Anda di halaman 1dari 28

Ayu Sityamurti Ita Rosfita

MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF

Sekolah sbg pemuas pelanggan

Pendekatan Prakasa Mutu


Kriteria Sekolah Efektif Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Berbasis Luaran

Ayu Sityamurti Ita Rosfita

MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF Mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa. Barang dan jasa pendidikan itu semakin bermakna dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.

Sekolah sbg pemuas pelanggan

Pendekatan Prakasa Mutu


Kriteria Sekolah Efektif Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Berbasis Luaran

Sekolah Sebagai Pemuas Pelanggan


Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, iuaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi: 1. Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf TU dan siswa 2. Memenuhi atau tidaknya kriteria sekolah, dan lain-lain. 3. Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, deskripsi kerja dan struktur organisasi. 4. Mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita

Sekolah Sebagai Pemuas Pelanggan


Merujuk kepada pendapat Edward Sallis (1993), sekolah yang bermutu bercirikan sebagai berikut: 1. Sekolah berfokus kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Pelanggan Sekolah Terdiri dari 3 komponen utama : + pelanggan primer, adalah siswa atau pihak-pihak yang menerima jasa pendidikan secara langsung. + Pelanggan sekunder, adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap mutu dan jasa pendidikan. + pelanggan tersier, adalah pelanggan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan jasa pendidikan tetapi berkepentingan terhadap mutu dan jasa layanan kependidikan itu

Sekolah Sebagai Pemuas Pelanggan


Merujuk kepada pendapat Edward Sallis (1993), sekolah yang bermutu bercirikan sebagai berikut: 2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam makna ada komitmen untuk berkerja secara dari awal. 3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya. 4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pimpinan, tenaga akademik maupun tenaga adminitratif. 5. Sekolah mengelola atau melakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas. 6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas.

Masalahnya, bagaimana sekolah harus distrukturkan agar mampu menciptakan mutu layanan yang dikehendaki?
konsep manajemen mutu terpadu (MMT) seperti berikut ini: 1. 2. 3. 4. Struktur organisasi sekolah mampu melancarkan proses pengelolaan mutu secara menyeluruh dan kondusif bagi perbaikan kualitas. Sturktur organisasi sekolah mampu mengutamakan kerja sama yang solid secara tim kerja. Struktur organisasi sekolah mampu mengurangi fungsi kontrol yang tidak perlu. Stuktur organisasi sekolah mampu mereduksi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara repetitif atau tumpang tindih akibat kesalahan sturktur kerja Struktur orgnasasi sekolah mampu membentuk tim yang tersruktur dengan sistem manajemen yang sederhana tetapi efektif.

5.

Ayu Sityamurti Ita Rosfita

MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF


Untuk mencapai tujuan reformasi pendidikan, perlu dipilih prakasa-prakasa yang memungkinkan pencapaian tujuan yang dikehendaki.

Sekolah sbg pemuas pelanggan

Pendekatan Prakasa Mutu


Kriteria Sekolah Efektif Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Berbasis Luaran

Pendekatan Prakasa Mutu


Pertama, pendekatan anak sebagai pusat (the child-centered approach). Pendekatan ini tidak sepenuhnya merupakan gagasan baru dalam dunia pembelajaran. praktisnya, pendekatan ini tampil dengan wajah sebagai berikut:

1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.

Potensi dasar peserta pendidikan harus diakses Kebutuhan belajar peserta didik harus terpenuhi Peserta pendidikan harus dipandang sebagai manusia dewasa atau dalam proses menuju kedewasaan. Peserta pendidikan harus diposisikan sebagai pribadi yang utuh Tidak ada diskriminasi layanan pada peserta pendidikan Peserta pendidikan adalah sentral pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran berfokus kepada anak secara totalitas.

Pendekatan Prakasa Mutu


Kedua, pembentukan Asosiasi Guru untuk Peningkatan Mutu Pendidikan (AGPMP). Tugas AGPMP adalah merencanakan, melaksanakan dan mengawasi programprogram yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu dan efektivitas pendidikan. Tujuan AGPMP disajikan berikut ini: 1. Untuk merangsang semua guru dapat menunjukan profesionalitas dan kepemimpinan dalam kerangka menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas, efektif dan akuntabel. 2. Untuk membangun sistem assesment bagi efektifitas pengujian agar sistem dapat mengukur kinerja siswa, guru, adminitrator dan birokrat.

Pendekatan Prakasa Mutu


3. 4. 5. Untuk mendorong pemapanan kurikulum yang riil, misalnya materi kurikulum dari kelas ke kelas sesuai dengan standar akademik. Untuk menjamin bahwa siswa memperoleh tingkat standar prosesiensi sebelum mereka dipromosikan ke level berikutnya. Untuk membantu implementasi sistem pelaporan kepada orangtua secara akurat mengenai perkembangan kemajuan siswa pada tingkat yang diharapkan menurut kinerja minimum pada kelas tertentu.

Pendekatan Prakasa Mutu


Ketiga, pembentukan jaringan kualitas pendidikan (The Quality Education Network, QEN) QEN ini merupakan organisasi yang keanggotaannya terdiri atas orangtua dan guru. Kualitas yang dikehendaki adalah: 1. Kualitas dan standar lebih tinggi dari capaian umum. 2. Setiap peserta pendidikan diberi peluang mengembangkan potensinya untuk meraih capaian tertinggi dibidang pendidikan. 3. Keyankinan masyarakat terhadap sistem pendidikan dimapankan ulang. 4. Sistem kerja menekankan pada keefektifan biaya, dengan tetap mengedepankan ekselensi capaian pendidikan 5. Sistem bersifat responsif terhadap kemauan publik

Pendekatan Prakasa Mutu


Keempat, pembentukan koalisi sekolah-sekolah (KSE). Coalition of Essential Schools (CES) sebagai satu bentuk reformasi pendidikan dengan memiliki 9 prinsip umum. Kesembilan prinsip umum adalah sebagai berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Fokus Intelektual (intellectual focus) Tujuan-tujan sederhana (simple goals) Semua anak dapat belajar (all children can learn) Personalisasi (personalization) Siswa sebagai pembelajar aktif (student as active learner) Assessment autentik Staf sebagai generalis (staff as generalist) Waktu dan Anggaran (Time and Bugdet)

Ayu Sityamurti Ita Rosfita

MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF


Kebutuhan dan harapan masyarakat akan mutu pelayan pendidikan yang baik tampaknya menjadi faktor pemicu utama motivasi manajemen pendidikan (Jonas & Salisbury, 1989). Keputusan institusional yang dibuat oleh kepala sekolah dan staf untuk meningkatkan mutu pelayanan internal dan eksternal akan sangat mempengaruhi proses pembuatan keputusan inovatif dalam bidang manajemen pendidikan adalah bagaimana menyeimbangkan antara produk kerja inovasi manajemen pendidikan dapat dibuat dengan menggunakan logika deduktif dan proses inkuiri, berdasarkan penelitian eksperimental atau penelitian empiris tertentu.

Sekolah sbg pemuas pelanggan

Pendekatan Prakasa Mutu


Kriteria Sekolah Efektif Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Berbasis Luaran

Kriteria Sekolah Efektif


Bagaimanakah kriteria sekolah yang efektif itu? Sebagai ukuran dasar, berikut ini disajikan sekolah yang efektif: 1. Mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas mengenai untuk apa setiap siswa harus mengetahui dan dapat mengerjakan sesuatu. Medorong aktivitas, pemahhaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar. megharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam belajar dan prilalu dirinya. mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian prestasi belajar siswa yang terkait dengan standar pelajar ( Learner standards)

2.

3.

4.

Kriteria Sekolah Efektif


5. menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penlitian pendidikan dan suara praktik professional 6. mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasikan lingkungan yang bersifat memberi dukungan bagi kegiatan pembelajaran. 7. pembuatan keputusan secara demokratis dan akuntabilitas untuk kesuksesan siswa dan kepuasan pengguna. 8. menciptakan rasa aman, sifat saling meghargai dan mengakomodasikan lingkungan secara efektif. 9. mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staff untuk menumbuhkan kemampuan profesiona dan meningkatkan keterampilan praktisnya. 10. secara aktif melibatkan keluarga didalam membantu siswa untuk mencapai sukses 11. Bekerja sama atau ber-partner dengan masyarakat dan pihak-pihak lain untuk mendukung siswa dan keluarganya.

Ayu Sityamurti Ita Rosfita

MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF


Apapun kebijakan pendidikan dan bagaimapun strategi pelaksanaannya, salah satu tujuan sejatinya adalah peningkatan kineja. Efek desentralisasi pada prestasi belajar siswa secara relatif masih belum diketahui. Seperti ditulis oleh Drury (1999), bahwa the effects of decentralization on student achievement still remain relatively unknown.

Sekolah sbg pemuas pelanggan

Pendekatan Prakasa Mutu


Kriteria Sekolah Efektif Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Berbasis Luaran

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


oleh Drury (1999), bahwa the effects of decentralization on student achievement still remain relatively unknown.
Faktor-faktor penyebab sulitya memacu luaran yang bermutu, yaitu resistansi pengguna, hambatan institusi, kendala untuk menentukan fokus dan mencapai prestasi belajar siswa, keterbatasan kewenangan sekolah, kosentrasi kerja kepada sekolah, dan keterbatasan sumber-sumber bermutu.

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


Cohen (1989) mengatakan Banyak pendidik percaya bahwa MBS akan memberi sumbangsih positif bagi kehidupan sekolah. Disini posisi kepemimpinan sekolah sangat esensial. Peran-peran ini terutama dalam hal, seperti pengembangan staf, pemantauan, pengembangan kurikulum, evaluasi, dan supervisi staf

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


Tanggung jawab subjek inti bagi implementasi MBS menurut David (1996) mencakup: 1. Pengembangan acuan dasar yang mendukung MBS dan merumuskan parameter proses yang dikehendaki, 2. Peninjauan rencana di tingkat seklah dan dokument penyelenggaraan sebelum menyampaikannya kepada pengawas dan komite sekolah untuk disetujui, 3. Menentukan cara untuk menyediakan sumbersumber, pelatihan, dan dukungan bagi sekolah,

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


4. Pengembangan sistem komunikasi dan tuker pendapat di antara Dinas Diknas Kabupaten/Kota, sekolah, dna komunitas, 5. Evaluasi prosedur dan membuat perubahan sebagai keharusan untuk menjamin keberhasilan usaha MBS.

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


Dellar (2000) dari Curtin University mengkaji dampak MBS dari beberapa dimensi, yaitu 1. Dimensi pertama, menggambarkan tentang respon, struktur, dan prosedur bagi MBS, terutama partisipasi guru pada kebijakan pembuatan keputusan dan perencanaan penggembangan sekolah. 2. Dimensi kedua, berkaitan dengan assesment terhadap dampak substansi rencana pengembangan sekolah terhadap perencanaan guru.

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


3. Dimensi tiga, berkaitan dengan assessment dampak MBS terhadap aktivitas aktual di kelas. 4. Dimensi keempat, berkaitan dengan promosi kolegialitasmelalui prosedur MBS, seperti partisipasi dalam pembuatan keputusan dan kolaborasi lintas departemen. 5. Dimensi kelima, berkitan dengan assesment untuk mengetahui respons bagi pemanfaatan luaran siswa sebagai alat penginformasian dan pengarahan perencanaan berbasis sekolah

Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa


6. Dimensi keenam, berkaitan dengan masalah penggunaan sumber-sumber, di mana sekolah yang menerapkan MBS harus menerapkan kriteria keefektifan biaya sebagai basis alokasi sumber-sumber di sekolah.

Ayu Sityamurti Ita Rosfita

MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF


PBL secara spesifik menekankan pada outcomes siswa, dalam makna mereka harus mampu mendemnstrasikan capaian pembelajaran di dalam sistem kehidupan sehari-hari. Luaran ini dibasiskan pada visi masyarakat mengenai keterampilan dan pengetahuan siswa sebagai manusia dewasa yang memiliki kebutuhan.

Sekolah sbg pemuas pelanggan

Pendekatan Prakasa Mutu


Kriteria Sekolah Efektif Desentralisasi & Prestasi Belajar Siswa Pendidikan Berbasis Luaran

PENDIDIKAN BERBASIS LUARAN


Perubahan norma dimaksud anatar lain mencakup halhal berikut, yaitu : 1. Dengan asumsi sikap profesional yang dikedepankan, hubungan warga sekolah bergeserr dari pola adversial, di mana warga sekolah cendrung berjalan sendiri-sendiri dan kotak-kotak kepola kooperatif yang mensyaratkan kerja sama dengan format win-win relationship.

Pendidikan Berbasis Luaran


2. Unit-unit orgnisasi di lingkungan sekolah, termaksud organisasi yang selama ini terkait dengan sekolah, akan melakukan pegeseran eksistensial dari posisinya sebagai organisasi birokratis ke organisasi tim 3. Kultur kerja akan bergeser dari kecendrungan komplain atau mengeluh, berstandar ganda, menunggu isyarat, dan serba takut melakukan prakarsa ke formula yang berkenaan kepada inisiatif, percaya diri, dan otonom dibawah payung manajemen lembaga atau dewan sekolah.

Pendidikan Berbasis Luaran


Ufntuk menghasilkan lulusan yang bermutu, revitalisasi kinerja guru dan siswa yaitu : 1. Guru dan siswa harus menciptakan proses pembelajaran dari penguasaan materi belaAjr berdasarkan hasil akhir atau PBL. 2. Penilaian hasil belajar anak didik akan bergeser dari assessment tidak autentik ke assessment yang berbasis kinerja. 3. Pergeseran pembelajaran dari deliveri atau layanan berbasis kelompok ke rencana studi bersifat personal. 4. Pergeseran proses pembelajaran dari belajar adversial ke belajar kooperatif, dengan titik tekan pada pemecahaan masalah. 5.cGuru-gurutidak lagi hanya bekedudukan sebagai mesin penjual pengetahuan, melainkann ia harus mampu tampil sebagai pelatih atau fasilitator belajar yang handal Sumber belajar konvensional, seperti buku dan diktat, tidak akan memadai lagi, walau tetap diperlukan.

KESIMPULAN
Sekolah yang dibangun dengan format MBS harus mampu menjalani hubungan secara vertikal(instansi diatasnya) dan horizontal (sekolah yang sejenis atau berbeda jenisnya), juga dengan masyarakat, seperti yang dilakukan dengan sekolah menengah kejuruan dalam rangka program pemagangan. Hubungan dimaksud adalah hubungan profesional dan fungsional. Disamping itu, dalam konteks MBS dan MPMBS secara simultan guru, dan siswa secara bersama-sama menjadi sentral pembuat keputusan.

Anda mungkin juga menyukai