Israel, lalu pemberian Yesus Kristus untuk
dunia hingga kematian-Nya, dan tuntunan Roh Kudus dari masa ke masa menjadi bukti dari
intervensi serta keterlibatan Allah dalam dunia.

Anda mungkin juga menyukai