Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Volume XX, Nomor X, MM 20XX


1819-796X (p-ISSN); 2541-1713 (e-ISSN)

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Reduksi Intensitas Cahaya


Matahari Menggunakan Paranet Pada Pembibitan Porang
Yusuf AlfiaN Nugraha, Iwan Sugriwan, Amar Vijai Nasrulloh
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat

Email korespodensi: iwansugriwan@ulm.ac.id

ABSTRAK- Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia dan sudah
cukup lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dewasa ini Porang memiliki nilai ekspor yang
sangat tinggi terutama pada negara Jepang yang mencapai lebih dari 1000 ton/tahun. Tanaman porang
merupakan tanaman yang mempunyai toleransi terhadap naungan, apabila intensitas cahaya yang diterima
berlebihan maka akan membuat daun menguning dan umbi mengerut. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sistem pengukuran reduksi intensitas cahaya berbasis 5 sensor Photodioda dan Arduino Mega
2560, serta mengetahui pengaruh reduksi intensitas cahaya matahari dengan beberapa variasi paranet
terhadap pembibitan tanaman porang. Alat ukur yang telah dibuat memiliki nilai standar deviasi berturut-
turut sebesar 0,6999; 0,2301; 1,1697; 2,4222; 0,2956 lux . Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali perhari
selama 15 hari. Didapatkan data dimana Paranet 50% (P1) mampu mereduksi intensitas cahaya matahari
sekitar 45,37% hingga 63,49%, paranet 60 % (P2) 55.53% hingga 77,24%, paranet 70 % (P3) 85,31% hingga
97,2%, dan paranet 80% sekitar 94,54% hingga 99,28%, didapatkan juga pertumbuhan porang paling baik
pada kondisi P2 dan P3 dimana laju pertumbuhan tinggi dan diameter batang pada kondisi ini lebih cepat
dibandingkan dengan kondisi lain.
KATA KUNCI: porang, paranet, reduksi intensitas cahaya matahari, photodioda

ABSTRACT− Porang (Amorphophallus oncophyllus) is one of the native plants of Indonesia and has long been
known and used by the community. Currently Porang has a very high export value, especially in Japan
which reaches more than 1000 tons/year. Porang plants are plants that have tolerance for shade, if the
intensity of the light received is excessive it will make the leaves turn yellow and the tubers shrivel up. This
study aims to create a light intensity reduction measurement system based on 5 Photodiode sensors and
Arduino Mega 2560, and to determine the effect of sunlight intensity reduction with several variations of
paranet on porang plant nurseries. The measuring instrument that has been made has a standard deviation
of 0.6999; 0.2301; 1.1697; 2.4222; 0.2956 lux. Data collection is done 3 times per day for 15 days. Data obtained
where 50% Paranet (P1) is able to reduce the intensity of sunlight by around 45.37% to 63.49%, 60% paranet
(P2) 55.53% to 77.24%, 70% paranet (P3) 85.31% to 97.2%, and 80% paranet about 94.54% to 99.28%. The best
porang growth were also found in conditions P2 and P3 where the growth rate of height and stem diameter
in this condition was faster than other conditions.
KEYWORDS : Porang, Paranet, Reduction of sunlight intensity, Photodiode

PENDAHULUAN dan sudah cukup lama dikenal dan


Porang (Amorphophallus oncophyllus) dimanfaatkan oleh masyarakat. Meskipun
merupakan salah satu tanaman anggota famili sudah lama dikenal dan dimanfaatkan,
Araceae yang secara umum dikenal dengan namun aspek budidaya tanaman tersebut
nama bunga bangkai mengacu pada bau dikarenakan prosesingnya tidak berkembang
bunganya yang tidak sedap. Di beberapa (Saleh et al., 2015).
daerah Indonesia, tanaman ini dikenal dengan Porang diketahui sebagai tanaman yang
nama iles-iles, iles kuning, acung atau acoan. mengandung zat glukomannan yang dapat
Porang merupakan tanaman asli Indonesia dimanfaatkan berbagai industri, seperti

1
2 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

industri makanan, kimia, dan farmasi dimana


porang digunakan sebagai bahan baku.
Dewasa ini Porang memiliki nilai ekspor yang
sangat tinggi terutama pada negara Jepang
yang mencapai lebih dari 1000 ton/tahun.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi untuk
meningkatkan jumlah dan kualitas bibit
porang (Turhadi & Indriyani, 2015).
Porang mempunyai sifat khusus yaitu
mempunyai toleransi yang sangat tinggi
terhadap naungan atau tempat teduh.
Tanaman porang membutuhkan cahaya
penyinaran 40% sampai dengan 60%,
sehingga sangat cocok untuk tanaman di
bawah naungan. Naungan yang ideal untuk Gambar 1. Tahapan Penelitian
tanaman porang adalah jenis jati, mahoni dan
sono, yang terpenting ada naungan serta Gambar 1. Tahapan Penelitian
terhindar dari kebakaran (Indriyani et al.,
2016). Selain naungan alami, reduksi Pembuatan Perangkat Keras
intensitas cahaya dapat dilakukan secara Pada tahapan ini akan dilakukan
buatan. Naungan buatan biasanya terbuat pembuatan perangkat keras (hardware) yaitu
dari bahan plastik dan dikenal dengan nama alat ukur intensitas cahaya menggunakan 5
paranet. Paranet digunakan untuk buah sensor Photodioda berbasis
mengurangi intensitas cahaya yang diterima mikrokontroler Arduino Mega 2560. Masing-
tanaman, selain itu juga dapat mengurangi masing sensor akan diletakan sesuai dengan
suhu udara disekitar tanaman (Ramdhan & kondisi naungan yaitu P0 (tanpa naungan), P1
Hariyono, 2019). (naungan 50%), P2 (naungan 60%), P3
Penelitian ini dikembangkan untuk (naungan 70%), dan P4 (naungan 80%). Untuk
membuat alat ukur intensitas cahaya alat ukur intensitas cahaya mengunakan
menggunakan sensor fotodioda untuk sensor Photodioda berbasis mikrokontroler
mengetahui nilai intensitas cahaya yang baik Arduino Mega 2560 akan dilakukan dengan
untuk pembibitan tanaman porang. Pada cara menghubungkan modul sensor
penelitian ini, tanaman porang diberikan 5 Photodioda, modul voltage follower, LCD 16
kondisi antara lain P0 (tanpa naungan), P1 x 2 karakter dengan modul mikrokontroler
(naungan 50%), P2 (naungan 60%), P3
(naungan 70%), dan P4 (paranet 80%). Sistem
alat ukur yang dikembangkan terdiri dari
photodioda yang dihubungkan dengan
rangkaian mikrokontroler Arduino Mega
2560, selanjutnya ditampilkan ke LCD 20x4
karakter dan di interface ke personal
computer (PC).

METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian ditunjukkan pada Arduino Mega 2560. Diagram blok
Gambar 1. ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram blok sistem
Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Volume XX, Nomor X, MM 20XX
1819-796X (p-ISSN); 2541-1713 (e-ISSN)

Pembuatan Modul Catudaya


Modul catudaya yang akan dibuat
memiliki tegangan keluaran +12 V, -12 V dan
+5 V. Tegangan keluaran catu daya +12 V
dihasilkan dari regulator 7812, tegangan -12 V
dihasilkan dari regulator 7912 dan tegangan
keluaran +5 V dihasilkan dari regulator 7805.
Tegangan keluaran +5 V digunakan untuk
menyuplai tegangan mikrokontroler Arduino Gambar 4. Rangkaian LCD 20 x 4 karakter
dengan Arduino Mega 2560
Mega 2560, LCD 20 x 4 karakter, dan sensor
Photodioda. Modul sensor Photodioda dapat
Kalibrasi Sensor Photodioda
menggunakan catudaya sebesar 5 V sampai
Kalibrasi sensor photodioda yang
dengan 32 V. Tampilan skematik rangkaian
dilakukan bertujuan untuk membandingkan
catudaya ditunjukkan pada Gambar 3.
tegangan keluaran sensor photodioda dengan
nilai intensitas cahaya yang diterima oleh
photodioda dan terukur pada luxmeter.
Kalibrasi sensor akan dilakukan dengan cara
mengukur intensitas cahaya yang mana
sensor photodioda dan luxmeter diletakkan
pada posisi keduanya mendapat intensitas
cahaya yang sama. Tegangan keluaran dari
sensor yang dibaca melalui multitester dan
intensitas cahaya yang dibaca oleh luxmeter
diplot untuk mendapatkan persamaan
Gambar 3. Skematik Rangkaian Catudaya
karakteristik.
Perakitan Mikrokontroler Arduino Mega
Rangkaian Photodioda dengan Mikrokontroler
2560 dan Antarmuka ke LCD 20 x 4 Karakter
Arduino Mega 2560
Mikrokontroler Arduino Mega 2560 dan
Rangkaian photodioda dengan
LCD 20 x 4 karakter akan dihubungkan ke
Mikrokontroler Arduino mega 2560 akan dibuat
sumber tegangan +5 V. Agar LCD dapat
dengan menghubungkan bagian anoda tiap
digunakan pada mikrokontroler, maka kaki-
sensor ke input analog pada mikrokontroler.
kaki LCD harus dihubungkan sesuai dengan
Kemudian bagian katoda dihubungkan dengan
fungsinya. Tegangan keluaran yang
masing-masing resistor. Kemudian yang terakhir
dihasilkan oleh Photodioda akan menjadi
yaitu menghubungkan ground dengan masing-
nilai masukkan dalam program Arduino.
masing anoda.
Mikrokontroler Arduino Mega 2560 yang
telah diprogram akan mengkonversi tegangan
masukkan menjadi nilai intensitas cahaya.
LCD 20 x 4 karakter akan menampilkan hasil
dari sensor yang telah diproses pada
mikrokontroler Arduino Mega 2560.

3
4 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

DB-9 pin RS-232, sedangkan interface


mikrokontroller dengan laptop menggunakan
hardware tambahan berupa USB Serial
Converter to RS-232. Software Dephi 7.0
Gambar 5. Rangkaian Photodioda dengan sebagai perantara proses interface
Arduino Mega 2560 mikrokontroller dengan laptop. Gambar 7
Pembuatan Perangkat Lunak Pengukuran menunjukkan diagram alir antarmuka
Arduino IDE dengan LCD 20 x 4 Karakter mikrokontroler degan PC.
Software yang digunakan dalam alat
ukur antara lain Arduino IDE. Arduino IDE
digunakan untuk memasukkan nilai
persamaan karakteristik dari sensor
Photodioda dalam listing program yang telah
dibuat dengan memasukkan variabel-variabel
dan nilai konstanta. Program yang dibuat
terdiri dari beberapa langkah yaitu
pengambilan data, pemroses nilai keluaran
sensor, konversi nilai tegangan menjadi
intensitas cahaya, menampilkan hasil
pengukuran pada LCD 20 x 4. Diagram alir
untuk memprogram mikrokontroler dengan
LCD 20 x 4 karakter ditunjukkan pada
Gambar 6.

Gambar 7. Flowchart Interface mikrokontroler


dengan PC

Set-up Paranet dan Media Tumbuh


Pada penelitian ini, akan ditanam 5 unit
tanaman porang yang mana sejak masih
dalam bentuk benih akan dikondisikan pada
intensitas cahaya yang berbeda-beda. Kondisi
yang akan diperlakukan pada masing-masing
unit tanaman porang adalah P0 (tanpa
naungan), P1 (naungan 50%), P2 (naungan
60%), P3 (naungan 70%), dan P4 (naungan
80%). Pada setiap unit porang akan diberi
sensor photodioda sebagai pengukur
intensitas cahaya. Gambaran untuk set-up
paranet dan media tumbuh ditunjukkan pada
Gambar 6. Flowchart Interface Sensor dengan Gambar 8.
LCD 20 x 4 Karakter
Delphi 7.0
Aplikasi Delphi 7.0 digunakan untuk
menampilkan hasil pengukuran yang
diperoleh pada LCD. Program ini dapat
melakukan pencatatan secara real time dan
terus-menerus. Interface mikrokontroller
dengan laptop melalui perantara konektor
Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Volume XX, Nomor X, MM 20XX
1819-796X (p-ISSN); 2541-1713 (e-ISSN)
Gambar 8. Set-up paranet dan media Arduino Mega 2560, dan rangkaian penampil
tumbuh LCD 20x4 karakter. Semua instrumen
dihubungkan menggunakan kabel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perancangan Desain
Catu daya DC dibuat sebagai sumber
tegangan untuk sensor Photodioda,
mikrokontroler Arduino Mega 2560, dan
LCD. Catu daya yang dibuat menghasilkan
tiga output tegangan, yaitu : -11,88 volt, +5,03
volt, dan +11,87 volt. Tegangan +5,03 volt
dihasilkan dari regulasi oleh IC regulator
L7805CV digunakan untuk menghidupkan
sensor, LCD 20x4 karakter, dan penghubung.
Gambar 11. Realisasi Alat Ukur Intensitas
mikrokontroler Arduino Mega 2560.
Cahaya

Hasil Kalibrasi Sensor Photodioda


Proses kalibrasi sensor photodioda
dilakukan dengan cara membandingkan
tegangan keluaran dari sensor dengan
intensitas cahaya yang terukur oleh oleh alat
ukur standar luxmeter dalam waktu yang
bersamaan. Proses kalibrasi ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa alat bantu
yaitu LCD 20x4 karakter sebagai penampil
Gambar 9. Realisasi Catu daya nilai tegangan yang terukur, mikroprosesror
Arduino Mega 2560 sebagai media untuk
Realisasi Modul Sensor Photodioda
memprogram agar LCD dapat menampilkan
Sensor photodioda digunakan sebagai
tegangan, lampu pijar 200 watt sebagai media
alat pembaca nilai intensitas cahaya. Sebelum
sumber cahaya, dan kalibrator box sebagai
digunakan, sensor dirangkai dengan
wadah sensor dan lampu agar tidak
rangkaian pembagi tegangan yang
terpengaruh sumber cahaya lain.
menggunakan resistor 100 ohm. Sensor
Kalibrasi dilakukan dengan nilai intensitas
dirangkai secara forward bias dimana resistor
cahaya mula-mula 0 lux sampai 2000 lux
dihubungkan dengan anoda.
dengan kenaikan 50 lux yang mana setiap
sensor diberikan perlakuan yang sama. Data
kalibrasi sensor photodioda dengan alat ukur
luxmeter pada setiap sensor diplot dalam
bentuk kurva power. Pada sensor photodioda
1, didapat nilai y = 0,0061x0,7928, dan nilai R2 =
0,999. Pada sensor photodioda 2, didapat nilai
y = 0,0061x0,7928 dan R² = 0,9984. Kemudian
Gambar 10. Realisasi Modul Sensor Photodioda
pada sensor photodioda 3, didapat nilai y =
Realisasi Pembuatan Alat Ukur 0,0045x0,8215 dan R² = 0,9989. Lalu pada
Realisasi pembuatan alat ukur terdiri dari sensor photodioda 4, didapat nilai y =
rangkaian catu daya DC, rangkaian modul 0,0052x0,8001 dan R² = 0,9988. Dan pada sensor
sensor Photodioda, rangkaian mikrokontroler photodioda 5, didapat nilai y = 0,0065x0,7727

5
6 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

dan R² = 0,9987. Karena nilai R2 yang


didapatkan pada setiap sensor mendekati 1,
maka persamaan tersebut dapat digunakan.
Nilai sumbu y menyatakan tegangan, dan
sumbu x menyatakan intensitas cahaya.
Adapun grafik hasil kalibrasi yang
didapatkan dapat dilihat pada Gambar 12
sampai dengan Gambar 16
3

2.5
f(x) = 0.00579429831693712 x^0.798020064238795
R² = 0.998972860270158
2
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
0 50012. Grafik kalibrasi
Gambar 1000 sensor1500
photodioda 12000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)
3

2.5
f(x) = 0.00609751047618298 x^0.792837225296856
R² = 0.998400086773548
2
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)

Gambar 13. Grafik kalibrasi sensor photodioda 2


2.5
f(x) = 0.00451138523648288 x^0.821548912231654
2 R² = 0.998854328804166
Tegangan (Volt)

1.5

0.5

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)

Gambar 14. Grafik kalibrasi sensor photodioda 3


Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Volume XX, Nomor X, MM 20XX
1819-796X (p-ISSN); 2541-1713 (e-ISSN)

7
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 7

2.5

f(x) = 0.00515013622053755 x^0.800130742911145


2 R² = 0.998786641166402

Tegangan (volt)
1.5

0.5

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)

Gambar 15. Grafik kalibrasi sensor photodioda 4

2.5
f(x) = 0.0065478069982811 x^0.772688951027957
2 R² = 0.998681032588636
Tegangan (volt)

1.5

0.5

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Intensitas Cahaya (Lux)

Gambar 16. Grafik kalibrasi sensor photodioda 5

Hasil Pengujian Alat ukur Intensitas Cahaya dimasukkan ke dalam kalibrator


berbasis Sensor Photodioda bersamaan dengan luxmeter.
Alat ukur yang telah selesai Pengujian dilakukan dengan
kemudian diuji dengan alat ukur mengukur intensitas cahaya dari 0
standar luxmeter. Pengujian dilakukan sampai 2.000 lux dengan kenaikan 100.
dengan membandingkan hasil Nilai standar deviasi dari sensor
pembacaan alat ukur standar dengan photodioda 1 sampai 5 berturut-turut
luxmeter pada kalibrator box yang adalah 2,524; 2,317; 2,936; 2,247; 2,753
kedap cahaya. Sensor dari alat lux.

Tabel 1. Hasil Pengujian Alat Ukur

Luxmeter Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3 Sensor 4 Sensor 5

(Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux)


0 0 0 0 0 0
100 101 100 101 100 100
200 198 202 200 201 200
300 302 301 300 300 298
400 400 399 399 402 401
500 501 500 500 502 500
2 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

Luxmeter Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3 Sensor 4 Sensor 5

(Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux)


600 598 603 599 599 600
700 701 699 701 700 699
800 800 800 801 801 798
900 900 902 898 902 900
1000 999 1001 997 1001 999
1100 1100 1103 1097 1099 1101
1200 1201 1199 1198 1201 1204
1300 1298 1300 1300 1300 1299
1400 1400 1402 1401 1401 1400
1500 1503 1498 1499 1501 1502
1600 1602 1603 1598 1598 1597
1700 1702 1699 1699 1702 1698
1800 1800 1801 1799 1799 1803
1900 1902 1900 1901 1902 1900
2000 2004 1998 1999 1999 2001

Tampilan LCD 20x4 karakter Tampilan Analisi Data pada PC/Laptop


Tegangan yang terukur oleh sensor Tampilan analisis data pada PC/laptop
kemudian diteruskan ke mikrokontroler menggunakan aplikasi Delphi 7.0. Selain
Arduino Mega 2560. Proses interface antara untuk menampilkan analisis data, Delphi juga
mikrokontroler dengan LCD 20x4 digunakan untuk menyimpan data yang telah
dihubungkan oleh kabel penghubung dan direkam oleh sensor dalam bentuk excel.
diprogram dengan aplikasi Arduino IDE. Program Delphi 7.0 yang telah dibuat
Program tersebut memproses nilai tegangan menampilkan data secara real time dan
yang diukur oleh sensor yang kemudian menampilkan grafik hubungan antara
diubah menjadi nilai intensitas cahaya intensitas cahaya dengan waktu seperti pada
menggunakan persamaan karakteristik sensor Gambar 18.
yang didapat dari hasil kalibrasi sensor
dengan tegangan. Hasil perhitungan
intensitas cahaya tersebut kemudian
ditampilkan oleh LCD 20x4. Tampilan LCD
20x4 dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 18. Tampilan program Delphi 7.0 pada


Gambar 17. Tampilan LCD 20x4 PC
Set-up Paranet dengan Alat Ukur dan dipasang paranet 60%, pada wadah ketiga
Penanaman Porang dipasang paranet 70%, dan pada wadah
Sebelum penanaman porang, dilakukan setup keempat dipasang paranet 80%. Kemudian
paranet dengan media tumbuh. Paranet pada wadah-wadah tersebut diberi media
dipasang pada wadah kayu terbuka sebagai tumbuh porang dan diletakkan pada lokasi
pereduksi cahaya. Pada wadah pertama tidak yang terkena cahaya matahari langsung.
dipasang paranet, pada wadah kedua Media tumbuh yang digunakan berupa
dipasang paranet 50%, pada wadah ketiga polybag dengan menggunakan tanah humus
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 3

gembur. Bibit porang yang baru dibeli dari


petani porang langsung dipindahkan ke Gambar 19. Set-up alat ukur dengan media
tanam untuk pengambilan data
media tanam. Setiap wadah diletakkan 3 bibit
porang dan diberi perlakuan yang sama mulai
Hasil Pengukuran Reduksi Intensitas
Cahaya
dari penyiraman hingga pemberian pupuk.
Pengukuran reduksi intensitas cahaya
Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan
pada pembibitan porang dilakukan di Sungai
sore hari, kemudian pemberian pupuk
Besar, Banjarbaru. Pengukuran dilakukan
dilakukan pada awal penanaman bibit. Setiap
selama 15 hari mulai dari 4 Juni 2022 sampai
bibit porang diberi pupuk organik sebanyak 3
18 Juni 2022. Pengukuran dilakukan sebanyak
gram. Perbedaan perlakuan hanya pada
tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi hari
kondisi pencahayaan.
sekitar pukul 07:00, siang hari sekitar pukul
12:00, dan sore hari sekitar pukul 17:00. Setiap
pengukuran dilakukan selama 1 jam dengan
rentang waktu perekaman data tiap 1 detik.
Sehingga setiap pengambilan data dilakukan,
didapatkan sekitar 3600 data. Pengambilan
data tidak dilakukan apabila cuaca hujan
untuk menghindari kerusakan pada alat ukur.

Pengambilan data Pagi hari

Gambar 20. Grafik Intensitas Cahaya terhadap Waktu pada tiap Kondisi (Pagi)

Pada saat pengambilan data, cuaca berkisar antara 4 lux hingga 35 lux. Cuaca
cukup cerah namun berawan. Sensor 1 yang cukup berawan mengakibatkan
mencatat intensitas cahaya berkisar antara 166 terjadinya perubahan naik turun data terjadi
lux hingga 1408 lux. kemudian sensor 2 dengan cepat, akan tetapi pada grafik dapat
mencatat intensitas cahaya berkisar pada 72 dilihat bahwa intensitas cenderung naik
lux hingga 557 lux. Pada sensor 3 tercatat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini
intensitas cahaya di kisaran 37 lux hingga 269 sesuai dengan kondisi pada pagi hari yang
lux. Pada sensor 4 tercatat intensitas hanya mana menjelang siang hari intensitas cahaya
berkisar 18 lux sampai 117 lux saja. Kemudian matahari cenderung naik
pada sensor 5 tercatat adanya intensitas yang
4 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

Pengambilan data Siang hari

Gambar 21. Grafik Intensitas Cahaya terhadap Waktu pada tiap Kondisi (Siang)

Pada pengukuran ini, sensor 1 68 lux hingga 181 lux. Sedangkan untuk
mencatat nilai intensitas cahaya berkisar dari sensor 5, tercatat intensitas cahaya pada
633 lux hingga 1394 lux. Sensor 2 mencatat kisaran 21 lux hingga 98 lux. Bentuk kurva
nilai intensitas cahaya berkisar dari 230 lux pada setiap sensor menunjukkan bahwa cuaca
hingga 569 lux. Lalu pada sensor 3, nilai cukup berawan. Intensitas cahaya tertinggi
intensitas cahaya yang tercatat berkisar antara tercatat pada rentang waktu pengambilan
79 lux hingga 529 lux. Kemudian pada sensor data ke 500 sampai 1500.
ke 4, tercatat intensitas cahaya dengan kisaran
Pengambilan data Sore hari

Gambar 22. Grafik Intensitas Cahaya terhadap Waktu pada tiap Kondisi (Siang)
Pada saat pengambilan data, cuaca cukup kisaran 2 lux hingga 108 lux. Pada sensor 4
berangin. Sensor 1 mencatat intensitas cahaya tercatat intensitas hanya berkisar 0 sampai 20
berkisar antara 24 lux hingga 575 lux. lux saja. Bahkan pada sensor 5 intensitas
Kemudian sensor 2 mencatat intensitas cahaya maksimum tercatat hanya pada 7 lux.
cahaya berkisar pada 3 lux hingga 130 lux. Cuaca yang berangin ini sempat membuat
Pada sensor 3 tercatat intensitas cahaya di paranet pada kondisi P2 bergoyang sehingga
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 5

reduksi yang dilakukan oleh paranet kurang maksimal.

Data Rata-Rata Persentase Reduksi Intensitas Cahaya


Pagi
Tabel 2. Rata-Rata Persentase Reduksi Intensitas Cahaya Pagi Hari

Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
1 0 69,316 79,098 94,802 95,582
2 0 68,586 76,369 91,311 97,355
3 0 63,534 80,861 93,489 97,029
4 0 57,857 65,767 85,126 90,559
5 0 64,152 75,673 77,764 85,467
6 0 56,153 78,080 89,711 96,804
7 0 63,504 82,220 94,551 97,427
8 0 69,319 79,103 94,806 95,579
9 0 77,390 87,004 96,774 98,783
Rata-Rata 0 65,535 78,242 90,926 94,959

Siang
Tabel 3. Rata-rata Persentase Reduksi Intensitas Cahaya Siang Hari
Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
1 0 45,021 68,516 80,978 98,580
2 0 44,342 55,318 77,012 88,576
3 0 43,563 51,159 81,489 90,004
5 0 68,956 71,731 80,978 98,613
5 0 61,182 73,797 88,028 96,063
6 0 36,314 65,741 76,671 94,921
7 0 36,612 47,539 51,239 95,013
8 0 54,724 69,355 94,388 97,460
9 0 55,209 57,602 96,740 97,141
10 0 41,964 49,675 89,945 97,888
11 0 69,944 72,541 93,258 93,767
12 0 43,232 56,858 95,748 99,273
13 0 55,014 68,611 95,626 97,283
Rata-Rata 0 50,468 62,188 84,777 95,737

Sore
Tabel 4. Rata-rata nilai intensitas sore hari
Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
1 0 68,013 83,360 96,006 97,782
2 0 74,693 92,525 97,683 99,985
3 0 79,724 94,303 99,861 100,00
4 0 52,428 67,930 93,925 98,873
5 0 76,899 81,459 98,596 99,811
6 0 44,972 71,903 98,613 99,963
6 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

Pengambilan
P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
ke\Kondisi
7 0 84,070 88,283 99,293 98,734
8 0 64,669 71,903 98,631 99,969
Rata-Rata 0 68,184 81,458 97,826 99,390
Dari persentase reduksi intensitas kondisi bekerja dengan baik. Terlihat dari
cahaya yang didapat, terlihat bahwa terjadi bentuk kurva pada Gambar 25, Gambar 26,
perbedaan persentase intensitas cahaya pada dan Gambar 27 yang menunjukkan
tiap kondisi yang dipengaruhi oleh paranet. bagaimana kondisi intensitas cahaya pada
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa waktu pagi, siang, dan sore hari.
paranet pada kondisi P1,P2,P3 dan P4 mampu
mereduksi intensitas cahaya dengan baik.
Dapat dilihat pula bahwa sensor pada tiap

Data Pertumbuhan Porang


Tabel 5. Data Pertambahan Tinggi Porang
Sampe
Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
l
P0A 7,50 9,00 10,0 10,5
P0B 15,0 16,5 18,0 18,5
P0C 9,50 11,5 13,0 MATI
P1A 12,0 15,0 16,5 17,0
P1B 13,5 17,0 19,0 MATI
P1C 10,5 14,0 16,0 MATI
P2A 17,0 19,5 20,5 21,0
P2B 13,5 15,0 16,5 18,5
P2C 18,5 21,0 23,0 24,0
P3A 21,0 24,0 26,0 27,0
P3B 19,0 21,5 22,5 24,0
P3C 11,5 12,5 14,5 15,0
P4A 10,0 11,0 12,0 12,0
P4B 10,5 12,0 13,5 13,5
P4C 16,0 17,0 17,5 18,0

Tabel 6. Data Pertambahan Diameter Porang


Poran
Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
g
P0A 0,440 0,460 0,500 0,500
P0B 0,590 0,600 0,625 0,630
P0C 0,445 0,455 0,465 MATI
P1A 0,695 0,710 0,730 0,740
P1B 0,805 0,830 0,840 MATI
P1C 0,500 0,510 0,530 MATI
P2A 0,740 0,765 0,775 0,790
P2B 0,635 0,655 0,670 0,680
P2C 0,600 0,625 0,635 0,650
P3A 0,885 1,100 1,140 1,145
P3B 0,640 0,665 0,710 0,725
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 7

Poran
Hari ke-1 Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
g
P3C 0,615 0,630 0,640 0,645
P4A 0,500 0,510 0,520 0,520
P4B 0,615 0,625 0,640 0,640
P4C 0,640 0,650 0,720 0,730

Pertumbuhan porang pada setiap kondisi Pada kondisi P2 (naungan 60%), selama 15
berbeda-beda oleh adanya perbedaan hari P2A; P2B; dan P2C mengalami
perlakuan pada intensitas cahaya. Pada pertumbuhan batang berturut-turut sebanyak
kondisi P0 (tanpa naungan) selama 15 hari 4 cm ; 5 cm ; dan 5,5 cm. sedangkan
P0A mengalami pertumbuhan tinggi batang 3 pertumbuhan diameter batang untuk P2A;
cm dan diameter batang tumbuh sebanyak P2B; dan P2C berturut-turut 0,05 cm ; 0,045
0,06 cm. Pada P0B, tinggi batang mengalami cm ; dan 0,05 cm. Pada kondisi ini
pertumbuhan sebanyak 3,5 cm dan diameter pertumbuhan dapat dikatakan cukup baik
batang mengalami pertumbuhan sebanyak dan keadaan setiap porang juga baik,
0,04 cm. Kemudian pada P0C selama 10 hari sehingga dapat dikatakan kondisi P2 layak
tinggi batang bertambah 3,5 cm dan diameter untuk pembibitan porang.
batang bertambah 0,02 cm, tetapi pada hari Pada kondisi P3 (naungan 70%), selama 15
ke-15 P0C mati dikarenakan penguapan yang hari P3A; P3B; dan P3C mengalami
berlebihan. pertumbuhan batang berturut-turut sebanyak
Pada kondisi P1 (naungan 50%), selama 15 6 cm ; 5 cm ; dan 3,5 cm. Sedangkan
hari P1A mengalami pertumbuhan tinggi pertumbuhan diameter batang untuk P3A;
batang sebanyak 5 cm dan diameter batang P3B; dan P3C berturut-turut 0,026 cm ; 0,085
bertambah sebanyak 0,045 cm. Pengamatan cm ; dan 0,03 cm. Seperti pada kondisi P2,
pertumbuhan pada P1B dan P1C dilakukan pertumbuhan dapat dikatakan cukup baik
hanya sampai hari ke-10, karena pada hari ke- dan keadaan setiap porang juga baik,
15 P1B dan P1C dalam kondisi mati. Sampai sehingga dapat dikatakan kondisi P3 juga
hari ke-10, P1B mengalami pertumbuhan layak untuk pembibitan porang.
tinggi batang sebanyak 5,5 cm dan diameter Pada kondisi P4 (naungan 80%), selama 15
batang tumbuh sebanyak 0,035 cm. P1C hari P4A; P4B; dan P4C mengalami
mengalami pertumbuhan tinggi batang pertumbuhan batang berturut-turut sebanyak
sebanyak 5,5 cm dan diameter batang 2 cm ; 3 cm ; dan 2 cm. Sedangkan
bertambah sebanyak 0,03 cm. Kondisi P1 ini pertumbuhan diameter batang untuk P4A;
dapat dikatakan masih belum sesuai untuk P4B; dan P4C berturut-turut 0,02 cm ; 0,025
pembibitan porang karena intensitas cahaya cm ; dan 0,035 cm. Pada kondisi ini, kecepatan
yang diteruskan masih terlalu tinggi untuk pertumbuhan lebih kecil dibandingkan
pembibitan porang. dengan P2 dan P3.
8 vol. XX, no. X, XX 20XX (1-7)

Gambar 23. Grafik Pertumbuhan Tinggi Batang Porang Selama 15 Hari

Gambar 24. Grafik Pertumbuhan Diameter Batang Porang Selama 15 Hari

Pada grafik pertambahan tinggi dan banding dengan nilai standar deviasi
diameter batang porang yang tertera pada sebesar 2,524; 2,317; 2,936; 2,247; 2,753
Gambar 28 dan Gambar 29, terlihat bahwa lux .
pertambahan tinggi terbanyak terjadi pada 2. Berdasarkan pertumbuhan tinggi dan
kondisi P2 pada sampel P2A dan P2B. diameter batang, kondisi P2 dan P3
Kemudian pertambahan diameter batang adalah kondisi terbaik untuk
terbanyak ada pada kondisi P3 yaitu pada pembibitan porang yaitu pada
sampel P3A. Intensitas cahaya matahari pada pencahayaan 2,17% sampai dengan
kondisi P2 dan P3 ini dapat dikatakan cukup 37,81%.
baik untuk pembibitan. Sedangkan pada
DAFTAR PUSTAKA
kondisi P0 dan P1, intensitas cahaya yang
berlebih membuat tanaman dormansi yang Alifianto, F., Azrianingsih, R., & Rahardi, B.
kemudian mati pada hari ke 15. Kemudian 2013. Peta Persebaran Porang
pada kondisi P4, pertumbuhan terjadi lebih (Amorphophallus Muelleri Blume)
lambat dibandingkan dengan kondisi lain. Berdasarkan Topografi Wilayah di
Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya Malang Raya. Jurnal Biotropika, 1(2): 75–
matahari yang diterima terlalu kecil sehingga 79.
fotosintesis lebih sukar dilakukan. Jadi Arduino. (2020). Overview of Arduino Uno.
berdasarkan pertambahan tinggi batang, http://www.arduino.cc/en/Main/
kondisi P2 merupakan kondisi terbaik untuk arduinoBoardUno
pembibitan porang. Dan berdasarkan Anni, I. A., Saptiningsih, E., & Haryanti, S.
pertambahan diameter batang, kondisi P3 2013. Pengaruh Naungan Terhadap
merupakan kondisi terbaik. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) di
KESIMPULAN Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Akademika Biologi, 2(3): 31–40.
Rancang Bangun Sistem Pengukuran Reduksi Farhania, W. 2015. Perbedaan Hasil Kalibrasi
Intensitas Cahaya Matahari Menggunakan Luxmeter Bukan dan Fungsi V ( l) Filter.
Paranet pada Pembibitan Tanaman Porang Floyd, T.L. 2005. Electronic Devices Ninth
ini adalah sebagai berikut : Edition. Pretience Hall.
1. Alat ukur reduksi intensitas cahaya Ganjari, L. E. 2014. Pembibitan Tanaman
telah direalisasikan menggunakan 5 Porang dengan Model Agroekosistem
buah sensor Photodioda dengan Botol Plastik. Widya Warta, 43–58.
Mikroprosesor Arduino Mega 2560 telah Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 1. Edisi Ke-5.
dilakukan kalibrasi sensor dan uji Erlangga, Jakarta.
Nugraha,Y.A. et al. Rancang Bangun Sistem Pengukuran… 9

Handoko, P., & Fajariyanti, Y. 2010. Pengaruh Pertanian.


Spektrum Cahaya Tampak Terhadap Suci, C. W., & Heddy, S. 2018. Pengaruh
Laju Fotosintesis Tanaman Air Hydrilla Intensitas Cahaya terhadap Keragaan
Verticillata. Seminar Nasional X Pendidikan Tanaman Puring (Codiaeum variegetum).
Biologi FKIP UNS, 10(2), 1–9. Jurnal Produksi Tanaman, 6(1): 161–169.
Hidayah, R. 2016. Budidaya Umbi Porang Triyati, E. 1985. Spektrofotometri Ultra-Violet
Secara Intensif. Yogyakarta: UGM Press. dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya
Indriyani, S., Arisoesilaningsih, E., Wardiyati, dalam Oseanologi. Jurnal Oseana,
T., & Purnobasuki, H. 2016. Hubungan 10(1):39-47.
faktor lingkungan habitat porang Turhadi, & Indriyani, S. 2015. Uji Daya
( Amorphophallus muelleri Blume ) pada Tumbuh Porang (Amorphophallus
lima agroforestry di Jawa Timur dengan muelleri Blume) dari Berbagai Variasi
kandungan oksalat umbi . September. Potongan Biji. Jurnal Biotropika, 3(1): 2–7.
https://doi.org/10.13140/2.1.3957.2489 Vishay. (2012). LCD-020N004B Vishay 20 x 4
Kurniawan, H. 2019. Potensi Laser (Light Character LCD STANDARD
Amplification By Stimulated Emission Of VALUE UNIT ELECTRICAL
Radiation) Sebagai Pendeteksi Bakteri CHARACTERISTICS ITEM SYMBOL
(Studi Awal Detektor Makanan Halal). CONDITION LCD-012N004B. 4, 3.
CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Wulandari, I., Haryanti, S., & Izzati, M. 2016.
Elektro, 3(1): 1. Pengaruh Naungan Menggunakan
Ramdhan, A. F., & Hariyono, D. 2019. Paranet Terhadap Pertumbuhan Serta
Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Kandungan Klorofil dan Β Karoten Pada
Pertumbuhan dan Hasil Pada Tiga Kangkung Darat( Ipomoea reptans Poir).
Varietas Tanaman Stroberi (Fragaria Jurnal Biologi. 5(3): 71-79.
chiloensis L.) The Effect Of Shade On Yosua, C., Manurung, N., Kushadiwijayanto,
Growth and Yield Of Strawberry On A. A., & Nurdiansyah, S. I. 2019. Laju
Three Varietes (Fragaria chiloensis L.). Pertumbuhan Rhizopora Apiculata pada
Jurnal Produksi Tanaman, 7(1): 1–7. Intensitas Cahaya yang Berbeda di
Saleh, N., Rahayuningsih, S. A., Radjit, B. S., Mempawah Mangrove Park Kalimantan
Ginting, E., Harnowo, D., & Mejaya, I. M. Barat. Jurnal Laut Khatulistiwa. 2(2): 66–
J. 2015. Tanaman Porang. Pusat Penelitian 71.
dan Pengembangan Tanamaan Pangan - Yusro, & Aodah. (2019). Sensor Dan Transduser
Badan Penelitian dan Pengembangan (Teori Dan Aplikasi).

Anda mungkin juga menyukai