NIM : P19020078
Kelas : F2.19
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) AMKOP MAKASSAR
FEBRUARI 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam meningkatkan Kinerja Pegawainya, Gaya kepemimpinan seorang
pemimpin pada suatu perusahaan atau organisasi sangatlah berpengaruh sebagai
proses-proses mengontrol dan pengambilan keputusan dan kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan itu diselesaikan sebagaimana telah direncanakan dan
proses mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Tanpa adanya gaya
kepemimpinan yang sesuai dilakukan, sebaik apapun pekerjaan yang
dilaksanakan tidak dapat dikatakan berhasil. Gaya kepemimpinan dilakukan untuk
membuat bawahan merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya. Menurut Rivai
(2015) menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka
mencapai sasaran organisasi.
Tidak hanya Gaya Kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang atasan atau
pimpinan yang berpengaruh pada Kinerja Pegawai, pengawasan sangat diperlukan
sebagai proses-proses memantau kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan itu diselesaikan sebagaimana telah direncanakan dan proses mengoreksi
setiap penyimpangan yang berarti pengawasan merupakan tindakan yang
dilakukan atasan dalam mengamati, menilai dan mengevaluasi pencapaian hasil
kerja yang dilakukan. Tanpa adanya pengawasan yang dilakukan sebaik apapun
pekerjaan yang dilaksanakan tidak dapat dikatakan berhasil. Pengawasan
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Siagian
dalam Ria Nurmalia (2012) menyatakan pengawasan adalah seluruh upaya
pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa sebagian
kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dinas Kesehatan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan Kab.Mamasa sebagai instansi teknis bidang
Kesehatan harus memiliki indikator pembangunan yang diperlukan selain untuk
perencanaan, pemantauan dan evaluasi sasaran pembangunan, juga untuk
kebutuhan pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050/2020/SJ yang menyebutkan
bahwa : “RPJM Daerah hanya disusun oleh Daerah-daerah yang telah memiliki
Kepala Daerah hasil pemilihan langsung”, dan perlu didukung dengan
penyediaan database pada level instansi teknis untuk keperluan pembangunan.
Oleh karena itu, indikator pembangunan yang diperlukan mulai dari tingkat
nasional sampai dengan tingkat administratif yang paling rendah. Aparatur Dinas
Kesehatan yang memiliki kapasitas intelektual, manajerial dan profesional akan
sangat membantu terwujudnya pelayanan prima. Aparatur yang ahli dan mampu
di bidangnya serta berwawasan ensiklopedis akan mempercepat perubahan ke
arah lebih baik yang kita inginkan. Ketepatan penempatan, pelatihan, mutasi dan
rotasi pegawai yang lebih mengarah kepada kompetensi, juga akan mendorong
akselerasi organisasi ke arah yang lebih maju. Tidak hanya itu, pegawai dalam
suatu instansi atau organisasi sangat berperan penting untuk instansi yang
dijalankan. Pada Dinas Kesehatan Kab,Mamasa memiliki 75 pegawai pada
masing-masing posisi.
Tabel 1.1
1 Ka. Dinas 1
2 Sekretaris 1
3 Subbag. Keuangan,Kepegawaian & Umum 9
4 Subbag. Program & Informasi 4
5 Seksi Pelayanan Kesehatan 3
6 Seksi Kesling,Kesker &Olahraga 5
9 Seksi P2P 3
10 Seksi Pengendalian PTM & Keswa 5
11 Seksi Kefarmasian 4
Dari table 1.1 kita dapat melihat jumlah pegawai pada Dinas Kesehatan
Kab.Mamasa pada tahun 2016 yang berjumlah 53 pegawai dengan posisinya
masing- masing.
Gaya Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam suatu organisasi. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kab.Mamasa untuk mengkoordinir bawahannya dengan
menggunakan tipe atau jenis gaya kepemimpinan otoriter pada pegawai-
pegawainya dengan cara melakukan tindakan penggeraknya sering menggunakan
approach dengan menggunakan unsur paksa untuk memimpin kerja bawahannya
secara langsung, terbukti dengan pimpinan pada Dinas Kesehatan yang tidak
pernah mau menerima saran dari pegawainya, memberikan SP secara tiba – tiba,
tidak adanya schedule yang tetap, serta tidak memberikan toleransi terhadap
apapun kesalahan yang dilakukan oleh pegawai Dinas Kesehatan Kab.Mamasa.
Gaya Kepemimpinan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kerja Pegawai pada
Dinas Kesehatan Kab.Mamasa. Dengan adanya tipe gaya kepemimpinan yang
diterapkan pada pemimpin organisasi tersebut akan membuat pegawai merasa
dituntut untuk lebih baik lagi akan tanggung jawab yang diberikan sesuai
bidangnya masing- masing.
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukan bahwa daftar kehadiran pegawai selama tahun
2016, mengindikasikan tingkat kehadiran pegawai pada Dinas Kesehatan
Kab.Mamasa dapat dikategorikan masih rendah. Tingkat presensi pegawai
yang rendah berdampak pada pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu.
Tingkat presensi yang rendah menunjukkan keadaan dimana semangat kerja
pegawai masih rendah sehingga dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
Tabel 1.3
Penilaian Kinerja Pegawai Dinas Pariwisata Bandar Lampung Tahun 2014 –
2016
A. Prilaku Kerja Bobot Tahun
2014 2015 2016
Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor
Capai (%) Capai (%) Capai (%)
Disiplin 10% 90 9 75 7,5 60 6
Tanggungjawab 10% 80 8 80 8 70 7
Kerjasama 5% 90 4,5 80 4 80 4
Kepemimpinan 5% 80 4 75 3,75 75 3,75
Prakarsa 5% 90 4,5 80 4 70 3,5
Kejujuran 5% 90 4,5 80 4 70 3,5
B. Hasil Kerja
Kualitas Kerja 20% 80 16 75 15 60 12
Kuantitas Kerja 20% 80 16 80 16 70 14
Ketrampilan Kerja 20% 80 16 75 15 70 14
Jumlah 100% 82,5 77,25 67,75
Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Mamasa 2017
Data Tabel 1.3 menunjukkan persentase absensi pegawai selama satu tahun
Keterangan :
Data Tabel 1.3 menunjukkan terjadinya penurunan kinerja pegawai pada Dinas
Kesehatan, dimana hasil kinerja pada tahun 2014 masuk pada katagori baik,
kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan masuk dalam katagori cukup
baik dan untuk tahun 2016 kembali mengalami penurunan menjadi katagori
kurang baik. Tentunya hal ini jauh dari harapan instansi yang menginginkan
kinerja pegawai yang baik. Masih ada aspek kinerja pegawai yang masih rendah
tentunya menjadi bahan untuk melakukan evaluasi.
Dalam bab ini berisikan simpulan dan saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan dan bagi pembaca pada
umumnya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kemampuan Memotivasi
Kemampuan memotivasi adalah daya pendorong yang
mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
menggerakkan kemampuannya (dalam bentuk keahlian atau
keterampilan) tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan
kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi adalah kecakapan atau kesanggupan
penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain dengan
tujuan orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan
baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.
5. Tanggung Jawab
Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab kepada
bawahannya. Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kewajiban
yang wajib menanggung, memikul jawab, menanggung segala
sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
2.2 Pengawasan
2.2.1 Pengertian pengawasan
Menurut Siagian dalam Ria Nurmalia (2012) menyatakan Pengawasan
adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional
guna menjamin bahwa sebagaian kegiatan tersebut sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Handoko dalam Widi Yuliani (2015,p.3) Pengawasan adalah
kegiatan yangb membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau
sudah dilaksanakan dengan kriteria norma standar atau rencana-rencana
yang ditetapkan.
3. Pengawasan umpan balik (feed back control) atau past action control
yaitu pengawasan yang dilakukan mengukur hasil dari suatu kegiatan
yang telah selesai.
4. Membandingkan
Proses membandingkan hasil dalam pekerjaan karyawan satu dengan
karyawan yang lain dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
karyawan dalam daya saing karyawan.
2. Membangun kepribadian
Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai, lingkungan
yang memiliki disiplin yang tinggi sangat berpengaruh terhadap
kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan
yang tenang, tertib dan tentram sangat berperan dalam membangun
kepribadian yang baik.
3. Melatih kepribadian
Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar
senantiasa menunjukan kinerja yang baik. Sikap perilaku dan pola
kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui satu proses yang
panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melalui latihan, latihan dilaksanakan bersama antar pegawai,
pimpinan dan seluruh personel yang ada dalam organisasi tersebut.
4. Hukuman
Disiplin yang disertai sanksi atau hukuman sangat penting, karena data
memberikan dorongan kekuatan untuk mentaati dan mematuhinya, tanpa
ancaman hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat menjadi
lemah serta motivasi untuk mengikuti aturan yang berlaku menjadi
berkurang .
2.4 Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara dalam Widodo, Suparo Eko (2015,p.131) kinerja
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
sesorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Nawawi (2004) dikutip dari Widodo, Suparno Eko (2015,p.130)
menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil pelaksaan suatu pekerjaan baik
bersifat fisik maupun non fisik. Sedangkan menurut Dharma dalam Novita,
dkk (2016,p,40) kinerja adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan
tugas tertentu.
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Simanjuntak (2005) yang dikutip dari Widodo, Suparno Eko
(2015,p.133) kinerja dipengaruhi oleh :
1. Kualitas dan kemampuan pegawai. Yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan pendidikan/pelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap mental
dan kondisi fisik pegawai.
2. Sarana pendukung yaitu hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja
dan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan pegawai.
3. Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan
pemerintah dan hubungan industrial manajemen.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiono (2010,p.38) Data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain bukan oleh periset sendiri untuk tujuan yang lain
artinya data yang diperoleh dari pihak kedua. Data sekunder umumnya disusun
dari suatu organisasi yang bersangkutan. Data sekunder antara lain dapat
berupa buku atau berbagai bentuk terbitan secara periodik yang diterbitkan
oleh organisasi atau instansi tertentu.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan
pendekatan kuantitatif :
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada pegawai Dinas Kesehatan Kab.Mamasa untuk
dijawabnya.
Tabel 3.1
Instrument Skala Likert
Penilaian Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2011,p.73). Dari populasi yang telah ditentukan
diatas, maka dalam rangka mempermudah melakukan penelitian diperlukan
suatu sampel penelitian yang berguna ketika populasi yang diteliti berjumlah
besar dalam artian sampel tersebut harus representative atau mewakili dari
populasi tersebut. Jadi sample merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sampling
jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Jumlah Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai pada Dinas Kesehatan Kab.Mamasa yang berjumlah
53 pegawai.
1. Variabel Independen
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel
dependen dan dalam penelitian ini adalah Gaya Kepemimpinan (X1),
Pengawasan (X2) dan disiplin kerja (X3).
2. Variabel terikat
Variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Yang menjadi
variabel terikat adalah kinerja (Y).
3.6 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Indikator Skala
Gaya Menurut Kemampuan 1.Kemampuan Interval
Kepemimpinan Kartono dalam pemimpin pada Dinas mengambil keputusan
(X1) Lisa Paramita Pariwisata Bandar
(2017), dalam Lampung dalam 2. Kemampuan
bukunya mengarahkan, memotivasi
“pemimpin dan memengaruhi, 3. Kemampuan
Kepemimpinan”, mendorong para komunikasi
menyatakan Pegawai Dinas
bahwa Kesehatan 4. Kemampuan
Kepemimpinan Kab.Mamasa untuk mengendalikan
adalah kegiatan bias melakukan suatu bawahan.
mempengaruhi pekerjaan atas
orang-orang agar kesadarannya dalam 5. Tanggung Jawab
mereka mau mancapai tujuan. 6. Kemampuan
bekerja sama mengendalikan emosi
untuk mencapai
tujuan yang
diinginkan
Pengawasan Menurut Siagain Pengawasan 1. Menetapkan standar Interval
(X2) dalam Ria merupakan tindakan 2. Memantau atau
Nurmalia (2012) yang dilakukan diawasi dan dinilai
menyatakan atasan dalam oleh atasan
Pengawasan mengamati, menlai
adalah dan mengevaluasi 3. Mengukur kinerja
keseluruhan pencapaian hasil 4. Membandingkan
upaya kerja yang dilakukan kinerja dengan
pengamatan bawahannya. standar
pelaksanaan 5. Menentukan
kegiatan kebutuhan akan
operasional tindakan koreksi
guna menjamin
bahwa
sebagaian
kegiatan
tersebut sesuai
dengan rencana
yang telah
ditetapkan
sebelumnya.
3.7.2 Uji F :
Uji F : Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1), Pengawasan (X2) dan
Disiplin Kerja (X3) Terhadap Kinerja Pegawai (Y)