Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN PSIKOSOSIAL PASIEN KANKER STADIUM

LANJUT DALAM PERAWATAN PALIATIF


Novita Fatmawati
1910201071
8 Juni 2022

Abstrak
Gangguan psikososial adalah perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis maupun sosial yang mempengaruhi pengaruh timbal balik dan
dianggap berpotensi cukup besar terhadap perawatan pasien paliatif. Gangguan
psikososial dapat menyebabkan gangguan perasaan seperti depresi dan cemas,
gangguan fungsi tubuh, atau gangguan penampilan. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan gangguan psikososial dalam perawatan paliatif pada pasien
kanker stadium lanjut. Hasil penelitian menunjukkan masalah psikososial yang
paling banyak dialami yaitu ansietas, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah psikososial lainnya dan tindakan keperawatan yang
diperlukan oleh penderita kanker stadium lanjut untuk mengatasi masalah tersebut.
Ansietas perlu difokuskan sebagai masalah psikososial yang paling menonjol pada
penderita kanker stadium lanjut dalam perawatan paliatif (breaking bad news).
Kata kunci: perawatan paliatif; pasien kanker stadium lanjut; gangguan
psikososial.
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit kompleks yang sering menjadi momok bagi
sebagian besar orang. Kanker adalah sebuah pertumbuhan sel abnormal dalam
tubuh manusia yang cenderung menyerang organ tubuh lainnya. Dalam proses
penyakit dan perawatan penyakit kanker sering menimbulkan perubahan fisik
maupun psikis pada pasien, perubahan psikologis tersebut secara tidak langsung
berdampak terhadap kualitas hidup pasien (Nugroho & Sucipto, 2020). Kualitas
hidup adalah persepsi individu mengenai keadaan dirinya pada aspek-aspek
kehidupan untuk mencapai kepuasan hidup. Dalam perubahan tersebut pula pasien
perlu menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru dalam hidupnya.
Kejadian kanker lebih cepat berkembang di negara miskin dan berkembang,
WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia
menderita kanker dan 7,6 juga diantaranya tidak terselamatkan atau meninggal
dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker
dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030.
Penyakit yang mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seseorang adalah
salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup sebagai
dampak dari suatu penyakit dan aspek kepuasan yang diukur dengan skala fungsi
fisik, disfungsi psikologis, fungsi sosial, pengobatan dan fungsi kognitif. Skala
fungsi fisik dapat didefinisikan dalam sebagai fungsional seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, sedangkan disfungsi psikologis dapat ditemukan pada
tingkat distress emosional seseorang, fungsi sosial ditemukan pada hubungan antar
pribadi yang berfungsi dalam kelompok, pengobatan yaitu didefinisikan sebagai
kecemasan atau kekhawatiran pasien mengenai penyakit ataupun program
perawatan dan fungsi kognitif ditemukan pada kinerja kognitif dalam pemecahan
masalah (Purwanti, 2013).
Efek psikologis lain yang dapat terjadi pada penderita kanker diantaranya
adalah depresi, insomnia (gangguan tidur) dan gangguan cemas. Beberapa solusi
untuk mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu dapat mendekatkan diri kepada
tuhan, mengkonsumsi makanan bergizi dan rajin berolahraga serta bersosialisasi.
Selain itu juga dapat meminta pertolongan tenaga kesehatan profesional seperti
dokter spesialis, psikolog ataupun psiater dan juga tenaga kerohaniawan seperti
Ustad, Pendeta dll (dr. Dewi Afrisanty, 2019).
Dukungan keluarga terhadap pasien kanker sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan mental dan semangat hidup pasien. Dukungan keluarga sangat
diperlukan dalam hal psikologis kaitannya dengan penurunan kecemasan pasien
sehingga berpengaruh terdapat kualitas hidup pasien. Perhatian dan kasih sayang,
nasehat, dan bantuan yang diberikan anggota keluarga akan memberikan rasa aman
dan tenang kepada pasien kanker. Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang
bermanfaat bagi seseorang yang diperoleh daro orang lain yang dipercayai,
sehingga seseorang tersebut tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan,
menghargai dan mencintainya (Hidayati & Subriah, 2018).
Penderita kanker stadium lanjut memerlukan perawatan khusus, perawatan
yang diberikan untuk pasien kanker yaitu perawatan paliatif. Perawatan paliatif
adalah jenis perawatan yang terintegrasi dengan individu dan kelompok secara
keseluruhan dan yang mempromosikan perkembangan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual dengan tetap berpegang pada norma dan tradisi budaya yang dipegang oleh
individu untuk memberikan standar yang lebih tinggi (Sudarsa, 2020). Dalam
menyampaikan "berita buruk", sangat sulit untuk menyampaikannya. Berita buruk
yaitu "Setiap informasi/berita yang merugikan dan secara substansial
mempengaruhi persepsi individu tentang masa depannya" atau sering disebut
definisi bad news. Secara umum, berita buruk dinyatakan sebagai situasi atau
informasi apa pun yang tidak ideal dan benar-benar memperburuk keadaan saat ini.
Setelah memahami berita buruk tersebut di atas, seringkali sangat sulit untuk
menentukan kondisi situasi (Darmawan, 2019).
Keterkaitan berita buruk dengan informasi medis seringkali menjadi
gangguan yang sering mengakibatkan tuntuan medis. Oleh karena itu, perlu
dilakukan percakapan tentang protokol atau model saat mengevaluasinya. Ada
beberapa protokol, model, atau tatacara untuk menyajikan berita buruk. Protokol
yang telah diterbitkan sebelumnya antara lain SPIKES, ABCDE, dan BREAKS. 3-
7 Prosedur untuk melaporkan informasi yang tidak dapat diandalkan dapat
digunakan sebagai bisnis untuk memenuhi empat tujuan penting. 3 Langkah
pertama adalah mengumpulkan informasi dari pasien yang akan menjadi relawan
klinis untuk membantu dokter lebih memahami pengetahuan pasien, persepsi, dan
motivasi untuk memahami berita buruk. Tujuan kedua adalah memberikan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien.Tujuan utamanya
adalah untuk memberdayakan pasien dengan meminimalkan efek emosional dan
efek residual dari pelaporan berita palsu. Tujuannya pada titik ini adalah untuk
mengembangkan strategi untuk masa depan atau rencana terapi (Darmawan, 2019).
Dalam perawatan paliatif kondisi psikososial yang dialami oleh penderita
kanker ini berkontribusi dengan beberapa faktor, diantaranya yaitu kemampuan
koping, dukuangan sosial dan finansial, serta interaksi dengan orang lain. Faktor
lainnya adalah jenis kanker, durasi kanker (stadium), usia dan terapi yang dijalani
oleh penderita. Studi pendahuluan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
antara perawatan paliatif, pasien kanker stadium lanjut dan gangguan psikososial
penderita.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kanker adalah sel-sel jaringan tubuh yang menjadi ganas yang ditandai oleh
pembelahan sel dengan cepat dan tidak terkendali membentuk sel sejenis dengan
sel asalnya, namun dalam bentuk primitif dan tidak sempurna. Kanker
menyebabkan penderita mengalami penurunan dalam kondisi fisik maupun
psikologis. Penderita kanker harus menghadapi kenyataan yang tidak pernah
mereka inginkan di tengah harapan hidup yang sangat kecil. Penderita ini dapat
menimbulkan rasa putus asa bahkan depresi.
Rasa sakit yang dirasakan pasien kanker merupakan hal yang harus
dijalaninya setiap hari. Dengan harapan hidup yang kecil membuat seorang
penderita kanker mengalami kecemasan akan hidupnya dan ketakutan menghadapi
kematian yang seolah sudah didepan mata. Keadaan seperti itu akan mempengaruhi
kualitas hidup pada penderita kanker. Penderita kanker yang mampu menghadapi
dan bangkit dari keterpurukan yang dialami akan mendorong untuk memiliki hidup
yang lebih berkualitas, begitu pula sebaliknya, respon negatif dari seorang penderita
kanker membuat kualitas hidup negatif pula.
Terdapat empat aspek yang menentukan apakah hidup seseorang berkualitas
atau tidak, diantaranya yaitu psikologis dan aspek sosial. Faktanya, aspek
psikologis memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan kualitas
hidup, hal ini disebabkan karena adanya sugesti dalam diri individu tersebut untuk
tetap sehat tanpa obat. Selain itu, dukungan orang terdekat sangat penting dan
berpengaruh terhadap kesembuah seseorang penderita kanker dalam mengurangi
tingkat stress dan depresi. Dukungan sosial dari keluarga maupun orang-orang
sekitar memberi motivasi dan semangat yang besar begi penderita untuk sembuh
dan kuat menjalani hidup. Rasa cinta, aman dan nyaman yang didapatkan penderita
pada akhirnya memberikan kesejahteraan yang juga menentukan kualitas hidup
penderita kanker. Sikap dan pandangan positif dari penderita kanker akan
mengilangkan respon-respon negatif yang muncul seiring adanya kelemahan yang
dialami.
Pasien kanker stadium lanjut sering kali ditemukan terdapat keinginan untuk
mengakhiri hidupnya. Kematian tersebut terjadi lebih awal dari yang seharusnya
atau pasien ingin mempercepat kematiannya. Kondisi ini terjadi jika pasien tidak
aktif melakukan pengobatan dan perawatan, terapi setengah dari pasien yang
mendapatkan perawatan paliatif, mereka menginginkan kematian yang damai
sebagai proses alami yang akan terjadi pada semua orang. Selain perawatan medis
dan spiritual, perawatan psikologis juga sangat penting dalam perawatan paliatif,
karena psikologis dapat didefinisikan sebagai pendukung individu untuk dirinya
sendiri dan dari lingkungan sosialnya yaitu keluarga (Cookson & Stirk, 2019).
Dalam perawatan pasien kanker diberikan perawatan paliatif dimana saat
menyampaikan keadaan atau perkembangan pasien petugas medis harus bersikap
sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita atau perkembangan pasien, baik itu
berita baik ataupun berita buruk. Secara medikolegal petugas medis berkewajiban
menyampaikan atau menginformasikan diagnosis yang secara potensial berakibat
fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan tepat akan berakibat pada
munculnya perasaan tidak percayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan ataupun
rasa bersalah pada diri pasien.
Dalam menyampaikan berita pada pasien adalah suatu bentuk keterampilan
berkomunikasi tenaga medis yang harus di kembangkan karena komunikasi ini
bukan merupakan komunikasi opsional. Hal ini merupakan suatu bagian penting
dari praktek profesional. Kesalahan dalam berkomunikasi dapat menimbulkan
dampak yang serius baik secara fisik maupun psikis. Penyampaian berita buruk
dengan sikap dan cara yang tepat dapat meningkatkan penerimaan pasien dan
keluarga tentang penyakitnya serta rencana lebih lanjut, pendorong pencapaian
tujuan terapi yang realistis, memberi dukungan mental serta menguatkan
hubunngan pada pasien (Dr.dr.Tri Wahyuliati Sp.S., 2016).
Teknik atau hal penting dari penyampaian berita buruk adalah sikap dan
perilaku (attitude) penyampaian berita, informasi yang jelas, privasi dan
kemampuan penyampaian berita menjawab pertanyaan. Terdapat beberapa langkah
dalam menyampaikan berita buruk, yaitu sebelum menyampaikan berita hendaknya
tenaga medis melakukan persiapan terlebih dahulu. Pada tahap persiapan ini
perawat / tenaga medis melakukan persiapan diri dengan informasi klinis yang
relaven dengan berita yang akan disampaikan, kemudian mengatur waktu yang
memadai lokasi yang privat dan nyaman, jika memungkinakan ada anggota
keluarga yang datang dan hendaknya melatih mental dan emosi terlebih dahulu
sebelum menyampaikan berita buruk.
Tahap yang kedua yaitu menanyakan apa yang pasien tahu tentang
penyakitnya, hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau keluarganya
dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan. Setelah itu menanyakan
seberapa besar keinginan tahu pasien mengenai penyakitnya, lalu tenaga medis baru
bisa menyampaikan berita. Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas,
jujur, sensitif dan penuh empati. Hindari penyampaian seluruh informasi dalam satu
kesempatan. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami, jangan
meminimalkan keparahan penyakit.
Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk
beberapa saat, beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Siapkan diri untuk
menghadapi reaksi pasien dan dengarkan dengan tenang serta berikan perhatian
penuh. Pahami emosi pasien dan ajak pasien untuk menceritakan perasaannya. Beri
waktu pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka, jangan mendesak
dengan terburu-buru menyampaikan informasi lebih lanjut. Jika emosi sudah di
keluarkan biasanya pasien akan lebih mudah diajak untuk membicarakan langkah
selanjutnya.
Merencanakan tindak lanjut, rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan
pasien dan keluarga bahwa petugas medis tidak meninggalkan atau bahkan
mengabaikan mereka. Setelah pembicaraan dirasa sudah selesai jangan lupa untuk
menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik, sambil tetap
berencana untuk kemungkinan terburuk. Petugas medis harus meyakinkan pasien
dan keluarga bahwa petugas medis akan siap mendukung dan membantu mereka.
Petugas medis siap mempaikan berita buruk, terutama untuk penyakit yang
mengancam jiwa, petugas medis seringkali merasa kesulitan dalam menyampaikan
berita buruk alasannya karena tidak percaya diri dan kurang ahli dalam
menyampaikan informasi yang akurat, khawatir berita tersebut akan membuat
stress dan memberi efek negatif pada pasien dan keluarganya serta menyebabkan
ketegangan dan berdampak negatif pada orang-orang di sekitar, yang mengarah ke
hal-hal seperti terapetik. Khawatir dengan reaksi emosional terhadap pasien atau
keluarga, atau pasien merasa tidak pasti bagaimana mengelola respons emosional
yang intens. Hal-hal tersebut sering dijadikan alasan dokter untuk menunda
penyampaian kabar buruk.
Penyampaian berita buruk merupakan salah satu dari sedikit bidang kajian
komunikasi yang tidak bisa diterapkan di dunia kesehatan. Komunikasi yang baik
memiliki dampak penyembuhan dan ditingkatkan dengan menggunakan
seperangkat pelajaran yang secara struktural padat pelajaran baik. Didaktik, kuliah,
dan instruksi kelompok kecil pembicaraan, simulasi, dan instruksi yang melibatkan
pasien. Komunikasi dokter-pasien (medis) kemampuan komunikasi adalah
keterampilan hidup yang penting yang harus dievaluasi oleh seorang profesional
medis. Hal tersebut mengganggu Dokter membangun hubungan dokter-pasien yang
kuat dengan pasien dan keluarga, terutama ketika menyebutkan berita terkini yaitu
berita buruk. Didalamnya terdiri dari kemampuan berkomunikasi. Informasi atau
berita tidak benar yang harus diungkapkan kepada penerimanya baik pasien dan
maupun keluarganya (Darmawan, 2019).
SIMPULAN
Penderita kanker stadium lanjut sangat rentan memiliki masalah psikosisial
sehingga kualitas hidup mudah terpengaruhi. Hasil studi pendahuluan ini
menunjukkan, pemahaman akan aspek-aspek kualitas hidup tidak hanya melahirkan
sikap-sikap positif tetapi juga perubahan pandangan subjek terhadap hal-hal yang
dialami. Kemampuan para petugas medis dalam menyampaikan berita kepada
pasien dan keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dikuasai.
Hal itu akan lebih menjamin ketersampaikannya berita kepada penerima dengan
baik. Langkah dalam penyampaian berita buruk dapat dilakukan dengan melakukan
persiapan, menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya, menanyakan
seberapa besar keinginan untuk tahu pasien tentang penyakitnya, menyampaikan
berita, memberikan respon terhadap perasaan pasien, dan merencanakan tindak
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). METODE TELENURSING
KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN PERAWATAN PALIATIF PASIEN
KANKER STADIUM LANJUT DI MASA PANDEMI COVID-19. 4, 106–116.
Darmawan, D. (2019). Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ke-8 Obstertrik &
Ginekologi. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
dr. Dewi Afrisanty, S. K. (2019). CARA MENGATASI GANGGUAN
PSIKOLOGIS PADA PENDERITA KANKER. RSUD ARIFIN ACHMAD.
http://rsudarifinachmad.riau.go.id/cara-mengatasi-gangguan-psikologis-pada-
penderita-kanker/
Dr.dr.Tri Wahyuliati Sp.S., M. K. (2016). Keterampilan Komunikasi -
Menyampaikan Berita Buruk (Skills of Communication - Breaking Bad
News). Maternal – Neonatal Health Care, 제 13집 1호 (May), 31–48.
http://etd.lib.metu.edu.tr/upload/12620012/index.pdf
Hidayati, H., & Subriah, S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar Periode Januari-Juni 2017. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan
Makassar, 12(1), 66. https://doi.org/10.32382/medkes.v12i1.130
Nugroho, K. D., & Sucipto, U. (2020). Studi Fenomenologi: Dampak Pengabaian
Gejala Kanker Bagi Klien Dan Keluarga. Jurnal Keperawatan Malang, 5(1),
46–54. http://library.gpntb.ru/cgi-
bin/irbis64r/62/cgiirbis_64.exe?C21COM=S&I21DBN=RSK&P21DBN=RS
K&S21FMT=fullwebr&Z21ID=&S21STN=1&S21REF=10&Z21MFN=856
891
Purwanti, F. (2013). Developmental and Clinical Psychology. Identitas Diri
Remaja Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2 Pemalang Ditinjau Dari Jenis
Kelamin, 1(1), 21–27.
Sudarsa, W. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=WMf0DwAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PP1&dq=perawatan+paliatif+breaking+bad+news+&ots=Z9Y0i3ZiR
A&sig=c31ZCYHzLqnJzRWqIDvffjkG1VI&redir_esc=y#v=onepage&q=pe
rawatan paliatif breaking bad news&f=false

Anda mungkin juga menyukai