ABSTRAK- Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia dan sudah
cukup lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dewasa ini Porang memiliki nilai ekspor yang
sangat tinggi terutama pada negara Jepang yang mencapai lebih dari 1000 ton/tahun. Tanaman porang
merupakan tanaman yang mempunyai toleransi terhadap naungan, apabila intensitas cahaya yang diterima
berlebihan maka akan membuat daun menguning dan umbi mengerut. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sistem pengukuran reduksi intensitas cahaya berbasis 5 sensor Photodioda dan Arduino Mega
2560, serta mengetahui pengaruh reduksi intensitas cahaya matahari dengan beberapa variasi paranet
terhadap pembibitan tanaman porang. Alat ukur yang telah dibuat memiliki nilai standar deviasi berturut-
turut sebesar 0,6999; 0,2301; 1,1697; 2,4222; 0,2956 lux . Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali perhari
selama 15 hari. Didapatkan data dimana Paranet 50% (P1) mampu mereduksi intensitas cahaya matahari
sekitar 45,37% hingga 63,49%, paranet 60 % (P2) 55.53% hingga 77,24%, paranet 70 % (P3) 85,31% hingga
97,2%, dan paranet 80% sekitar 94,54% hingga 99,28%, didapatkan juga pertumbuhan porang paling baik
pada kondisi P2 dan P3 dimana laju pertumbuhan tinggi dan diameter batang pada kondisi ini lebih cepat
dibandingkan dengan kondisi lain.
KATA KUNCI: porang, paranet, reduksi intensitas cahaya matahari, photodioda
ABSTRACT− Porang (Amorphophallus oncophyllus) is one of the native plants of Indonesia and has long been
known and used by the community. Currently Porang has a very high export value, especially in Japan
which reaches more than 1000 tons/year. Porang plants are plants that have tolerance for shade, if the
intensity of the light received is excessive it will make the leaves turn yellow and the tubers shrivel up. This
study aims to create a light intensity reduction measurement system based on 5 Photodiode sensors and
Arduino Mega 2560, and to determine the effect of sunlight intensity reduction with several variations of
paranet on porang plant nurseries. The measuring instrument that has been made has a standard deviation
of 0.6999; 0.2301; 1.1697; 2.4222; 0.2956 lux. Data collection is done 3 times per day for 15 days. Data obtained
where 50% Paranet (P1) is able to reduce the intensity of sunlight by around 45.37% to 63.49%, 60% paranet
(P2) 55.53% to 77.24%, 70% paranet (P3) 85.31% to 97.2%, and 80% paranet about 94.54% to 99.28%. The best
porang growth were also found in conditions P2 and P3 where the growth rate of height and stem diameter
in this condition was faster than other conditions.
KEYWORDS : Porang, Paranet, Reduction of sunlight intensity, Photodiode
1
2 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)
METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian ditunjukkan pada Arduino Mega 2560. Diagram blok
Gambar 1. ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram blok sistem
Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Volume XX, Nomor X, MM 20XX
1819-796X (p-ISSN); 2541-1713 (e-ISSN)
3
4 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)
5
6 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)
2.5
f(x) = 0.00579429831693712 x^0.798020064238795
R² = 0.998972860270158
2
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
0 50012. Grafik kalibrasi
Gambar 1000 sensor1500
photodioda 12000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)
3
2.5
f(x) = 0.00609751047618298 x^0.792837225296856
R² = 0.998400086773548
2
Tegangan (Volt)
1.5
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)
1.5
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)
7
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 7
2.5
Tegangan (volt)
1.5
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)
2.5
f(x) = 0.0065478069982811 x^0.772688951027957
2 R² = 0.998681032588636
Tegangan (volt)
1.5
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)
Gambar 20. Grafik Intensitas Cahaya terhadap Waktu pada tiap Kondisi (Pagi)
Pada saat pengambilan data, cuaca berkisar antara 4 lux hingga 35 lux. Cuaca
cukup cerah namun berawan. Sensor 1 yang cukup berawan mengakibatkan
mencatat intensitas cahaya berkisar antara 166 terjadinya perubahan naik turun data terjadi
lux hingga 1408 lux. kemudian sensor 2 dengan cepat, akan tetapi pada grafik dapat
mencatat intensitas cahaya berkisar pada 72 dilihat bahwa intensitas cenderung naik
lux hingga 557 lux. Pada sensor 3 tercatat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini
intensitas cahaya di kisaran 37 lux hingga 269 sesuai dengan kondisi pada pagi hari yang
lux. Pada sensor 4 tercatat intensitas hanya mana menjelang siang hari intensitas cahaya
berkisar 18 lux sampai 117 lux saja. Kemudian matahari cenderung naik
pada sensor 5 tercatat adanya intensitas yang
4 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)
Gambar 21. Grafik Intensitas Cahaya terhadap Waktu pada tiap Kondisi (Siang)
Pada pengukuran ini, sensor 1 68 lux hingga 181 lux. Sedangkan untuk
mencatat nilai intensitas cahaya berkisar dari sensor 5, tercatat intensitas cahaya pada
633 lux hingga 1394 lux. Sensor 2 mencatat kisaran 21 lux hingga 98 lux. Bentuk kurva
nilai intensitas cahaya berkisar dari 230 lux pada setiap sensor menunjukkan bahwa cuaca
hingga 569 lux. Lalu pada sensor 3, nilai cukup berawan. Intensitas cahaya tertinggi
intensitas cahaya yang tercatat berkisar antara tercatat pada rentang waktu pengambilan
79 lux hingga 529 lux. Kemudian pada sensor data ke 500 sampai 1500.
ke 4, tercatat intensitas cahaya dengan kisaran
Pengambilan data Sore hari
Gambar 22. Grafik Intensitas Cahaya terhadap Waktu pada tiap Kondisi (Siang)
Pada saat pengambilan data, cuaca cukup kisaran 2 lux hingga 108 lux. Pada sensor 4
berangin. Sensor 1 mencatat intensitas cahaya tercatat intensitas hanya berkisar 0 sampai 20
berkisar antara 24 lux hingga 575 lux. lux saja. Bahkan pada sensor 5 intensitas
Kemudian sensor 2 mencatat intensitas cahaya maksimum tercatat hanya pada 7 lux.
cahaya berkisar pada 3 lux hingga 130 lux. Cuaca yang berangin ini sempat membuat
Pada sensor 3 tercatat intensitas cahaya di paranet pada kondisi P2 bergoyang sehingga
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 5
Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
1 0 69,316 79,098 94,802 95,582
2 0 68,586 76,369 91,311 97,355
3 0 63,534 80,861 93,489 97,029
4 0 57,857 65,767 85,126 90,559
5 0 64,152 75,673 77,764 85,467
6 0 56,153 78,080 89,711 96,804
7 0 63,504 82,220 94,551 97,427
8 0 69,319 79,103 94,806 95,579
9 0 77,390 87,004 96,774 98,783
Rata-Rata 0 65,535 78,242 90,926 94,959
Siang
Tabel 3. Rata-rata Persentase Reduksi Intensitas Cahaya Siang Hari
Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
1 0 45,021 68,516 80,978 98,580
2 0 44,342 55,318 77,012 88,576
3 0 43,563 51,159 81,489 90,004
5 0 68,956 71,731 80,978 98,613
5 0 61,182 73,797 88,028 96,063
6 0 36,314 65,741 76,671 94,921
7 0 36,612 47,539 51,239 95,013
8 0 54,724 69,355 94,388 97,460
9 0 55,209 57,602 96,740 97,141
10 0 41,964 49,675 89,945 97,888
11 0 69,944 72,541 93,258 93,767
12 0 43,232 56,858 95,748 99,273
13 0 55,014 68,611 95,626 97,283
Rata-Rata 0 50,468 62,188 84,777 95,737
Sore
Tabel 4. Rata-rata nilai intensitas sore hari
Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
1 0 68,013 83,360 96,006 97,782
2 0 74,693 92,525 97,683 99,985
3 0 79,724 94,303 99,861 100,00
4 0 52,428 67,930 93,925 98,873
5 0 76,899 81,459 98,596 99,811
6 0 44,972 71,903 98,613 99,963
6 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)
Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
7 0 84,070 88,283 99,293 98,734
8 0 64,669 71,903 98,631 99,969
Rata-Rata 0 68,184 81,458 97,826 99,390
Dari persentase reduksi intensitas kondisi bekerja dengan baik. Terlihat dari
cahaya yang didapat, terlihat bahwa terjadi bentuk kurva pada Gambar 25, Gambar 26,
perbedaan persentase intensitas cahaya pada dan Gambar 27 yang menunjukkan
tiap kondisi yang dipengaruhi oleh paranet. bagaimana kondisi intensitas cahaya pada
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa waktu pagi, siang, dan sore hari.
paranet pada kondisi P1,P2,P3 dan P4 mampu
mereduksi intensitas cahaya dengan baik.
Dapat dilihat pula bahwa sensor pada tiap
Poran
Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
g
P3C 0,615 0,630 0,640 0,645
P4A 0,500 0,510 0,520 0,520
P4B 0,615 0,625 0,640 0,640
P4C 0,640 0,650 0,720 0,730
Pertumbuhan porang pada setiap kondisi Pada kondisi P2 (naungan 60%), selama 15
berbeda-beda oleh adanya perbedaan hari P2A; P2B; dan P2C mengalami
perlakuan pada intensitas cahaya. Pada pertumbuhan batang berturut-turut sebanyak
kondisi P0 (tanpa naungan) selama 15 hari 4 cm ; 5 cm ; dan 5,5 cm. sedangkan
P0A mengalami pertumbuhan tinggi batang 3 pertumbuhan diameter batang untuk P2A;
cm dan diameter batang tumbuh sebanyak P2B; dan P2C berturut-turut 0,05 cm ; 0,045
0,06 cm. Pada P0B, tinggi batang mengalami cm ; dan 0,05 cm. Pada kondisi ini
pertumbuhan sebanyak 3,5 cm dan diameter pertumbuhan dapat dikatakan cukup baik
batang mengalami pertumbuhan sebanyak dan keadaan setiap porang juga baik,
0,04 cm. Kemudian pada P0C selama 10 hari sehingga dapat dikatakan kondisi P2 layak
tinggi batang bertambah 3,5 cm dan diameter untuk pembibitan porang.
batang bertambah 0,02 cm, tetapi pada hari Pada kondisi P3 (naungan 70%), selama 15
ke-15 P0C mati dikarenakan penguapan yang hari P3A; P3B; dan P3C mengalami
berlebihan. pertumbuhan batang berturut-turut sebanyak
Pada kondisi P1 (naungan 50%), selama 15 6 cm ; 5 cm ; dan 3,5 cm. Sedangkan
hari P1A mengalami pertumbuhan tinggi pertumbuhan diameter batang untuk P3A;
batang sebanyak 5 cm dan diameter batang P3B; dan P3C berturut-turut 0,026 cm ; 0,085
bertambah sebanyak 0,045 cm. Pengamatan cm ; dan 0,03 cm. Seperti pada kondisi P2,
pertumbuhan pada P1B dan P1C dilakukan pertumbuhan dapat dikatakan cukup baik
hanya sampai hari ke-10, karena pada hari ke- dan keadaan setiap porang juga baik,
15 P1B dan P1C dalam kondisi mati. Sampai sehingga dapat dikatakan kondisi P3 juga
hari ke-10, P1B mengalami pertumbuhan layak untuk pembibitan porang.
tinggi batang sebanyak 5,5 cm dan diameter Pada kondisi P4 (naungan 80%), selama 15
batang tumbuh sebanyak 0,035 cm. P1C hari P4A; P4B; dan P4C mengalami
mengalami pertumbuhan tinggi batang pertumbuhan batang berturut-turut sebanyak
sebanyak 5,5 cm dan diameter batang 2 cm ; 3 cm ; dan 2 cm. Sedangkan
bertambah sebanyak 0,03 cm. Kondisi P1 ini pertumbuhan diameter batang untuk P4A;
dapat dikatakan masih belum sesuai untuk P4B; dan P4C berturut-turut 0,02 cm ; 0,025
pembibitan porang karena intensitas cahaya cm ; dan 0,035 cm. Pada kondisi ini, kecepatan
yang diteruskan masih terlalu tinggi untuk pertumbuhan lebih kecil dibandingkan
pembibitan porang. dengan P2 dan P3.
8 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)
Pada grafik pertambahan tinggi dan banding dengan nilai standar deviasi
diameter batang porang yang tertera pada sebesar 2,524; 2,317; 2,936; 2,247; 2,753
Gambar 28 dan Gambar 29, terlihat bahwa lux .
pertambahan tinggi terbanyak terjadi pada 2. Berdasarkan pertumbuhan tinggi dan
kondisi P2 pada sampel P2A dan P2B. diameter batang, kondisi P2 dan P3
Kemudian pertambahan diameter batang adalah kondisi terbaik untuk
terbanyak ada pada kondisi P3 yaitu pada pembibitan porang yaitu pada
sampel P3A. Intensitas cahaya matahari pada pencahayaan 2,17% sampai dengan
kondisi P2 dan P3 ini dapat dikatakan cukup 37,81%.
baik untuk pembibitan. Sedangkan pada
DAFTAR PUSTAKA
kondisi P0 dan P1, intensitas cahaya yang
berlebih membuat tanaman dormansi yang Alifianto, F., Azrianingsih, R., & Rahardi, B.
kemudian mati pada hari ke 15. Kemudian 2013. Peta Persebaran Porang
pada kondisi P4, pertumbuhan terjadi lebih (Amorphophallus Muelleri Blume)
lambat dibandingkan dengan kondisi lain. Berdasarkan Topografi Wilayah di
Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya Malang Raya. Jurnal Biotropika, 1(2): 75–
matahari yang diterima terlalu kecil sehingga 79.
fotosintesis lebih sukar dilakukan. Jadi Arduino. (2020). Overview of Arduino Uno.
berdasarkan pertambahan tinggi batang, http://www.arduino.cc/en/Main/
kondisi P2 merupakan kondisi terbaik untuk arduinoBoardUno
pembibitan porang. Dan berdasarkan Anni, I. A., Saptiningsih, E., & Haryanti, S.
pertambahan diameter batang, kondisi P3 2013. Pengaruh Naungan Terhadap
merupakan kondisi terbaik. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) di
KESIMPULAN Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Akademika Biologi, 2(3): 31–40.
Rancang Bangun Sistem Pengukuran Reduksi Farhania, W. 2015. Perbedaan Hasil Kalibrasi
Intensitas Cahaya Matahari Menggunakan Luxmeter Bukan dan Fungsi V ( l) Filter.
Paranet pada Pembibitan Tanaman Porang Floyd, T.L. 2005. Electronic Devices Ninth
ini adalah sebagai berikut : Edition. Pretience Hall.
1. Alat ukur reduksi intensitas cahaya Ganjari, L. E. 2014. Pembibitan Tanaman
telah direalisasikan menggunakan 5 Porang dengan Model Agroekosistem
buah sensor Photodioda dengan Botol Plastik. Widya Warta, 43–58.
Mikroprosesor Arduino Mega 2560 telah Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 1. Edisi Ke-5.
dilakukan kalibrasi sensor dan uji Erlangga, Jakarta.
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 9