Anda di halaman 1dari 23

KONSEPSI KETUHANAN DALAM ISLAM

( PENDEKATAN TEOLOGI-ANTROPOLOGISOSIOLOGI )

Oleh: Nasitotul Janah, S.Ag, MSI

QS AL IKHLAS AYAT 1 SD 4

KARAKTERISTIK KONSEP
KETUHANAN ISLAM

RASIONAL LOGIS
EMPIRIS - HISTORIS

JALAN MENGETAHUI
EKSISTENSI TUHAN
A.
B.

REVEALD RELIGION/AGAMA LANGIT/WAHYU


UNREVEALD RELIGION/AGAMA BUMI, PRODUK
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANUSIA
TENTANG KONSEP DAN EKSISTENSI ALLAH SWT

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
MANUSIA

A.

MATERIALISME ATHEISME - ANTROPOMORPHISME


Materialisme merupakan paham filsfat yang meyakini
bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia
bersifat material atau besifat fisik. Ciri utaman dari
kenyataan material atau fisik yaitu manempati ruang
dan waktu, memiliki keluasan dan bersifat objektif.
Alam spiritual atau jiwa, yang tidak mempunyai ruang,
tidak bisa disebut dengan esensi kenyataan, dan oleh
karena itu ditolak keberadaannya.
Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan
apapun yang besifat spiritual dibalik gejala atau
peristiwa yang bersifat material. Seandainya ada
peristiwa atau gejala yang masih belum diketahui, atau
belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu
berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang
peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan
akal manusia yang belum memahaminya apa yang
dimaksudkan tersebut.

ATHEISME

Ateisme adalah sebuah pandangan


filosofi yang tidak mempercayai
keberadaan Tuhan dan dewa-dewi
ataupun penolakan terhadap teisme.
Dalam pengertian yang paling luas, ia
adalah ketiadaan kepercayaan pada
keberadaan dewa atau Tuhan. Hal ini
sebagai konsekuensi logis dari pemikiran
materialisme yang meolak segala sesuatu
yang abstrak dan dipandang tidak konkrit

ANTROPOMORPHISME
Anthropomorphisme berasal
dari kata "anthrpos"
(manusia) dan morph"(bentuk, wujud), dalam bentuk
manusiawi, selanjutnya'isme'adalahfaham, pengertian,
atau ajaran. Anthropomorphismedalam teologi Islam
dikenal denganTasybih, Musyabihah, Tajsim, Mujasimah
ataupun
aliran
Shifatiyah.
Adapun
secara
umum,anthropomorphismedapat
berarti
memberikan
atribut dengan kualitas kemanusiaan terhadap bidang atau
alam yang tidak bersifat manusiawi, atau dengan kata lain
memberikan gambaran tentang Tuhan bersifat atau
berbentuk seperti pribadi manusia.

PAGANISME
Paganisme
adalah
sebuah
kepercayaan/praktik
spiritual
penyembahan terhadap berhala yang
pengikutnya disebut Pagan. Pagan pada
zaman kuno percaya bahwa terdapat
lebih dari satu dewa dan dewi dan untuk
menyembahnya mereka menyembah
patung, contoh Mesir Kuno, Yunani Kuno,
Romawi Kuno, dan lain-lain.

MANUSIA DAN CARA


BERFIKIRNYA

A.

RASIONALISME/IDEALISME-THEISME
Idealisme merupakan kebalikan atau lawan dari materealisme.
Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh
sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para
idealisme percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual di
belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan
spiritual ini adalah berfikir (res cigitans). Karena kekuatan atau
kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan Dengan
diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, bukan berarti
para idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik
(material) dan menolak adanya hukum alam. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hegel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum
alam memang ada, tetapi keberadaannya merupakan manifestasi
dari kekuatan atau kenyataan yang sejati dan lebih tinggi, yaitu roh
Absolut. Jika kenyataan pada dasarnya bersifat spiritual dan
nonfisik, maka hal-hal yang bersifat ideal dan normatif, seperti
agama, hukum, nilai, cita-cita tau ide, memegang peran penting
dalam kehidupan.

THEISME

Teisme adalah dalam penggunaannya


yang paling luas, adalah kepercayaan
terhadap SANG ADIKODRATI/TUHAN

ARGUMENTASI IMAN KEPADA ALLAH


DALIL FITRAH/ GOD SPOT/THEISME
1. Pantheisme/paninteisme/pandeisme
2. Polytheisme
3. Monoteisme
4. Agnoteisme
5. Gnoteisme
6. Deisme
DALIL AKAL
1. Logika
2. Ilmu Pengetahuan
DALIL NAQLI/THEOLOGI
1. Revealed Religion/samawi/langit
2. Non revelead religion/bumi/ardhy

PANTHEISME

Panteisme atau pantheisme (Yunani: ( 'pan' ) = semua dan


( 'theos' ) = Tuhan) secara harafiah artinya adalah "Tuhan
adalah Semuanya" dan "Semua adalah Tuhan". Ini merupakan
sebuah pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak
imanen yang mencakup semuanya; atau bahwa Alam Semesta,
atau alam, dan Tuhan adalah sama. Definisi yang lebih mendetail
cenderung menekankan gagasan bahwa hukum alam, Keadaan,
dan Alam Semesta (jumlah total dari semuanya adalah dan akan
selalu) diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis
'Tuhan' atau 'Dewa' yang abstrak. Walau begitu, perlu dimengerti
bahwa kaum panteis tidak percaya terhadap seorang Dewa atau
Dewa-Dewa yang pribadi dan kreatif dalam segala bentuk, yaitu
merupakan ciri khas utama yang membedakan mereka dari kaum
panenteis dan pandeis. Dengan begitu, meskipun banyak agama
mungkin mengklaim memiliki unsur-unsur panteis, mereka
biasanya sebenarnya sejatinya panenteis atau pandeistik.

PANTHEISME

Dalam bahasa Yunani pan berarti


semua,sedangkan Theos berarti Tuhan. Secara
harfiah artinya Tuhan adalah semuanya dan
semua adalah Tuhan. Ini merupakan sebuah
pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan
abstrak imanen yag mencakup semuanya; atau
bahwa alam semesta,atau alam, dan Tuhan
adalah sama. Definisi yang lebih mendetail
cenderung menekankan gagasan bahwa hukum
alam,keadaan,dan alam semesta diwakilik atau
dipersnifikasikan dalam prinsip teoogis Tuhan
atau Dewa yang abstrak.

Istilah panteis yang diturunkan dari kata panteisme pertama kali digunakan
secara langsung oleh penulis Irlandia John Toland dalam karyanya yang berasal
dari tahun 1705, "Sosinianisme Benar-Benar Dicanangkan oleh seorang panteis".
Namun konsep ini telah dibicarakan jauh sebelumnya pada zaman filsuf
Yunani Kuna, oleh Thales, Parmenides dan Heraklitus. Latar belakang Yahudi
untuk panteisme bahkan mencapai zaman ketika kitab Taurat diturunkan dalam
ceritanya mengenai penciptaan dalam kitab Kejadian dan bahan-bahan yang
lebih awal berbentuk nubuat di mana secara nyata dikatakan bahwa kejadian
alam" [seperti banjir, badai, letusan gunung dst.] semuanya diidentifikasikan
sebagai "Tangan Tuhan" melalui idioma personifikasi, dan jadi menjelaskan
rujukan terbuka terhadap konsep ini di dalam baik Perjanjian Baru maupun
sastra Kabbalistik.

Pada tahun 1785, ada sebuah kontroversi besar yang muncul antara
Friedrich Jacobi dan Moses Mendelssohn, yang akhirnya menyangkut banyak
orang penting kala itu. Jacobi mengklaim bahwa pantheisme Lessing bersifat
materialistik. Maksudnya ialah bahwa seluruh Alam dan Tuhan sebagai sebuah
substansi yang luas. Untuk Jacobi, ini adalah hasil dari berbaktinya Zaman
Pencerahan untuk mencari logika dan akhirnya ini akan berakhir kepada ateisme.
Mendelssohn tidak setuju dengan menyatakan bahwa

Panteisme adalah suatu posisi yang menganggap Universe/Alam


Semesta identik dengan keTuhanan. Dengan kata lain, Tuhan adalah
alam semesta itu sendiri. Panteisme merupakan konsep ketuhanan
yang nonpersonal/tidakanthropomorphic. Untuk memahami ini kita
mulai dengan perbedaan dua konsep penggunaan kata Tuhan, yakni
personal dan non personal. Tuhan personal adalah Tuhan yang memiliki
kehendak, memiliki keinginan, bisa marah, dan lain sebagainya seperti
yang diatributkan pada Tuhan Abrahamik seperti Allah, YHWH, hingga
dewa dewi di berbagaiagama. Sementara Tuhan nonpersonal umumnya
merujuk pada hal-hal seperti kesadaran, energi, dan alam semesta itu
sendiri. Bisa dikatakan, panteisme adalah sexed-up atheism, karena
ateis dan panteis pada prinsipnya tidak memercayai keberadaan Tuhan
Personal; ateis tentu saja percaya bahwa Alam Semesta ada dan
memang menakjubkan, tetapi kami juga tidak menganggap bahwa
Alam Semesta lantas merupakan semacam ekuivalen atau substitusi
Tuhan. Singkatnya, panteisme adalah ateisme, dengan sedikit
perbedaan semantik mengenai apa definisi Tuhan.

POLYTHEISME
Politeisme adalah bentuk kepercayaan
yang mengakui adanya lebih dari satu
Tuhan. Secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani poly + theoi, yang berarti
banyak tuhan. Lawan dari paham ini
adalah monoteisme, atau kepercayaan
yang hanya mengakui satu Tuhan.

MONOTHEISME

Monotheisme adalah faham yang


meyakini Tuhan itu tunggal dan
personal, yang sangat ketat menjaga
jarak dengan ciptaanNya.

AGNOTISME

Agnotitisme adalah suatu pandangan filosofis bahwa


suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang
umumnya berkaitan dengan teologi metafisika
tentang keberadaan Tuhan, dewa dan yang lainnya
yang tidak dapat diketahui dengan akal pikiran
manusia
yang
terbatas.
Seorang
agnostik
mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk
dapat mengetahui secara definitif pengetahuan
tentang "Yang-Mutlak"; atau , dapat dikatakan juga,
bahwa
walaupun
perasaan
secara
subyektif
dimungkinkan, namun secara obyektif pada dasarnya
mereka tidak memiliki informasi yang dapat
diverifikasi.

GNOTISISME
Gnostik adalah sebuah aliran (agama) yang meyakini
gnosis
(pengetahuan)
sebagai
satu-satunya
jalan
keselamatan. Untuk memahami ketuhanan, kaum gnostik
mempelajarinya sendiri tanpa bantuan atau perantara rabbi,
pendeta, uskup, imam atau pemimpin agama yang lain. Para
pemimpin agama menganggap gnostik sebagai aliran sesat
(heresy). Oleh orang-orang Kristen, kaum ini dianggap
berbahaya
karena
dianggap
telah
seolah-olah
menyingkapkan kebenaran.
Kaum gnostik secara terus menerus mencari kebenaran
yang bersumber dari pengetahuan dan kebijaksanaan
(wisdom) dari sumber mana pun. Salah satunya yang cukup
kuno, mereka meyakini Sophia yang merupakan manifestasi
dari kebijaksanaan ilahi. Untuk menambah pengetahuan,
kaum gnostik tidak pernah lelah membaca dan mencari
informasi tentang kebenaran dari segala macam agama dan
keyakinan. Di luar teks-teks atau literatur yang bercorak
agama Yahudi, Kristen dan Yunani-Roma, kaum gnostik juga
mempelajari literatur lain dari orang-orang Mesir,
Mesopotamia, Zoroaster, Islam dan Buddha. Semua jenis
literatur tentu semakin menyingkapkan kebenaran.

ARGUMENTASI MONOTEISME
A.

A.
B.
C.

ANTROPOLOGIS-SOSIOOGI
1. Fase Theologi
2. Fase Mistisisme
3. Fase Positivisme (August Comte)
RASIONAL
EMPIRIK
TEOLOGI

PERKEMBANGAN THEISME

Fase teologis ini juga tidak sekali jadi. Tapi berawal dari Animisme.
Manusia mempercayai benda-benda dan gejala-gejala alam mengandung
kekuatan ghaib. Berjiwa, sakti dan keramat. Batu, binatang, gunung dan
benda-benda alam lainnya dipercayai mempunyai kekuatan supra natural.
Petir, badai, gempa bumi diyakini sebagai dewa-dewa lagi murka.
Singkatnya pada fase ini kesadaran manusia penuh dengan tahyul dan
mitos. Dan ini adalah fase yang paling primitif. Tanpa modal tanpa belajar,
manusia refleks meyakini akan hal ini.
Setapak kemudian kesadaran manusia primitif ini berevolusi ke fase
berikutnya. Yaitu fase Politheisme. Manusia mulai mengakui ada yang
menguasai alam. Tetapi yang menguasai alam itu banyak, banyak Dewa.
Dan setiap Dewa akan menguasai bidangnya masing-masing, sehingga
ada Dewa air, Dewa Api, Dewa Matahari, Dewa Angin dan seterusnya.
Kemudian dari fase ini berkembang lagi menjadi Monoteisme, dimana
manusia hanya mempercayai adanya satu kekuatan dibalik alam
semesta. Segala Dewa akhirnya dikembalikan menjadi satu kekuatan
kodrati saja. Dialah satu-satunya yang menguasai seluruh jagat raya.
Dengan sebutan Tuhan, Allah dan sejenisnya. Singkatnya hanya ada satu
Keilahian dibalik segala yang ada.

KONSEP IMAN KEPADA ALLAH DALAM


ISLAM
A.
B.
C.
D.

Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Rububiyyah
Tauhid Mulkiyyah
Syirik sebagai antitesis

Anda mungkin juga menyukai