Anda di halaman 1dari 5

Rangkuman buku "Teologi

Kontemporer: Ilmu atau Praduga?" Eta


Linnemann
TEOLOGI KONTEMPORER

Tujuan buku kontemporer ini adalah agar kita mengerti dasar teologi kontemporer, dapat
belajar dan memahami garis besar pandangan teologi kontemporer, mengenali identitasnya dan
mengerti kritik yang harus ditujukan terhadap mereka dari sudut pandang injili berdasarkan
Alkitab. Dasar teologi kontemporer bukan Wahyu Allah dalam alkitab melainkan filsafat.
Tokoh-tokoh teologi kontemporer muncul dan berpengaruh dalam kurun waktu tertentu, sesudah
itu diganti oleh tokoh lain. Sasaran buku ini ialah memperlengkapi pembaca untuk
mengidentifikasi unsur-unsur pikiran historis-kritis yang muncul di mana-mana, mungkin juga
dikalangan injili, apalagi dalam menggembalakan jemaat supaya dimampukan memeriksa buku-
buku teologis dan mengerti apakah dipengaruhi oleh teologi historis kritis, memahami, apakah
anggota jemaat, pembaca atau kawan sekerja telah dipengaruhi oleh pikiran teologia historis
kritis dan mengidentifikasi unsur-unsur teologi historis-kritis yang telah menjalar secara luas,
pikiran-pikiran yang berlawanan dengan wahyu Allah dalam Alkitab.
Walaupun ada bermacam-macam teologi dengan nama yang berbeda, tetapi dasarnya
tetap sama. Sifat-sifat khas teologi kontemporer antara lain bersifat Teologi Universitas, Teologi
Historis-Krtis, tidak berdasar pada Alkitab, merupakan bidat dan tidak percaya terhadap
kewibawaan Alkitab.

Teologi Skolastik dan Konsep Humanism


Kalangan cerdik pandai bermaksud menghubungkan Alkitab dengan ilmu filsafat.
Kalangan orang-orang cerdik pandai tersebut tidak puas dengan firman Allah. Dengan demikian
mereka melihat filsafat ini seperti dasar kedua di samping Alkitab. Bagi kaum Humanisme
manusia sebagai ukuran segalanya. Firman Allah tidak lagi sebagai patokan untuk mengukur
segala sesuatu, melainkan diukur berdasarkan segala patokan kebudayaan. Padahal sebagai
orang Kristen yang benar harus mendasarkan pikirannya atas Alkitab

Filsafat pencerahan menjadi dasar pikiran teologi historis


A, Francis Bacon (1561-1624), Filsuf Empirisme Bukunya yang penting berjudul NOVUM
ORGANUM (1960) yang menyimpulkan bahwa kebenaran dapat dicapai hanya melalui metode
induktif, akibatnya Kitab suci diasingkan dari kebenaran otomatis. Kepercayaan sebagai
sacrificium intellectus (korban akal) yaitu harus mengorbankan akal untuk mempercayai hal
yang tidak masuk akal. Alkitab hanya dilihat sebagai buku yang berguna bagi kesalehan yang
memimpin kepada sikap menghormati dan menaati Allah, tetapi tidak tentang mengenal Allah
secara objektif dan benar.
B.Thomas Hobes (1588-1679) Seorang Filsuf MATERIALISME Materiasme
Pandangan Hobbes bahwa seluruh alam semesta adalah kebendaan dan apa yang tidak
benda sesungguhnya tidak ada. Dengan demikian dia mendalilkan bahwa yang tidak terbatas
(infinite) tidak mungkin, maka nama Allah tidak dipakai untuk menyebabkan kita mengerti Dia,
melainkan hanya untuk menghormati Dia. Alkitab tidak dapat memberitahukan wahyu apapun
dan dalam Alkitab banyak hal yang tidak masuk akal.
C. Rene Descartes (1596-1650), ahli filssafat Rasionalisme
Menurut Rene Decartes bahwa manusia mendasarkan keberadaan atas pikirannya sendiri.
Keragu-raguan menjadi prinsip dasar keyakinan diri sendiri untuk manusia modern, manusia
tanpa Allah yang hidup
D. Baruch de Spinoza (1632 -1677), Seorang ahli filsafat rasionalisme
Kebenaran diperoleh dengan cara memisahkan Alkitab dari kebenaran. Alkitab bukanlah
Firman Allah tetapi di dalam Alkitab terdapat firman Allah. Mujizat tidak ada. Ia menaburkan
benih keraguan yang bertumbuh sebagai masalah Sinoptik bahwa tidak mungkin hidup Kristus
diceritakan empat kali dan Spinoza menyangkal kebangkitan Tuhan Yesus sebagai peristiwa dan
kenyataan.
E. David Hume (1711-1776), Ahli filsafat Empirisme Skeptik
Hume Memilih prinsip dasar pemikiran yaitu prinsip verifikasi secara empiris. Artinya,
tiap hal harus diperiksa benar atau tidaknya secara praktis. Sesuatu dianggap benar apabila sudah
didasarkan atas defenisi artinya dapat ditunjukkan benar melalui pancaindera.
Hume menentang adanya mujizat namun tidak meragukan kemungkinan, bahwa mujizat dapat
terjadi (the possibility of miracles), melainkan dia meragukan bahwa mujizat patut dipercayai.
F. IMMANUEL KANT (1724-1804) AHLI FILSAFAT AGNOSTISISME
Agnotisisme berarti bahwa keadaan yang sesungguhnya (das Ding an sich) tidak dapat
diketahui. Kant berusaha menyesuaikan empirisme dengan rasionalisme. Menurutnya isi
pengetahuan adalah dari pancaindera, tetapi bentuknya terjadi melalui kecerdasan. Apa yang
masuk akal telah dibentuk oleh kategori akal jadi akal tidak pernah dapat mengetahui kadaan
sesuatu di luar akalnya. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu sebagaimana sesuatu itu
sebagaimana ia ada dalam keberadaannya sendiri , maka semuanya yang ada hanya dapat
diketahui secara subyektif bukan secara objektif dan real.

KONSEP IDEALISME – IDE KEMAJUAN


Filsafat Idealisme adalah filsafat sejarah. Alkitab itu penuh dengan sejarah;bukan hanya sejarah
Israel tetapi juga bangsa-bangsa kuno yang berhubungan dengan Israel. Namun sejak humanism
manusia tidak mau lagi mengingat Allah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa sejarah. Georg
Wilhem Hegel (1770-1831) menulis buku berjudul “Fenomenologi Roh”. Pikiran Hegel terutama
tentang sejarah: sejarah adalah sajarah Allah sendiri atau lebih teliti sejarah Roh. Dalam sejarah,
Allah sendiri mengalami perubahan. Sejarah adalah perantaraan dialektis Allah dengan diriNya
sendiri. Dialektesis artinya satu tesis dilawankan oleh antitesisnya kemudian diperdamaikan
melalui sintesis. Adanya anggapan bahwa semua nilai baru dalam kebudayaan harus diterima
sebaga wahyu yang diberikan Roh Kudus sehingga tiap angkatan manusia memerlukan teologi
yang baru dan Alkitab harus ditafsirkan baru bagi tiap angkatan manusia.
Soren Aaby Kierkegaard (1813-1855) Ahli Filsafat Eksistensialisme
Kierkegaard mendefinisikan Allah adalah yang lain sama sekali dan yang rupanya bertentangan.
(tidak dalam diri-Nya sendiri tetapi terhadap manusia yang terbatas). Pertemuan dengan Allah
hanya mungkin secara subyektif dan tidak mempunyai sebab yang langsung masuk akal,
melainkan harus ditangkap dengan loncatan kepercayaan. Ini berarti dasar atau alasan
kepercayaan tidak ada, yang ada hanya kepercayaan tanpa dasar (yang berarti tanpa kuasa).
nKierkegaad sendiri secara pribadi percaya, bahwa sebagian Alkitab bersifat historis dan Yesus
adalah tokoh historis.
FILSAFAT EKSISTENSIALISME MARTIN HEIDEGGER 1889-1976)
Heidegger berpikir secara ontology yaitu tidak hanya mencapai hal-hal yang ada dalam dunia,
melainkan sampai kepada “Berada” (das Sein) yang dimiliki setiap hal yang ada. “Berada” (das
sein) itu memungkinkan “Yang Berada” (das Seiende). “Berada” bukan pencipta, tidak
menciptakan “Yang berada”, melainkan “Berada” mempunyai “Kuasa” dalam Yang Berada”.
Menurut Heidegger apa yang diperlukan oleh manusia adalah pengertian eksistensinya.
Pengertian eksistensi secara pribadi adalah sekaligus mengerti dunia dan memungkinkan hidup
dalam kesejatiannya. Pengertian ini dapat diambil dari manusia lain atau dari manusia yang
hidup zaman dahulu tetapi harus diambil secara pribadi dengan keputusan untuk dirinya sendiri.
FILSAFAT MARXISME :Didirikan oleh Karl Marx seorang filsuf Jerman (1818-
1883), Bukunya yang terkenal berjudul ‘Das Kapital”, menafsirkan bahwa masyarakat adalah
dasar sejarah dan ekonomi dipandang sebagai dasar kehidupan. “ Bukannya kesadaran yang
menentukan keadaan manusia, melainkan keadaan dalam masyarakat yang menentukan
kesadaran manusia. Untuk mengubah kesadaran maka keadaan harus diubah dulu. Agama
diciptakan hanya untuk dipakai seperti candu. Ajaran ini menurunkan martabat manusia yang
diciptakan menurut gambar dengan Allah. Materialisme historis yaitu marxisme atau komunisme
adalah ateis mutlak.

Alam dan cara berpikir teologi komtemporer


Dasar teologi historis-kritis yakni Alkitab hanya merupakan hasil pikiran manusia
saja,yang diperlakukan sama dengan hasil pemikiran manusia yang berdasarkan pengetahuan.
Baik ilmu sejarah maupun teologi historis kritis berlandaskan dusta. Tujuan teologi historis-kritis
ialah memahami Alkitab sepenuhnya dengan daya pikiran sendiri yang berarti bahwa manusia
menjadi ukuran segala sesuatu. Adalah anggapan yang sungguh mengerikan baha wahyu Allah
harus dipahami sesuai dengan pikiran manusia sehingga Allah tidak lagi dimuliakan atau
bersyukur kepada Dia.
Konsep Dasar : Teologi sebagai suatu ilmu pengetahuan
1. Dijalankan dengan asumsi seolah-olah tidak ada Allah.
2. Berpatokan kepada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan secara umum
3. Alkitab dan iman Kristen sama dengan agama lain
4. Kitab suci dilihat secara relatif
5. Alkitab tidak dihargai sebagai Firman Allah
6. Kitab suci adalah “Nats kuno” yang mutlak menuntut interpretasi
7. Apa yang ditulis dalam Alkitab tidak mungkin sungguh terjadi seperti itu.
8. Intelek yang kritis sanggup membedakan realitas dari dongeng dalam Alkitab
9. Ilmu tafsir yang objektif dan dapat diandalkan.
10. Keputusasaan generasi muda dalam usaha menemukan kebenaran
11. Pengaruh sosialisme dan komunisme semakin kuat

Pelaksanaan (Praktek) Teologi Historis Kritis :Menggunakan Hipotesis yang merupakan


perkiraan atau pra kesimpulan yang belum dapat dibuktikan secara tuntas. Setiap hipotesis
dirumuskan berdasarkan argument-argumen yang walaupun tidak dapat dipahami seutuhnya
namun mutlak dibutuhkan untuk dapat mengikuti kuliah-kuliah dan seminar teologi.
Keobjektifan ilmu teologi historis kritis adalah semu dan informasinya telah disaring. Sementara
ilmu PL dan ilmu PB memakai metode-metode dari ilmu sejarah dan kritik sastra. Naskah-
naskah kuno, prasasti-prasasti dan data-data lain diterima sebagai sumber pengetahuan tentang
periode sejarah tertentu dan dalam kritik sastra hipotesis dibuat dengan tujuan melaluinya para
sarjana mencoba untuk menjawab pertanyaan tentang bentuk asli dan riwayat penemuan setiap
nas sampai mendapat bentuk yang sekarang dalam Alkitab.
Akibat teologi historis –kritis : Tidak ada pembaharuan hidup jemaat gereja, takut akan Allah
semakin hilang, tidak dapat menghadapi olkultisme, pertumbuhan iman terhambat, motivasi
untuk misi hilang dan gereja semakin kosong.
Cara menghadapi teologi historis kritis adalah dengan membaca secara kritis setiap literatur
teologi, hati-hati dalam memilih pendidikan teologi yang tepat dan apabila selama ini ada yang
tanpa sadar telah terikut dalam pengajaran ini maka ia harus melepaskan diri dari roh anti Kristus
dan tetap berdoa dalam nama Tuhan Yesus serta jika menghadapi orang-orang yang tertawan
teologi historis kritis hadapilah dengan rendah hati menunjukkan kasih yang murni dan
mendoakan yang bersangkutan sambil mengandalkan kuasa Roh Kudus yang dapat menyadarkan
setiap orang.

Buku “Disini kutemukan” karangan Prof S. Wismoady Wahono, Ph.D merupakan teologi
historis kritis asli Indonesia karena tidak mempercayai mujizat yang terjadi dalam Alkitab dan
meragukan kebangkitan Tuhan Yesus. Buku ini banyak menggunakan filsafat dan teologi liberal
sebagai sumber pemikirannya.

“Iman” Teologi dan Teologi Iman


Iman” Teologi berdasarkan rasio manusia melebihi Alkitab,Kekristenan dilihat sama dengan
agama-agama lain dan tidak mempercayai nubuatan dan mujizat sedangkan teologi iman percaya
bahwa pendidikan pendidikan akademis tidak menjamin pengurapan oleh Roh Kudus namun
intelek harus dikontrol oleh Roh kudus. Yang diharapkan dari studi” Teologi iman” antara lain:
Harus menguasai bahasa-bahasa asli Alkitab, mempunyai pengetahuan latar belakang
Alkitab, memahami Alkitab secara menyeluruh, mengerti hubungan antar bagian Firman Allah,
mempunyai pengalaman agar harta yang terpendam dalam Firman dapat diangkat ke permukaan
dan mempunyai kemampuan membedakan penemuan intelektual dan harta terpendam dalam
Firman Allah.
s

Anda mungkin juga menyukai