Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yusuf Alfian Nugraha

Kelas : XII IPA 1

Tugas Sejarah

“Artikel Tentang PELITA I-VI”

Pemerintah Letjen Soeharto (Orde Baru) yang dijalankan sejak terbentuknya Kabinet
Ampera mempunyai tugas menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai prasyarat
pelaksanaan pembangunan nasional. Tugas Kabinet Ampera disebut Dwidarma Kabinet Ampera.
Program kerjanya disebut Caturkarya yang isinya adalah mencukupi kebutuhan sandang dan
pangan; melaksanakan pemilihan umum(pemilu); melaksanakan politik luar negeri bebas aktif;
dan melanjtkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme. Jenderal Soeharto melanjutkan
pembangunan yang telah dilakukan Kabinet Ampera dengan membentuk kabinet pembangunan
pada tanggal 6 juni 1968. Tugas pokok Kabinet Pembangunan disebut Pancakrida. Dalam upaya
melaksanakan pembangunan dibidang ekonomi, pemerintah Jenderal Soeharto yang dikenal juga
sebagai pemerintahan Orde Baru melaksanakannya melalui Repelita (rencana pembangunan lima
tahun). Repelita dilaksanakan mulai tanggal 1 April 1969. Pembangunan ekonomi pada masa
orde baru diarahkan pada sector pertanian. Hal itu dikerenakan kurang lebih 55% dari produksi
nasional berasal dari sector pertanian dan juga 75% pendudukan Indonesia memperoleh
penghidupan dari sector pertanian. Bidang sasaran pembangunan dalam Repelita, antara lain
bidang pangan, sandang, perbaikan prasarana, rumah rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Jangka waktu pembangunan orde baru dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka panjang.
Program pembangunan jangka pendek sering disebut pelita (pembangunan lima tahun), adapun
program pembangunan jangka panjang terdiri atas pembangunan jangka pendek yang saling
berkesinabungan. Masa pembangunan jangka oanjang direncanakan selama 25 tahun.
Modernitas memerlukan sarana, salah satunya dengan pengadaan sarana fisik. Pembangunan
yang dilaksanakan di realisasikan dalam system pembangunan nasional yang dilaksanakan
dengan bentuk Pembangunan Lima Tahun (PELITA).

1. Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Pada 1 April 1969 dimulailah pelaksanaan pelita 1 yaitu pada periode 1969-1974. Pada pelita
1 ini, orde baru menyelesaikan fase stabilitas dan rehabilitasi sehingga dapat menciptakan
keadaan yang stabil. Selama beberapa tahun, sebelum orde baru keadaan ekonomi mengalami
kemerosotan. Pada 1955-1960 laju inflasi rata-rata 25% per tahun, dalam periode 1960-1965
harga-harga meningkat dengan laju rata-rata 226% per tahun, dan pada 1966 laju inflasi
mencapai puncaknya, yaitu 650% setahun. Kemerosotan ekonomi tersebut terjadi di segala
bidang akibat kepentingan ekonomi dikorbankan demi kepentingan politik. Pada masa orde baru,
kemerosotan ekonomi dapat dikendalikan. Pada 1976, laju inflasi dapat ditekan menjadi 120%,
atau seperlima dari tahun sebelumnya. Pada 1968, inflasi dapat ditekan lagi menjadi 85%.
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai, kemudian dimulailah pelaksanaan pelita 1 pada tahun
1969. Adapun titik berat pelita 1 adalah pada sector pertanian dan industri yang mendukung
sector pertanian. Adapun inti-inti dari Pelita I adalah :
* Tujuan Pelita I :
Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan
dalam tahap berikutnya.
* Sasaran Pelita I :
Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani.
* Titik Berat Pelita I :
Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi
melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih
hidup dari hasil pertanian.
Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari
1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan
kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi
ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia.
Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

2. Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)


Pelita 1 berakhir pada 31 Maret 1974, yang telah meletakan dasar-dasar yang kuat bagi
pelaksanaan pelita I. MPR hasil pemilu 1971 secara aklamasi memilih dan mengangkat kembali
jendral soeharto sebagai presiden RI. Selain itu, MPR hasil pemilu 1971 berhasil pula menyusun
GBHN melalui Tap MPR RI No IV/MPRS/1973. Di dalam GBHN 1973 terdapat rumusan pelita
II, yaitu :
a) Tersedianya bahan pangan dan sandang yang cukup dan terjangkau oleh daya beli masyarakat;
b) Tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan terutama bagi kepentingan masyarakat;
c) Perbaikan dan peningkatan prasarana;
d) Peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata;
e) Memperluas kesempatan kerja.
Untuk melaksanakan pelita II, presiden soeharto kemudian membentuk kabinet
pembangunan II. Program kerja kabinet pembangunan II, disebut Sapta Krida Kabinet
Pembangunan II, yang meliputi:
a) Meningkatkan stabilitas politik;
b) Meningkatkan stabilitas keamanan;
c) Melanjutkan pelita 1 dan melaksanakan pelita II;
d) Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
e) Melaksanakan pemilihan umum.
3. Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pada 31 Maret 1979, Pelita III mulai dilaksanakan. Titik berat pembangunan pada pelita III
adalah pembangunan sector pertanian menuju swasembada pangan yang mengolah bahan baku
menjadi bahan jadi. Sasaran pokok pelita III diarahkan pada trilogy pembangunan dan delapan
jalur pemerataan.
a) Trilogi pembangunan mencakup:
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terwujudnya keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi . Dan stabilitas nasional yang sehat
dan dinamis.
b) Delapan jalur pemerataan mencakup:
Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan perumahan bagi rakyat
banyak. Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan. Pemerataan
pembagian pendapatan. Pemerataan memperoleh kesempatan kerja. Pemerataan mempreoleh
kesempatan berusaha. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusunya bagi
generasi muda dan kaum wanita. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah
Indonesia. Dan pemerataan memperoleh keadilan.
Terpilih menjadi presiden RI untuk kedua kalinya MPR hasil pemilu membentuk kabinet
pembangunan III. Kabinet ini dilantik secara resmi pada 31 Maret 1978. Program kerja kabinet
pembangunan III, disebut Sapta Krida Pembangunan III, yang meliputi:
1. Menciptakan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memeratakan hasil
pembangunan;
2. Melaksanakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; 3. Memelihara stabilitas
keamanan yang mantap;
3. Menciptakan aparatur Negara yang bersih dan berwibawa;
4. Membina persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh dan dilandasi oleh penghayatan dan
pengamalan pancasila;
5. Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia;
6. Mengembangkan politik luar negri yang bebas aktif untuk diabdikan kepada kepentingan
nasional.

4. Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)


Pelita III berakhir pada 31 Maret 1989 yang dilanjutkan dengan pelaksanaan pelita IV yang
dimulai 1 april 1989. Untuk ketiga kalinya jenderal soeharto terpilih dan diangkat kembali oleh
MPR hasil pemilu. Untuk melaksanakan pelita IV, presiden seharto membentuk kabinet
pembangunan IV. Titik berat pelita IV adalah pembangunan sector pertanian untuk melanjutkan
usaha-usaha menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin sendiri, baik untuk mesin-mesin industri ringan maupun industri berat. Sasaran
pokok pelita IV yaitu sebagai berikut:
a) Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4 (Pedoman,Penghayatan,dan Pengamalan
Pancasila).
b) Bidang pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan
mutu pendidikan.
c) Bidang keluarga berencana (KB), menekankan pada pengendalian laju pertumbuhan penduduk
yang dapat menimbulkan masalah nasional.

5. Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)


Pelita IV berakhir pada 31 Maret 1994 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan pelita V yang
dimulai 1 April 1994. Pelita V ini merupakan pelita terakhir dari keseluruhan program
pembangunan jangka panjang pertama (PPJP 1). Pelita V merupakan masa tinggal landas untuk
memasuki program pembangunan jangka panjang kedua (PPJP II), yang akan dimulai pada pelita
VI pada april 1999. Titik berat pelita V adalah meningkatkan sector pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan prduksi hasil pertanian laiinya serta sector
industri, khususnya industri yang menghasilkan barang untuk ekspor, industri yang banyak
tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertaian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin-
mesin industri menuju terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang antara industri dengan
pertanian, baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyeraan tenaga kerja.

6. Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)


Pelita V berakhir pada 31 Maret 1999yang dilanjutkan oleh pelaksanaan pelita VI yang
dimulai pada 1 April 1999. Pada akhir pelita V diharapkan akan mampu menciptakan landasan
yang kukuh untuk mengawali pelaksanaan pelita VI dan memasuki proses tinggal landas menuju
pelaksanaan program pembangunan jangka panjang kedua (PPJP II) . Titik berat pelita VI
diarahkan pada pembangunan sector-sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan
pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sasaran pembangunan industri dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun VI sebagai bagian
dari sasaran bidang ekonomi sesuai amanat GBHN 1993 adalah tertata dan mantapnya industri
nasional yang mengarah pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran
industri ke seluruh wilayah Indonesia, dan makin kukuhnya struktur industri dengan peningkatan
keterkaitan antara industri hulu, industri antara, dan industri hilir serta antara industri besar,
industri menengah, industri kecil, dan industri rakyat. Serta keterkaitan antara sector industri
dengan sector ekonomi lainnya. Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas landas Indonesia
kea rah yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal landas, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang
sulit diatasi pada akhir tahun 1997. Namun, pelaksanaan PPJP II tidak berjalan lancar akibat
krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia. Inflasi yang tinggi akibat krisis ekonomi
menyebabkan terjadinya gejolak social yang mengarah pada pertentangan terhadap pemerintah
orde baru. Kenaikan tariff BBM pada 1997 merupakan awal gerakan pengkoreksian rakyat dan
mahasiswa terhadap pemerintahan orde baru. Sejak saat itu terjadilah gelombang demonstrasi,
kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran di ibu kota Jakarta yag kemudian menyebar ke seluruh
wilayah di tanah air.

Anda mungkin juga menyukai