Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEOLOGI PRAKTIKA

“TEOLOGI PRAKTIKA DALAM PELAYANAN GEREJA”

DOSEN PENGAJAR

PDT. MICHAEL C. A. MANUMPIL, M.TH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

KASIH G WAWORUNTU (202241522)

GRACIA K. L. SALMON (202241202)

ASTI MANGAMIS (202241124)

WEHELMINA KARUNDENG (202241470)

CHRISTOBLLESS E SAWOTONG (2022412001)

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

YAYASAN GMIM DOMINEE ALBERTUS ZAKARIAS RUNTURAMBI WENAS

FAKULTAS TEOLOGI

2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teologi Praktika adalah cabang ilmu teologi yang mempelajari bagaimana teologi terkait
dengan praktik konkret di dunia. Pengetahuan tentang Allah yang membicarakan penerapan,
pengudusan, pembinaan, pendidikan dan pelayanan umat Tuhan. Salah seorang ahli yang
mengemukakan Teologi Praktika yaitu Friedrich Schleiermacher.

Schleiermacher mengemukakan bahwa teologi praktika “teknik pemeliharaan dan


penyempurnaan gereja”. Menurut Schleiemacher teologi praktika adalah ilmu positif dalam
pendirian (prinsip) di bawah ketentuan kepempinan gereja sebagai perwujudan pemerintahan
Allah di dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Gereja
2. Posisi Teologi Praktika dalam Gereja
3. Prinsip dan Tugas Teologi Praktika dalam Gereja
C. Tujuan
1. Untuk mencari tahu tentang Pengertian Gereja
2. Untuk mencari tahu tentang Posisi Teologi Praktik dalam Gereja
3. Untuk mencari tahu tentang Prinsip dan Tugas Teologi Praktika dalam Gereja
D. Manfaat

untuk memberikan pemahaman yang nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran
Teologi Praktika dalam Pelayanan Gereja.

BAB II

ISI

1. Pengertian Gereja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gereja berarti:


 Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.
 Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran, dan tata caranya
(Protestan, Katolik, dan lain-lain).1

Gereja berasal dari bahasa Portugis igreja dan bahasa Yunani ekklesia yang berarti
dipanggil keluar (ek = keluar; klesia dari kata kaleo = memanggil). Jadi, ekklesia berarti
persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan datang kepada terang Allah yang
ajaib.2

Gereja secara internal, merupakan sebuah komunitas spiritual yang menawarkan sebuah
proses perubahan kehidupan yang terus-menerus menuju kepada kesempurnaan. Ada banyak
gesekan yang terjadi di dalamnya, mereka yang bertahan akan semakin disempurnakan menuju
kedewasaan rohani. Secara eksternal, Gereja memiliki misi untuk membawa nilai-nilai Kerajaan
Allah ke dalam dunia ini. Sehingga karena penyelamatan Yesus Kristus dapat diberitakan
melalui kehidupan gereja itu sendiri. Hakekat Gereja didasari oleh Kisah Para Rasul 2 ayat 1
“turunnya Roh Kudus”. Roh Kudus, ingin sekali menerangi semua orang dengan cahaya Kristus,
yang bersinar dalam wajah gereja, dengan mewartakan Injil kepada semua makhluk. Dengan
pernyataan ini mau dikatakan kepada kita bahwa Gereja dalam Kristus adalah tanda dan sarana,
saluran rahmat persatuan mesra manusia dengan Allah yang menyelamatkan. Pada saat sekarang
ini, gereja harus menunaikan tugas perutusan itu yakni supaya semua orang tergabung secara
lebih erat melalui berbagai cara, hubungan sosial dan budaya memperoleh kesatuan sepenuhnya
dalam Kristus.3

2. Posisi Teologi Praktika dalam Gereja

Menurut Schleiermacher, Teologi Praktika adalah panduan dalam melakukan pekerjaan


gerejawi. Pekerjaan gereja itu mencakup:

 Pendidikan Kristiani (pedagogik atau pengajaran)

1
J. S Badudu, Sutan Mohammad Zain. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Op Cit. hlm 272
2
http://id.wikipedia.org/wiki/gereja (diakses Senin, 17 April 2023. 15.25)
3
Pdt. Arif Multi, Mdiv. Allah Sang Arsitek Gereja, Majalah Salvaton. (Mei-Agustus 2005 [diakses 17-
04-2023. 14.51]. hlm 08
Pendidikan Kristen adalah tanggung jawab kita sebagai hamba Tuhan dan orang Kristen
untuk memikirkan dengan serius, bagaimana dengan menyelenggarakan pendidikan Kristen
yang menolong membangun kehidupan setiap generasi di atas batu karang yang teguh. Sehingga
ketika datangnya berbagai macam ideologi serta gaya hidup bebas manusia yang melawan
kebenaran firman Allah, generasi kita tetap mampu berdiri teguh dalam iman, pengharapan dan
kasih kepada Tuhan.

Bila kita mengacu pada definisi pendidikan kristen, menurut pendapat Robert W.
Pazmino,4 dia merumuskan sebagai berikut:

“Pendidikan Kristen merupakan upaya ilahi dan manusiawi yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap
dan keterampilan-keterampilan, dan tingkah laku yang konsisten dengan iman kristen.
Pendidikan mengupayakan perubahan, pembaruan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok dan
struktur, oleh kuasa Roh Kudus, sehingga anak didik hidup sesuai dengan kehendak Allah,
sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab dan oleh Tuhan Yesus sendiri.

 Pewartaan Firman

Istilah perwartaan adalah asal kata dasar “warta” yang artinya berita, kabar. Jadi
pewartaan adalah mewartakan, pemberitaan tentang sesuatu. Pewartaan adalah cara, proses,
pemberitaan. Dengan pemahaman ini maka pewartaan firman adalah pemberitaan firman Tuhan.
Pewartaan firman adalah menyampaikan kata, khotbah. Lirya Tjahaya dan kawan-kawan juga
mengatakan bahwa pewartaan firman adalah pengajaran iman/pengajaran firman, komunikasi
iman untuk saling meneguhkan. Pewartaan firman Tuhan adalah cara penyampaian firman
Tuhan kepada banyak orang guna akan menumbuhkan iman yang berkualitas, berbagi
pengalaman sehingga mampu terbuka dan memberi manfaat kepada sesama.

Pemimpin ibadah atau sebagai pewarta firman Tuhan hendaknya membuat seluruh dunia
ini menjadi rumah hunian keluarga yang hidup dan harmonis. Untuk membuat hunian yang
indah dan rapi tertata serta harmonis bukanlah pekerjaan yang gampang. Untuk itu, perlu
4
Robert W Pazmino. Foundational Issues In Christian Education, Grand Rapids, Michigan, Baker Book
House, 1988, p.81. Sebagaimana dikutip Samuel Sidjabat dalam bukunya Strategi Pendidikan Kristen.
(Yogyakarta: ANDI, 1994). Hlm 106
pengorbanan para pewarta firman baik secara moral maupun moril sehingga misi pelayanan
dapat terlaksana dengan baik dan membuahkan hasil yang layak berkenan untuk kemuliaan
nama Tuhan.5

 Misi gereja.

Istilah misi (mission) berasal dari bahasa Latin mission yang diangkat dari kata dasar
mittere yang artinya to send yaitu mengirim, mengutus. Padanan dari kata Yunani ialah
appostelo. Kata mission adalah bentuk substantif dari kata kerja mittere (mitto, misi, missum)
yang mempunyai beberapa pengertian dasar:

- Membuang, menembak
- Mengirim, mengutus
- Membiarkan, melepaskan pergi
- Mengambil, menyadap.

Mission juga dapat berarti pengutusan Tuhan, dimana misi beranjak dari hati Allah ke
dalam dunia ciptaan-Nya. Misi adalah rencana pengutusan Allah (misio Dei) yang kekal untuk
membawa syalom kepada manusia dan segenap ciptaan-Nya demi kejayaan kerajaan Allah.
Definisi ini mengemukakan bahwa misi adalah rencana Allah yang Esa, yang merupakan isi
hatinya sejak kekal yang bertujuan untuk membawa syalom bagi manusia dan segenap ciptaan-
Nya.

Teologi Praktika selalu mendasarkan pada aspek filosofis dan sejarah gereja. Hal ini
dituangkan dalam disiplin-disiplin yang teologis. Teologi Praktika sebenarnya adalah jembatan
antara yang ideal dan aktual Isinya sendiri adalah "cara", "aturan", "peraturan-peraturan" yang
dipakai oleh gereja sebagai persekutuan orang beriman. Bersarkan tugas dan sifatnya maka:

 Dasar-dasar prinsip yang mendasari prinsip pelayanan gereja dan penyelenggaraan gereja
adalah doktrin atau dogma yang berlaku di gereja itu.

5
Maslan Lumbanraja, Auo Nainggolan. Kepemimpinan, Pewartaan Firman dan Jemaat yang bertumbuh
di Era Milenial. (Yayasan Kita Menulis, 2019). Hlm 68-70
 Aktivitas teologi praktika itu nyata di gereja dalam bentuk: penggembalaan,
ibadah, liturgi, kotbah dan pengajaran-pengajaran lain (katekisasi), pelayanan sosial, struktur
atau hierarki jabatan gereja dsb.

a) Penggembalaan. Penggembalaan adalah proses pelaksanaan fungsi gembala oleh seorang


gembala kepada domba-domba (umat). Abineno, memberi pernyataan, “penggembalaan
adalah tugas menjaga, memelihara, melindugi, merawat, dan memberi makan domba-domba
gembalaannya.” Pernyataan Abineno mengandung unsur tanggung jawab yang komprehensif
seorang gembala terhadap semua umat Tuhan yang digembalakannya dalam berbagai strata
kehidupan. Kata Yunani yang dekat pengertiannya dengan gembala, penggembalaan yaitu
poimen yang berarti gembala, pemelihara jemaat. Istilah lain yaitu kata poimano yang berarti
menggembalakan, memerintah, mementingkan. Penggembalaan adalah tugas memimpin
umat Tuhan, termasuk menilik anggota-anggotanya untuk menjadi dewasa di dalam
tanggung jawabnya.
Menurut Thurneysen, seperti dikutip oleh M. Bons-Storm, dalam bukunya Apakah
Penggembalaan itu, mengatakan bahwa penggembalaan merupakan penerapan Injil seacara
khusus kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang dalam khotbah gereja
disampaikan kepada semua orang.
H. Faber mengatakan, “Penggembalaan yaitu tiap-tiap pekerjaan yang di dalamnya si
pelayan sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapan atau khotbahnya, atas
kepribadian orang, yang pada saat itu dihubunginya.
Tugas penggembalaan (sebagai bagian dari tugas-tugas pelayanan) dapat dijabarkan menjadi
beberapa bagian, seperti disampaikan Martin Bucer yang dikutip oleh Derek J. Tiddal,
sebagai berikut:
- Membawa orang-orang yang terasing kepada Kristus dan membawa mereka yang belum
mengenal Yesus serta membawa mereka yang mau bertobat dan mengakui bahwa hanya
Yesus Tuhan Sang Juruselamat.
- Mengembalikan mereka yang telah tersesat, yaitu mengembalikan mereka ke jalan yang
benar
- Memperoleh perbaikan kehidupan bagi mereka yang jatuh ke dalam dosa
- Menguatkan orang Kristen yang lama, yaitu agar mereka dikuatkan dalam pemberitaan
tentang kuasa Yesus yang sangat baik dalam kehidupan manusia.

Memelihara orang Kristen yang sehat dan kuat serta mendorong mereka maju ke arah
kebaikan. Seorang pelayan harus saling mengingatkan apabila diantara pelayan ada yang berbuat
tidak sesuai kehendak Tuhan.”6

b) Ibadah. Dalam Perjanjian Lama, kata Ibadah menggunakan kata “sher’et” dan Abh’ad.
Secara umum keduanya berarti kegiatan peribadatan, tetapi masing-masing memilki arti
khusus. Sher’et bermakna ungkapan perasaan hormat dan kesetiaan dalam pengabdian
kepada majikan, sedankan Abh’ad bermakna ketaatan kerja seorang hamba (ebhed: budak,
hamba, abdi). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kata ibadah mengggunakan kata Latreia
yang berarti pelayanan. Berdasarkan ketiga istilah di atas, maka arti kata ibadah dalam
Alkitab dapat diartikan sebagai setiap pelayanan yang dilakukan oleh seorang abdi untuk
tuannya yang dilakukan dalam ketaatan, kesetian dan dengan perasaan hormat. Seluruh
kehidupan seorang abdi adalah milik sang tuan, sehingga seluruh hidupnya merupakan
pelayanan kepada tuannya.
Pelayanan (ibadah) merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk
memuliakan, sebagai respons terhadap keselamatan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Profesor Hoon dalam bukunya The Integrity of Worship (1971), mendefinisikan ibadah
Kristen sebagai penyataan diri Allah dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia
terhadapnya. Jadi, ada dua hal utama yang terjadi dalam ibadah, yaitu penyataan Allah dan
tanggapan manusia. Penyataan Allah merupakan setiap hal yang dilakukan Allah dalam
hidup manusia yang mencapai puncaknya dalam karya penyelamatan Tuhan Yesus di kayu
salib.7
c) Liturgi. Kata “Liturgi” berasal dari bahasa Yunani “Leitourgia”. Kata Leitourgia terbentuk
dari akar kata ergon, yang berarti “karya”, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata
benda laos (bangsa). Secara harafiah, Leitourgia berarti kerja atau pelayanan yang dibaktikan

6
Royke Lepa, Tri Hartono, Hery Adijanto, Amirudin Wasugai, Retnalisa Sinauru, Henny Mamahit,
Freliyanti, Eka Lago, Dekrius Kuntaua, Jefrie Walean. PARADIGMA SPIRITUALITAS KRISTEN DI ERA
5.0. (Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI, 2022). Hlm 31, 32
7
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4027/3/T1_852008602_BAB%20II.pdf (diakses
Selasa, 18 April 2023. 17.53)
bagi kepentingan bangsa. Dalam masyarakat Yunani Kuno, kata Leitourgia dimaksudkan
untuk kerja bakti atau kerja pelayanan yang tidak dibayar, iuran atau sumbangan dari warga
masyarakat yang kaya dan pajak untuk masyarakat atau negara. Sejak abad ke empat
sebelum Masehi, pemakaian kata Leitourgia diperluas, yakni untuk menyebut berbagai
macam karya pelayanan.8
d) Khotbah. Khotbah dalam kekristenan pertama kali muncul dari praktik Yahudi. Kemudian,
praktik tersebut berkembang di dalam liturgi Kristen. Khotbah di dalam gereja zaman
Perjanjian Baru bersifat Injili, yaitu pidato dari perkembangan komunitas dan sebuah
perluasan perkembangan misionaris. Khotbah bertujuan untuk menyampaikan pesan dalam
Alkitab, seperti inti di dalam kehidupan, kematian, kebangkitan, dan pengharapan akan
kedatangan Yesus Kristus. Pada masa kehidupan gereja awal, pengkhotbah itu adalah guru,
pemimpin spiritual, dan apologetis. Gereja-gereja awal juga tidak membedakan khotbah
dengan pengajaran. Dengan kata lain pengajaran adalah khotbah.9
e) Katekisasi. Katekisasi atau Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν
(katekhein), yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi
pengajaran. Dalam perjanjian baru misalnya, Lukas 1:4, Kisah Para Rasul 18:25, 21:21,
24, Roma 2:17–18,1 Korintus 14–19,dan Galatia 6:6. Disimpulkan bahwa arti kata
Katekhein lebih ditekankan pada mengajar bukan dalam arti intelektualistis tetapi lebih
kepada arti praktis, yaitu mengajar atau membimbing seseorang, supaya ia melakukan apa
yang diajarkan kepadanya. Katekisasi yang berlangsung dalam gereja berarti, kegiatan
pengajaran iman yang membimbing seseorang (atau beberapa) agar ia melakukan apa yang
diajarkan kepadanya. Katekisasi tidak semata-mata melakukan transfer pengetahuan Alkitab,
melainkan lebih menekankan pada upaya menyampaikan pemahaman isi Alkitab. Oleh
karena itu, katekisasi yang dilakukan gereja adalah kegiatan pengajaran yang penting tentang
iman juga merupakan pembentukan iman dari peserta katekisasi (katekumen/katekisan atau
calon warga sidi jemaat), sehingga melalui katekisasi warga gereja dilengkapi untuk
mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus sehingga sanggup menghayati,
mentaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, gereja dan masyarakat (Efesus 4: 12–

8
E. Martasudjita, Pr. Pengantar Liturgi-Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi. (Yogyakarta: Kanisius,
1999). Hlm 18.
9
ed. Mircea Eliade. The Encyclopedia of Religion.New York.Macmillan Publhising Company. 1987. Hlm
494-496.
13).10 Katekisasi merupakan suatu tugas yang penting sekali bagi majelis jemaat. Katekisasi
sama dengan memelihara bibit padi yang nanti dapat bertumbuh menjadi padi yang baik.
Jikalau bibit padi itu diabaikan, tentulah hasil panen akan mengecewakan. Oleh karena itu,
katekisasi adalah pendidikan bagi calon-calon sidi, dengan maksud agar mereka mengerti arti
dan fungsi iman, jemaat dan gereja, maka tidak mungkin katekisasi dapat diselesaikan dalam
waktu yang singkat.11
f) Pelayanan sosial. Dalam kehidupan bergereja pelayanan sosial sangatlah penting karena
gereja terpanggil untuk mengajarkan kasih terhadap sesama dan terlebih terhadap Tuhan.
3. Prinsip dan Tugas Teologi Praktika dalam Gereja

Tugas Teologi praktika adalah memberikan tatanan gerejawi yang bersifat panduan
(terpadu). Hal ini didasarkan pada sifat dari teologi yang membawa kejelasan pada kesadaran
perasaan dari aspek-aspek (kesenangan maupun ketidaksenangan) kondisi gereja pada waktu
tertentu. Beberapa hal yang menjadi tugas dari teologi praktika adalah menyangkut:

 Prinsip-Prinsip Pelayanan gerejawi

Prinsip pelayanan gerejawi diatur dalam organisasi dan aktivitas kepemimpinan gereja.
Jika terjadi ketidakcocokan antara yang melayani dan yang dilayani, maka perlu dilakukan
bentuk yang lebih tepat sehingga pelayanan yang dilakukan gereja dapat dirasakan manfaatnya
oleh gereja kepada jemaat dan kehidupan di sekitarnya. Aspek lain yang penting juga adalah
menyangkut tatacara ibadah dalam kesadaran religius dan penyelenggaraan gereja yang
melaknakan tugasnya bukan hanya pada panduan-panduannya saja, melainkan juga pada
kehidupan individu dalam persekutuan jemaat.

 Prinsip-prinsip penyelenggaraan gereja

Tujuan dari penyelenggaraan gerejawi didasarkan pada kepemimpinan gereja yang


efektif dalam setiap fungsinya dalam pelayanan. Hal ini juga sangat berfariasi ukurannya, yaitu
tergantung pencapaian yang ditetapkan gereja itu sendiri. Di sini tugas teologi praktika dikaitkan
dengan nilai-nilai teologi yang mendasarinya. Semua itu dilihat dari setiap potensi dan budaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Katekisasi (diakses Selasa, 18 April 2023. 18.30)


10

Prof. Dr. M. Bons-Storm. Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral. (Jakarta:
11

BPK Gunung Mulia) hlm. 111-112


yang dimiliki warganya. Biasanya prinsip-prinsip setiap gereja berdasar pada sejarah gereja
setempat. Tugas ini salah satunya ditentukan oleh pemimpin gereja itu (pendeta, pastor).12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teologi praktika adalah teologi yang memelajari tentang bagaimana teologi yang terkait
dengan kehidupan di dunia. Gereja berada di dunia bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk
kerajaan Allah pelayanan yang nyata di dunia. Jadi, Teologi Praktika adalah ajaran tentang
pengrealisasian yang benar dari kerajaan Allah di dalam Gereja dan oleh gereja di dalam dunia.
Pengrealisasian artinya penyesuaian diri. Gereja harus menyesuaikan diri dengan keadaan dunia.
Karena Gereja dan dunia memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan, karena Gereja sebagai
tubuh Kristus bertugas memberitakan firman Allah kepada dunia. Gereja hadir karena ada misi
dan misi Allah dikerjakan melalui praktik yang ada sesuai dengan kebenaran yang sejati yaitu
dari Allah.

12
Friedrich Schleiermacher., Brief Outline on The Study of Theology, Berlin: M. E Bratcher 1966
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

ed. Mircea Eliade. The Encyclopedia of Religion.New York.Macmillan Publhising Company.


1987.

Friedrich Schleiermacher., Brief Outline on The Study of Theology, Berlin: M. E Bratcher 1966

J. S Badudu, Sutan Mohammad Zain. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Op Cit.


Pdt. Arif Multi, Mdiv. Allah Sang Arsitek Gereja, Majalah Salvaton. (Mei-Agustus 2005
[diakses 17-04-2023. 14.51].

Robert W Pazmino. Foundational Issues In Christian Education, Grand Rapids, Michigan,


Baker Book House, 1988, p.81. Sebagaimana dikutip Samuel Sidjabat dalam bukunya Strategi
Pendidikan Kristen. (Yogyakarta: ANDI, 1994).

Martasudjita E. Pr. Pengantar Liturgi-Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi. (Yogyakarta:


Kanisius, 1999).

Maslan Lumbanraja, Auo Nainggolan. Kepemimpinan, Pewartaan Firman dan Jemaat yang
bertumbuh di Era Milenial. (Yayasan Kita Menulis, 2019).

Prof. Dr. M. Bons-Storm. Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia)

Robert W Pazmino. Foundational Issues In Christian Education, Grand Rapids, Michigan,


Baker Book House, 1988, p.81. Sebagaimana dikutip Samuel Sidjabat dalam bukunya Strategi
Pendidikan Kristen. (Yogyakarta: ANDI, 1994).

Royke Lepa, Tri Hartono, Hery Adijanto, Amirudin Wasugai, Retnalisa Sinauru, Henny
Mamahit, Freliyanti, Eka Lago, Dekrius Kuntaua, Jefrie Walean. PARADIGMA
SPIRITUALITAS KRISTEN DI ERA 5.0. (Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI, 2022).

Internet:
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4027/3/T1_852008602_BAB%20II.pdf
(diakses Selasa, 18 April 2023. 17.53)

https://id.wikipedia.org/wiki/Katekisasi (diakses Selasa, 18 April 2023. 18.30)

http://id.wikipedia.org/wiki/gereja (diakses Senin, 17 April 2023. 15.25)

Anda mungkin juga menyukai