Anda di halaman 1dari 8

Tugas kuliah

Menggugat pendapat bahawa sumber teologi hanya Alkitab saja

Oleh: Andrias Chandraputra Dewanto

Perkembangan teologi Kristen tidaklah terlepas dari pengaruh dari perubahan-perubahan


yang terjadi seiring dengan waktu yang terus mengarah ke depan maupun perkembangan zaman.
Teologi Kristen tidak saja dipengaruhi oleh filsafat yang merupakan refleksi dari pemikiran
manusia, namun dipengaruhi pengalaman hidup sehari-hari manusia dalam hubungannya dengan
Allah, sesama, konteks lingkungannya bahkan eksistensi diri yang bergumul dengan realitas.1

Sumber berteologi adalah Alkitab sebagai sumber primer dan sumber sekunder lainya
berupa tulisan akademik dan sejarah yang di akui sebagai consensus bersama oleh para bapa
gereja.

Definisi Teologi

Yoseph Rasiman memuat beberapa definisi teologi berdasarkan penapat beberapa teolog

John Frame mendefinisikan teologi sebagai aplikasi Firman Allah oleh pribadi-pribadi
kepada semua wila-yah hidup selanjutnya Dooyeweerd mendefinisikan teologi sebagai
pembelajaran aspek iman dari keberadaan manusia. Schleiermacher mengatakan bahwa
doktrin Kristen adalah catatan dari afeksi keagamaan Kristen yang dinyatakan di dalam
perkataan. Dia hendak menggantikan Alkitab dengan perasaan manusia sebagai otoritas
final bagi teologi. Hodge seorang teolog Reformed dari Princeton Theological Seminary
dari abad 19 berargumentasi bahwa teologi adalah penunjukkan fakta-fakta Alkitab di
dalam urutan dan relasi yang benar, dengan prinsip-prinsip atau kebenaran- kebenaran
umum yang terlibat di dalam fakta-fakta itu sendiri dan yang menyebarkan dan
mengharmonisasikan keseluruhan. Hodge lebih objectivist dan Schleiermacher lebih
subjectivist. 2
Pengaruh perkembangan jaman dalam berteologi
Berteologi merupakan bagian dari kodrat sebagai manusia yang memiliki daya piker
dalam meresponi sesuatu baik di dalam dirinya maupun di luar dirinya. Dalam perkembangan
1
Marde Christian Stenly Mawikere, Sola Experientia: Suatu Analisis Terhadap Teologi
Schleiermacher, Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat Volume 3, Nomor 2, Juli
2019: 224-240
2
Yoseph Rasiman Dalam Artikel Apa Itu Teologi? Dan Mengapa Mempelajarinya Begitu
Penting? (What Is Theology ? And Why Study It So Important?) Tersedia Di
File:///C:/Users/Chandra_/Downloads/537-1007-1-Sm.Pdf Di Akses 20/10/2022
teologi dari jaman ke jaman Yakub Susabda membaginya dalam beberapa periode berteologi
dalam sejarah gereja3sebagai berikut:

Periode Tahun Pertanyaan Teologis Yang Berkembang


Gereja abad 4-5 M yang kerap mempertanyakan noumena dari Allah.
jaman patriakh, Apakah Allah yang sejati adalah Allah yang Esa?
yakni pada masa Bagaimana gereja menjelaskan imannya pada Allah,
Bapak bapak gereja Yang Esa, yang juga pada saat yang sama, disebut Bapa,
Gereja Putera dan Roh Kudus? Pergumulan jaman itu adalah
pergumulan dengan masalah Trinitas
Gereja abad medieval mempertanyakan akan eksistensi Allah.
Pertengahan era Apakah betul Allah itu ada? Bagaimana gereja dapat
membuktikan keberadaan Allah? Hal ini terjadi karena
realitas perselingkuhan antara filsafat dan teologi
(dogma) Kristen pada jaman itu. Adapun Thomas
Aquinas (abad 13 M) bisa disebut sebagai teolog dan
pemimpin gereja yang mencoba untuk menjawab
pertanyaan jamannya. Dengan bukti yang bernuansa
filsafat yang memuat asumsi-asumsi ontologis,
teleologis, causalistis, dan sebagainya, ia telah coba
membuktikan tentang keberadaan Allah.
Gereja jaman Gereja jaman Reformasi menghadapi pertanyaan yang
reformasi lain lagi. Para reformator seperti Martin Luther, Ulrich
Zwingli maupun Johanes Calvin (abad 16 M) tidak lagi
mempertanyakan akan eksistensi Allah yang metafisik.
Bagi mereka gereja membutuhkan pengalaman dengan
Allah secara pribadi (yang personal), yaitu Allah yang
berdaulat, merencana, mempertimbangkan, menetapkan,
memilih dan sebagainya. Johanes Calvin, dengan
semangat zaman (zeist geist)-nya, mencoba

3
Susabda, Yakub. 1990. Seri Pengantar Teologi Moderen I. Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesi Pp. 14-16)
mengembangkan doktrin yang berkisar sekitar “Allah
yang personal”. Ia mulai dengan basic premise (suatu
proposisi dan asumsi dasar) tentang “kedaulatan Allah”.
Dari sana, Johanes Calvin menarik suatu logika berpikir,
kalau Allah berdaulat berarti, Ia adalah originator dan
kreator dari segala yang terjadi. Ia adalah Allah yang
punya rencana dan secara aktif terlibat dibelakang setiap
gejala-gejala (phenomena). Pasti Allah telah menetapkan
(decrees of God) hal-hal yang akan terjadi. Oleh sebab
itu tak mungkin ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan
atau di luar pengetahuan Allah. Dengan demikian
Johanes Calvin bicara tentang Providensia (pemeliharaan
Allah), predestinasi, election, bahkan reprobation
(kebinasaan yang sudah ditetapkan bagi mereka yang
tidak percaya). Ini adalah manifestasi dari semangat
jamannya dimana gereja menggumuli pengenalan mereka
akan Allah yang personal, yang pikiran, perasaan,
kehendak dan rencana-Nya dapat dipahami manusia
sejauh Ia telah menyatakan diri melalui Alkitab.
Gereja jaman abad 17- mempunyai pertanyaan yang lain lagi tentang
moderen 19 M) Allah. Menurut para teolog moderen, Objective
Authority (apa yang gereja, teolog dan bahkan Alkitab
katakan secara harafiah) tidak menarik lagi. Adapun
mereka merasakan betapa manusia sebenarnya
ditentukan oleh cara berpikirnya sendiri yang otonom
(rasionalisme). Oleh sebab itu pertanyaan mereka yang
terutama tidak lagi pada “apa yang Alkitab katakan, atau
apa yang gereja katakan,” melainkan, “bagaimana
manusia bisa mengenal Allah dengan rasionya sendiri?”.
Friedrich Schleiermacher (1768-1834), bapak dari
Teologi Moderen, yang hidup dalam bagian kedua dari
jaman moderen ini, mengajukan suatu pertanyaan
penting: “Bagaimana manusia dapat mengalami
pengalaman iman yang sejati melalui perasaan
(feeling)nya?” Bagi dia, pengalaman dengan Allah tidak
tergantung pada rasio manusia, tetapi pada pengalaman
“batiniah” atau “perasaan ketergantungan
pada-Nya/feeling of absolute dependency”.
Gereja abad XX gereja yang mengalami kesulitan menformulasikan
pertanyaan mereka tentang Allah. Apakah Allah yang
telah menyatakan diri melalui Alkitab yang suffiency
ataukah memerlukan pengalaman penjumpaan dengan
Allah yang perlu ditekankan. Karl Barth (1886-1968),
mencoba membuk-tikan akan kepalsuan konsep Allah
yang dibangunatas pengalaman rasio dan f eeling
manusia Tetapi munculnya pandangan-pandangan
teologi dari Albrecht Ritscl (1822-1899), Adolf von
Harnack (1851-1930), Paul Tillich (1886-1965) dan
pergolakan di Amerika Selatan dengan Teologi
Pembebesannya (liberation theology) telah membawa
gereja kembali pada kebutuhan akan konsep Allah yang
dekat dengan manusia dan ciptaan/immanence. Pada
akhirnya pengaruh teologi yang dibangun berdasarkan
rasio telah melahirkan teologi liberal dan teologi yang
dibangun berdasarkan pengalaman terus dikobarkan
dengan hadir dan berkembangnya gerakan karismatik
dalam kekristenan kontemporer

Karena itu maka teologi yang adalah pengetahuan tentang Allah juga meliputi
pengetahuan tentang diri. Teologi juga adalah anthropologi. Kemudian pengetahuan tentang diri
dan pengetahuan tentang alam itu berkorelasi. 4 Selanjutnya Yosep R5 mengutip tulisan dari buku
“Doing theology for the people of God”, John Stott mengatakan bahwa teologi adalah emilih
enam pengertian multidimensi dari teologi[ yaitu:

a. Teologi Kristen adalah Teologi Biblika

b. Teologi Kristen adalah Teologi Historika

c. Teologi Kristen adalah Teologi Sistematika

d. Teologi Kristen adalah Teologi Moral

e. Teologi Kristen adalah Teologi yang kontekstual

Selanjutnya Sonny Eli Zaluchu menegaskan bahwa kebenaran harus di buktikan dengan
pengalaman, melalui pengalaman tersebut, kebenaran dapat diuji untuk diterima atau ditolak. 6
Menurut Th. Van den End

sejarah gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan yang


dialami oleh gereja selama di dunia ini. Yaitu kisah tentang pergumulan antara Injil
dengan bentuk-bentuk yang dipakai untuk mengabarkan Injil. End menganalogikan
gereja sebagai sebuah pohon yang awalnya merupakan sebuah tunas kecil, kemudian
tumbuh dengan batang yang besar dengan dahan, cabang dan ranting yang banyak, tidak
sama ukurannya dan bentuknya. Begitu pula halnya dengan gereja-gereja yang lahir dari
jemaat pertama yang berlainan: dalam hal tata gereja, tata kebaktian, dan ajaran (red.
teologinya). Tetapi semuanya itu berakar dalam tanah yang sama.7
Selanjutnya Sony E S menytakan

Sebagai sebuah ilmu yang memperbincangkan tentang Allah, teologi juga menjadi
sebuah arus yang mengalir kuat (dan tidak stagnan) di sepanjang garis waktu. Manusia
selalu berusaha memahami Allahnya dan mempercakapkantentang Dia. Inilah yang
menjadi salah satu alasan klasik, mengapa teologi tidak pernah mati tetapi selalu
berkembang. Warna dari rancang bangun teologi amat ditentukan oleh corak zaman yang
melahirkannya, termasuk latar belakang para pemikir yang menggagas ide-ide tersebut
dan situasi-situasi yang berlangsung pada waktu itu. Dengan demikian dapat disimpulkan
4
John Frame, The Doctrine Of Knowledge Of God ( New Jersey : Presbyterian And Reformed
Publishing Company, 1987 ), Pg 69.
5
Yoseph Rasiman Dalam Artikel Apa Itu Teologi? Dan Mengapa Mempelajarinya Begitu
Penting? (What Is Theology ? And Why Study It So Important?) Tersedia Di
File:///C:/Users/Chandra_/Downloads/537-1007-1-Sm .Pdf Di Akses 20/10/2022
6
Sonny Eli Zaluchu, “Sumbangan Pemikiran John Dewey Dalam Pendidikan” Dalam Jurnal
Pasca Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia, Volume Vi, Nomor 4, Oktober 2009, Halaman 38.
7
Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: Bpk Gunung Mulia,
1987), 7
bahwa perkembangan teologi paling tidak ditentukan oleh (a) corak zaman, (b) latar
belakang para pemikir dan (c) kebutuhan mendesak yang melatarbelakangi lahirnya
pemikiran teologis tersebut.8
Berdasarkan pemaparan yang telah di sajikan di atas maka jelas bahwa setiap masa
memiliki pertanyaanya sendiri dan berinteraksi dengan Alkitab lalu memunculkan pola
teologinya. Hal ini memperjelas argument penulis bahawa sumber berteologi bukan alkitab saja
tetapi juga literasi lain bahkan bertologi juga sangat di pengaruhi oleh konsisi sosiologis di setiap
jaman.

Menjawab beberapa keberatan

John Calvin dengan tegas mengatakan bahwa: "tidak mungkin ada lembaga atau tradisi
apapun yang berada "diatas" atau "disamping" Kitab Suci."9 Pernyataan ini menarik. Penggunaan
kata tidak mungkin menunjukkan bahwa pola pikir seperti dikondisikan menjadi sempit. Alkitab
dalam fakta sejarah gereja terbukti selalu berinteraksi dengan situasi dan latar belakang dari
peristiwa jaman yang terjadi pada masa itu. Dan perbandingan yang Calvin dengan
membandingkan Alkitab dengan Lembaga atau tradisi tidaklah tepat. Memang Alkitab memiliki
supremasi tinggi tetapi Alkitab selalu berinteraksi dengan perkembangan pola piker manusia
yang tergantun dengan situasi dan perkembangan zaman yang mempengaruhi Lembaga dan
tradisi. Alkitab sebenarnya tidak berhadapan langsung dengan Lembaga atau tradisi tetapi
dengan pola pikir dan situasi sosiologis manusia yang di pengaruhi oleh perkembangan zaman.
Sistem berpikir manusia itu berkembang dan memberi dampak pada eksistensi Lembaga dan
tradisi.

Kesipulan

Berteologi itu merupakan hal yang dinamis dan terus brkembang seiring dengan
perkembangan pengetahuan manusia yang sangat di pengaruhi oleh berbagai keadaan social dan
8
Sonny E. Zaluchu Perkembangan Teologi Kristen Di Dekade Pertama Abad Xxi Pascasarjana
Sekolah Tinggi Teologia Indonesia (Stbi) Semarangtersedia Di
File:///C:/Users/Chandra_/Downloads/Perkembangan%20teologi%20kristen%20(1).Pdf Di Akses Tanggal
27/10/2022
9
Alister McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, Trans. Liem Sien Kie, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), hal. 185.
perkembangan teknologi. Oleh karena itu dalam membangun kerangka teologi yang dinamis ini
maka sumber dalam berteologi bukan hanya Alkitab tetapi juga suberlain di luar alkitab seperti
literatur hasil penelitian dan perkembangan zaman. Sumber berteologi adalah Alkitab sebagai
sumber primer dan sumber sekunder lainya berupa tulisan akademik dan sejarah yang di akui
sebagai consensus bersama oleh para bapa gereja dan perkembangan pemahaman manusia dalam
setiap zaman.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU – BUKU

Alister McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, Trans. Liem Sien Kie, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia).
John Frame, The Doctrine Of Knowledge Of God ( New Jersey : Presbyterian And
Reformed Publishing Company, 1987).
Marde Christian Stenly Mawikere, Sola Experientia: Suatu Analisis Terhadap Teologi
Schleiermacher, Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat Volume 3,
Nomor 2, Juli 2019).
Sonny Eli Zaluchu, “Sumbangan Pemikiran John Dewey Dalam Pendidikan” Dalam
Jurnal Pasca Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia, Volume Vi, Nomor 4, Oktober 2009).
Susabda, Yakub. 1990. Seri Pengantar Teologi Moderen I. Jakarta: Lembaga Reformed
Injili Indonesi).
Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: Bpk Gunung
Mulia, 1987).
INTERNET

Sonny E. Zaluchu Perkembangan Teologi Kristen Di Dekade Pertama Abad Xxi


Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologia Indonesia (Stbi) Semarangtersedia Di
File:///C:/Users/Chandra_/Downloads/Perkembangan%20teologi%20kristen%20(1).Pdf
Yoseph Rasiman Dalam Artikel Apa Itu Teologi? Dan Mengapa Mempelajarinya Begitu
Penting? (What Is Theology ? And Why Study It So Important?) Tersedia Di
File:///C:/Users/Chandra_/Downloads/537-1007-1-Sm
Yoseph Rasiman Dalam Artikel Apa Itu Teologi? Dan Mengapa Mempelajarinya Begitu
Penting? (What Is Theology ? And Why Study It So Important?) Tersedia Di
File:///C:/Users/Chandra_/Downloads/537-1007-1-Sm.Pdf

Anda mungkin juga menyukai