Anda di halaman 1dari 10

Peran Ekklesiologi Yohanes dan Wahyu Terhadap

Pelayanan Gereja Saat Ini

Disusun Oleh :
Nama : Samuel Manurung

Nim : 2001109

Mata Kuliah : Teol PB (Yoh & Why)

Dosen : Dr. Adolft Bastian Simamora

Sekolah Tinggi Teologi Wesley Methodist Indonesia


2022
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah

Gereja saat ini sangat berupaya keras untuk menghidupi Kristus di tengah – tengah
jemaat, yang dalam arti gereja saat sekarang dengan diiringi kemajuan teknologi yang sangat
pesat membuat tatanan dan tantangan kedepannya perlu diasah dalam membangun kehidupan
kerohanian setiap jemaat, gereja saat ini harus mengambil peran yang lebih aktif kepada
jemaat dan kepada dunia dengan arus yang ada.

Gereja yang begitu luas dan begitu banyak saat ini perlu adanya peran untuk dunia
pertumbuhan gereja sekarang memerlukan peranan penting seorang hamba Tuhan dan gereja
sebagai wadah untuk berkembangnya menjadi maju di dalam Kristus, saat ini belajar dari
Injil Yohanes dan Wahyu dalam ekklesiologi yang sudah ada pada zaman rasul dan
bertumbuhnya menjadi maju sampai sekarang, oleh karena itu peran gereja sangat penting
bagi pertumbuhan gereja dan perlu adanya kehidupan Kristus di tengah – tengah jemaat yang
merasakan saat ini supaya iman dalam kasih Kristus kuat dalam hati setiap jemaat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ekklesiologi sendiri?

2. Perbedaan apa yang dalam Injil Yohanes dengan Kitab Wahyu dalam Ekklesiologi?

3. Konsep apa yang dipakai gereja saat ini?

4. Apakah gereja pada Yohanes dan Wahyu dapat diterapkan?

1.3 Metode Penelitian

Sumber – sumber yang penulis buat bersumber dari beberapa bacaan buku dan dari
jurnal yang sudah terakreditasi untuk memperkuat penulisan dalam ilmiah ini dan memasuki
pemikiran penulis dari anggapan dan argumen yang sudah ada.

1.4 Tujuan Penulisan

1. Supaya mengetahui kehidupan jemaat di Injil Yohanes dan Kitab Wahyu

2. Dapat mengetahui penulis dan pembaca konflik yang terjadi dalam kedua kitab ini
3. Menjadi aplikasi gereja saat ini supaya hidup terus berkembang dan maju yang
menjadi pusat yaitu Kristus Yesus

4. Agar mempertambah ilmu dan memperkuat pembelajaran mengenai gereja saat ini
Bab II

Pembahasan

2.1 Definisi Ekklesiologi

Secara etimologis kata eklesiolgi berasal dari 2 kata1 (dari bahasa Yunani ἐκκλησια,


ekklesia: gereja atau jemaat  ; dan λογος, logos: perkataan, firman, atau ilmu) . Jadi
eklesiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gereja atau jemaat.
Eklesiologi merupakan salahsatu sub-disiplin ilmu teologi yang membahas mengenai hakikat
dan fungsi gereja, berkaitandengan identitas dan misi gereja di dalam dunia. Dalam ranah
gerejawi, eklesiologi adalah rumusan teologis-sistematis mengenai pemahaman gereja
tentang dirinya.

Kata Gereja berasal dari kata Portugis igreja, yang bersumber dari bahasa Yunani
ekklesia: dipanggil/ dipanggil keluar.2 Namun Elisabeth S. Fiorenza membedakan arti
ekklesia menurut Perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian lama Yunani,
Ekklesia berarti: perhimpunan umat Israel di hadapan Allah, sedangkan kata ekklesia dalam
Perjanjian Baru menunjuk pada perhimpunan umat Allah di sekitar meja, sambil makan
bersama, memecah roti dan minum anggur dari cawan sambil mengingat penderitaan dan
kebangkitan Kristus.3

Dengan demikian gereja bukan menunjuk pada bangunan atau lembaganya melainkan
pada ekklesia sebagai sebuah pertemuan atau persekutuan. Ekklesia adalah persekutuan
orang-orang yang dipanggil oleh Allah, untuk masuk ke dalam anugrah keselamatan yang
telah dilakukan-Nya dalam Yesus. Dengan kata lain, umat yang berkumpul disatukan dari
berbagai latarbelakang yang berbeda (lakilaki-perempuan, kaya-miskin, orang buangan,
pendosa, orang-orang pinggiran atau yang tersingkirkan), di dalam Kristus.

Pada dasar lainnya, pengertian ekklesiologi ini mempunyai aspek banyak yang perlu kita
teliti dan perlu diketahui oleh beberapa para ahli sebagai mencantumkan pandangan mereka
mengenai ekklesiologi ini.

1
Eunike molebila, Ekklesiologi, 2015. 1
2
Jan Aritonang & Chr. De Jonge, Apa dan Bagaimana Gereja. Pengantar Sejarah Eklesiologi (Jakarta: BPK,
2011), v.
3
Elisabeth Schuessler Fiorenza, Untuk Mengenang Itu. Rekonstruksi Teologis Feminis Tentang Asal-Usul
Kekristenan (Jakarta: BPK, 1997), 439.
Deitrich Kuhl. Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata ‘ek’ (=dari) dan
‘kaleo’(=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil keluar’. Dalam Perjanjian Baru
istilah‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya
Mat.16:18) dan selebihnya dalam arti “Gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya
Mat.18:17). Jadi kata ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru mempunyai arti :  

(1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar
darikuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi
perubahanstatus dan pola hidup.

(2) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi dirisendiri dan
dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan- perubahan
tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).

Menurut Henry C. Thiessen, ayat- ayat dalam PB yang memakai kata ‘ekklesia’ : 1
Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef.
1:22,5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang
yangterpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun
PBmemberi arti rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar
daridunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).

2.2 Perbedaan Gereja Dalam Yohanes dan Wahyu

Yohanes

Yohanes lebih condong menggunakan bahasa alegoris untuk menjelaskan siapa Yesus
dan karya-karyaNya. Yohanes menggambarkan Yesus dengan istilah “mempelai laki-
laki”(Yoh. 3:29), “Akulah pokok anggur (Yoh. 15:1, 5), “Akulah pintu” (Yoh. 10:7,
9),“Akulah gembala yang baik” (Yoh. 10: 11, 14), “Akulah roti” (Yoh. 6:35, 41, 51),
dan“Akulah terang dunia (Yoh. 8:12, 9:5).

Pertama, pandangan ultra eklesiologi. Pandangan ini menekankan pentingnya paham


Gereja untuk memahami teologi Yohanes. Kristus memang menempati kedudukan yang
penting dalam teologi Yohanes, tapi kedudukan gereja sangat menentukan dalam rangka
keselamatan, karena kematian Yesus menjadi efektif bagi keselamatan seseorang dalam
sakramen 54 gereja. Padanganini menekankan pada Gereja sebagai sebuah organisasi, ritus,
sakramen ekaristi dan baptisan.
Kedua, pandangan anti eklesiologi. Pandangan ini bertolak belakang dengan paham
ultraeklesiologi. Pandangan anti-eklesiologi dalam memahami Yohanes tidak mengutamakan
organisasi ataupun ritus, melainkan unsur transenden dari sakramen dan jabatan gerejawi.

Ketiga, pandangan moderat. Pandangan ini mengakui adanya bagian Injil Yohanes
yang memberikan petunjuk mengenai sakramen baptisan dan ekaristi, namun tidak ada
eklesiologi yang eksplisit.

Wahyu

a. Masing-masing jemaat mendapat pesan khusus dari Kristus

Pesan khusus yang Kristus sampaikan kepada jemaat-jemaat di Asia Kecil ternyata
tidak ditujukan kepada seorang pemimpin saja dan kemudian akan diterus-kan kepada
jemaat-jemaat lainnya. Pesan tersebut diberikan kepada gereja dengan kekhususannya
masingmasing. Ada gereja yang mendapat teguran dan adapula gereja yang tidak mendapat
teguran sama sekali. Hal ini cukup jelas menunjukkan bahwa sifat gereja yang diajarkan di
kitab Wahyu ini adalah bersifat lokal. Setiap jemaat sama posisinya di hadapan Allah, dalam
arti jemaat yang satu tidak mem-bawahi jemaat yang lainnya. Oleh karena itu, maka setiap
jemaat di setiap zaman harus menerapkan sistim yang sama, yaitu jemaat harus bersifat lokal
dan independen.

b. Perbedaan isi tiap pesan yang disampaikan oleh Allah

Pesan yang disampaikan oleh Kristus kepada jemaat-jemaat ternyata bervariasi satu
dengan yang lainnya. Jika ditinjau dari segi isi pesannya, maka pesan tersebut berpola:
pujian, teguran, nasihat, dan tantangan; kecuali jemaat Smirna dan Filadelfia, mereka tidak
mendapat teguran dari Kristus. Hal yang menarik dari pengama-tan tersebut berarti satu
jemaat tidak dipengaruhi jemaat lain sehingga mereka sama-sama mengarah kepada
kesesatan yang sama.

c. Pertanggung jawaban yang langsung kepada Kristus

Jika diperhatikan setiap jemaat yang dikirimi pesan oleh Kristus, maka jelas terlihat
bahwa setiap jemaat langsung bertanggung jawab kepada Kristus. Gereja yang satu tidak
disuruh untuk melapor kepada suatu perkumpulan tertentu, apakah kepausan atau sinode atau
badan organisasi lainnya.
Poin yang sangat penting lainnya yang perlu diperhatikan tentang doktin gereja di
dalam kitab Wahyu adalah sikap gereja terhadap pengajar sesat. Di dalam kitab Wahyu ini
setidaknya ada tiga sikap yang harus dilakukan setiap jemaat yang benar, terhadap para
pengajar sesat dan doktrin-doktrin yang menyimpang di sekitar mereka, yaitu: Menghakimi
para pengajar sesat, Melakukan separasi terhadap para pengajar sesat, Berpihak kepada yang
benar (tidak suam-suam kuku).

2.3 Konsep yang dipakai gereja saat ini

Konsep gereja yang dipakai saat ini beragam sebagaimana adanya, dari berbagai
denominasi gereja berbeda dengan cara pandang yang diteliti dan ditentukan oleh pihak
gereja, pada intinya gereja sekarang gereja mempunyai konsep yang sama dengan tujuan
gereja yang tujuan dengan sama dengan setiap berbagai denominasi berbagai gereja yang
sama dengan adanya Tritugas gereja menjadi bukti bahwa tujuan dan konsep gereja yang
dilakukan sekarang sama dengan kehidupan untuk kemuliaan nama Kristus di tengah –
tengah jemaat.

Menjadi visi gereja pun harus nampak dalam panggilannya. Panggilan gereja tersebut
disebut dengan tri tugas gereja, yaitu: bersekutu (koinonia), bersaksi (marturia), dan melayani
(diakonia). Pertama, Koinonia. Koinonia berasal dari bahasa Yunani “koinon” yang terdiri
atas kata “koinonein” artinya bersekutu, “koinonos” artinya teman, sekutu, serta “koinonia”
artinya persekutuan.4 Dalam Ensiklopedia Perjanjian Baru, koinonia berasal dari kata ”koino”
yang artinya menjadi bersama, memiliki sesuatu bersama, berbagi suatu dengan orang lain,
ikut serta dalam sesuatu. Dalam Perjanjian Baru kata “koinonia” mempunyai beberapa
pengertian, di antaranya: mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain dalam sesuatu.

Kedua, marturia. Marturia berasal dari bahasa Yunani, kata marturia artinya
kesaksian, marturein artinya bersaksi. Kata marturia dipakai bagi tugas gereja dan orang
percaya untuk bersaksi atas kasih Kristus Ketiga, diakonia. Kata diakonia berasal dari bahasa
Yunani, dengan kata kerja diakonein yang artinya melayani, kata benda diakonia yang artinya
pelayanan, dan kata diakonos yang artinya pelayan. Diakonia diartikan sebagai pelayan
Kristus atas pelayanan jemaat (Kol. 10:45) dengan memberikan nyawa-Nya karena itu semua
jemaat pada umumnya disebut diakonos.

2.4 Penerapan gereja pada masa Yohanes dan Wahyu


4
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia Dan Konkordansi (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia (LAI), 2006).
Dalam injil Yohanes sendiri, mempunyai yang perlu penerapanya kita simak, yaitu
dengan Ibadat, sakramen dan jabatan memang bukan peran utama dalam Injil Yohanes.
Jemaat Yohanes pada waktu itu akhir abad pertama belum membangun Gereja di atas dasar
organisasi, tetapi berdasarkan persekutuan umat yang mendengarkan firman. Perkataan
Yesuslah yang menyatukan jemaat Yohanes. Realitas gereja yang bertumpu pada realitas
Kristus membuat kristologi menjadi poros Injil Yohanes dan membuat hubungan dengan
Kristus menjadi yang utama, dan kemudian dikembangkan hubungan kasih dengan sesama
saudara. Melalui paham moderat ini, kita akan melihat tiga hal penting dalam pembahasan
eklesiologi Yohanes yaitu Sakramen, Jabatan Gerejawi dan peran individu dalam eklesiologi.

Sebagai tambahan, injil Yohanes yang berlatar belakang yahudi dan ada berlatar
belakang helenis yang diaspora di Efesus. Gereja dalam Injil Yohanes sendiri secara alegoris
mempunyai 2 ciri, yaitu sebagai “Akulah gembala yang baik & Akulah pokok anggur” dalam
3 pandangan gereja menurut injil Yohanes yaitu :

1. Ultra Ekklesiologi yaitu Yesus sangat penting tetapi kedudukan gereja


sangat penting dan sebagai organisasi

2. Anti ekklesiologi yaitu Tidak mengutamakan organisasi (jabatan), sakramen

3. Moderat yaitu Petunjuk mengenai sakramen baptisan dan ekaristi.

Sedangkan dalam kitab Wahyu, perlu diketahui juga dengan latar belakang isi dari
kitab wahyu menujukan kepada 7 jemaat di berbagai kota dengan surat itu kepada para
pemimpin jemaat dan gerejanya bersifat lokal atau universal dari pasal 2 & 3, yaitu dengan
lokal yang sudah ada tertera dalam kitab tersebut, sedangkan dalam universal sendiri
melihat gereja secara keseluruhan atau tubuh kristus yang tidak adanya denominasi atau
tembok gereja yang mensekatkan. Dalam kepemimpinan dan kepemilikan gereja dalam kitab
Wahyu ini untuk mendukung ayatnya kepala gereja “Yesus Kristus” Why 1:1.

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Gereja saat ini perlu adanya giat dan semangat dalam pelayanan masa kini
seperti yang diterapkan oleh penulis kedua kitab ini dengan semangat yang berkobar demi
Kristus yang utama dalam kehidupan setiap umat jemaat yang dirasakannya, dalam Injil
Yohanes pusat sang kehidupan selanjutnya Yesus sebagai gembala yang baik dan pokok
anggur yaitu Yesus sebagai pendiri dan dasar kehidupan setiap umat beriman yang masih
hidup diantaranya, dalam gembala yang baik, Domba adalah Gereja dan Gereja yang
dipimpin yang dituntun oleh Tuannya ke jalan yang benar, dalam Kitab wahyu bahwa kepala
Gereja adalah Yesus kristus dan kitab ini mencatat untuk kesadaran kepada setiap pemimpin
gereja harus memperhatikan jemaatnya agar ke arah yang lebih baik dengan menuntun
mereka dalam 7 jemaat di kitab wahyu.

Oleh karena itu, kedua kitab ini dengan penulisan orang yang sama yaitu Rasul
Yohanes memberikan kepada setiap gereja yang ada di Indonesia ini kepada seorang hamba
Tuhan dan seorang pemimpin jemaat teruslah giat dan memberitakan kabar sukacita Kristus
dengan tidak memandang bulu dalam pelayanan yang boleh dilayani, Kristus yang sudah
mati dan bangkit bagi kita membuktikan bahwa ialah benar sang Mesias yang hidup menjadi
keselamatan umat manusia.

3.2 Saran

Kepada para pembaca dengan gereja saat ini, dengan berbagai kejadian yang ada
seperti covid yang tidak usai dan bencana alam yang terus ada atau permasalahan setiap
jemaat dan gereja ada, sebagai hamba Tuhan diperlukan adanya semangat yang berkobar
dalam pelayanan Injil Tuhan. Gereja saat ini yang kita angungkan bukan hanya sebatas
bangunan yang megah, tetapi orang di dalamnya harus kita perhatikan, sebagai gembala yang
baik perlu mempunyai dorongan kepada dombanya untuk menggiring ke arah dan jalan yang
benar di tengah berbagai duniawi terjadi, dengan adanya konseling, penggembalaan dan
komsel membuktikan adanya kehadiran kita menuntun mereka kepada satu arah yaitu Yesus
Kristus dimuliakan.

Kepustakaan
Eunike molebila, Ekklesiologi, 2015. 1

Jan Aritonang & Chr. De Jonge, Apa dan Bagaimana Gereja. Pengantar Sejarah

Eklesiologi (Jakarta: BPK, 2011), v.

Elisabeth Schuessler Fiorenza, Untuk Mengenang Itu. Rekonstruksi Teologis Feminis

Tentang Asal-Usul Kekristenan (Jakarta: BPK, 1997), 439.

Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear, Yunani-Indonesia Dan Konkordansi

(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), 2006).

Anda mungkin juga menyukai