Anda di halaman 1dari 10

Psikologi Sosial dan Perawatan

PSIKOLOGI SOSIAL DAN PERAWATAN KESEHATAN

Yohanes Budiarto
Dosen Fakultas Psikologi, Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
yohanes.budiarto@indonusa.ac.id

ABSTRACT
Social psychology has become deeply involved in promoting good health, preventing and
treating illness, and improving healthcare system. Many neglected social psychological
concepts now need to reconsider to be applied within health care issues. The role theory,
social support, sick role, personal control, communication and interaction model are needed
to revisit.

Keywords: Health care, role , social support, sick role, personal control, communication and
interaction model

Pendahuluan hingga 4 jam lamanya dan kemudian mendapat


Dr. Ed Rosenbaum ialah seorang dokter kabar bahwa dokter yang merawatnya terlalu
kepala di bagian spesialis penyakit dalam dan sibuk untuk menemuinya. Ia kemudian
reumatik. Kedokteran merupakan bidang yang dijadwal- kan untuk bertemu minggu depan.
paling diobsesikan dalam keluarga besarnya. Seminggu telah berlalu ternyata ia hanya
Suatu hari ia mengalami sakit tenggorokan yang ditemui seorang asisten dokter yang dikatakan
agak lama. Setelah beberapa lama, ia men- memiliki keahlian yang sama dengan dokter
ceritakan permasalahannya kepada kerabat di yang merawatnya. Ilustrasi di atas
bidangnya. Rekannya tersebut melakukan diag- menggambarkan peran pasien dan dokter yang
nosa singkat dan menyatakan bahwa keadaan sangat baik.
tersebut tidak berbahaya. Setelah beberapa Psikologi telah cukup dalam terlibat
tahun ke depan, rekannya mulai memeriksa dalam mempromosikan kesehatan, perawatan
keada- annya, lengkap dengan tes alergi dan dan pencegahan penyakit, dan juga mening-
sesuatu yang psikologis. Akhirnya, diputuskan katkan sistem perawatan kesehatan (Matarazzo,
bahwa dr Ed harus menjalani biopsi. Sekarang 1980). Psikologi sosial menurut Allport (dalam
telah terjadi pertukaran peran. Ia bukan lagi Franzoi, 2005) merupakan disiplin ilmu yang
seorang dokter namun seorang pasien yang berusaha untuk memahami bagaimana pikiran,
tidak berdaya, berada di atas kursi roda dan perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh
menggunakan seragam pasien. Suatu hari ia kehadiran orang lain yang nyata, dibayangkan
diminta untuk mengambil kartu identitas yang atau tidak langsung. Psikologi sosial dapat
baru yang akan disesuaikan ke dalam sistem memainkan peranannya dalam bidang kesehatan
komputer rumah sakit. Ia menerima kartu seperti mengaplikasikan prinsip-prinsip persuasi
identitas barunya, lengkap dengan namanya untuk mempengaruhi orang lain berhenti
namun tidak dileng- kapi gelar dokternya. merokok, mempelajari bentuk komunikasi
Akhirnya apa yang dicemaskan pun terjadi. Ia antara dokter dan pasiennya, dan juga menelaah
menderita kanker saluran pernafasan. Ia pun bagai- mana hubungan interpersonal dapat
harus menerima perawatan dengan sinar radiasi, mempe- ngaruhi kesehatan dan proses
yang menu- rutnya memiliki tingkat penyembuhan seseorang.
keberhasilan 85%. Kini ia menyadari bahwa
Tulisan ini akan menyajikan
memberi resep atau perla- kuan kepada pasien,
kontribusi psikologi sosial dalam perawatan
berbeda dengan meneri- manya. Suatu hari
kesehatan. Bagian pertama akan membahas dua
ketika ia siap untuk mening- galkan rumah sakit
faktor psikologi sosial yang berkaitan dengan
seorang dokter menyuruhnya untuk tetap tingal
etiologi (penyebab) penyakit dan proses
dulu sejenak. Ketika ia mem- punyai pertanyaan
kesembuhan dari suatu penyakit: gender dan
yang penting untuk dita- nyakan, ia harus
hubungan antara stres dan dukungan sosial.
menunggu terlebih dahulu
Selanjutnya diskusi ber- kembang ke arah
Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni 1
Psikologi Sosial dan Perawatan
Kesehatan
makna sakit yang dijelaskan

2 Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni


Psikologi Sosial dan Perawatan
sebagai suatu peran sosial. Diskusi ditutup menjadi pelindung bagi timbulnya penyakit
dengan melihat hubungan antara dokter dengan infeksi saluran pernafasan.
pasiennya yang menekankan pada Namun demikian, terlepas dari lebih
pemberdayaan pasien. tingginya harapan hidup perempuan, ternyata
perempuan memiliki kecederungan memiliki
Tunjauan Teori tingkat penyakit fisik yang lebih tinggi dari pada
Setiap orang tentunya menghendaki laki-laki, frekuensi yang lebih tinggi dalam
untuk hidup lama dan sehat. Namun, harapan berkonsultasi dengan dokter dan penggunaan
hidup ternyata tidak berdistribusi secara normal obat-obatan bebas atau sesuai resep dokter
dalam masyarakat; sebagai contoh, pada tahun (Verbrugge, 1989). Paling tidak ada lima alasan
1988 harapan hidup di Amerika Serikat bagi mengapa perempuan memiliki kecenderungan
kulit putih berkisar pada angka 75,6 tahun untuk sakit: (a) perbedaan biologis yang ber-
namun hanya 64,9 tahun bagi orang Amerika dasarkan hormon dan gen yang menyebabkan
keturunan Afrika. Status sosial ekonomi juga perempuan lebih rentan terhadap beberapa jenis
merupakan faktor penentu yang sangat kuat bagi penyakit tertentu; (b) aspek psiko-sosial keseha-
kesehatan dan penyakit dan perbedaan ini tan yang dalam hal-hal tertentu mempengaruhi
muncul pada semua level kelas sosial; yakni, laki-laki dan perempuan dalam mempersepsi
mereka yang tergolong sangat kaya menikmati dan bereaksi terhadap gejala-gejala suatu
kesehatan yang lebih baik daripada mereka yang penyakit dan perawatannya; (c) perilaku
berada di kelas menengah, dan mereka yang melaporkan kese- hatan yang meliputi fakta
miskin memiliki harapan hidup terendah (Adler bahwa perempuan cen- derung untuk lebih
et al., 1994). Dalam bagian ini akan terbuka dalam menceritakan masalah
didiskusikan dua fakta sosial yang sangat kesehatannya terhadap teman, keluarga, dan
kontradiktif yaitu perempuan cenderung untuk dokter; (d) perempuan lebih cenderung untuk
memiliki harapan hidup lebih lama dari pada patuh dan konsisten dalam menggunakan obat-
laki-laki namun mereka mengalami lebih obatan dalam jangka waktu yang panjang
banyak permasalahan kesehatan. sehingga dampaknya baru akan terlihat di masa
Perempuan di negara maju memiliki mendatang. Sebagai contoh di Amerika Serikat,
rata-rata kelebihan usia tujuh tahun lebih lama lebih dari 70% anti depresan diresepkan bagi
daripada laki-laki (Wingard, dalam Sadava dan perempuan dan 66% prosedur operasi banyak
McCreary, 1997). Salah satu faktor penentunya dilakukan pada perempuan (Rodin & Ikovicks,
ialah menurunnya tingkat kematian perempuan 1990).
akibat kehamilan dan melahirkan secara signi- Lebih dari 90 tahun yang lalu, Durkeim
fikan (Waldron, dalam Sadava dan McCreary, (1897-1951) menggambarkan bahwa kemun-
1997). culan masyarakat industri dan teknologi telah
Mengapa hal ini muncul sebagai fakta membawa manusia kehilangan integrasi sosial
yang benar? Pada bagian tertentu, hal ini seperti misalnya mulai pudarnya ikatan antara
berkaitan dengan perilaku. Laki-laki memiliki individu dan keluarga besarnya, dengan komu-
kecenderungan paling sedikit dua kali dari nitasnya bahkan intitusi keagamaannya. Oleh
perempuan untuk mengalami kanker paru-paru, karena itu tidaklah heran apabila hal-hal tersebut
sirosis hati, sakit jantung, kekerasan, bunuh diri menjadi penyebab terjadinya bunuh diri. Social
atau kecelakaan. Data yang lain menunjukkan support merupakan faktor yang memainkan
bahwa laki-laki lebih memiliki kecenderungan peranan penting dalam morbiditas (penyakit)
untuk terlibat dalam perilaku yang mem- dan mortalitas (kematian). Kaplan dan kawan-
bahayakan dirinya seperti merokok, minum kawan (1989) menyatakan bahwa individu yang
minuman beralkohol tinggi dan beragam peri- berada dalam situasi dukungan sosial yang
laku beresiko lainnya (Harrison, dalam Sadava rendah dan terjadi secara menerus akan berada
dan McCreary, 1997). Di luar perbedaan peri- pada resiko buruknya kesehatan. Hal yang lebih
laku sosial ini, faktor biologis juga turut buruk akan terjadi ketika kondisi seperti itu
berperan dalam melindungi perempuan dari disertai dengan keadaan yang sangat tertekan
resiko terserang beberapa penyakit seperti (Ruberman, dkk., 1984).
misalnya hormon estrogen yang ternyata Beberapa hasil studi menyatakan bahwa
mampu tingkat dukungan sosial juga berpengaruh terha-
Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni 3
Psikologi Sosial dan Perawatan
Kesehatan
dap kesehatan dan proses penyembuhan sese- diri berhubungan dengan proses penyembuhan
orang. Sebagai contoh orang yang memiliki penyakit-penyakit tersebut di atas.
pasangan hidup lebih cederung untuk lebih Nelson dan Mc Lemore (1988)
sedikit mengalami proses pengobatan dan lebih melaporkan bahwa rata-rata perawatan medis
cepat sembuh dari operasi yang telah berlangsung sekitar dua puluh menit. Banyak
dijalaninya (Kuli dan Maher, dalam Sadava dan yang diharapkan dalam waktu yang relatif
McCreary, 1997). Rendahnya dukungan sosial singkat tersebut: Dokter diharapkan mampu
ternyata berhubungan dengan tingginya tingkat menciptakan hubungan (rapport) dengan pasien;
kematian dan lebih lamanya proses kesembuhan memberikan informasi yang cukup tentang
pasien jantung. Studi yang lain juga menemukan gejala penyakit pasien; melakukan pemeriksaan
bahwa proses penyembuhan penyakit jantung fisik yang tepat; memerintahkan tes diagnostik;
koroner dipercepat dengan adanya dukungan dan mendiskusikan alternatif perawatan.
sosial, yang dalam hal ini ditunjukkan dengan Penelitian telah membuktikan bahwa
rendahnya tingkat kesepian pasien (Fontana, et partnership building yang dilakukan kaum
al. dalam Sadava dan McCreary, 1997). medis berhubungan dengan kepuasan pasien
Para psikolog telah berupaya untuk yang lebih besar, pema- haman informasi yang
mendefinisikan apa arti dari sakit secara sosial. lebih baik, dan kepatuhan yag lebih besar atas
Sakit ternyata tidak hanya berkaitan dengan rekomendasi medis yang dilakukan (Hall, Roter,
fisik belaka karena sakit berkaitan dengan & Katz, 1998).
skema peran. Skema peran sakit berhubungan Peran gender membuktikan bahwa ada
dengan serangkaian harapan dan gambaran perbedaan perilaku antara laki-laki dan perem-
dengan keadaan sakit. puan berkaitan dengan perawatan kesehatan.
Bagi kebanyakan orang, sakit diawali Lebih banyak kaum perempuan yang masuk ke
oleh pengenalan akan adanya gejala-gejala akan sekolah perawat daripada laki-laki (Lewis,
sesuatu yang menyimpang dari biasanya dalam dalam Sadava dan McCreary, 1997). Pasien
tubuh. Ketika gejala tersebut dapat diperhatikan perempuan juga cenderung untuk lebih
dengan baik orang cenderung untuk menerima informasi yang lebih banyak dan
memperoleh penjelasan-penjelasan. Seringkali lebih jelas daripada pasien laki-laki (Waitzkin,
gejala-gejala yang muncul di persepsi secara 2002). Stewart (dalam Sadava dan McCreary,
salah (misattri- bution). Gejala berat tubuh yang 1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa pasien
meningkat drastis seringkali di atribusikan perempuan cenderung untuk lebih mampu
dengan efek samping pengobatan atau masalah mengekspresikan apa yang dirasa- kannya.
metabolisme. Padahal bisa jadi hal tersebut Secara umum perempuan cenderung lebih cakap
disebabkan oleh keadaan depresi. dalam keterampilan berkomunikasi sehingga
Kesehatan dan proses kesembuhan tidak mengherankan apabila kepuasan lebih
seseorang sangat dipengaruhi oleh kontrol diri dirasakan oleh kaum perempuan dari pada laki-
individu itu sendiri. Konsep kontrol diri menya- laki.
takan bahwa peristiwa-peristiwa dalam kehi-
Di lain pihak dokter perempuan cen-
dupan seseorang sangat tergantung oleh
derung untuk menggunakan waktu konsultasi
tindakan individu itu sendiri. Kiecolt dan Glaser
yang lebih lama dengan pasiennya, terlebih
(1990) menyatakan bahwa kontrol diri sangat
terhadap pasien perempuan (Roter et al., 1998).
berhu- bungan dengan sel-sel pembunuh
Hall dan kawan-kawan (1998) mendapatkan
(komponen dalam sistem kekebalan tubuh).
bahwa dokter perempuan cenderung untuk lebih
Studi-studi telah membuktikan bahwa menyukai pasiennya bila pasien tersebut
perasaan kontrol diri berhubungan dengan
menderita sakit yang tidak terlalu serius, puas
proses kesembuhan dan penyesuaian diri pasien- dengan perawatan yang diberikan dan tentunya
pasien penderita kanker payudara (Taylor, dkk.,
pasien laki-laki.
1984; arthritis, Nicassio, et al., 1985; dan sakit
jantung, Michela, 1986 dalam Sadava dan
McCreary). Namun demikian, karena studi
Pembahasan
Kelompok pendukung telah menjadi
tersebut hanya dilaksanakan satu kali, maka
komponen umum dari perawatan bagi berbagai
tidak mungkin dapat diambil kesimpulan ilmiah
penyakit seperti jantung, kanker dan skoliosis.
bahwa kontrol
Para psikolog sosial akhirnya mendesain kelom-

4 Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni


Psikologi Sosial dan Perawatan
pok pendukung dengan tujuan tertentu seperti

Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni 5


Psikologi Sosial dan Perawatan
kelompok yang bertujuan membangkitkan sanya lebih depresi ketika memperoleh pera-
emosi secara mutualisme dan kelompok yang watan dan perhatian yang berlebihan.
dapat memberikan dukungan-dukungan praktis; Berikut ini akan dibahas dua penyakit
ke- lompok yang lainnya memfokuskan pada yang sangat membahayakan kehidupan penderi-
bidang khusus seperti melatih keterampilan tanya dalam kaitannya dengan peran sakit:
pasien dalam menghadapi masalah, melatih AIDS dan kanker.
ketang- guhan mental pasien (adversitas), Sepanjang sejarah, reaksi publik terha-
relaksasi, dan melibatan pasien dalam aktivitas- dap terhadap epidemi tidak selalu dikarak-
aktivitas ringan yang menyenangkan. teristikan dengan rasionalitas dan empati
Meskipun kelompok pendukung sangat (Conrad, 1986). Orang yang hidup dengan AIDS
bermanfaat bagi proses kesembuhan pasien selalu mendapatkan dirinya dalam isolasi sosial
namun ada beberapa perilaku orang yang seba- dan kurangnya dukungan sosial karena ketakutan
liknya justru begitu menikmati keadaan orang lain akan tertular olehnya. Eksperimen
sakitnya. Hal ini yang akan dibahas dalam yang dilakukan oleh Cohn dan Switz (dalam
pembahasan selanjutnya. Sadava dan McCreary, 1997) mendapatkan
Berkaitan dengan peran sakit, orang bahwa secara sosial orang akan menjauh apabila
yang sakit memiliki peran sosial yang berbeda ia mengetahui bahwa ada penderita AIDS di
(Parsons, 1951). Sebagai contoh, seorang dekatnya. Bahkan Winslow et al. (1999)
dewasa diharapkan untuk mandiri, mampu mendapatkan bahwa orang akhirnya takut dan
mengurus diri sendiri dan mampu melakukan menjauhi orang-orang yang homoseks karena
kewajiban-kewa- jiban sosialnya. Namun ketika diasosiasikan dengan AIDS (homophobia).
orang tersebut sakit ia diijinkan secara Akhirnya sangatlah jelas bahwa sakit karena
sementara untk menjadi dependen kepada orang AIDS tidak berkonsekuensi sama dengan sakit
lain dan diijinkan untuk bebas dari kewajiban- lainnya dalam kaitannya dengan peran sakit..
kewajiban sosialnya. Seca- ra khusus, Parsons
Dakoff dan Taylor (2000) meng-
membagi dua hak dan dua tugas dalam peran
identifikasi adanya lima pola coping dengan
sakit. Seeorang memiliki
kanker: (a) cognitive escape-avoidance (harapan
(a) hak untuk bebas dari peran sosial yang
bagi mukjijat), (b) behavioral escape-avoidance
normal, (b) hak untuk tidak bertanggung jawab
(mencoba untuk merasa lebih baik dengan
atas tidak berlangsungnya peran sosial yang
makan, minum, merokok, atau menggunakan
normal, (c) kewajiban untuk berusaha sembuh,
obat), (c) distancing (membuat seolah tidak
(d) kewajiban untuk bekerja sama dengan
terjadi hal yang buruk padanya), (d) focus on
perawat kesehatan yang kompeten.
the positive (mencari kepercayaan baru,
Meskipun sakit merupakan keadaan
menemukan kembali apa yang penting dalam
yang tidak menyenangkan, namun sakit
hidup ini), (e) seek and use social support
memiliki beberapa keuntungan bagi yang
(bertanya tentang informasi/kabar, curhat).
mengalaminya: menghindari tanggung jawab,
Banyak pasien kanker yang menyadari bahwa
memperoleh pera- watan, simpati, dan
dirinya terisolasi dan dijauhi orang lain. Oleh
memungkinkan kita untuk bergantung kepada
karena itu seringkali penyandang kanker meng-
orag lain. Moss (1986) menyatakan bahwa
gunakan berbagai cara untuk memperoleh
orang dewasa yang seringkali menggunakan
perhatian orang lain melalui misalnya
keuntungan “sakit” ternyata cenderung memiliki
membesar- besarkan rasa sakit mereka
pengalaman masa kecil yang memiliki
Berkaitan dengan kontrol diri,
penguatan untuk menjadi sakit dan juga belajar
ditemukan beberapa fakta pendukung seperti
dari orang tuanya yang sering mempraktekan
berikut ini. Janis (dalam Sadava dan McCreary,
keuntungan “sakit”.
Konsep peran sakit ternyata tidak dapat 1997) menyatakan bahwa mekanisme
diterapkan pada pasien yang mengalami sakit kecemasan pasien dapat mempengaruhi proses
terminal atau kronis, yang sangat sukar untuk kecepatan kesembuhan pasca operasi. Melalui
disembuhkan. Pasien seringkali menolak untuk studi klasiknya, ditemukan bahwa pasien yang
melakukan pengobatan dengan baik karena secara realistis telah memiliki informasi yang
merasa sudah tidak ada harapan lagi. Thompson nyata tentang apa yang akan terjadi pasca
dan kawan-kawan (1989) menyatakan bahwa operasi memiliki pengalaman proses
orang yang menderita penyakit terminal bia- kesembuhan yang

Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni 6


Psikologi Sosial dan Perawatan
sangat baik. Mereka yang secara berlebihan batan yang dilakukan. Konsep placebo effect
merasa takut akan apa yang akan terjadi pasca sekiranya dapat menjelaskan fenomena ini.
operasi mengalami proses kesembuhan yang Banyak proses medikasi yang berhasil karena di
agak lama. Sementara mereka yang merasa acuh dalamnya terdapat fondasi placebo. Meskipun
tak acuh atau santai terhadap operasi yang akan konsep plcebo effect dijelaskan sebagai
dijalaninya justru mengalami masa-masa tersulit mobilisasi harapan, kekuatan sugesti dan self-
pasca operasi. Dapat disimpulkan bahwa kece- fulfilling prophecy, namun diyakini bahwa
masan yang berdasarkan harapan-harapan kesemuanya terletak pada komunikasi antara
realistik sangatlah penting dalam penyembuhan pasien dan dokternya. Tidak dapat disangkal
pasca operasi. Namun demikian kiranya perlu bahwa pasien dan dokter yang tidak saling
dilakukan studi-studi yang membahas faktor- percaya satu sama lainnya akan mengalami
faktor personal dan situasional apa saja yang proses perawatan yang tidak efektif
turut memediasi dampak dari kontrol realistik Dari ilustrasi di muka telah disinggung
terhadap proses kesembuhan. Hal tersebut perlu bahwa Dr. Rosenbaum menyadari bahwa
diperhatikan mengingat ketika pasien memiliki memberi resep adalah berbeda dengan menerima
penyakit terminal atau kronis, seringkali kontrol resep. Sebagai pasien, ia diharapkan untuk
diri tidak mampu mempengaruhi hasil dari mengikuti apa yang telah direkomendasikan.
pengobatan yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan skema peran sakit yang
Sementara itu, permasalahan interaksi memiliki dua peran yaitu dokter dan pasien.
antara dokter dan pasien dapat dipecahkan Dapat dikatakan bahwa persuasi dan kepatuhan
dengan teori akomodasi percakapan interper- merupakan konsep psikologi sosial yang
sonal. Speech maintenance muncul ketika kedua diterapkan dalam setting medis.
pihak berbicara seperti apa adanya, tidak Banyak ditemukan bahwa pasien tidak
memperhatian pola bicara antar kedua pihak. mampu untuk mematuhi anjuran medis dari
Speech divergence terjadi ketika salah satu dokter (Becker, dalam Sadava dan McCreary,
pihak mendominasi percakapan yang 1997). Hal ini diperburuk dengan banyaknya
mengakibatkan adanya perbedaan sosial. Speech dokter yang menganggampangkan permasalahan
convergence terjadi ketika salah satu pihak ini. Telah tercatat bahwa ketidakpatuhan pasien
berusaha untuk menyelaraskan pola bicara terhadap rekomendasi dokter mencapai rentang
partner interaksinya. Pola ini berusaha 20%-30% untuk penggunaan antibiotik; lebih
sedemikian rupa untuk meminimalkan dari 40% pasien yang tidak melakukan tindakan
perbedaan sosial dan memper- tahankan sosial pencegahan; dan lebih dari 50% pasien yang
harmoni antar kedua pihak. tidak mau mengadakan perubahan gaya hidup.
Pola komunikasi yang lebih jelas lagi Perilaku tida patuh (non compliance) ini banyak
membedakan hubungan antara pasien dan dijumpai pada pasien kronis dan pasien yang
dokter ialah doctor-centered dan patient- dianjurkan merubah gaya hidup seperti: diet,
centered. Komunikasi doctor-centered berisikan berhenti merokok dan melakukan olah raga
perta- nyaan-pertanyaan terstruktur yang ringan.
sederhana dan ditujukan untuk dengan cepat Kebanyakan penelitian non compliance
mendiagnosis dengan tepat keadaan pasien. terhadap rezim medis berkaitan dengan hiper-
Sementara itu patient-centered menekankan tensi. Kita semua tahu bahwa tekanan darah
pada strategi pertanyaan terbuka (open-ended tinggi sangat membahayakan bagi penderitanya.
questions) kepada pasien. Pasien memiliki Namun demikian, banyak pasien yang menolak
kebebasan untuk menjelaskan permasalahan untuk melakukan treatment dengan anti
yang dihadapi dengan kata-kata yang dirangkai hipertensi dengan berbagai alasan dampak
sendiri. Pende- katan yang terakhir sangat sampingnya misalnya disfungsi ereksi. Becker
memfasilitasi terca- painya informasi penyakit dan Friedman (dalam Sadava dan McCreary,
dan perawatan yang sangat ingin diketahui 1997) menyebut hal tersebut sebagai rational
pasien. Dokter akan lebih baik dalam noncompliance.
mendiagnosis penyakit dan pasien merasa puas Prinsip-prinsip psikologi sosial
dengan proses komunikasi yang ada. sekiranya dapat membantu individu untuk lebih
Hubungan antara dokter dan pasien juga baik dalam memahami proses kepatuhan
dapat menciptakan harapan positif akan pengo- (Cialdini et al.,

6 Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni


Psikologi Sosial dan Perawatan
1999). Beberapa prinsip psikologi sosial yang konsep
dapat dipertimbangkan secara praktis oleh kaum
medis antara lain:
a. Orang cenderung untuk memiliki
konsistensi dalam sikap dan tindakannya.
Secara khusus, suatu tindakan cenderung
untuk menim- bulkan perasaan komitmen
bagi tindakan di masa mendatang yang
konsisten dengan tindakan pertamanya.
Freedman dan Fraser (dalam Baron dan
Byrne, 2004)) mendapatkan bahwa
seseorang yang mema- tuhi permintaan
kecil, cenderung untuk mematuhi
permintaan yang lebih besar di masa
mendatang. Konsep ini dikenal dengan
teknik foot-in-the-door. Profesional dalam
kesehatan tentunya dapat menerapkan
teknik ini dengan pertama kali
merekomendasikan perubahan perilaku
yang kecil terlebih dahulu sebelum
memasuki perubahan gaya hidup yang lebih
besar lagi.
b. Orang cenderung untuk membenarkan
pilihan sikap dan tindakan mereka dengan
cara membandingkan dirinya dengan orang
lain dalam situasi yang sama. Para profe-
sional kesehatan tentunya dapat menggu-
nakan konsep social comparison process ini
melalui misalnya mempublikasikan peruba-
han perilaku yang diharapkan seperti
misalnya menurunnya jumlah perokok pada
kelompok tertentu dalam suatu masyarakat.
c. Rekomendasi lebih mungkin dipatuhi ketika
berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
Dokter pada umumnya dipersepsi sebagai
sumber yang dapat dipercaya terlebih bila ia
berpengalaman.

Kesimpulan
Pendekatan multi interdispliner
terhadap suatu objek sosial merupakan suatu
“kebijakan” yang harus dipertimbangkan
kalangan akademisi dan praktisi. Terlebih hal-
hal yang bersifat psikologis seperti perilaku
individu tentunya harus mempertimbangkan
aspek-aspek dasar psikoogis pembentuk
perilaku. Dalam dunia terapan medis, psikologi
dapat memberikan kontribusinya seperti apa
yang telah dibahas di atas.
Secara khusus Psikologi Sosial berusaha
memberikan insight literal dan praktis pada
praktek dunia medis seperti misalnya:
konstruksi perilaku gender, dukungan sosial,
interaksi dokter dan pasien yang melibatkan
Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni 6
Psikologi Sosial dan Perawatan
peran, peningkatan keefektifan komunikasi dan explanations of sex differences in health
strategi kepatuhan pada “regim” medis.

Daftar Pustaka
Adler, N.E., Boyce, T., Chesney, M.A,
“Socioeconomic status and health: the
challenge of gradient”, American
Psychologist, 49. 15-24, 1994.

Cialdini, R.B., Wosinska, W., Barrett, D.W.,


Butner, J. & Gornik-Durose, M,
”Compliance with a request in two
cultures: The differential influence of
social proof and
commitment/consistency on
collectivists and individualists”,
Personality and Social Psychology
Bulletin. 25, 1242-1253, 1999.

DiMatteo, M.R., & DiNicola, D.D, “Achieving


patient compliance”, Pergamon, New
York, 2002.

Dakoff, G.A. and Taylor, “Patient's perception


of social support: What is helpful from
whom?”, Journal of Personality and
Social Psychology. 58, 80-90, 2000.

Hall, J.A., Rotter, D.L., and Katz,


“Metaanalysis of correlates of
provider behaviour in medical
encounters”, Medic Care, 1998.

Hall, J.A., Epstein, A.M., & Mc Neil, B.J,


“Physicians liking for their patients:
More evidence of the role of affect in
medical care”, Health Psychology, 12,
140-146, 1998.

Kiecolt-Glaser, J.K. & Glasser, R, “Behavioral


influences on immune function:
Evidence for the interplay between
stress and health”, In T. Field, P.
McCade, & A. Shneiderman (Eds.)
Stress and coping. (Vol.2, pp 189-
206). Hillsdale, NJ Lawrence Elrbaum
Associates, 1990.

Sadava, S.W., & McCreary, “Applied Social


Psychology”, Upper Saddle River,
Prentice Hall, New York, 1997.

Verbrugge, L.M, “The twain meet: Empirical


6 Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni
Psikologi Sosial dan Perawatan
and mortality”, Journal of Health and
Social Behavior, 30, 282-304, 1989.

Waitzkin, H, “Information giving in medical


care”, Journal of health and social
behavior. 26, 81-101, 2002.

Winslow, R.W., Rumbault, R.G., & Hwang J,


“AIDS, FRAIDS and quarrantine,
Students' responses to pro-quantine
initiative in California”, Journal of
Applied Social Psychology, 19, 1453-
1478, 1999.

Jurnal Psikologi tfol. 5 No. 1, Juni 6

Anda mungkin juga menyukai