OLEH :
MUHAMMAD NAUVAL HANAFI
NABILA YAUMIL RAHMANIAR
NANA ESTY LUKITA
PINGKI AMALIA QULBA
Identifikasi Jabatan, yang berisi informasi tentang nama jabatan, bagian dan nomor
kode jabatan dalam suatu perusahaan
b.
lkhtisar Jabatan, yang berisi penjelasan singkat tentang jabatan tersebut yang juga
memberikan suatu definisi singkat yang berguna sebagai tambahan atas informasi pada
identifikasi jabatan, apabila nama jabatan tidak cukup jelas
c.
Tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bagian ini adalah merupakan inti dari Uraian
Jahatan dan merupakan bagian yang paling sulit untuk dituliskan secara tepat. Untuk
itu, bisa dimulai menyusunnya dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang apa dan mengapa suatu pekerjaan dilaksanakan, dan bagaimana cara
melaksanakannya.
d.
Pengawasan yang harus dilakukan dan yang diterima. Bagian ini menjelaskan namanama jabatan yang ada diatas dan di bawah jabatan ini, dan tingkat pengawasan yang
terlibat
e.
Hubungan dengan jabatan lain. Bagian ini menjelaskan hubungan vertikal dan
horizontal jabatan ini dengan jabatan-jabatan lainnya dalam hubungannya dengan jalur
promosi, aliran serta prosedur kerja
f.
g.
Kondisi kerja, yang menjelaskan tentang kondisi fisik lingkungan kerja dari suatu
jabatan. Misalnya panas, dingin, berdebu, ketal, bising dan lain-lain terutama kondisi
kerja yang berbahaya
Spesifikasi atau Persyaratan Jabatan
Spesifikasi jabatan adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh orang yang
menduduki suatu jabatan, agar ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan baik. Spesifikasi jabatan ini dapat disusun secara bersama-sama dengan
Uraian Jabatan, tetapi dapat juga di susun secara terpisah..Beberapa hal yang pada umumnya
dimasukkan dalam Spesifikasi Jabatan adalah:
a.
b.
c.
d.
Bahwa jumlah produksi yang akan dihasilkan menentukan banyaknya karyawan yang
dibutuhkan oleh setiap perusahaan. Semakin banyak produksi yang akan dihasilkan maka
akan semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan/direkrut.
2. Ramalan-ramalan Usaha
Hal ini meliputi perkiraan mengenai situasi perekonomian, siklus usaha yang menyangkut
ketidakpastian di masa yang akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Perluasan Perusahaan
Perencanaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh rencana perluasan perusahaan di masa
yang akan datang. Jika perusahaan akan diperbesar maka perekrutan/penarikan tenaga kerja
akan semakin banyak pula.
4. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi juga akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
oleh suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan alat-alat canggih, maka jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan sedikit.Hal inilah yang harus diperhitungkan agar dikemudian hari
tidak terjadi PHK.
5. Pasaran Tenaga Kerja
Pasaran tenaga kerja haruslah diperhatikan sebab jika penawaran lebih besar dari
permintaan maka tingkat upah akan cenderung rendah. Dalam hal ini perusahaan harus
menghitung manakah yang paling menguntungkan, apakah dengan labor intensive atau
capital intensive. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kebijaksanaan kebutuhan tenaga
kerja.
6. Perencanaan Karier Tenaga Kerja
Kemungkinan promosi di kemudian hari akan ikut mempengaruhi kebutuhan tenaga
kerja. Jika promosi akan dilakukan di kemudian hari, maka calon karyawan/tenaga kerja yang
dibutuhkan harus dengan spesifikasi yang lebih banyak lagi.
Prediksi Kebutuhan Tenaga Kerja
Berapa banyak jumlah tenaga kerja & tenaga kerja dengan skill yang bagaimana yang
akan dibutuhkan di masa depan itu banyak digantungkan kepada informasi mengenai keadaan
di masa lampau, keadaan saat ini dan asumsi-asumsi mengenai keadaan di masa depan.
Asumsi yang biasa digunakan adalah dengan melihat trend di masa lampau, sedangkan
hubungan antara variabel dianggap tetap. Tetapi pada kondisi bisnis yang dinamis dan selalu
berubah maka asumsi-asumsi tersebut mungkin akan tidak berlaku,sehingga perubahanperubahan pada perencanaan mungkin dibutuhkan.
D. PENGADAAN TENAGA KERJA
dan persyaratan kinerja yang lebih cepat dan menolong organisasi menghadapi meningkatnya
tantangan pasar.Model kompetensi dengan demikian seperti sebuah kendaraan untuk
mengemudikan perubahan organisasi (Lucia et al., 1999).Sumberdaya manusia professional
dihadapkan dengan banyak peluang peluang baru untuk memanfaatkan model kompetensi
untuk memperbaiki individu dan teams. Kemampuan memanage satu kumpulan karakteristik
personal dapat menjanjikan kerangka konsep untuk seleksi, penilaian, pengembangan bakat,
kinerja mnajemen, dan program program sumberdaya manusia yang lain. Daniels, Erickson
and Dalik (2001) mengidentifikasi beberapa kebiasaan untuk mengemudikan organisasi
dengan memperkenalkan kompetensi, sebagai berikut:
1). Memperbaiki efektivitas operasional.
2). Mencapai integrasi cultural dan kesetaraan organisasi.
3). Memperkuat proses sumberdaya manusia.
4). Mengemudikan perubahan organisasi
Mengimplementasikan model kompetensi di dalam organisasi dilakukan dengan
banyak cara. Banyak organisasi merancang kembali proses kerja dan merestructure kerja
mereka dan mengembangkan model kompetensi untuk memperbaharui rancangan kerja di
mana pekerjaan baru akan melekat dalam sedikit pekerjaan dengan pengalaman (Green,
1999).
Disini model kompetensi baru, sesuai kebutuhan, menggambarkan mendesaknya
pentingnya mengantisipasi persyaratan keterampilan, agaknya melelebihi keterampilan yang
lebih effektif di masa lalu (Daniel et al., 2001). Banyak organisasi mengenakan one size fits
all pendekatan untuk model kompetensi, dengan mengembangkan kompetensi, biasanya
untuk para pemimpin dan menerapkan model ini untuk kesatuan yang luas dari pekerjaan,
kadang kadang bahkan tanpa manajerial. Organisasi yang lain sudah menggerakkan arah
yang berlawanan, dengan mengembangkan secara simultan model kompetensi berganda
untuk pekerjaan berbeda di dalam organisasi. Kunci kemudi organisasi bisnis biasanya
mengikuti model organisasi yang fleksibel dan agility (cerdas), sebagai berikut:
Memperbaiki kinerja : memperbaiki kinerja operasi bisnis, dari memulai sampai akhir
bisnis untuk memberikan kepuasan pelanggan dan perusahaan. Sumber: HP Adaptive
Enterprises
2)
3)
4)
5)
Dari kelima faktor diatas, status atau kedudukan merupakan tujuan jangka panjang yang
perlu mendapat tanggapan dari wirausaha.Perusahaan selayaknya mempunyai perencanaan
karyawan untuk jangka panjang yang dikaitkan dengan pengembangan perusahaan.Bidang ini
menguji tanggung jawab wirausaha, apakah usahanya hanya bersifat sementara dan spekulatif
ataukah akan dikelola secara serius dan untuk jangka waktu lama.
a. Promosi karyawan
Promosi pekerja dalam usaha kecil mungkin saja sama dengan proses promosi karyawan
pada perusahaan besar. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian tertentu agar penerapannya
lebih cocok dan berpengaruh baik bagi perusahaan.
Misalnya : Karyawan yang telah menunjukkan prestasi dan masa kerja yang cukup lama,
berhak untuk dipromosikan sebagai pengawas atau supervisor, jika memang mampu dan
menguasai bidangnya. Diharapkan dengan kedudukannyayang bau, akan menambah
semangat kerja dan pengabdiannya. Dia juga diharapkan mampu memotivasi karyawan yang
lain dan mengarahkan mereka agar berprestasi lebih baik lagi. Pengangkatannya tersebut juga
akan membantu wirausaha dalam pelimpahan atau pendelegasian wewenang jika sewaktuwaktu akan berpergian atau berhalangan.
b. Pengembangan Karir
Pengembangan karir bagi pekerja dalam usaha kecil ebih dimaksudkan sebagai alih
teknologi dan informasi untuk pengembangan perusahaan, tidak ditujukan bagi
pengembangan kemampuannya dalam memmimpin perusahaan. Pelatihan-pelatihan yag
diikuti lebih bersifat metoe terapan yang ada kaitannya dengan bidang usaha dimana dia
bekerja. Wawasan pengembangan karier menjadi terbatas, selain karena faktor usia juga latar
belakang pekerja umumnya yang tidak memungkinkan. Lenih jauh lagi adalah kegunaan
yang diinginkan oleh pekerja umumnya member manfaat yang langsung dapat dirasakan.
Pola-pola pengembangan karir yang dapat diberikan kepada karyawan:
1)
2)
3)
4)
Jenis jenis pelatihan atau program pengembangan karir bagi wirausaha atau karyawannya
dapat berupa :
1) Seminar atau lokakarya
2) Kursus singkat kepemimpinan
3) Kursus singkat kewirausahaan
Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau organisasi pada
pegawainya hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong tercapainya tujuan
perusahaan yang efektif.Program kesejahteraan karyawan sebaiknya sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak melanggar peraturan pemerintah.
Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai menurut Malayu S.P. Hasibuan
(2000:187) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Program tunjangan dana peningkatan kesejahteraan dapat dikategorikan menjadi lima yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
PENGERTIAN PHK
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja antara
perusahaan dengan pekerja yang terjadi karena berbagai sebab.Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian PHK adalah pengakhiran hubungan
kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
buruh/pekerja dengan pengusaha. (Husni, 2003)
Sedangkan menurut Halim (1990: 136) bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
adalah suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara buruh dan majikan karena suatu hal
tertentu.Menurut Pasal 1 ayat 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-15A/MEN/1994,
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ialah pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dan
pekerja berdasarkan izin Panitia Daerah atau Panitia Pusat.(Khakim,2003)
JENIS-JENIS PHK
Dalam literatur Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan dikenal ada beberapa jenis PHK yaitu:
a.
b.
Pekerja /buruh dapat mengakhiri hubungan kerja dengan melakukan pengunduran diri atas
kemauan sendiri tanpa perlu meminta penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial. Pekerja/buruh yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud di atas
harus memenuhi syarat:
Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
Tidak terikat dalam ikatan dinas.
Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
c. Hubungan kerja putus demi hukum
Selain pemutusan kerja oleh pengusaha, buruh/pekerja, hubungan kerja juga dapat
putus/berakhir demi hukum, artinya hubungan kerja tersebut harus putus dengan sendirinya
dan kepada buruh/pekerja, pengusaha tidak perlu mendapatkan penetapan PHK dari lembaga
yang berwenang sebagaimana diatur dalam Pasal 154 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
sebagai berikut:
Pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bila mana telah dipersyaratkan
secara tertulis sebelumnya;
Pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan
sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali;
Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam peerjanjian
kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundangundanganatau pekerja/buruh meninggal dunia.
d.
Yang dimaksud dengan pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah pemutusan
hubungan kerja oleh pengadilan perdata biasa atas permintaan yang bersangkutan
(majikan/buruh) berdasarkan alasan penting.Alasan yang penting adalah disamping alasan
mendesak juga karena perubahan keadaan pribadi atau kekayaan pemohon atau perubahan
keadaan di mana pekerjaan yang dilakukan sedemikian rupa sifatnya, sehingga adalah layak
untuk memutuskan hubungan kerja.(Husni, 2010).
DAFTAR PUSTAKA