MAKALAH :
STANDAR MUTU INTERNAL DAN EKSTERNAL
Dosen Pengampu :
Dr. ZAINAL M. ARIFIN, M.Pd.
Dr. DADANG JAENUDIN, M.Si.
Disusun oleh
1. NAMA : NUNUNG NURHAYATI
NPM : 072822003
2. NAMA : NETTY HERAWATI
NPM : 072822004
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Standar Mutu Internal dan
Eksternal”.
Kami berharap keberadaan makalah ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam
tentang apa itu “Standar Mutu Internal dan Eksternal” sehingga dapat memaksimalkan
proses pembelajaran bagi para pembaca yang berkepentingan di dalamnya.
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr.
Zainal M. Arifin dan Bapak Dr. Dadang Jaenudin, M.Si. selaku dosen pengampu kami
di mata kuliah Supervisi dan Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kiranya makalah ini bisa dijadikan acuan/wawasan bagi semua mahasiswa,
meskipun masih banyak kekurangan di dalam penyusunannya. Untuk itu saran dan kritik
agar pembuatan makalah ini lebih baik sangat kami nantikan
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….2
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................................3
A. Mutu Pendidikan …………………………………………………………………3
BAB III PEMBAHASAN
A. Standar Mutu Internal…………..………………………………………………...4
B. Standar Mutu Eksternal………. ………………………………………………...14
C. Kontribusi Penjaminan Mutu terhadap Peningkatan Mutu…...…………………17
D. Penelitian Terdahulu…………………………………………………………….19
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sulastri, T. (2020)." Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan Mutu
Layanan Pendidikan". Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal, 5(2), 53–60.
https://doi.org/10.51729/5211
2
Midun, H. (2017). “Membangun Budaya Mutu Dan Unggul Di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan Missio, 50–59.
3
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif, 1(1), 11–21.
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
1
2
4
Azizah, R. N. (2019). Mutu Pendidikan dan Budaya Literasi. Jurnal Program Studi Antropologi,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, 1–6.
5
Azizah, R. N. (2019). Mutu Pendidikan dan Budaya Literasi. Jurnal Program Studi Antropologi,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, 1–6.
6
Elbadiansyah, E., & Putra, M. T. F. (2019). Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam
Pencapaian Standar Nasional Pendidikan. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat), 1(1), 64.
https://doi.org/10.30872/plakat.v1i1.2696
7
Arifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 98–105.
https://doi.org/10.57251/multiverse.v1i2.602
3
4
BAB III
PEMBAHASAN
8
ADrifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 98–105.
https://doi.org/10.57251/multiverse.v1i2.602
5
9
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif, 1(1), 11–21.
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
10
Arifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 98–105.
11
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 4(2), 229–244.
https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695
.
8
yang diperlukan, staf dan peserta didik untuk mengelola perubahan, serta perbaikan
berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat produk pendidikan menjadi
lebih baik. Proses ini kemudian ditetapkannya dalam lima pilar mutu pendidikan,
yakni fokus pada pelanggan, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan perbaikan
berkelanjutan. Kelima pilar tersebut dianggap sebagai fondasi yang kuat dalam
mengelola pendidikan sekaligus variabel-varibel mutu suatu sekolah.
Fokus pada Pelanggan (Customer)
Pelanggan pendidikan dapat dipilah atas dua, yakni pelanggan internal (internal
customer) dan pelanggan eksternal (external customer). Menurut Arcaro (2007:40)
pelanggan internal pendidikan mencakup dewan sekolah, orangtua, pendidik, peserta
didik, dan administrator; pelanggan ekternal meliputi masyarakat, perusahan, dan
pengguna lulusan
Keterlibatan Total
Manajemen mutu total (total quality management) menghendaki keterlibatan
total dari semua komponen pendidikan. Setiap orang harus berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam transformasi mutu (Arcaro, 2007:41). Keterlibatan total
menuntut model kepemimpinan sekolah yang demokratis dan transformatif. Partitipasi
aktif dalam proses transformasi mutu hanya mungkin terjadi jika setiap orang dalam
‘perusahan’ pendidikan merasa memiliki sekolah dan bertanggung jawab atas
pengelolaannya. Oleh karena itu pemimpin lembaga pendidikan seyogyanya
menciptakan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang setiap partisipan untuk
mengembangkan kreativitas secara optimal dalam berbagai aspek kemampuan.
Pengukuran
Penilaian mutu terhadap pengelolaan pendidikan tergantung pada hasil
pengukuran yang dilakukan. Pengukuran dalam pendidikan bukanlah perkara
gampang. Sebab aktivitas mengukur berkaitan dengan validitas alat ukur, kondisi
psikis subjek yang diukur, dan integritas moral pengukur. Pengukuran menjadi
persoalan, ketika pengukuran yang dilakukan tidak memenuhi standar- standar mutu.
Komitmen
Komitmen merupakan hal yang mendasar dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Komitmen adalah kesetiaan partisipan pendidikan untuk menjalankan
visi, misi, dan tujuan sekolah. Mutu menuntut komitmen setiap partisipan sekolah,
yang mencakup pemerintah, dewan sekolah, kepala sekolah, pendidik, tenaga
9
monitoring dan evaluasi, serta penetapan standar dan penyusunan strategi mutu baru
(Sani, Arifin, Rif’an, & Triatna, 2018).15
Implementasi penjaminan mutu internal, penentuan program dan pelaksanaan
seperti dikemukakan oleh Uchtiawati, dan Zawawi (2014) bahwa Sekolah melalui
mekanisme yang telah ditentukan dapat menentukan tahap- tahap pelaksanaan
jaminan mutu sebagai berikut: yaitu: plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan
melakukan tahap evaluation (mengevaluasi), secara berkelanjutan. Selain itu,
diperlukan dukungan adequate facilities and equitable educators will have a
significant impact on the implementation of the internal quality assurance system in
schools (Darman, Darwin, dan Yusnadi, 2017). 16
15
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management, 4(2), 229–
244. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695
16
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
17
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan Efendi.
1(2), 71–76.
11
a. Langkah awal sebuah lembaga pendidikan dalam upaya penjaminan mutu adalah
membuat kebijakan dan prosedur langkah-langkah penjaminan mutu yang
bertujuan untuk menigkatkan mutu. Kebijakan harus mampu menciptakan budaya
mutu dan kebijakan harus bersifat berkelanjutan/ terus menerus. Dalam hal ini
penting bagi lembaga melibatkan seluruh stakeholdernya.
b. Persetujuan, pemantauan dan tinjauan berkala atas program dan penghargaan. Hal
ini bertujuan agar lembaga memiliki mekanisme secara formal (SOP) adalah
upaya pembuatan program-program di lembaganya serta cara memberikan reward
atas keberhasilan program-program tersebut.
c. Penilaian mahasiswa. Proses evaluasi peserta didik harus dilakukan dengan
transparan, artinya peserta didik harus diberitahu sebelumnya tentang kriteria,
peraturan, dan prosedur yang akan menjadi bahan penilaian.
d. Penjaminan mutu tenaga pendidik. Tenaga pendidikan merupakan faktor utama
dalam lembaga pendidikan, oleh karena itu lembaga pendidikan harus mampu
menerapkan manajemen SDM yang berkelanjutan untuk upaya pengembangan-
pengembagan tenaga pendidik. Memberikan motivasi dengan berbagai cara seperti
kompensasi yang memadai, pembinanaan dan lain sebagainya.
e. Sumber belajar dan dukungan siswa. Sumber belajar harus benar-benar dipastikan
ketersediannya sebagai komitmenlembaga untuk pengembangan dan peningkatan
kompetensi lulusan. Setiap program program yang ditawarkan harus terlebih
dahulu dipersiapkan ketersediaan sumber belajarnya.
f. Sistem informasi. Penting bagi lembaga pendidikan untuk membuat sistem
informasi sebagai alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan kemudian
menggunakan informasi untuk pengelolaan program studi dan kegiatan lainnya
yang efektif.
g. Informasi publik. Memberikan informasi yang sesuai dan relevan kepada publik
tentang program yang dimilki dan ditawarkan merupakan tanggungjawab dan
kewajiban lembaga pendidikan (ENQA, 2009) 18
Kualitas atau mutu dalam pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung kepada
kualitas perencanaan, kegiatan pelaksanaan, evaluasi atau penilaian dan program
pengawasan. Kerja tim adalah faktor penting bagi sekolah untuk meningkatkan
efektivitas operasional penjaminan kualitas internal. penjaminan mutu perlu dilakukan
18
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan Efendi.
1(2), 71–76.
12
Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi secara umum dilihat dari aspek manajemen,
proses belajar dan hasilnya, dan kegiatan ekstrakulikuler dan hasilnya, dampak
menjaminan mutu sekolah terutama pengetahuan, keterampilan dan perilaku
perubahan anggota sekolah, dukungan stakeholder dan keterlibatan masyarakat.
e. Tahap kelima adalah penetapan standar dan penyusunan strategi mutu baru.
Tahap ini merupakan penyusunan strategi baru perlu dilakukan jika sekolah atau
lembaga pendidikan belum mampu mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
berdasarkan strategi sebelumnya. Sekolah yang telah mampu memenuhi SNP dapat
menetapkan standar mutu baru di atas Standar Nasional Pendidikan (Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016)
Sistem Pejaminan Mutu Internal (SPMI) menjadikan sekolah sebagai pelaku
utama atau ujung tombak penjaminan mutu pendidikan. SPMI menciptakan sekolah
sebagai organisasi pembelajar dan menciptakan pentingnya budaya mutu. Mutu
tidak lagi diposisikan sebagai beban melainkan kebutuhan, bahkan dijadikan sebagai
gaya hidup. Mutu pendidikan kini tidak lagi menjadi tanggung jawab pihak tertentu,
melainkan menjadi urusan setiap orang. Setiap warga sekolah diharapkan
berpartisipasi secara aktif dan memberikanvkontribusi terhadapcpeningkatan mutu
pendidikanndi sekolah.
Dalam peroses implementasi tahap sistem penjaminan mutu internal ini
sekolah diberi bimbingan dan diberi pelatihan oleh Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) yang bisa dijadikan acuan dalam proses pengimplementasian
Sistem Penjaminan Mutu Internal. Jika penjaminan mutu dilakukan secara benar,
maka akan terjadi peningkatan mutu proses pendidikan di lembaga satuan
pendidikan. Indikator ketercapaian peningkatan mutu yang paling nyata ialah
peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar atau prestasi peserta didik. Sistem
Pejaminan Mutu Internal (SPMI) menjadikan sekolah sebagai pelaku utama atau
ujung tombak penjaminan mutu pendidikan. SPMI menciptakan sekolah sebagai
organisasi pembelajar dan menciptakan pentingnya budaya mutu. Mutu tidak lagi
diposisikan sebagai beban melainkan kebutuhan, bahkan dijadikan sebagai gaya
hidup. Mutu pendidikan kini tidak lagi menjadi tanggung jawab pihak tertentu,
melainkan menjadi urusan setiap orang. Setiap warga sekolah diharapkan
berpartisipasi secara aktif dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu
Pendidikan di sekolah yang bisa dijadikan acuan dalam proses pengimplementasian
Sistem Penjaminan Mutu Internal.
14
Jika penjaminan mutu dilakukan secara benar, maka akan terjadi peningkatan
mutu proses pendidikan di lembaga satuan pendidikan. Indikator ketercapaian
peningkatan mutu yang paling nyata ialah peningkatan proses pembelajaran dan
hasil belajar atau prestasi peserta didik. Standar proses dalam pendidikan merupakan
seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan yang dilakukan di sekolah yang
berhubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Keberhasilan standar proses
akan mempengaruhi standar kompetensi lulusan, karna kedua standar tersebut
merupakan garis lurus yang berhubungan dengan peserta didik.
Selain penjaminan mutu internal, pendidikan tinggi Eropa juga membuat 8 (delapan)
standar dalam penjaminan kualitas eksternal. Kedelapan standar ini harus dipenuhi oleh
pendidikan tinggi secara keseluruhan dan terintegarasi pada tiap standarnya. Untuk lebih
jelas tentang masing-masing standar dapat diuraikan sebagai berikut:
Ketiga, kriteria untuk keputusan. Maksudnya kriteria kriteria yang akan menjadi
bahan keputusan hasil akreditasi eksternal nantinya harus diberikan informasinya kepada
lembaga pendidikan. Kriteria ini juga harus diimplemetasikan secara konsisten.
22
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
16
c. Transparan
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk akreditasi
dilakukan berdasarkan standar dan mekanisme yang diketahui oleh semua
pemangku kepentingan.
23
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
17
d. Akuntabel
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk akreditasi
dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pemangku kepentingankuntabel
3. Tujuan SPME
Tujuan dari SPME, yaitu memastikan sistem penjaminan mutu internal serta
proses peningkatan mutu di satuan pendidikan dapat berjalan dengan baik. Adapun
menurut (Kemenristekdikti, 2016) tujuan SPME, yaitu:
a. Menentukan kelayakan Program Studi dan Perguruan Tinggi berdasarkan
kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
b. Menjamin mutu Program Studi dan Perguruan Tinggi secara eksternal baik
bidang akademik maupun non akademik untuk melindungi kepenKngan
mahasiswa dan masyarakat.
4. Fungsi SPME
Fungsi dari SPME adalah untuk memantau, memfasilitasi, mengevaluasi
pemenuhan standar nasional di satuan pendidikan; mengevaluasi dan
mengembangkan standar; serta menetapkan akreditasi satuan pendidikan.
a. Memantau, memfasilitasi, mengevaluasi, pemenuhan standar nasional di satuan
pendidikan
b. Mengevaluasi dan mengembangkan standar menetapkan akreditasi satuan
pendidikan
C. Kontribusi Penjaminan Mutu terhadap Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu merupakan topik bahasan yang selalu dibahas dalam
berbagai kesempatan diskusi dalam lembaga pendidikan. Peningkatan mutu
dianggap dapat mempengaruhu kualitas hasil lulusan suatu lembaga. Lembaga
pendidikan dituntut untuk terus memperbaiki diri dengan melakukan inovasi dan
terobosan baru guna meningkatkan mutu pendidikan. Dalam jenjang sekolah dasar,
mutu pendidikan diharapkan benar-benar mencetak generasi berkualitas yang siang
melanjutkan ke jenjang menengah. Jenjang menengah yang dimaksud dapat berupa
Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah atau sekolah-sekolah lain sesuai
minat peserta didik. Goetsch & Davis (2014) menjelaskan mutu adalah keadaan
dinamis yang terkait dengan produk, layanan, orang, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melampaui harapan dan membantu menghasilkan keunggulan.
Kesimpulannya bahwa suatu lembaga dikatakan bermutu jika dapat berubah
memperbaiki semua hal yang terlibat di dalam suatu lembaga, mislanya sitem
18
pendidikan, sarana dan prasarana, guru, peserta didik, serta perangkat sekolah dasar .
24
4. Motivation: Tujuan motivasi berkaitan dengan sikap dan perilaku civitas dalam
menghadapi dan menanggapi hasil penjaminan mutu. Civitas akademik akan
terdorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan melihat hasil dari penjaminan
mutu. Jika hasil penjaminan mutu belum menunjukkan hasil yang maksimal
maka civitas akan terdorong untuk melakukan perbaikan. Jika hasil sudah
menunjukkan kesempurnaan/ baik, mereka akan termotivasi untuk terus
mempertahannya dengan melakukan praktik-praktik yang baik.
5. Control: Tujuan yang terakhir adalah kontrol/ pengawasan. Pelaksanaan
penjaminan mutu akan memberikan umpan balik dari hasil pemeriksaan/
asesmennya kepada lembaga pendidikan. Hasil ini akan mejadi bahan evaluasi
bagi penyelenggara dan kemudian melakukan perbaikan. Pengawasan akan
dilakukan dan dipraktikkan yang bertujuan mengantisipasi hasil rekomadasi dari
penjaminan mutu. Pengelola akan melakukan kontrol agar rekomendasi yang
baik tetap dipertahankan dan dikembangan sedangkan rekomendasi perbaikan
dipastikan tidak akan terjadi kembali. Selanjutnya untuk mempertahankan
penjaminan mutu diperlukan konsep yang benar-benar dapat diterima oleh
semua kalangan. 25
D. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian yang ditulis Nur Achmey Selgi Harwanti dan Agnes Tuti
Rumiati yang berjudul Pengelompokkan Mutu Sekolah Dasar di Indonesia hasilnya
menunjukkan bahwa berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dengan Metode
Fuzzy C-Means Jumlah cluster optimum pada pengelompokan kota di Indonesia
dengan menggunakan metode Fuzzy C-Means adalah 3 cluster dengan urutan yang
memiliki mutu paling baik secara berturut turut adalah cluster A dengan jumlah
anggota 282 kota, cluster B dengan jumlah anggota 188 kota, dan cluster C dengan
jumlah anggota 44 kota. Terdapat 54,86% kota di Indonesia yang tergolong dalam
cluster A (Telah memenuhi SNP).
Selanjutnya Penelitian dengan judul Peninjauan Dokumen Mutu
Pascasarjana Unram untuk Menunjang Penguatan SPMI dan SPME yang ditulis Joni
Rokhmat, Wildan, Taslim Sjah, Ulpah, Lulu Il Muntaz dalam Jurnal Pengabdian
25
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu Internal dan
Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, Iswan
Efendi. 1(2), 71–76.
20
Magister Pendidikan IPA 2022 menunjukkan hasil bahwa dokumen mutu yang
terdiri dari dokumen kebijakan, manual, standar, dan formulir mutu yang dimiliki
Pascasarjana Universitas Mataram saat ini dengan penetapan bulan Desember tahun
2018 perlu direvisi dan disesuaikan dengan kebijakan baru Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Selain itu perlu juga penyesuaian dengan kondisi
sekarang dan kondisi kedepan yang berpotensi terus akan berkembang, khususnya
juga dikaitkan dengan era sekarang, industri 4.0 dan persiapan menuju era industri
5.0
Dari penelitian berjudul Sistem Penjaminan Mutu Internal: “Studi Tentang
Pendidikan Karakter Sekolah Dasar di Jakarta” yang ditulis oleh Samudra dan
Sumanda menunjukkan bahwa Kota Jakarta Timur merupakan bagian kawasan dari
Jakarta City, memiliki 783 Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan terdapat sebagian peningkatan sistem penjaminan mutu internal yang
berkarakter.
Menurut hasil penelitian yang ditulis oleh Gustini & Mauly menunjukkan
bahwa hasil dari penerapan penjaminan mutu internal berdampak pada proses
pembelajaran yang lebih inovatif, prestasi siswa dan pencapaian sekolah, hingga
kepuasan pelanggan baik interal maupun eksternal, serta pemenuhan delapan standar
nasional pendidikan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, kegiatan perbaikan
mutu yang diterapkan sesuai dengan tahapan siklus SPMI yang dilakukan di SMP
Darul Falah Cihampelas meliputi: satu, evaluasi diri sekolah yang berdasarkan pada
rapot mutu pendidikan, kedua, perencanaan perbaikan mutu dengan penetapan
panitia penjaminan mutu dan menganalisi kermbali hasil evaluasi diri sekolah,
ketiga, pelaksanaan perbaikan mutu, keempat, monitoring evaluasi dan hasil
peningkatan mutu setelah dilakukannya perbaikan mutu, dan kelima perencanaan
mutu kembali untuk tahun mendatang. Hasil dari penerapan penjaminan mutu
internal berdampak pada proses pembelajaran yang lebih inovatif, prestasi siswa dan
pencapaian sekolah, hingga kepuasan pelanggan baik interal maupun eksternal, serta
pemenuhan delapan standar nasional pendidikan
Hasil temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dengan judul
Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan Mutu
Layanan Pendidikan menunjukkan hasil bahwa : 1) kedua sekolah ini memiliki
standar mutu masing-masing baik khusus untuk guru dan untuk siswa yang sudah
diatur dengan mengacu pada delapan standar nasional pendidikan (SNP), 2)
21
Pemetaan mutu di SD Darul Hikam 2 hasilnya berada pada rentang lima koma nol
enam dan termasuk kategori menuju SNP tiga dengan perolehan bintang tiga yang
berada pada kategori baik. Sedangkan SDN 200 Leuwipanjang berada menuju SNP
lima dengan nilai bintang tujuh yang artinya berkategori baik sekali. Jadi SDN 200
lebih unggul dari SD darul Hikam.
Dari hasil penelitian Arifinto yang berjudul Penerapan Sistem Penjaminan
Mutu Internal dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar menunjukkan bahwa
Pemetaan mutu di SDIT An Naajiyah dilakukan melalui analisis sertifikat mutu
sekolah atau yang dikenaldengan School Self Assessment (EDS), untuk mengetahui
seberapa baik kemajuan sekolah sebelum pelaksanaan SPMI. Rencana peningkatan
mutu SDIT An Naajiyah dikembangkan oleh seluruh Tim Pengembangan Mutu
Sekolah (TPMS) di bawah bimbingan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP). Beberapa tahapan dilakukan dalam proses perencanaan, dimulai dengan
mendefinisikan ulang TPMS sekolah menjadi SPMI-TPMS dan melakukan analisis
EDS dan SWOT. Pelaksanaan peningkatan mutu di SDIT An Naajiyah mengikuti
temuan EDS yang difokuskan pada peningkatan empat standar nasional pendidikan
yang tertuang dalam Standar Akademik (Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan). Monitoring dan evaluasi peningkatan
kualitas di SDIT An Naajiyah dilakukan oleh tim Monev. Memantau setiap
pelaksanaan peningkatan kualitas internal SDIT An Naajiyah dan mengevaluasi
yang perlu ditingkatkan. Rencana sertifikasi ulang mutu atau peningkatan mutu di
SDIT An Naajiyah melakukan analisis kesamaan antara sertifikat mutu tahun
sebelumnya dengan sertifikat mutu tahun ini. Dengan demikian, kemajuan sedang
dibuat dalam menerapkan SMPI di sekolah. Kemudian merencanakan kembali
standar mana yang tidak sesuai dengan tujuan, atau merencanakan standar
pendidikan negara-negara yang belum diperbaiki.
Dari hasil penelitian Jollyta dkk dalam judul Mengatasi Kelemahan Internal
Menggunakan Mc-Kinsey 7s Untuk Peningkatan Standar Mutu Pendidikan bahwa
Pemetaan mutu di SDIT An Naajiyah dilakukan melalui analisis sertifikat mutu
sekolah atau yang dikenal dengan School Self Assessment (EDS), untuk mengetahui
seberapa baik kemajuan sekolah sebelum pelaksanaan SPMI. Rencana peningkatan
mutu SDIT An Naajiyah dikembangkan oleh seluruh Tim Pengembangan Mutu
Sekolah (TPMS) di bawah bimbingan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP). Beberapa tahapan dilakukan dalam proses perencanaan, dimulai dengan
22
belum dicapai dan yang harus pertahankan. Lembaga pendidikan perlu bekerjasama
dengan seluruh stakeholder untuk dapat memberikan hasil terbaik.
BAB IV
PENUTUP
Pendidikan dasar merupakan fondasi peserta didik untuk kehidupan yang akan
datang. Peradaban zaman yang semakin maju menuntut pendidikan dasar untuk
terus melakukan perbaikan mutu pendidikan guna mewujudkan kualitas lulusan
yang terbaik. Pendidikan dikatakan bermutu jika mampu memenuhi dan
menjalankan sesuai standar pendidikan yang berlaku, memiliki Rapot PMP yang
terbaik. Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu maka lembaga pendidikan
perlu melakukan proses-proses penjaminan mutu baik secara internal maupun
eksternal. Proses tersebut menjadi bahan evaluasi tentang apa yang belum dicapai
dan yang harus pertahankan Lembaga pendidikan perlu bekerjasama dengan seluruh
stakeholder untuk dapat memberikan hasil terbaik. Harapan akan mutu sebuah
lulusan membutuhkan sebuah sistem penjaminan mutu agar mutu lulusan dapat
ditingkatkan diupayakan berkelanjutan Jika belum diperoleh peningkatan mutu
sesuai yang diharapkan, kepala sekolah dan tim penjaminan mutu sekolah perlu
melakukan refleksi dan mengidentifikasi penyebab keadaan tersebut. Analisis
kualitatif perlu dilakukan secara lebih mendalam untuk memperbaiki program dan
kegiatan pada semester selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arifianto, A. N., & Abdullah, D. (2022). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Multiverse: Open Multidisciplinary Journal,
1(2), 98–105. https://doi.org/10.57251/multiverse.v1i2.602
Azizah, R. N. (2019). Mutu Pendidikan dan Budaya Literasi. Jurnal Program Studi
Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, 1–6.
Elbadiansyah, E., & Putra, M. T. F. (2019). Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan. PLAKAT (Pelayanan Kepada
Masyarakat), 1(1), 64. https://doi.org/10.30872/plakat.v1i1.2696
Fadhli, Muhammad. “Sistem Penjaminan Mutu Internal Dan Ekstenal Pada Lembaga
Pendidikan Tinggi.” AL-TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (2020):
53–65. https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v4i2.1148
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management,
4(2), 229–244. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695
Jollyta, D., Buaton, R., Novriyenni, N., & Fauzi, A. (2021). Mengatasi Kelemahan Internal
Menggunakan Mc-Kinsey 7s Untuk Peningkatan Standar Mutu Pendidikan. Archive:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 27–37.
https://doi.org/10.55506/arch.v1i1.6
Midun, H. (2017). “Membangun Budaya Mutu Dan Unggul Di Sekolah”. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 50–59.
Noly Handayani, Usman Radiana, Tulus Junanto, I. E. (2022). Sistem Penjamin Mutu
Internal dan Eksternal pada Lembaga Pendidikan Dasar Noly Handayani, Usman
Radiana, Tulus Junanto, Iswan Efendi. 1(2), 71–76.
Samudra, A. A., & Sumada, I. M. (2021). “Sistem Penjaminan Mutu Internal”. Perspektif,
1(1), 11–21. https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
Sulastri, T. (2020)." Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Layanan Pendidikan". Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal, 5(2),
53–60. https://doi.org/10.51729/5211
Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti. (2014). Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal atau Akreditasi. September.
25