Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

A. Konsep Mutu
Secara umum mutu dapat didefinisikan sebagai karakteristik produk atau jasa yang
ditentukan oleh customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan yang
berkelanjutan (Soewarso, 1996: 7). Pendapat ini lebih menekankan kepada pelanggan yaitu,
apabila suatu pelanggan mengatakan sesuatu itu bermutu baik, maka barang/jasa tersebut dapat
dianggap bermutu.
Sebenarnya mutu dapat diartikan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangan orang yang mengartikannya. Pfeffer & Coote (1991: 12) berpendapat bahwa kualitas
merupakan konsep yang rumit, karena kualitas memiliki implikasi berbeda jika berkaitan
dengan kualitas pendidikan. Kualitas merupakan ide yang dinamis dan harus didefinisikan
dengan tepat, agar dapat memberikan kejelasan pemahaman. Meskipun demikian tidak akan
menyebabkan kerancuan berpikir, karena yang terpenting kualitas akan terlihat dalam praktek
dan disimpulkan dalam diskusi.
Mutu dikatakan memiliki sifat multidimensi. Produk dan kualitas layanan memiliki
sejumlah dimensi yang menentukan bagaimana persyaratan pelanggan tercapai. Elyse (2006:1)
mengungkapkan bahwa kualitas produk atau barang memiliki dua dimensi, yaitu:
1. Physical dimension; A products physical dimension measures the tangible product itself
and includes such things as length, weight, and temperature.
2. Performance dimension; A products performance dimension measures how well a
product works and includes such things as speed and capacity.
Mutu merupakan produk yang sempurna, bernilai dan meningkatkan kewibawaan. Mutu
dalam konteks pendidikan sangat penting, karena berkaitan dengan lembaga yang terdiri dari
komponen peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan proses penyelenggaraan pendidikan.
Dalam kaitannya dengan konsep pendidikan yang bermutu, Sallis (1993:280) menganalogikan
bahwa pendidikan adalah jasa yang berupa proses kebudayaan. Pengertian ini berimplikasi pada
adanya masukan (input) dan keluaran (output). Masukan dapat berupa peserta didik, sarana
prasarana seta fasilitas belajar lainnya termasuk lingkungan, sedangkan keluarannya adalah
lulusan atau alumni, yang kemudian menjadi ukuran mutu, mengingat produk pendidikan
merupakan jasa pelayanan, maka mutu jasa pelayanan pendidikan sangat tergantung sikap
pemberi layanan di lapangan serta harapan pemakai jasa pendidikan. Hal ini berarti jasa
pelayanan pendidikan tidak berwujud benda (intangible) secara langsung, namun secara
kualitatif mutu jasa/pelayanan pendidikan dapat dilihat dari soft indicator seperti kepedulian dan
perhatian pada keinginan /harapan dan kepuasan pelanggan jasa pendidikan.
Hoy et al, (2000) menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah hasil penilaian terhadap
proses pendidikan dengan harapan yang tinggi untuk dicapai dari upaya pengembangan bakat-
bakat para pelanggan pendidikan melalui proses pendidikan. Demikian mutu pendidikan
merupakan suatu hal yang penting dalam proses pendidikan. Oleh karena itu perbaikan proses
pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencapai keunggulan dalam penyelenggaraan
pendidikan.
B. Jaminan Mutu
a. Definisi Penjaminan Mutu
Secara umum yang dimaksud dengan Jaminan Mutu adalah proses penetapan dan
pemenuhan atandar mutu secara konsisten dan berkelanjutan sehingga konsumen, produsen, dan
pihak lainnya yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Dengan demikian, penjaminan mutu
pendidikan tinggi adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan
tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sihinnga stakeholders memperoleh kepuasan
Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa proses produksi menghasilkan
produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Jaminan mutu adalah
sebuah cara untuk memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Tujuannya dalam
istilah Philip B. Crosby, adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu
adalah pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu
baik sejak awal (right first time every time). Jaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab
tenaga kerja dibandingkan inspeksi kontrol mutu, meskipun sebenarnya inspeksi tersebut juga
memiliki peranan dalam jaminan mutu. Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem,
yang dikenal sebagai sistem jaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi
seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh prosedur-prosedur
yang ada dalam sistem jaminan mutu
b. Konsep Penjaminan Mutu
Pendidikan di perguruan tinggi dikatakan berkualitas atau bermutu, apabila:
1. Perguruan tinggi tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui
pelaksanaan misinya (aspek deduktif).
2. Perguruan tinggi tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek induktif),
berupa: kebutuhan kemasyarakatan (societalneeds), kebutuhan dunia kerja (industrial
needs), kebutuhan profesional (professional needs).
Dengan demikian perguruan tinggi harus mampu merencanakan, menjalankan, dan
mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu sebagai mana diuraikan diatas.
c. Tujuan Penjaminan Mutu
Tujuan utama dari penjaminan mutu Memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan
Tinggi secara berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu perguruan tinggi secara internal untuk
mewujudkan visi dan misinya, serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui
penyelenggaraan Tri dharma Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan penjaminan mutu melalui
kegiatan penjaminan mutu yang dijalankan secara internal oleh perguruan tinggi, akan dikontrol
dan diaudit melalui kegiatan akreditasi yang dijalankan oleh BAN-PT atau lembaga lain secara
eksternal. Dengan demikian, obyektivitas penilaian terhadap pemeliharaan dan peningkatan mutu
pendidikan tinggi secara berkelanjutan di suatu perguruan tinggi dapat diwujudkan.
C. Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)
Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) merupakan suatu
sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola organisai dengan tujuan
meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian
secara khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara
memadai terhadap terpenuhinya kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan.
Masalah kualitas dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak
dalam organisasi.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitass
juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada
terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor
non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-
faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.
MMT juga diasumsikan sebagai suatu filosofi manajemen yang melembagakan sumber daya
yang ada, terencana, berkesinambungan dan mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil
semua aktivitas yang terjadi dalam organisasi: bahwa semua fungsi manajemen yang ada dan
semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses perbaikan.
Dengan peningkatan sistem kualitas dan budaya kualitas, proses MMT bermula dari
pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Proses MMT memiliki input yang spesifik
(keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam
organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan
kepada pelanggan (output).
Manajemen Mutu Terpadu merupakan upaya untuk mengoptimalkan organisai dalam
rangka kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:
Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Memiliki komitmen jangka penjang
Membutuhkan kerjasama tim
Memperbaiki proses secara berkesinambungan
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
Memberikan kebebasan yang terkendali
Memiliki kesatuan tujuan
Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Konsep MMT pada dasarnya adalah menekankan pada kepuasan pelanggan dan
pelayanan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, manfaat penerapan MMT adalah perbaikan,
pelayanan, penguragan biaya, dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam system
manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan.
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah
merupakan usaha jasa yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya yang utamanya yaitu
kepada mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Para pelanggan layanan
pendidikan dapat terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok (Sallis, 1993).
yang belajar, bisa merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut
klien/pelanggan primer (primary external customers).
Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya kelembaga pendidikan, yaitu
orang tua/lembaga tempat klien tersebit bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai
pelanggan sekunder (secondary external customers).
Ketiga, bersifat tersier adalah lapangan kerja, bisa pemerintah maupun masyarakat
pengguna output pendidikan (tertiary external customers).
Keempat,dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang
berasal dari intern lembaga, mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan tenaga
administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal
customers).
Karakteristik dan prinsip Manajemen Mutu Pendidikan
A. Karakteristik Managemen Mutu Terpadu Pendidikan
Apa itu manajemen ? Koontz dan Weihrich (1990 ) mengemukakan definisi manajemen sebagai
The process of designing and maintaining an anvironment in which individuals, working together in
group efficiently accomplish selected aims . Managemen adalah proses pengkoordinasian dan
pengintegrasian semua sumber baik manusia fasilitas maupun sumber daya teknikal untuk mencapai
tujuan khusus yang ditetapkan. Definisi lain dari para pakar, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengaktualisasian, pengawasan, baik sebagai ilmu maupun seni, untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Kemunculan karakteristik ideal sekolah pada abad ke 21 seperti disajikan berikut ini , tidak
secara sendirinya atau alami. Penemuan karakteristik ideal itu memerlukan perjalanan yang panjang dan
penelitian yang sangat serius. Di Amerika Serikat , karakteristik yang dimaksud baru ditemukan pada era
reformasi pendidikan generasi keempat. Menurut Bailey (1991 ), berdasarkan generasi reformasi dari
generasi keempat inilah tersimpul karakteristik ideal manajemen berbasis sekolah dan karakteristik ideal
sekolah untuk abad ke -21 ( school for the twenty first characteristicts). Dari Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS ) inilah kemudian disempurnakan menjadi Menejemen Mutu Terpadu ( MMT ) yang titik
tekannya adalah pada perbaikan mutu masukan,proses, keluaran pendidikan, juga layanan purna lulus
dengan karakteristik sebagai berikut.
1. Adanya keragaman dalam pola penggajian guru
Istilah populernya adalah pendekatan prestasi ( merit system ) dalam hal penggajian dan
pemberian aneka bentuk kesejahteraan material lainnya. Caranya dapat dilakukan dengan penetapan
kebijakan melalui pengiriman langsung gaji guru ke rekening sekolah kemudian kepala sekolah
mengalokasikan gaji guru itu per bulan sesuai dengan prestasinya.
2. Otonomi Manajemen Sekolah
Sekolah menjadi sentral utama manajemen pada tingkat strategis dan operasional dalam kerangka
penyelenggaraan program pendidikan dan pembelajaran. Sementara kebijakan internal lainnya menjadi
penyertanya.
3. Pemberdayaan guru secara optimal
Dikarenakan sekolah harus berkompetisi membangun mutu dan membentuk citra di masyarakat , maka
guru guru harus diberdayakan dan memberdayakan diri secara optimal bagi terselenggaranya proses
pembelajaran yang bermakna.
4. Pengelolaan sekolah secara partisipatif
Kepala sekolah harus mampu bekerja dengan dan melalui seluruh komunitas sekolah agar
masing masing dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara baik yang tentunya ada
transparansi pengelolaan sekolah.
5. Sistem yang didesentralisasikan
Di bidang penganggaran misalnya, pelaksanaan manajemen ini mendorong sekolah sekolah siap
berkompetisi untuk mendapatkan dana dari masyarakat dan dari pemerintah secara kompetitif ( block
grant ) dan mengelola dana itu dengan baik.
6. Otonomi sekolah menentukan aneka pilihan
Dalam hal ini adalah pilihan program akademik dan non akademik dapat dikreasi oleh sekolah
sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan masyarakat local, nasional dan global.
7. Hubungan kemitraan ( Partnership ) antara dunia bisnis dan dunia pendidikan.
Hubungan kemitraan itu dapat dilakukan secara langsung atau melalui komite sekolah yang
bukan hanya untuk keperluan pendanaan,melainkan juga untuk kegiatan praktek kerja disamping program
pembinaan dan pengembangan lainnya.
8. Akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh relative mandiri
Perluasan kewenangan yang diberikan kepada sekolah member ruang gerak untuk memberi
keputusan yang inovatif dalam mengkreasi program demi peningkatan mutu pendidikannya.
9. Pemasaran sekolah secara kompetitif
Tugas pokok dan fungsi sekolah adalah menawarkan produk unggulan atau jasa.Jika sekolah
sudah mampu membangun citra mutu dan keunggulan, lembaga itu akan mampu beradu tawar dengan
masyarakat , misalnya berkaitan dengan jumlah nominal dana yang akan ditanggung oleh penerima jasa
layanan.
B. Prinsip Manajemen Mutu Terpadu
Mutu sebuah sekolah dapat dilihat dari tertib administrasinya, yang salah satu bentuknya adalah
adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien baik secara vertical maupun horizontal., Dilihat dari
perspektif operasional, manajemen sekolah dalam MMT dikatakan bermutu jika sumber daya manusianya
bekerja secara efektif dan efisien.Mereka bekerja bukan kerana ada beban atau karena diawasi secara
ketat, namun proses pekerjaannya dilakukan benar dari awal. Bukan mengatasi aneka masalah yang
timbul secara rutin karena kekeliruan yang tidak disengaja.
Kedewasaan dalam bekerja menjadi prinsip dalam manajemen sekolah yang bermutu. Tenaga
akademik dan staf administrasi bekerja bukan karena diamcam, diawasi atau diperintah oleh pimpinan
atau atasannya.Mereka bekerja karena memiliki rasa tanggung jawab akan tugas pokok dan fungsinya.
Sikap mental ( mind set ) tenaga kependidikan di sekolah menjadi prasyarat bagi upaya meningkatkan
mutu.Sehingga merujuk pada pendapat Edward Sallis ( 1993 ) bahwa sekolah yang bermutu memiliki
prinsip atau ciri ciri
a. Berfokus pada pelanggan yaitu semua pihak yang memerlukan, terlibat dan berkepentingan terhadap
jasa pendidikan.
b. Berupaya mencegah masalah dengan bekerja secara benar dari awal.
c. Memiliki investasi dalam SDM
d. Memiliki Strategi untuk mencapai kualitas baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik dan tenaga
administrasi disamping criteria evaluasi.
e. Mau belajar dari kesalahan untuk perbaikan.
f. Memiliki kebijakan dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
g. Membagi tugas sesuai porsi, fungsi dan tanggung jawabnya.
h. Memiliki kreativitas dalam menciptakan kualitas
i. Menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.
Manajemen Mutu intinya adalah upaya terus menerus ( continuous improvement )untuk
memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relative otonom. Di
Negara Jepang, istilah perbaikan yang terus menerus ini sarat dengan muatan cultural , yang disebut
dengan Kaizen. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Kaizen selalu berusaha melakukan perubahan
karena tidak pernah ada capaian yang bersifat sempurna dan permanen. Kaizen selalu berusaha
meningkatkan mutu atas apa yang telah dicapai. Konsep dasarnya, selalu ada hari lain atau orang lain
yang menemukan ruang dan waktu untuk membangun inisiatif peningkatan. Sehingga sekolah yang
menganut konsep Kaizen tidak mengenal istilah kuota atau target, melainkan standar. Ketika kuota atau
target telah dicapai, maka usaha selanjutnya menjadi melemah. Tetapi sebaliknya jika yang ditetapkan
adalah standar, maka akan terus tumbuh motivasi orang untuk memenuhi standar itu. Jika standar yang
dikehendaki telah terpenuhi, maka akan ditetapkan standar baru atau awal baru untuk menentukan
capaian atas standar lain yang dikehendaki.
Istilah Kaizen baru sering kita dengar dan baca akhir akhir ini. Itupun wahananya masih
terbatas. Jadi sangat mungkin masih banyak orang yang belum pernah mendengar tentang
Kaizen.Sedangkan istilah Managemen Mutu Terpadu ( MMT ) atau Total Quality Management ( TQM )
telah banyak dipublikasikan baik dalam buku maupun artikel.
Padahal sebenarnya jika seseorang telah memahami konsep tentang MMT atau TQM
sesungguhnya dia pun telah mulai memahami tentang Kaizen. Karena sebenarnya keduanya berasal dari
Kaizen. Bagaimana Prinsip Kaizen ? Tony Barnes ( 1998 ) mengemukakan sepuluh prinsip Kaizen , yaitu
sebagai berikut.
1. Berfokus pada pelanggan
Pelanggan sekolah meliputi siswa, masyarakat, guru, kepala sekolah,staf Tata Usaha , dan
pengguna lulusan. Fukos utama Kaizen adalah kualitas /mutu produk yang dihasilkan melalui masukan
dan proses yang baik yang tujuan utamanya adalah kepuasan pelanggan yang lebih tinggi terhadap
kualitas produk yang tercermin dari prestasi akademik dan vokasional tertentu.
2. Melakukan peningkatan secara terus menerus
Suatu realitas dan menjadi sifat alamiah kita selaku masyarakat pendidik bahwa kalau sesuatu
tugas bisa dilaksanakan dengan sukses, maka kita mengalihkan tugas pada sesuatu yang baru. Dalam
sekolah Kaizen,keberhasilan bukanlah akhir dari suatu tugas,melainkan hanyalah satu langkah maju
sebelum mengambil langkah maju berikutnya.Jadi tidak ada hasil akhir karena standar, desain dan biaya
pendidikan hari ini tidak akan memenuhi kebutuhan hari di masa yang akan datang.Komunitas sekolah
Kaizen mengetahi bahwa jauh lebih efektif dari segi waktudan biaya kalau produkyang sudah ada
ditingkatkan kualitasnya dibandingkan setiap waktu harus memulai dari awal lagi dengan selembar kertas
kosong.
Dengan demikian , berbagai kegiatan peningkatan mutu dan luaran sekolah direncanakan dan
dilaksanakan secara terus menerus. Sekolah yang berhasil dengan capaian seperti ini bukanlah disebabkan
karena mendesain kurikulum yang berbeda secara signifikan dengan sekolah lain, melainkan pada proses
kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh warga sekolah pada tingkat praktis.
3. Mengakui Masalah secara terbuka
Dengan membangun kultur yang tidak saling menyalahkan seluruh warga dalam sekolah Kaizen
merasa bisa mengakui kesalahan, menunjukkan kelemahan dari prosesnya dan meminta bantuan.
Keterbukaan warga sekolah dipertimbangkan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi
berbagai masalah dengan cepat serta bisa mewujudkan berbagai kesempatan. Sebaliknya dalam sekolah
yang tertutup, idenya juga akan sama sama tertutup.
4. Mempromosikan keterbukaan
Pengkotak kotakan, berebut wilayah melalui rayonisasi sekolah,berebut kepemilikan dan
membentuk tembok pemisah sudah merupakan masalah biasa dalam manajemen sekolah yang masih
sangat tradisional. Tidak ada satu pun dari sekolah tradisional ini mempromosikan saling berbagi,
fungsional silang, keterbukaan dan kepemimpinan yang tampak sebagai hal biasa dalam sekolah Kaizen.
Di sekolah Kaizen ilmu pengetahuan adalah untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang
mendukungnya merupakan sumber efisiensi yang lebih besar.
5. Menciptakan tim kerja
Dalam sekolah Kaizen tim kerja seperti kelompok kerja guru, satuan tugas pengendali mutu dan
lain lain adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi sekolah. Masing masing
warga sekolah secara individual memberikan sumbangan berupa reputasi dan efisiensi, prestasi kerja dan
peningkatan.
6. Memanagemeni Proyek melalui tim fungsional silang.
Dalam sekolah ini , proyek peningkatan mutu, seperti MMT, direncanakan dan dilaksanakan
dengan menggunakan sumber daya antar departemen atau fungsional silang, bahkan meskipun sumber
daya yang digunakan berasal dari luar sekolah.
7. Memelihara Proses Hubungan yang benar.
Komunitas sekolah Kaizen tidak menyukai hubungan yang saling bermusuhan dan penuh
kontroversi, yang bisa terjadi di dalam sekolah secara murni berpusat pada hasil dan memiliki kultur
yang saling menyalahkan. Di dalam Kaizen mereka melakukan sesuatu dengan memelihara
keharmonisan dan menanam investasi dalam pelatihan di bidang keahlian hubungan antar manusia bagi
semua civitas akademi sekolah., Namun dengan memastikan bahwa proses dalam hubungan antar
manusianya didesain untuk memelihara kepuasan warga sekolah mka investasi sekolah memiliki
loyalitas dan komitmen.
8. Mengembangkan Disiplin Pribadi
Disiplin pribadi di tempat kerja merupakan sifat alamiyah orang orang yang tergabung dalam
Kaizen. Melalui pendidikan , agama, dan norma norma sosial, mereka berkeyakinan bahwa
beradaptasi dengan sifat alamiyah merupakan penguatan kembali potensi di dalam diri yang
menunjukkan dan menjaga keutuhan.
9. Memberikan informasi kepada semua karyawan
Salah satu kunci MMT adalah manajemen partisipatif. Yang antara lain berintikan transparansi
atau keterbukaan informasi antar komunitas sekolah. Informasi merupakan hal yang sangat penting
dalam sekolah.dengan memberikan informasi yang penting pada setiap warga sekolah, tantangan
perusahaan, berubah menjadi tantangan pribadi .Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk
menciptakan kultur berdasarkan pengetahuan.
10. Memberikan wewenang kepada setiap karyawan.
Delegasi tugas dan tanggung jawab menjadi penting dalam sekolah Kaizen berbasis MMT auat
MBS.Melalui pelatihan dalam berbagai keahlian , dorongan semangat, tanggung jawab pengambilan
keputusan, akses pada sumber data dan anggaran, timbal balik, rotasi pekerjaan, dan apresiasi, pada
tataran sekolah ini memiliki kekuatan untuk secara nyata memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan
urusan sekolah.
Adapun menurut Sudarwan Danim ( 2007 ), secara umum struktuk organisasi dan mekanisme
kerja sekolah yang dikehendaki menurut konsep MMTP adalah sebagai berikut.
1. Struktur organisasi sekolah mampu melancarkan proses pengelolaan mutu secara menyeluruh
dan kondusif bagi perbaikan kualitas dengan mengurangi fungsi kontrol yang tidak perlu dan
mengutamakan kerjasama yang solid dalam team work.
2. Struktur organisasi sekolah dapat mereduksi pekerjaan yang tumpang tidih ( repetitif ) akibat
kesalahan struktur kerja dengan system manajemen yang sederhana tetapi efektif.
3. Struktur organisasi sekolah mengupayakan agar proses kerja di bawah satu komando dan mampu
menilai keberhasilan sebuah sekolah
4. Struktur organisasi sekolah dapat mengupayakan semua anggota tim memahami visi dan potensi
lembaga baik yang riil maupun yang mungkin diakses.
Tujuan Manajemen Mutu Terpadu
Menurut Gasperz (2002;10) tujuandari sistem manajemen mutu sebagai berikut:

1. Menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan
tertentu;
Kesesuaian antara kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan pada suatu standar tertentu
terhadap proses dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan sangat penting.
2. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan persyaratan
proses dan produk yang ditentukan pelanggan dan organisasi;
Keputusan pelanggan adalah reaksi emosional dan rasional positif pelanggan. Untuk
mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan, segenap personil organisasi dituntut
untuk memliki kompetensi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-
masing.

Tantangan Pendidikan Di Era globalisasi


Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan antara satu
orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok lain, serta antara negara satu dengan
negara lain. Komunikasi antar-negara berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga
perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi
seperti melalui internet. Perpindahan uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat
diakukan dalam hitungan detik.
Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung dengan amat
cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk berbenah diri dalam menghadapi
persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu membenahi dirinya dengan meningkatkan
sumber daya manusianya, kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat
tersebut.
Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan
menghasilkan para siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam
menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.
Dengan demikian, era globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Dalam
konteks ini, Khaerudin Kurniawan (1999), memerinci berbagai tantangan pendidikan
menghadapi era global.
Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana meningkatkan
produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk
memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan (continuing development ).
Kedua, tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era
reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat tradisional-agraris ke
masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi
peningkatan dan pengembangan kualitas kehidupan SDM.
Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu meningkatkan daya
saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran,
penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Keempat, tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang Iptek,
yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi.
Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya saing di
bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang berwawasan keunggulan,
keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan (visioner), rasa percaya diri dan harga diri
yang tinggi serta memiliki keterampilan yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
Kemampuan-kemampuan itu harus dapat diwujudkan dalam proses pendidikan Islam
yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, unggul dan
profesional, yang akhirnya dapat menjadi teladan yang dicita-citakan untuk kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara.
Pertanyaan selanjutnya, apakah yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan Islam?
Untuk menjawabnya, agaknya kita perlu menengok kerangka pendidikan Islam dalam konteks
kenasionalan. Sehingga kita bisa menyiapkan strategi yang tepat menghadapi sebuah tantangan
sekaligus peluang tersebut.
Secara kuantitas, perkembangan jumlah peserta didik pendidikan formal Indonesia mulai
dari tingkat TK hingga jenjang perguruan tinggi (PT) mengalami kemajuan yang cukup
signifikan. Namun secara kualitas masih tertinggal jauh ketimbang negara-negara lain, baik
negara-negara maju, maupun negara-negara anggota ASEAN sekalipun.
Institusi pendidikan Islam dituntut mampu menjamin kualitas lulusannya sesuai dengan
standar kompetensi global paling tidak mampu mempersiapkan anak didiknya terjun bersaing
dengan para tenaga kerja asing sehingga bisa mengantisipasi membludaknya pengangguran
terdidik. Di sini harus diakui, lembaga-lembaga pendidikan Islam ternyata belum siap
menghadapi era pasar bebas. Masih banyak yang harus dibenahi; apakah sistemnya ataukah
orang yang terlibat di dalam sistem tersebut.

C. Solusi menghadapi tantangan di era global


1. Orientasi pendidikan tidak hanya berupa teori-teori, namun harus dibarengi dengan praktik.
Praktek pembelajaran harus lebih diperbanyak. Sehingga siswa akan mudah mengembangkan
keterampilannya.
2. Dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar mau mengembangkan pendidikan yang
berbasis siswa sehingga akan terbentuk karakter kemandirian sebagai karakter yang dituntut
dalam era global.
3. Guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran dan ilmu mendidik. Hal ini bisa dilakukan
dengan studi lanjut sesuai dengan spesialisasi, pelatihan, work shop, maupun studi banding ke
institusi-institusi yang sudah maju.
4. Perlunya pembinaan dan pelatihan tentang peningkatan motivasi belajar terhadap siswa. Harus
ditanamkan pola pembelajaran yang berorientasi proses bukan hasil, sehingga siswa akan
terbiasa untuk belajar maksimal dengan mementingkan pada substansi bukan formalitas. Profesi
guru harus dihargai dengan maksimal.
5. Mengembangkan budaya baca bagi kalangan anak usia sekolah maupun masyarakat umumnya.
Pemerintah harus konsisten dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Contoh yang paling nyata
adalah alokasi APBN untuk pendidikan seharusnya benar-benar 20 %.
6. Perlunya dukungan dan paartisipasi komprehensif dari semua pihak yang memiliki kepentingan
dengan pendidikan. Perlu adanya kerjasama antar pengelola lembaga pendidikan, pemerintah,
perusahaan dan masyarakat. Jika ditinjau dari skup KSB, maka dibutuhkan kerjasama antara
pengelola lembaga pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, mapun perguruan tinggi), pemerintah
(Bupati KSB sebagai pemegang kebijakan tertinggi di KSB), perusahaan (PT. NNT sebagai salah
satu perusahaan raksasa yang hidup dan berperan sebagai penguras kekayaan alam KSB), dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai