Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH

SUPERVISI DAN PENJAMINAN MUTU


PENDIDIKAN DASAR

MAKALAH :
STANDAR MUTU INTERNAL DAN EKSTERNAL

Dosen Pengampu :
Dr. ZAINAL M. ARIFIN, M.Pd.
Dr. DADANG JAENUDIN, M.Si.

Disusun oleh
1. NAMA : NUNUNG NURHAYATI
NPM : 072822003
2. NAMA : NETTY HERAWATI
NPM : 072822004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAKUAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Standar Mutu Internal dan
Eksternal”.
Kami berharap keberadaan makalah ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam
tentang apa itu “Standar Mutu Internal dan Eksternal” sehingga dapat memaksimalkan
proses pembelajaran bagi para pembaca yang berkepentingan di dalamnya.
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr.
Zainal M. Arifin dan Bapak Dr. Dadang Jaenudin, M.Si. selaku dosen pengampu kami
di mata kuliah Supervisi dan Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kiranya makalah ini bisa dijadikan acuan/wawasan bagi semua mahasiswa,
meskipun masih banyak kekurangan di dalam penyusunannya. Untuk itu saran dan kritik
agar pembuatan makalah ini lebih baik sangat kami nantikan

Bogor, Mei 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….2
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................................3
A. Mutu Pendidikan …………………………………………………………………3
BAB III PEMBAHASAN
A. Standar Mutu Internal…………..………………………………………………...4
B. Standar Mutu Eksternal………. ………………………………………………...14
C. Kontribusi Penjaminan Mutu terhadap Peningkatan Mutu…...…………………17
D. Penelitian Terdahulu…………………………………………………………….19
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Permasalahan pendidikan yang sangat dirasakan sekarang ini adalah rendahnya
mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam rangka untuk mengatasi permasalahan
pendidikan yang semakin kompleks walaupun tidak jarang dalam implementasinya
kebijakan tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan.1
Secara harafiah mutu diartikan sebagai ukuran baik buruk tentang sesuatu.
Boleh jadi konsep mutu berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Crosby
mengatakan mutu adalah sesuatu yang sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan (conformance to requirement). W. Edwards Deming mengatakan mutu
adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Sejalan dengan Deming,
Garvi dan Davis mengatakan, mutu adalah kondisi dinamik yang berhubungan dengan
produk, tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Berpijak pada pendapat Garvi dan Davis, upaya meningkatkan
mutu pendidikan dilakukan dalam proses sistematis dan kontinyu serta melibatkan
banyak komponen di dalamnya. Mutu pendidikan merupakan kondisi pendidikan
yang selalu diperjuangkan terus menerus. 2
Penjaminan mutu (quality as surance) sebagai istilah umum yang digunakan
sebagai kata lain untuk semua bentuk kegiatan monitoring, evaluasi, atau kajian mutu.
Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses membangun kepercayaan dengan cara
melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen input,
komponen proses, dan hasil. 3

1
Sulastri, T. (2020)." Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan Mutu
Layanan Pendidikan". Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal, 5(2), 53–60.
https://doi.org/10.51729/5211
2
Midun, H. (2017). “Membangun Budaya Mutu Dan Unggul Di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan Missio, 50–59.
3
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif, 1(1), 11–21.
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54

1
2

B.    Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang kami sampaikan, maka rumusan masalah yang
diambil yaitu
1. Apa yang dimaksud Standar Mutu Internal?
2. Bagaimana tahapan penjaminan internal dilakukan?
3. Apa yang dimaksud Standar Mutu eksternal?
4. Bagaimana tahapan penjaminan eksternal dilakukan?
C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang kami sampaikan, maka tujuan penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1.  Untuk mengetahui Standar Mutu Internal dan tahapan penjaminan internal
dilakukan
2.  Untuk mengetahui Standar Mutu Internal dan tahapan penjaminan eksternal
dilakukan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Mutu Pendidikan
Pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat mengacu pada Standart
Nasional Pendidikan (SNP). Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP)
terdapat delapan standart nasional pendidikan, antara lain standart isi, standart proses,
standrat kompetensi, standart pendidik dan tenaga kependidikan, standart sarana dan
prasarana, standart pengelolaan, standart pembiayaan, serta standart penilaian.
Kedelapan aspek tersebut diterapkan guna memberikan penilaian terhadap kinerja
satuan dan program pendidikan (DEPDIKNAS, 2005). 4
Dalam pelaksanaan mutu mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang
ditetapkan oleh pemerintah standar minimal yang harus dicapai oleh satuan pendidi-
kan dan semua stakeholders dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan
(Samudra & Sumada, 2021).5
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini belum sebagaimana apa yang
diharapkan, masih banyak satuan pendidikan atau sekolah yang belum memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP), dimana standar kualitas pendidikan yang
ditetapkan oleh pemerintah berbeda dengan standar yang dilaksanakan di sekolah,
sehingga sebagian besar kualitas yang dihasilkan belum memenuhi standar yang
diharapkan.6
Pasal 91 Keputusan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan memuat pernyataan bahwa semua satuan pendidikan pada jalur formal dan
nonformal wajib menjamin mutu pendidikan. Penjaminan mutu dalam pendidikan
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP) .7

4
Azizah, R. N. (2019). Mutu Pendidikan dan Budaya Literasi. Jurnal Program Studi Antropologi,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, 1–6.
5
Azizah, R. N. (2019). Mutu Pendidikan dan Budaya Literasi. Jurnal Program Studi Antropologi,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, 1–6.
6
Elbadiansyah, E., & Putra, M. T. F. (2019). Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam
Pencapaian Standar Nasional Pendidikan. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat), 1(1), 64.
https://doi.org/10.30872/plakat.v1i1.2696
7
Arifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 98–105.
https://doi.org/10.57251/multiverse.v1i2.602

3
4

BAB III
PEMBAHASAN

A. Standar Mutu Internal


1. Definisi SPMI
Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 53 UU Dikti, SPM Dikti terdiri atas SPMI dan
SPME atau akreditasi. SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan
tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom atau mandiri untuk mengendalikan
dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan
berkelanjutan. (Kemenristekdikti, 2018)
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan kegiatan sistemik penjaminan
mutu pendidikan tinggi secara otonom atau mandiri yang dilakukan oleh setiap
perguruan tinggi untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan SPMI sebagai alat untuk
menjamin pencapaian mutu standar pendidikan harus menetapkan lingkup yang
memiliki indikator mutu agar memudahkan proses evaluasi pada saat proses audit
berlangsung. Namun, indikator-indikator tersebut hanya merupakan pedoman untuk
mengukur efisiensi mutu pembelajaran.
Evaluasi yang baik harus dapat menjelaskan hal-hal yang diperkirakan dapat
dianggap sebagai atribut mutu perguruan tinggi, yaitu: (1) relevansi tujuan dan
sasaran, (2) efisiensi, (3) produktivitas, (4) efektivitas, dan (5) akuntabilitas. Dengan
demikian, dalam pelaksanaannya perlu didukung dengan adanya langkah-langkah
strategis untuk mewujudkan tujuan tersebut.8
2. Prinsip SPMI
Prinsip SPMI yang sesuai dengan UU Dikti dan Permenristekdikti No. 62
Tahun 2016 Tentang SPM Dikti dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Otonom
SPMI dikembangkan dan diimplementasikan secara otonom atau mandiri oleh
setiap perguruan tinggi, baik pada aras Unit Pengelola Program Studi (Jurusan,
Departemen, Sekolah, atau bentuk lain) maupun pada aras perguruan tinggi

8
ADrifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 98–105.
https://doi.org/10.57251/multiverse.v1i2.602
5

(Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Polyteknik, Akademi, Akademi


Komunitas).
b. Terstandar
SPMI menggunakan Standar Dikti yang terdiri atas SN Dikti yang ditetapkan
oleh Menteri dan Standar Dikti yang ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi.
c. Akurasi
SPMI menggunakan data dan informasi yang akurat pada PD Dikti.
d. Terencana dan Berkelanjutan
SPMI diimplementasikan dengan menggunakan 5 (lima) langkah penjaminan
mutu, yaitu PPEPP Standar Dikti yang membentuk suatu siklus.
e. Terdokumentasi
Setiap langkah PPEPP dalam SPMI harus ditulis dalam suatu dokumen, dan
didokumentasikan secara sistematis.
3. Tujuan SPMI
SPM Dikti bertujuan menjamin pemenuhan Standar Dikti secara sistemik dan
berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu. Dengan demikian,
SPMI sebagai salah satu sub sistem dari SPM Dikti, bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan tinggi secara sistemik dan berkelanjutan melalui PPEPP Standar Dikti,
sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu.
Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila setiap perguruan tinggi telah
mengimplementasikan SPMI dengan baik dan benar, dan luarannya dimintakan
akreditasi SPME.
Seberapa jauh perguruan tinggi melampaui SN Dikti yang ditunjukkan dengan
penetapan Standar Dikti yang ditetapkan perguruan tinggi tersebut merupakan
perwujudan dari dua tujuan lain dari SPMI, yaitu untuk:
a. Pencapaian visi dan pelaksanaan misi perguruan tinggi tersebut, dan
b. Pemenuhan kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholders) perguruan tinggi
tersebut.
4. Fungsi SPMI
SPM Dikti berfungsi mengendalikan penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh
perguruan tinggi untuk mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu. Dari Dari
uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa fungsi SPMI, sebagai salah satu sub sistem
dari SPM Dikti, adalah:
a. Menumbuhkan dan mengembangan budaya mutu perguruan tinggi;
6

b. Mewujudkan visi dan melaksanakan misi perguruan tinggi;


c. Sarana untuk memperoleh status akreditasi dan peringkat terakreditasi program
studi dan perguruan tinggi; dan
d. Memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan perguruan tinggi.
5. Langkah-Langkah Pelaksanaan SPMI
Berdasarkan model penjaminan mutu secara umum, proses penjaminan mutu
mengandung empat ciri fungsional, yaitu penetapan standar, pemenuhan standar,
evaluasi secara terus menerus dan peningkatan mutu yang dapat digambarkan pada
klus seperti gambar berikut ini:

a. Penetapan Standar Mutu/Instrumen


Standar mutu digunakan sebagai patokan dalam penjaminan mutu proses
pembelajaran dalam Pendidikan Dasar. Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2003, Standar Na- sional Pendidikan adalah kriteria minimal dalam
menyelenggarakan pendidikan. Kriteria SNP yang harus dipenuhi dalam
penyelengaraan Pendidikan dasar yaitu Sesuai dengan Visi Misi dan tujuan satuan
Pendidikan Dasar, Sesuai dengan kondisi satuan Pendidikan Dasar dan berdasarkan
prioritas.
b. Pelaksanaan Pemenuhan Standar
Pemenuhan mutu ini dilaksanakan meliputi kegiatan pengelolaan kegiatan
proses pembelajaran. Luaran dari kegiatan Pelaksa- naan Rencana Mutu ini adalah
terjadinya pemenuhan mutu pendidikan dan capaian SNP yang ditetapkan pada tahap
c di satuan Pendidikan
c. Evaluasi
7

Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu


ber- jalan sesuai rencana yang telah disusun. Pengendalian mutu ini bertujuan agar
pemenuhan mutu sesuai dengan tujuan dan rencana pemenuhan mutu. Tahap
evaluasi/audit dil- akukan secara bertahap dan sistematis sesuai SNP
d. Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi sekolah berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pendidikan Dasar memilah mutu berdasarkan
instrument SNP proses pembelajaran sehingga di dapatkan pengelompokan sesuai
dengan kriteria standar proses. Setelah terkelompok maka data pemetaan mutu
dianalisis dan pengambilan kesimpulan.9
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI) adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri dari kebijakan dan proses
terkait untuk melaksanakan sistem penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan.
Bagi setiap satuan pendidikan dasar dan menengah untuk menjamin terwujudnya
pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan
(SNP) (Mendikbud Republik Indonesia, 2016).10
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolah harus dilakukan oleh
seluruh anggota sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan staf sekolah sesuai dengan
tugasnya masing-masing, siswa dan lainnya. Ada lima tahapan dalam siklus yang
harus dilaksanakan dalam implementasi SPMI yaitu pemetaan mutu sekolah,
perencanaan peningkatan mutu sekolah, pelaksanaan program penjaminan mutu,
monitoring dan evaluasi, serta penetapan standar dan penyusunan strategi mutu baru.11
Menurut Jerome S. Arcaro (2007:10-11), sekolah bermutu diawali dengan
perumusan dan pengembangan visi dan misi. Visi dan misi yang bermutu difokuskan
pada kebutuhan pelanggan (costumer), mendorong keterlibatan total komunitas dalam
program, mengembangkan sistem pengukuran nilai pendidikan, menunjang sistem

9
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif, 1(1), 11–21.
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
10
Arifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 98–105.
11
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 4(2), 229–244.
https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695
.
8

yang diperlukan, staf dan peserta didik untuk mengelola perubahan, serta perbaikan
berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat produk pendidikan menjadi
lebih baik. Proses ini kemudian ditetapkannya dalam lima pilar mutu pendidikan,
yakni fokus pada pelanggan, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan perbaikan
berkelanjutan. Kelima pilar tersebut dianggap sebagai fondasi yang kuat dalam
mengelola pendidikan sekaligus variabel-varibel mutu suatu sekolah.
Fokus pada Pelanggan (Customer)
Pelanggan pendidikan dapat dipilah atas dua, yakni pelanggan internal (internal
customer) dan pelanggan eksternal (external customer). Menurut Arcaro (2007:40)
pelanggan internal pendidikan mencakup dewan sekolah, orangtua, pendidik, peserta
didik, dan administrator; pelanggan ekternal meliputi masyarakat, perusahan, dan
pengguna lulusan
Keterlibatan Total
Manajemen mutu total (total quality management) menghendaki keterlibatan
total dari semua komponen pendidikan. Setiap orang harus berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam transformasi mutu (Arcaro, 2007:41). Keterlibatan total
menuntut model kepemimpinan sekolah yang demokratis dan transformatif. Partitipasi
aktif dalam proses transformasi mutu hanya mungkin terjadi jika setiap orang dalam
‘perusahan’ pendidikan merasa memiliki sekolah dan bertanggung jawab atas
pengelolaannya. Oleh karena itu pemimpin lembaga pendidikan seyogyanya
menciptakan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang setiap partisipan untuk
mengembangkan kreativitas secara optimal dalam berbagai aspek kemampuan.
Pengukuran
Penilaian mutu terhadap pengelolaan pendidikan tergantung pada hasil
pengukuran yang dilakukan. Pengukuran dalam pendidikan bukanlah perkara
gampang. Sebab aktivitas mengukur berkaitan dengan validitas alat ukur, kondisi
psikis subjek yang diukur, dan integritas moral pengukur. Pengukuran menjadi
persoalan, ketika pengukuran yang dilakukan tidak memenuhi standar- standar mutu.
Komitmen
Komitmen merupakan hal yang mendasar dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Komitmen adalah kesetiaan partisipan pendidikan untuk menjalankan
visi, misi, dan tujuan sekolah. Mutu menuntut komitmen setiap partisipan sekolah,
yang mencakup pemerintah, dewan sekolah, kepala sekolah, pendidik, tenaga
9

kependidikan. Lemahnya komitmen menjalankan visi, misi dan tujuan sekolah


menjadi sebab utama rendahnya mutu Pendidikan
Perbaikan Berkelanjutan
Mutu bersifat dinamis, penuh dinamika. Perjuangan mutu merupakan upaya
tiada akhir. Perbaikan berkelanjutan mengandung imperatif bahwa sekolah harus
melakukan sesuatu lebih baik hari esok dibandingkan hari kemarin. Untuk itu maka
para pengelola pendidikan belajar terus menerus untuk menemukan cara menangani
masalah yang muncul, memperbaiki proses yang dikembangkannya, dan membuat
perbaikan yang diperlukan (Arcaro, 2007:42)12 Sistem penjaminan mutu internal
adalah sebuah proses kegiatan pemenuhan standar mutu untuk mencapai sasaran serta
tujuan yang telah disepakati secara berkelanjutan. 13
Penjamin mutu internal dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu dengan
pemetaan mutu sekolah. Pemetaan dilakukan secara nasional menggunakan aplikasi
yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Aplikasi tersebut
bernama Rapor Penjaminan Mutu Pendidikan atau lebih populer dengan sebutan
Rapor PMP. Data yang terdapat di dalam Rapor PMP akan digunakan oleh lembaga
pendidikan sebagai bahan evaluasi sekolah. Hasil penelitian baru-baru ini
memperlihatkan bahwa ada tren yang kuat disebabkan oleh diberlakukannya sistem
penjaminan mutu di pendidikan tinggi di Eropa terhadap penguatan mutu pendidikan.
"Audit mutu" atau "audit kelembagaan" adalah sistem dan kebijakan yang paling
banyak digunakan sebagai instrumen penjaminan mutu. Kajian ini juga menemukan
bahwa refleksi terhadap peningkatan kualitas yang dihasilkan dari dalam lembaga
(internal) adalah hal yang paling penting dicapai daripada dorongan lembaga eksternal
(Corengia, et al., 2014).14
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolah harus dilakukan oleh
seluruh anggota sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan staf sekolah sesuai dengan
tugasnya masing-masing, siswa dan lainnya. Ada lima tahapan dalam siklus yang
harus dilaksanakan dalam implementasi SPMI yaitu pemetaan mutu sekolah,
perencanaan peningkatan mutu sekolah, pelaksanaan program penjaminan mutu,
12
Midun, H. (2017). Membangun Budaya Mutu Dan Unggul Di Sekolah. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan Missio, 50–59.
13
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif, 1(1), 11–21.
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
14
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
10

monitoring dan evaluasi, serta penetapan standar dan penyusunan strategi mutu baru
(Sani, Arifin, Rif’an, & Triatna, 2018).15
Implementasi penjaminan mutu internal, penentuan program dan pelaksanaan
seperti dikemukakan oleh Uchtiawati, dan Zawawi (2014) bahwa Sekolah melalui
mekanisme yang telah ditentukan dapat menentukan tahap- tahap pelaksanaan
jaminan mutu sebagai berikut: yaitu: plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan
melakukan tahap evaluation (mengevaluasi), secara berkelanjutan. Selain itu,
diperlukan dukungan adequate facilities and equitable educators will have a
significant impact on the implementation of the internal quality assurance system in
schools (Darman, Darwin, dan Yusnadi, 2017). 16

Al-Alawi et al., (2009) menemukan mekanisme penjaminan mutu internal, yaitu: 1)


membentuk komite penjaminan mutu, seperti Lembaga Penjaminan Mutu; 2)
mengundang konsultan penjaminan mutu; 3) menilai umpan balik; 4)
mengembangkan software untuk pengarsipan dokumen jaminan mutu; 5) menetapkan
system pengarsipan untuk dokumentasi penjaminan mutu; 6) mempersiapkan templet
untuk spesifikasi program, spesifikasi mata kuliah, dan ujian akhir. Lembaga-lembaga
pendidikan tinggi di Eropa membuat standar dan pedoman dalam upaya penjaminan
mutu internal. Lembaga pendidikan akan dikatakan memilki mutu jika telah bahkan
melampaui standar dan pedoman tersebut. 17
Kebijakan dan prosedur untuk penjaminan mutu:

15
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 4(2), 229–
244. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695

16
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
17
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan Efendi.
1(2), 71–76.
11

a. Langkah awal sebuah lembaga pendidikan dalam upaya penjaminan mutu adalah
membuat kebijakan dan prosedur langkah-langkah penjaminan mutu yang
bertujuan untuk menigkatkan mutu. Kebijakan harus mampu menciptakan budaya
mutu dan kebijakan harus bersifat berkelanjutan/ terus menerus. Dalam hal ini
penting bagi lembaga melibatkan seluruh stakeholdernya.
b. Persetujuan, pemantauan dan tinjauan berkala atas program dan penghargaan. Hal
ini bertujuan agar lembaga memiliki mekanisme secara formal (SOP) adalah
upaya pembuatan program-program di lembaganya serta cara memberikan reward
atas keberhasilan program-program tersebut.
c. Penilaian mahasiswa. Proses evaluasi peserta didik harus dilakukan dengan
transparan, artinya peserta didik harus diberitahu sebelumnya tentang kriteria,
peraturan, dan prosedur yang akan menjadi bahan penilaian.
d. Penjaminan mutu tenaga pendidik. Tenaga pendidikan merupakan faktor utama
dalam lembaga pendidikan, oleh karena itu lembaga pendidikan harus mampu
menerapkan manajemen SDM yang berkelanjutan untuk upaya pengembangan-
pengembagan tenaga pendidik. Memberikan motivasi dengan berbagai cara seperti
kompensasi yang memadai, pembinanaan dan lain sebagainya.
e. Sumber belajar dan dukungan siswa. Sumber belajar harus benar-benar dipastikan
ketersediannya sebagai komitmenlembaga untuk pengembangan dan peningkatan
kompetensi lulusan. Setiap program program yang ditawarkan harus terlebih
dahulu dipersiapkan ketersediaan sumber belajarnya.
f. Sistem informasi. Penting bagi lembaga pendidikan untuk membuat sistem
informasi sebagai alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan kemudian
menggunakan informasi untuk pengelolaan program studi dan kegiatan lainnya
yang efektif.
g. Informasi publik. Memberikan informasi yang sesuai dan relevan kepada publik
tentang program yang dimilki dan ditawarkan merupakan tanggungjawab dan
kewajiban lembaga pendidikan (ENQA, 2009) 18
Kualitas atau mutu dalam pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung kepada
kualitas perencanaan, kegiatan pelaksanaan, evaluasi atau penilaian dan program
pengawasan. Kerja tim adalah faktor penting bagi sekolah untuk meningkatkan
efektivitas operasional penjaminan kualitas internal. penjaminan mutu perlu dilakukan
18
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan Efendi.
1(2), 71–76.
12

secara sungguh-sungguh dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak untuk


membantu lembaga pendidikan dalam pelaksanaannya. Penjaminan mutu internal
harus dilaksanakan secara konsisten demi mewujudkan lembaga pendidikan dasar
yang mencapai budaya mutu. Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam sekolah
dan dijadikan oleh seluruh komponen dalam sekolah disebut sebagai Sistem
Penjaminan Mutu Internal
Ada lima tahapan dalam siklus yang harus dilaksanakan dalam implementasi
SPMI yaitu pemetaan mutu sekolah, perencanaan peningkatan mutu sekolah,
pelaksanaan program penjaminan mutu, monitoring dan evaluasi, serta penetapan
standar dan penyusunan strategi mutu baru (Sani, Arifin, Rif’an, & Triatna, 2018) 19
a. Tahap pertama yaitu pemetaan mutu sekolah.
Tahap ini ialah peroses pemetaan mutu sekolah melalui kegiatan evaluasi diri
sekolah (EDS). Dalam tahap evaluasi diri sekolah kepala sekolah dengan dukungan
pengawas sekolah melaksanakan EDS berasama Tim Penjaminan Mutu Sekolah
(TPMS) yang terdiri dari perwakilan guru (Sani dkk., 2018). 20
b. Tahap yang kedua adalah perencanaan peningkatan mutu sekolah.
Tahap ini membuat perencanaan peningkatan mutu sekolah, yang mencakup
kedalam manajemen sekolah termasuk kurikulum, kegiatan ekstrakulikuler, sumber
daya manusia, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Perencanaan peningkatan mutu
dilaksanakan dengan menggunakan peta mutu sebagai masukan utama disamping
dokumen kebijakan pemerintah seperti kurikulum dan standar nasional pendidikan,
serta dokumen rencana strategi pengembangan sekolah.
c. Tahap ketiga yaitu pelaksanaan program pejaminan mutu sekolah.
Dimana dalam proses pelaksanaan program penjaminan mutu ini diterapkan dalam
proses pembelajarannya, seperti mengembangkan materi dan pendekatan proses
pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
program penjaminan mutu sekolah. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa
akan belajar bagaimana menerapkan pembelajaran interktif dan integratif melalui
pendekatan ilmiah untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan prilaku.
d. Tahap ke empat adalah monitoring dan evaluasi.
19
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 4(2), 229–244.
https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695.
20
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 4(2), 229–244.
https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695.
13

Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi secara umum dilihat dari aspek manajemen,
proses belajar dan hasilnya, dan kegiatan ekstrakulikuler dan hasilnya, dampak
menjaminan mutu sekolah terutama pengetahuan, keterampilan dan perilaku
perubahan anggota sekolah, dukungan stakeholder dan keterlibatan masyarakat.
e. Tahap kelima adalah penetapan standar dan penyusunan strategi mutu baru.
Tahap ini merupakan penyusunan strategi baru perlu dilakukan jika sekolah atau
lembaga pendidikan belum mampu mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
berdasarkan strategi sebelumnya. Sekolah yang telah mampu memenuhi SNP dapat
menetapkan standar mutu baru di atas Standar Nasional Pendidikan (Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016)
Sistem Pejaminan Mutu Internal (SPMI) menjadikan sekolah sebagai pelaku
utama atau ujung tombak penjaminan mutu pendidikan. SPMI menciptakan sekolah
sebagai organisasi pembelajar dan menciptakan pentingnya budaya mutu. Mutu
tidak lagi diposisikan sebagai beban melainkan kebutuhan, bahkan dijadikan sebagai
gaya hidup. Mutu pendidikan kini tidak lagi menjadi tanggung jawab pihak tertentu,
melainkan menjadi urusan setiap orang. Setiap warga sekolah diharapkan
berpartisipasi secara aktif dan memberikanvkontribusi terhadapcpeningkatan mutu
pendidikanndi sekolah.
Dalam peroses implementasi tahap sistem penjaminan mutu internal ini
sekolah diberi bimbingan dan diberi pelatihan oleh Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) yang bisa dijadikan acuan dalam proses pengimplementasian
Sistem Penjaminan Mutu Internal. Jika penjaminan mutu dilakukan secara benar,
maka akan terjadi peningkatan mutu proses pendidikan di lembaga satuan
pendidikan. Indikator ketercapaian peningkatan mutu yang paling nyata ialah
peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar atau prestasi peserta didik. Sistem
Pejaminan Mutu Internal (SPMI) menjadikan sekolah sebagai pelaku utama atau
ujung tombak penjaminan mutu pendidikan. SPMI menciptakan sekolah sebagai
organisasi pembelajar dan menciptakan pentingnya budaya mutu. Mutu tidak lagi
diposisikan sebagai beban melainkan kebutuhan, bahkan dijadikan sebagai gaya
hidup. Mutu pendidikan kini tidak lagi menjadi tanggung jawab pihak tertentu,
melainkan menjadi urusan setiap orang. Setiap warga sekolah diharapkan
berpartisipasi secara aktif dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu
Pendidikan di sekolah yang bisa dijadikan acuan dalam proses pengimplementasian
Sistem Penjaminan Mutu Internal.
14

Jika penjaminan mutu dilakukan secara benar, maka akan terjadi peningkatan
mutu proses pendidikan di lembaga satuan pendidikan. Indikator ketercapaian
peningkatan mutu yang paling nyata ialah peningkatan proses pembelajaran dan
hasil belajar atau prestasi peserta didik. Standar proses dalam pendidikan merupakan
seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan yang dilakukan di sekolah yang
berhubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Keberhasilan standar proses
akan mempengaruhi standar kompetensi lulusan, karna kedua standar tersebut
merupakan garis lurus yang berhubungan dengan peserta didik.

B. Standar Mutu Eksternal


1. Definisi SPME
Sistem Penjaminan Mutu yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri atas Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
SPMI dilaksanakan oleh satuan pendidikan, sedangkan SPME dilaksanakan oleh
institusi di luar satuan pendidikan seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan
Standar Nasional Pendidikan, dan Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah. Sistem
penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan, mencakup seluruh aspek
penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk
mencapai SNP. Satuan pendidikan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem
penjaminan mutu secara mandiri dan berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu
di satuan pendidikan dan mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu
sekolahnya. 21
Penjamin Mutu Eksternal Cheung & Tsui (2010) mendefenisikan penjaminan mutu
eksternal sebagai a process of sharing experience and benchmarking against best
practices. Penjaminan mutu eksternal merupakan sebuah rangkaian proses berbagi
pengalaman dan benchmark terhadap praktik pendidikan yang terbaik. Tujuannya
adalah untuk membantu, membuat rekomendasi, dan memberikan saran untuk
mendapatkan keunggulan, relevansi, dan keragaman. Demi kelancaran prosedur,
akuntabilitas dan integritas lembaga penjamin mutu eksternal, maka orang-orang yang
akan melakukan prosesnya (asesor) harus memiliki kompetensi. Cheung (2015)
21
Sulastri, T. (2020). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan Mutu
Layanan Pendidikan. Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal, 5(2), 53–60.
https://doi.org/10.51729/5211
15

menjabarkan kompetensi penting yang harus dimiliki praktisi penjaminan mutu


eksternal. Kompetensi tersebut antara lain: memiliki profesional, mampu memeriksa
dengan sistematis, mampu menganalisis situasi, kemampuan manajemen, reflektif, dan
memiliki kompetensi interpersonal. 22

Selain penjaminan mutu internal, pendidikan tinggi Eropa juga membuat 8 (delapan)
standar dalam penjaminan kualitas eksternal. Kedelapan standar ini harus dipenuhi oleh
pendidikan tinggi secara keseluruhan dan terintegarasi pada tiap standarnya. Untuk lebih
jelas tentang masing-masing standar dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, penggunaan prosedur penjaminan kualitas internal. Penjaminan mutu


eksternal juga melihat dan mempertimbangkan proses penjaminan mutu yang dilaksanakan
oleh internal lembaga. Untuk itu perlu sinergisitas antara penjaminan mutu internal dengan
eksternal.

Kedua, pengembangan proses penjaminan mutu eksternal. Proses penjamninan mutu


eksternal harus mengembangkan prosedur yang akan dilaksanakan kemudian
mempublikasikannya/ memberikan informasi kepada lembaga pendidikan. Proses
pengembangan prosesdur (termasuk instrumen) baiknya melibatkan lembaga pendidikan.

Ketiga, kriteria untuk keputusan. Maksudnya kriteria kriteria yang akan menjadi
bahan keputusan hasil akreditasi eksternal nantinya harus diberikan informasinya kepada
lembaga pendidikan. Kriteria ini juga harus diimplemetasikan secara konsisten.

Keempat, Proses sesuai dengan tujuan. Penjaminan mutu eksternal juga


harus sesuai dengan tujuan. Setiap proses didesain untuk mencapai tujuan
yaitu peningkatan mutu pendidikan.

22
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
16

Kelima, pelaporan. Pemberian laporan harus bersifat sesederhana mungkin agar


mudah difahami. Seluruh hasil penjaminan mutu eksternal baik itu rekomendasi,
pujian dan lain sebagainya harus ditampilkan untuk bahan evaluasi.
Keenam, prosedur tindak lanjut. Penjaminan mutu yang bersifat rekomendasi
untuk tindakan perbaikan, harus memiliki prosedur tindak lanjut yang telah
ditentukan yang dilaksanakan secara konsisten.
Ketujuh, tinjauan berkala. Proses penjaminan mutu eksternal baik untuk institusi
maupun program studi harus harus dilaksanakan secara berkala
Kedelapan, analisis seluruh sistem: Lembaga penjaminan mutu eksternal harus
menghasilkan ringkasan laporan yang menggambarkan dan menganalisis temuan
umum dari analisis data, evaluasi, penilaian, dan lainnya (ENQA, 2009).
Proses penjaminan mutu eksternal harus mengembangkan prosedur yang akan
dilaksanakan kemudian mempublikasikannya atau memberikan informasi kepada
lembaga pendidikan. Penjaminan mutu eksternal juga akan melihan penjaminan
mutu internal dalam sebuah lembaga pendidikan. 23
2. Prinsip SPME
Prinsip Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) menurut
Kemenristekdikti, 2016) adalah akurat, objektif, transparan, dan akuntabel
a. Akurat
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk akreditasi
didasarkan pada data dan informasi yang jelas, benar, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Obyektif
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk akreditasi
bebas dari pengaruh kepentingan subjektif dan berdasarkan data serta informasi
faktual yang tersedia.

c. Transparan
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk akreditasi
dilakukan berdasarkan standar dan mekanisme yang diketahui oleh semua
pemangku kepentingan.
23
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
17

d. Akuntabel
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk akreditasi
dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pemangku kepentingankuntabel
3. Tujuan SPME
Tujuan dari SPME, yaitu memastikan sistem penjaminan mutu internal serta
proses peningkatan mutu di satuan pendidikan dapat berjalan dengan baik. Adapun
menurut (Kemenristekdikti, 2016) tujuan SPME, yaitu:
a. Menentukan kelayakan Program Studi dan Perguruan Tinggi berdasarkan
kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
b. Menjamin mutu Program Studi dan Perguruan Tinggi secara eksternal baik
bidang akademik maupun non akademik untuk melindungi kepenKngan
mahasiswa dan masyarakat.
4. Fungsi SPME
Fungsi dari SPME adalah untuk memantau, memfasilitasi, mengevaluasi
pemenuhan standar nasional di satuan pendidikan; mengevaluasi dan
mengembangkan standar; serta menetapkan akreditasi satuan pendidikan.
a. Memantau, memfasilitasi, mengevaluasi, pemenuhan standar nasional di satuan
pendidikan
b. Mengevaluasi dan mengembangkan standar menetapkan akreditasi satuan
pendidikan
C. Kontribusi Penjaminan Mutu terhadap Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu merupakan topik bahasan yang selalu dibahas dalam
berbagai kesempatan diskusi dalam lembaga pendidikan. Peningkatan mutu
dianggap dapat mempengaruhu kualitas hasil lulusan suatu lembaga. Lembaga
pendidikan dituntut untuk terus memperbaiki diri dengan melakukan inovasi dan
terobosan baru guna meningkatkan mutu pendidikan. Dalam jenjang sekolah dasar,
mutu pendidikan diharapkan benar-benar mencetak generasi berkualitas yang siang
melanjutkan ke jenjang menengah. Jenjang menengah yang dimaksud dapat berupa
Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah atau sekolah-sekolah lain sesuai
minat peserta didik. Goetsch & Davis (2014) menjelaskan mutu adalah keadaan
dinamis yang terkait dengan produk, layanan, orang, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melampaui harapan dan membantu menghasilkan keunggulan.
Kesimpulannya bahwa suatu lembaga dikatakan bermutu jika dapat berubah
memperbaiki semua hal yang terlibat di dalam suatu lembaga, mislanya sitem
18

pendidikan, sarana dan prasarana, guru, peserta didik, serta perangkat sekolah dasar .
24

Terdapat lima tujuan untuk penjaminan mutu pada lembaga pendidikan,


yaitu: improvement, innovation, communication, motivation and control (Rosa,
2014). Kelima acuan ini dapet menjadi acuan dalam penjaminan mutu pendidikan
dasar. Untuk lebih jelas tentang masing-masing tujuan tersebut, maka diuraikan
sebagai berikut:
1. Improvement: Tujuan yang pertama dari penjaminan mutu adalah untuk
peningkatan lembaga pendidikan. Tujuan ini mencerminkan bahwa penjaminan
mutu menjadi salah satu cara agar lembaga pendidikan mengalami peningkatan
dan perkembangan. Oleh karena itu sistem penjaminan mutu harus mengarah
pada upaya-upaya peningkatan mutu khususnya pada bidang-bidang akademik
atau yang berkenaan langsung dengan proses pembelajaran.
2. Innovation: Kemudian tujuan yang kedua adalah sebagai bahan berinovasi.
Inovasi berbeda dengan perbaikan. Inovasi bertujuan mencari sesuatu atau
menemukan hal baru. Penjaminan mutu berperan dalam menciptakan inovasi-
inovasi baru dalam lembaga pendidikan, karena mutu yang baik harus terus
berkembang sesuai perkembangan zaman. Perbaikan proses dan metodologi
pembelajaran, sistem informasi, manajemen serta penelitian harus terus
dilakukan guna menjadi lebih baik dan up to date.
3. Communication: Selanjutnya tujuan penjaminan mutu adalah sebagai alat
komunikasi. Komunikasi disini maksudnya sebagai pemberi informasi kepada
para civitas akademika tentang apa yang sudah ada dan hal apa yang perlu
ditingkatkan. Selain itu tujuan ini untuk memberikan informasi kepada publik
dan stakeholder lainnya tentang capaian yang diraih oleh lembaga pendidikan.
24
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
19

4. Motivation: Tujuan motivasi berkaitan dengan sikap dan perilaku civitas dalam
menghadapi dan menanggapi hasil penjaminan mutu. Civitas akademik akan
terdorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan melihat hasil dari penjaminan
mutu. Jika hasil penjaminan mutu belum menunjukkan hasil yang maksimal
maka civitas akan terdorong untuk melakukan perbaikan. Jika hasil sudah
menunjukkan kesempurnaan/ baik, mereka akan termotivasi untuk terus
mempertahannya dengan melakukan praktik-praktik yang baik.
5. Control: Tujuan yang terakhir adalah kontrol/ pengawasan. Pelaksanaan
penjaminan mutu akan memberikan umpan balik dari hasil pemeriksaan/
asesmennya kepada lembaga pendidikan. Hasil ini akan mejadi bahan evaluasi
bagi penyelenggara dan kemudian melakukan perbaikan. Pengawasan akan
dilakukan dan dipraktikkan yang bertujuan mengantisipasi hasil rekomadasi dari
penjaminan mutu. Pengelola akan melakukan kontrol agar rekomendasi yang
baik tetap dipertahankan dan dikembangan sedangkan rekomendasi perbaikan
dipastikan tidak akan terjadi kembali. Selanjutnya untuk mempertahankan
penjaminan mutu diperlukan konsep yang benar-benar dapat diterima oleh
semua kalangan. 25

D. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian yang ditulis Nur Achmey Selgi Harwanti dan Agnes Tuti
Rumiati yang berjudul Pengelompokkan Mutu Sekolah Dasar di Indonesia hasilnya
menunjukkan bahwa berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dengan Metode
Fuzzy C-Means Jumlah cluster optimum pada pengelompokan kota di Indonesia
dengan menggunakan metode Fuzzy C-Means adalah 3 cluster dengan urutan yang
memiliki mutu paling baik secara berturut turut adalah cluster A dengan jumlah
anggota 282 kota, cluster B dengan jumlah anggota 188 kota, dan cluster C dengan
jumlah anggota 44 kota. Terdapat 54,86% kota di Indonesia yang tergolong dalam
cluster A (Telah memenuhi SNP).
Selanjutnya Penelitian dengan judul Peninjauan Dokumen Mutu
Pascasarjana Unram untuk Menunjang Penguatan SPMI dan SPME yang ditulis Joni
Rokhmat, Wildan, Taslim Sjah, Ulpah, Lulu Il Muntaz dalam Jurnal Pengabdian
25
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
20

Magister Pendidikan IPA 2022 menunjukkan hasil bahwa dokumen mutu yang
terdiri dari dokumen kebijakan, manual, standar, dan formulir mutu yang dimiliki
Pascasarjana Universitas Mataram saat ini dengan penetapan bulan Desember tahun
2018 perlu direvisi dan disesuaikan dengan kebijakan baru Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Selain itu perlu juga penyesuaian dengan kondisi
sekarang dan kondisi kedepan yang berpotensi terus akan berkembang, khususnya
juga dikaitkan dengan era sekarang, industri 4.0 dan persiapan menuju era industri
5.0
Dari penelitian berjudul Sistem Penjaminan Mutu Internal: “Studi Tentang
Pendidikan Karakter Sekolah Dasar di Jakarta” yang ditulis oleh Samudra dan
Sumanda menunjukkan bahwa Kota Jakarta Timur merupakan bagian kawasan dari
Jakarta City, memiliki 783 Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan terdapat sebagian peningkatan sistem penjaminan mutu internal yang
berkarakter.
Menurut hasil penelitian yang ditulis oleh Gustini & Mauly menunjukkan
bahwa hasil dari penerapan penjaminan mutu internal berdampak pada proses
pembelajaran yang lebih inovatif, prestasi siswa dan pencapaian sekolah, hingga
kepuasan pelanggan baik interal maupun eksternal, serta pemenuhan delapan standar
nasional pendidikan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, kegiatan perbaikan
mutu yang diterapkan sesuai dengan tahapan siklus SPMI yang dilakukan di SMP
Darul Falah Cihampelas meliputi: satu, evaluasi diri sekolah yang berdasarkan pada
rapot mutu pendidikan, kedua, perencanaan perbaikan mutu dengan penetapan
panitia penjaminan mutu dan menganalisi kermbali hasil evaluasi diri sekolah,
ketiga, pelaksanaan perbaikan mutu, keempat, monitoring evaluasi dan hasil
peningkatan mutu setelah dilakukannya perbaikan mutu, dan kelima perencanaan
mutu kembali untuk tahun mendatang. Hasil dari penerapan penjaminan mutu
internal berdampak pada proses pembelajaran yang lebih inovatif, prestasi siswa dan
pencapaian sekolah, hingga kepuasan pelanggan baik interal maupun eksternal, serta
pemenuhan delapan standar nasional pendidikan
Hasil temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dengan judul
Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan Mutu
Layanan Pendidikan menunjukkan hasil bahwa : 1) kedua sekolah ini memiliki
standar mutu masing-masing baik khusus untuk guru dan untuk siswa yang sudah
diatur dengan mengacu pada delapan standar nasional pendidikan (SNP), 2)
21

Pemetaan mutu di SD Darul Hikam 2 hasilnya berada pada rentang lima koma nol
enam dan termasuk kategori menuju SNP tiga dengan perolehan bintang tiga yang
berada pada kategori baik. Sedangkan SDN 200 Leuwipanjang berada menuju SNP
lima dengan nilai bintang tujuh yang artinya berkategori baik sekali. Jadi SDN 200
lebih unggul dari SD darul Hikam.
Dari hasil penelitian Arifinto yang berjudul Penerapan Sistem Penjaminan
Mutu Internal dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar menunjukkan bahwa
Pemetaan mutu di SDIT An Naajiyah dilakukan melalui analisis sertifikat mutu
sekolah atau yang dikenaldengan School Self Assessment (EDS), untuk mengetahui
seberapa baik kemajuan sekolah sebelum pelaksanaan SPMI. Rencana peningkatan
mutu SDIT An Naajiyah dikembangkan oleh seluruh Tim Pengembangan Mutu
Sekolah (TPMS) di bawah bimbingan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP). Beberapa tahapan dilakukan dalam proses perencanaan, dimulai dengan
mendefinisikan ulang TPMS sekolah menjadi SPMI-TPMS dan melakukan analisis
EDS dan SWOT. Pelaksanaan peningkatan mutu di SDIT An Naajiyah mengikuti
temuan EDS yang difokuskan pada peningkatan empat standar nasional pendidikan
yang tertuang dalam Standar Akademik (Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan). Monitoring dan evaluasi peningkatan
kualitas di SDIT An Naajiyah dilakukan oleh tim Monev. Memantau setiap
pelaksanaan peningkatan kualitas internal SDIT An Naajiyah dan mengevaluasi
yang perlu ditingkatkan. Rencana sertifikasi ulang mutu atau peningkatan mutu di
SDIT An Naajiyah melakukan analisis kesamaan antara sertifikat mutu tahun
sebelumnya dengan sertifikat mutu tahun ini. Dengan demikian, kemajuan sedang
dibuat dalam menerapkan SMPI di sekolah. Kemudian merencanakan kembali
standar mana yang tidak sesuai dengan tujuan, atau merencanakan standar
pendidikan negara-negara yang belum diperbaiki.
Dari hasil penelitian Jollyta dkk dalam judul Mengatasi Kelemahan Internal
Menggunakan Mc-Kinsey 7s Untuk Peningkatan Standar Mutu Pendidikan bahwa
Pemetaan mutu di SDIT An Naajiyah dilakukan melalui analisis sertifikat mutu
sekolah atau yang dikenal dengan School Self Assessment (EDS), untuk mengetahui
seberapa baik kemajuan sekolah sebelum pelaksanaan SPMI. Rencana peningkatan
mutu SDIT An Naajiyah dikembangkan oleh seluruh Tim Pengembangan Mutu
Sekolah (TPMS) di bawah bimbingan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP). Beberapa tahapan dilakukan dalam proses perencanaan, dimulai dengan
22

mendefinisikan ulang TPMS sekolah menjadi SPMI-TPMS dan melakukan analisis


EDS dan SWOT. Pelaksanaan peningkatan mutu di SDIT An Naajiyah mengikuti
temuan EDS yang difokuskan pada peningkatan empat standar nasional pendidikan
yang tertuang dalam Standar Akademik (Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan). Monitoring dan evaluasi peningkatan
kualitas di SDIT An Naajiyah dilakukan oleh tim Monev. Memantau setiap
pelaksanaan peningkatan kualitas internal SDIT An Naajiyah dan mengevaluasi
yang perlu ditingkatkan. Rencana sertifikasi ulang mutu atau peningkatan mutu di
SDIT An Naajiyah melakukan analisis kesamaan antara sertifikat mutu tahun
sebelumnya dengan sertifikat mutu tahun ini. Dengan demikian, kemajuan sedang
dibuat dalam menerapkan SMPI di sekolah. Kemudian merencanakan kembali
standar mana yang tidak sesuai dengan tujuan, atau merencanakan standar
pendidikan negara-negara yang belum diperbaiki. yang pada akhirnya meningkatkan
kualitas SMK PK. Apabila integrasi ketujuh elemen dapat berlangsung intensif,
diharapkan kelemahan internal teratasi sehingga sekolah dapat mencpai standar
mutu sesuai harapan
Hasil penelitian Elbadiansyah dan Putra yang berjudul Pelatihan Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan
menunjukkan bahwa hasil yang di dapat seluruh proses pelatihan yaitu pendidikan
Sekolah MA’ARIF NU 001 dan MI MA’ARIF NU 003 Samarinda telah sesuai
dengan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) yang ditetapkan oleh pemerintah.
secara sadar, mandiri dan berkesinambungan menjalankan pendidikan yang bermutu
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Selanjutnya, hasil penelitian Muhammad Fadhli yang berjudul Sistem
Penjaminan Mutu Internal dan Eksternal pada Lembaga Pendidikan Tinggi
menunjukkan bahwa Pendidikan tinggi akan memberikan dampak positifterhadap
perkembangan suatu bangsa. Perkembangan informasi dan teknologi menuntut
pendidikan tinggi harus terus beradaptasi dan berubah mengikutinya. Oleh sebab itu,
lembaga pendidikan harus memiliki mutu yang baik. Pendidikan tinggi yang
bermutu adalah yang mampu mencapai atau bahkan melampaui standar yang telah
ditetapkan. Untuk mendapatkan pendidikan tinggi yang bermutu maka lembaga
pendidikan perlu melakukan proses-proses penjaminan mutu baik secara internal
maupun eksternal. Proses tersebut juga merupakan bahan evaluasi tentang apa yang
23

belum dicapai dan yang harus pertahankan. Lembaga pendidikan perlu bekerjasama
dengan seluruh stakeholder untuk dapat memberikan hasil terbaik.
BAB IV
PENUTUP

Pendidikan dasar merupakan fondasi peserta didik untuk kehidupan yang akan
datang. Peradaban zaman yang semakin maju menuntut pendidikan dasar untuk
terus melakukan perbaikan mutu pendidikan guna mewujudkan kualitas lulusan
yang terbaik. Pendidikan dikatakan bermutu jika mampu memenuhi dan
menjalankan sesuai standar pendidikan yang berlaku, memiliki Rapot PMP yang
terbaik. Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu maka lembaga pendidikan
perlu melakukan proses-proses penjaminan mutu baik secara internal maupun
eksternal. Proses tersebut menjadi bahan evaluasi tentang apa yang belum dicapai
dan yang harus pertahankan Lembaga pendidikan perlu bekerjasama dengan seluruh
stakeholder untuk dapat memberikan hasil terbaik. Harapan akan mutu sebuah
lulusan membutuhkan sebuah sistem penjaminan mutu agar mutu lulusan dapat
ditingkatkan diupayakan berkelanjutan Jika belum diperoleh peningkatan mutu
sesuai yang diharapkan, kepala sekolah dan tim penjaminan mutu sekolah perlu
melakukan refleksi dan mengidentifikasi penyebab keadaan tersebut. Analisis
kualitatif perlu dilakukan secara lebih mendalam untuk memperbaiki program dan
kegiatan pada semester selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal,
1(2), 98–105. https://doi.org/10.57251/multiverse.v1i2.602
Azizah, R. N. (2019). Mutu Pendidikan dan Budaya Literasi. Jurnal Program Studi
Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, 1–6.
Elbadiansyah, E., & Putra, M. T. F. (2019). Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan. PLAKAT (Pelayanan Kepada
Masyarakat), 1(1), 64. https://doi.org/10.30872/plakat.v1i1.2696
Fadhli, Muhammad. “Sistem Penjaminan Mutu Internal Dan Ekstenal Pada Lembaga
Pendidikan Tinggi.” AL-TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (2020):
53–65. https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v4i2.1148
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management,
4(2), 229–244. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695
Jollyta, D., Buaton, R., Novriyenni, N., & Fauzi, A. (2021). Mengatasi Kelemahan Internal
Menggunakan Mc-Kinsey 7s Untuk Peningkatan Standar Mutu Pendidikan. Archive:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 27–37.
https://doi.org/10.55506/arch.v1i1.6
Midun, H. (2017). “Membangun Budaya Mutu Dan Unggul Di Sekolah”. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 50–59.
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu
Internal dan Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman
Radiana, Tulus Junanto, Iswan Efendi. 1(2), 71–76.
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif,
1(1), 11–21. https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
Sulastri, T. (2020)." Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Layanan Pendidikan". Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal, 5(2),
53–60. https://doi.org/10.51729/5211
Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti. (2014). Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal atau Akreditasi. September.

25

Anda mungkin juga menyukai