id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
status perkawinan, network size, dan integrasi sosial. Salah satu jalur utama
di mana struktur sosial diharapkan dapat mempengaruhi kesehatan adalah
dengan menyediakan sebuah fungsi pendukung, seperti dukungan emosional
dan instrumental. Baik struktur sosial dan fungsi pendukung dapat
mempengaruhi kejadian dan kematian akibat kanker serta kelangsungan
hidup kanker melalui jalur kognitif, afektif, dan perilaku. Jalur kognitif
mencakup akses ke informasi yang datang langsung dari anggota jaringan
atau secara tidak langsung melalui koneksi sosial anggota jaringan. Manfaat
kognitif lainnya berasal dari sekedar menjadi bagian dari jaringan sosial atau
dari fungsi dukungan yang disediakan oleh anggota jaringan. Ini termasuk
perasaan positif tentang diri (yaitu, harga diri), keyakinan positif tentang masa
depan (yaitu, optimisme), dan keyakinan dalam kendali pribadi (Holland et
al., 2010; Peh, Kua and Mahendran, 2016).
Manfaat afektif termasuk peningkatan emosi positif dan pengurangan
emosi negatif yang berasal dari network, menjadi bagian dari keluarga, atau
dari dukungan yang diberikan oleh anggota jaringan. Manfaat perilaku
termasuk penurunan perilaku berisiko dan peningkatan perawatan kesehatan
preventif di antara orang sehat dan respons tepat waktu terhadap gejala dan
kepatuhan terhadap pengobatan di antara mereka yang menderita kanker.
Efek ini dapat tidak langsung karena orang-orang yang terlibat dalam jaringan
sosial lebih menjaga diri mereka sendiri karena anggota jaringan bergantung
padanya atau langsung karena anggota jaringan lebih cenderung mendesak
seseorang untuk mengurangi perilaku berisiko (misalnya, merokok),
meningkatkan perilaku promosi kesehatan (misalnya, pemeriksaan rutin), dan
mencari pengobatan untuk gejala. Manfaat kognitif, afektif, dan perilaku
(yang mungkin saling berhubungan) dari ikatan sosial dan dukungan sosial
dapat memengaruhi kejadian kanker, kematian, dan survival rate dengan
mengubah jalur biologis (Holland et al., 2010).
Demoralisasi, sebagai suatu sindrom yang ditandai dengan
ketidakberdayaan, keputusasaan, rasa gagal dan ketidakmampuan untuk
melakukan koping, telah terbukti terkait dengan tingkat kesedihan yang lebih
tinggi, lebih banyak gejala fisik, kesejahteraan yang lebih buruk, aktivitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
waktu luang yang lebih buruk, dan dukungan yang lebih rendah dari ikatan
interpersonal, tingkat kekhawatiran dan preokupasi yang lebih tinggi terkait
kanker (misalnya penyakit itu sendiri, efek pengobatan, perasaan berbeda dari
orang lain, dampak pada kehidupan seksual, masa depan) serta kehilangan
makna dan harapan, martabat yang buruk, rasa ketidakberdayaan pada
kehidupan sendiri dan di masa depan dan ide bunuh diri (Caruso and
Breitbart, 2020).
Dalam sebuah kasus klinis wanita hamil 20 minggu dengan kanker
serviks stadium II, untuk seorang wanita tanpa kehamilan jika dilakukan
histerektomi radikal atau radioterapi kemungkinan 5 tahun survival rate.
Kondisi seperti ini penjelasan dari dokter terutama bagian konseling
merupakan sebuah dilema dan juga dilema bagi pasien yang harus memilih
(membuat keputusan lanjutan) (Bowes Jr, 2007).
a. Tinjauan Biologi
AMP (EPAC) yang merupakan dua sistem efektor utama (Schuller and Al-
Wadei, 2012; Nilsson, Le and Heymach, 2020) (Gambar 2.1).
PKA hasil aktivasi dari cAMP menghasilkan fosforilasi faktor
transkripsi (Schuller and Cole, 1989; Cole and Sood, 2012). PKA
berhubungan dengan regulasi berbagai proses seluler seperti pertumbuhan,
metabolisme, diferensiasi, morfologi, neurotransmisi dan transkripsi gen
(Schuller and Al-Wadei, 2012). Selain itu juga memfosforilasi reseptor kinase
β-arrestin (BARK), yang menghasilkan menghambatan dari β-arrestin dari
pensinyalan β-adrenergik dan stimulasi gen Src (Rocca et al., 1999). Gen Src
mengaktivasi Focal Adhesion Kinase (FAK) yang meningkatkan cytoskeletal
rearrangements dan motilitas sel (Cole and Sood, 2012). Cyclic AMP
(cAMP)-PKA teraktivasi oleh hormon stres yang juga menyebabkan
peningkatan proliferasi dan angiogenesis melalui jalur PI3K
(Phosphoinositide 3-kinase)/ AKT (serine/threonine-specific protein kinase)/
mTOR (mechanistic target of rapamycin)/ P70S6K (P70-S6 Kinase)/
HIF(hypoxia inducing growth factor)-1α. Pada sel kanker serviks, PKA
mengaktivasi defosforilasi Yes-Associated Protein (YAP) dimana translokasi
dari defosforilasi YAP kedalam nukleus menyebabkan inhibisi dari apoptosis
(Yang Li et al., 2020).
Efektor utama ke-2 adalah EPAC, yang mengaktivasi RAS (Rat
Sarcoma) mirip guanin trifosfat RAP (Ras-related protein) 1A, yang mana
menstimulasi protein B-RAF, MAP/ERK 1/2 (Mitogen-activated
protein/Extracellular signal-regulated kinases 1/2) dan ERK 1/2 yang
efeknya pada pertumbuhan sel dan proliferasi (Nilsson, Le and Heymach,
2020), sementara PKA secara predominan memberikan efek pada inflamasi,
angiogenesis dan invasi, EPAC menghasilkan perubahan pada morfologi dan
motilitas sel (Cole and Sood, 2012) (Gambar 2.1).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
paparan stres (Scheschowitsch, Leite and Assreuy, 2017). Pada sebuah studi
pada kanker yang menunjukkan TGF-β (Transforming Growth Factor-Beta)
promoted ligand independent, p38 MAPK (Mitogen-Activated Protein
Kinases) yang menginduksi fosforilasi S134 GR (salah satu residu serin target
fosforilasi yang berhubungan dengan pensinyalan glukokortikoid) yang
menyebabkan migrasi dan invasi dari sel kanker (Perez Kerkvliet et al.,
2020).
3. Hormon Stres (Glukokortikoid dan Katekolamin) dan Efeknya pada Kanker
Serviks
Perkembangan kanker adalah proses multipel termasuk inisiasi, promosi dan
progresi, yang mana akibat dari mutasi onkogenik, sel yang normal menjadi
keganasan.
b. Tinjauan Psikologi
Faktor psikologis yang paling sering diteliti sebagai risiko kanker adalah
major life events dan stres, depresi dan suicide, serta kepribadian atau ciri
kepribadian (Holland et al., 2010). Pengkajian masalah psikologis dan
pemberian dukungan psikologis harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari paket perawatan bagi pasien kanker. Penyajiannya bisa berupa denial,
anger, ansietas, atau depresi. Semua profesional kesehatan harus menyadari
seberapa sering masalah psikologis terabaikan dan semua pasien harus diberi
waktu dan ruang untuk menyuarakan kesusahan mereka (Cassidy, Bissett and
Obe, 2002).
ekspresinya ditemukan pada beberapa sel kanker (Tank and Wong, 2015).
ADR berperan sebagai peningkat proliferasi sel kanker dan modulator
interaksi sel kanker dengan lingkungan mikro mereka untuk mendorong
perkembangan tumor. Dalam kondisi stres yang parah, CAT mengaktifkan
reseptor β-adrenergik pada sel tumor dan meningkatkan ekspresi
metaloproteinase matriks (MMP) dan faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF) di jaringan adiposa, membentuk pembuluh darah baru/ angiogenesis
(Chakroborty et al., 2009; Iftikhar et al., 2021).
Bukti telah menunjukkan bahwa respon imun seluler selama
karsinogenesis kompleks dan multidirectional dengan aktivitas anti- atau
proinflamasi tergantung pada rangsangan lingkungan mikro spesifik jaringan.
Ada bukti kuat bahwa PS kronis bertindak untuk menekan aktivitas sel
natural killer (NK) dan kekuatan sistem kekebalan selama pertumbuhan,
perkembangan, dan metastasis kanker (Reiche et al., 2004; Moreno-Smith,
Lutgendorf and Sood, 2010; Mandal and Viswanathan, 2015). Disfungsi
imunitas yang menyertai stres psikologis (PS), yang disebabkan oleh
penurunan produksi antibodi, makrofag, monosit, dan sel T serta
penghambatan aktivitas sel NK memainkan peran kunci dalam
karsinogenesis (Soung and Kim, 2015).
IDO ↑
Gambar 2.2. Skema peran stres psikologis pada karsinogenesis dan aging
(sumber : Kruk et al., 2019)
respon terhadap stres (Lai, Tang and Chung, 2010; Dhabhar et al., 2012;
Asyraf, 2015). Di Jepang, “Ikigai” yang diartikan sebagai sesuatu untuk
dijalani, kegembiraan dan tujuan hidup untuk kebahagiaan dan manfaat dari
hidup berdampak pada rendahnya risiko kanker. Penelitian kohort Belanda
mendapatkan tidak adanya hubungan antara 10 ciri kepribadian dengan
kejadian kanker (Holland et al., 2010). Optimistik ditemukan menjadi faktor
yang penting dalam prediktor distres psikologis dari pasien kanker,
optimisme bisa membantu individu untuk lebih menyesuaikan diri dengan
peristiwa kehidupan negatif dan penyakit serius, termasuk kanker. Orang
optimis terutama menggunakan gaya koping adaptif dan positif untuk
menghadapi kanker, termasuk menerima kenyataan, menempatkan cahaya
positif, dan humor (Yang et al., 2014).
c. Tinjauan Sosial
Aspek lain dari gaya hidup yang berpengaruh pada proses terkait kanker
adalah proses tidur selain dari durasi adalah kualitas tidur yang mungkin lebih
mewakili gangguan sirkadian, yang secara efektif menurunkan sirkulasi
melatonin. Melatonin dikenal sebagai sesuatu yang penting dalam regulasi
sirkadian, dan memiliki efek anti-inflamasi dan modulasi imunitas. Gen yang
terlibat dalam ritme sirkadian terlibat dengan perbaikan DNA, karena protein
yang terkait dengan jam biologis dikaitkan dengan check point kerusakan
DNA (Soucise et al., 2017). Melatonin telah ditemukan untuk menekan fase
inisiasi tumorigenesis dan menghambat proliferasi sel kanker manusia dalam
studi eksperimental yang mana gangguan fisiologi sirkadian karena
penurunan durasi tidur annual atau gangguan tidur dapat menyebabkan
gangguan pada metabolisme glukosa, penurunan kontrol nafsu makan (Chen
et al., 2018) yang akan memperberat progresivitas kanker.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Gambar 2.4. Kerangka konseptual stigma kanker (Sumber: Medine et al., 2020)
Gambar 2.5. Ilustasi dampak stres psikososial dan manajemen stres pada respons
imun yang relevan dengan kanker (Antoni and Dhabhar, 2019).
Model pada gambar 2.1 merangkum dampak potensial dari stres kronis
(masalah atau isu psikososial kronis, depresi, afek negatif, kecemasan, dan
loneliness/ isolasi sosial) pada proses neuroendokrin (sistem saraf simpatis
[SNS] dan aktivasi aksis hipotalamus-pituitari adrenal [HPA]), yang terkait
dengan aktivitas sistem imun yang berubah (penurunan imunoproteksi,
peningkatan imunosupresi, dan peningkatan inflamasi kronis), yang pada
akhirnya dapat mempercepat progresivitas kanker dan metastasis serta
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
berdampak pada penurunan kualitas hidup dan survival rate. Model ini juga
merangkum sumber daya manajemen stres (dukungan sosial), keterampilan
(koping adaptif dan reappraisal kognitif, relaksasi, meditasi kesadaran,
latihan fisik), dan intervensi farmakologis (blokade β-adrenergik dan
inhinitor cyclooxygenase-2 [COX2]), yang dapat berfungsi untuk mengurangi
masalah psikososial kronis dan/atau memodulasi neuroendokrin dan/atau
proses sistem kekebalan yang dapat berkontribusi pada hasil kesehatan yang
positif (penurunan perkembangan kanker dan metastasis serta peningkatan
kualitas hidup dan survival) (Antoni and Dhabhar, 2019).
4. Psikoterapi Integratif
d. Integrasi Asimilatif
Integrasi asimilatif ini mengenai sebagian besar psikoterapis memilih
orientasi teoritis yang berfungsi sebagai landasantetapi, dengan pengalaman,
menggabungkan ide dan strategi dari sumber lain kedalam praktik nya. Model
integrasi ini mendukung landasan kuat dalam salah satu sistem psikoterapi
(bekerja dengan satu model psikoterapi utama), tetapi dengan kesediaan
untuk menggabungkan atau mengasimilasikan nya dengan psikoterapi lain,
dengan cara yang dipertimbangkan, perspektif atau praktik dari psikoterapi
lainnya (Zarbo et al., 2016; Messer, 1992).
a. Psikoedukasi
b. Psikoterapi Suportif
1. Psikoterapi Suportif sebagai Mediator Distres Pasien Kanker Serviks
Psikoterapi suportif dapat didefinisikan sebagai terapi diadik yang
menggunakan tindakan langsung untuk memperbaiki gejala dan untuk
mempertahankan, memulihkan, atau meningkatkan self-esteem, fungsi ego,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Memberi saran (suggestion / advice) – tidak pada area dimana pasien menentukan pilihan sendiri
Pengajaran (teaching) – pada area dimana terapis adalah ahli dibidangnya (berkompeten)
Pemodelan perilaku adaptif
Bimbingan antisipatif (guidance) - mengantisipasi hambatan potensial dan menyiapkan strategi
Mempromosikan otonomi
Meningkatkan fungsi ego
Menurunkan dan mencegah ansietas
Gaya percakapan suportif (conversational)
Sharing the agenda
“Padding” verbal
Menyebutkan masalah
Normalisasi
Rasionalisasi
Membingkai ulang (reframing)
Minimalisasi
Modulasi afek
Pertahanan pendukung (supporting defences)
Limit-setting
Memperluas awareness
Klarifikasi - meringkas, memparafrasekan, atau mengorganisasikan
Konfrontasi – bukan secara hostility atau agresi
Interpretasi – penjelasan mengenai makna dari pikiran dan perbuatan pasien
Sumber: Adaptasi dari Winston, Rosenthal and Weiss, 2020
c. Terapi Relaksasi Guided Imagery dan Musik sebagai Mediator Distres Pasien
Kanker Serviks
Pada seseorang individu, yang memengaruhi kondisi psikologisnya
terhadap kondisi distres adalah Locus of Control (LOC) yang
mendeskripsikan persepsi seseorang terhadap apa atau siapa yang
memengaruhi kesehatan individu serta Sense of Coherence (SOC) dimana
merefleksikan seseorang dalam melihat dunia ini bisa di manage, meaningful
dan comprehensible serta dapat memobilisasi sumber internal maupun
eksternal untuk membentuk sebuah koping (Burns et al., 2018).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan relaksasi (Dib, Wells and
Fewtrell, 2020).
d. Terapi Pasangan dan Keluarga terhadap Pasien Kanker Serviks
1. Konsep utama Terapi Pasangan dan Keluarga
Diagnosis kanker tidak hanya memberikan distres pada pasien namun
juga keluarga terutama pasangan, dimana ketika afeksi negatif muncul pada
keluarga atau pasangan akan memengaruhi kondisi psikologis dari pasien
kanker. Pemberian dalam terapi ini berupa komunikasi mutual constructive
yang menghasilkan koping yang adaptif dan berfokus masalah menghasilkan
kohesi hubungan (interaksi sosial) yang lebih baik (Riba et al., 2019)
sehingga komunikasi antara caregiver/ keluarga/ pasangan terhadap pasien
dapat terjalin dengan baik.
Komunikasi dari pasien kanker dan/atau caregiver penting sekali
terutama diskusi mengenai prognosis (keinginan pasien dan/atau keluarga
untuk mengetahui estimasi waktu bertahan hidup dari pasien dan apakah
penyakit kanker nya ini bisa disembuhkan) yang ternyata berbeda
communication needs nya antara pimpinan caregiver, caregiver karir,
caregiver partner dan lone caregiver (J. Li et al., 2020). Aspek lain dari relasi
sosial adalah keinginan untuk memiliki seorang anak, rencana dalam
berkeluarga bisa sangat rumit terutama pada pasien yang mendapatkan
kemoterapi, terapi anti hormonal, atau radioterapi maka dokter harus
menginformasikan kemungkinan terburuk dan alternatif lain yang ada karena
ini merupakan hal yang menyebabkan rasa kehilangan yang mendalam dan
berdampak pada psikososial pasien (Goerling and Mehnert, 2018).
2. Efek Terapi Pasangan dalam Manajemen Stres Kasus Kanker
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa network size dari interaksi
sosial berhubungan dengan stresful life events untuk memprediksi respon
imun (semakin besar jaringan sosial berhubungan dengan semakin baiknya
respon imun) serta didapatkan pasien yang mendapatkan dukungan sosial
berhubungan dengan rendahnya IL-6 pada kanker ginekologi (sitokin yang
berhubungan dengan progresivitas kanker) serta berhubungan dengan status
fungsi dan klinis yang lebih baik. Kemungkinan hal tersebut akibat pengaruh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
dukungan sosial pada aksis HPA dan jalur simpatis (Lutgendorf et al., 2000;
Holland et al., 2010).
Ikatan sosial atau lebih umum sebagai interaksi sosial
didokumentasikan dalam beberapa studi epidemiologi berefek positif pada
individu (menjaga kesehatan dan hidup lebih lama) yang kemudian
diasumsikan sebagai hasil dari dukungan sosial (namun pada beberapa
kondisi dan beberapa individu interaksi sosial mungkin berefek sebaliknya)
namun dukungan sosial ini sering masuk dalam rubrik manajemen stres
bersama edukasi, manajemen nyeri, dan modulasi kognitif dari pengalaman
yang membuat distres. Studi khusus, terutama yang berfokus pada sampel
dalam kondisi stres, menemukan bahwa intervensi yang mencakup beberapa
bentuk dukungan sosial (salah satunya terapi keluarga) memiliki efek
peningkatan pada sitotoksisitas Natural Killer (NK), proliferasi limfosit, dan
imunitas yang dimediasi sel (perubahan pada keseimbangan Sel T-helper 1/T-
helper 2) (Daruna, 2004; Osann et al., 2019), seperti yang ditampilkan yaitu
berkurangnya titer antibodi pada infeksi Herpes Simplex Virus (HSV). Efek
ini diharapkan jika dukungan sosial dapat meningkatkan fungsi kekebalan
setidaknya untuk individu yang sedang stres (Daruna, 2004).
6. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif membangun premisnya pada penalaran induktif (analisis
nya berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
sebuah hipotesis/ konsep teori baru), bukan deduktif. Ada lima desain
penelitian kualitatif: studi kasus, studi etnografi, studi fenomenologis, studi
grounded theory, dan analisis isi (content analysis), pembagian lain dan
perbedaan masing-masing secara ringkas dapat dilihat pada tabel 2.2. Kelima
bidang ini mewakili penelitian yang dibangun di atas penalaran induktif dan
metodologi terkait. Studi kasus dan penelitian grounded theory
mengeksplorasi proses, kegiatan, dan peristiwa sementara penelitian
etnografi menganalisis perilaku berbagi budaya yang luas dari individu atau
kelompok. Studi kasus serta fenomenologi dapat digunakan untuk
mempelajari individu (William, 2017).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Table 2.2 Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Implikasinya untuk Pengumpulan Data
Tipe Pendekatan Definisi Gambaran Implikasi Pengumpulan Data
Fenomenologi - Berfokus pada - Pertanyaan dan observasi
pengalaman, keyakinan, ditujukan untuk menggambarkan
dan persepsi individu. pengalaman dan persepsi
- Teks digunakan sebagai individu.
proxy untuk pengalaman - Dalam kelompok fokus,
manusia. pengalaman kelompok dan
persepsi normatif biasanya dicari.
- Wawancara mendalam dan
kelompok fokus adalah metode
yang ideal untuk mengumpulkan
data fenomenologis.
a. Studi Fenomenologi
Fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filosofis terkait pengalaman/
penampakan manusia (William 2017; Hadi, Asrori, dan Rusman, 2021). Studi
fenomenologi mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena, ada dua
hal utama yang menjadi fokus dalam penelitian fenomenologi (Hadi, Asrori,
dan Rusman, 2021), yaitu:
1. Deskripsi tekstual: apa yang dialami (aspek objektif, data faktual,
terjadi secara empiris) Subjek tentang sebuah fenomena.
2. Deskripsi struktural: bagaimana Subjek mengalami dan memaknai
pengalamannya (aspek pendapat, penilaian, perasaan, harapan, serta
respon Subjektif lainnya).
b. Grounded Theory
Metode riset kualitatif yang menggunakan satu kumpulan prosedur sistematis
untuk mengembangkan grounded theory induktif yang diturunkan dari
sebuah fenomena. Tujuan utamanya adalah untuk memperluas penjelasan
tentang fenomena dengan mengidentifikasi elemen kunci dari fenomena itu,
dan kemudian mengkategorikan hubungan dari elemen-elemen dengan
konteks dan proses percobaan (Hadi, Asrori, dan Rusman, 2021).
Analisis data dilakukan dengan tiga tahap yaitu: open coding
(membuat kategori-kategori dari informasi tentang fenomena/ yang paling
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
dekat dengan data asli) sering disebut in vivo coding, axial coding (menyusun
kategori-kategori dalam bentuk model). Ini adalah proses menghubungkan
pengkodean (kategori dan konsep) bersama-sama. Dalam arti tertentu, ini
adalah pengerjaan ulang utama kedua dari data, meskipun penekanannya
lebih pada pengkodean terbuka daripada data. Baik penalaran induktif dan
deduktif mungkin terlibat dalam pembuatan pengkodean aksial. Pengkodean
aksial adalah tentang hubungan antara berbagai aspek dari teori yang
berkembang. dan selective coding (menuliskan jalan cerita berasarkan
hubungan antar kategori dan mengembangkan hipotesis-hipotesis yang
menjelaskan keterhubungan kategori-kategori itu). Ini adalah proses dimana
peneliti mengidentifikasi sebuah kategori menjadi inti dari analisis dan
menghubungkan setiap kategori lainnya dengan kategori tersebut. Ini pada
dasarnya melibatkan pengembangan tema utama atau alur cerita di mana
semua aspek lain dari analisis terintegrasi (Gambar 2.6) (Hadi, Asrori, dan
Rusman, 2021; Howitt, 2016).
Selective coding
Pengumpulan data Open coding Axial coding
- Pemilihan
- Observasi - Pelabelan - Pencarian
kategori utama
- Wawancara konseptual hubungan antar
- Pemeriksaan
- Ulasan materi - Pengkategorian kategori
densitas
audiovisual konseptual
Gambar 2.6 Analisis Data Grounded Theory (Hadi, Asrori, dan Rusman, 2021)
c. Etnografi
Model etnografi merupakan model penelitian kualitatif yang memiliki tujuan
mendeskripsikan karakteristik kultural yang terdapat dalam diri individu atau
sekelompok orang yang menjadi anggota dalam sebuah kelompok
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
Pengumpulan data
etnografi
Pengajuan Perekaman data
pertanyaan etnografi etnografi
Pemilihan
proyek etnografi Analisis data
etnografi
Penulisan laporan
etnografi
Gambar 2.7. Langkah Penelitian Etnografi (Hadi, Asrori, dan Rusman, 2021).
e. Studi Kasus
Studi kasus adalah penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus yang
dilakukan secara intensif mendalam, mendetail, dan komprehensif baik pada
tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga atau organisasi untuk
memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut, Penelitian
studi kasus melibatkan "suatu studi intensif dari satu unit untuk tujuan
memahami kelompok yang lebih besar dari unit (serupa), diamati pada satu
titik waktu atau selama beberapa periode waktu yang dibatasi" (Hadi, Asrori,
dan Rusman, 2021; Baškarada, 2014). Studi kasus memperbolehkan
penemuan untuk confirmatory (deduktif) maupun explanatory (induktif), dan
penemuan tersebut tidak digunakan untuk tujuan mengeneralisasi ke populasi
(generalisasi statistikal) tapi sama dengan eksperimen yaitu untuk
mengeneralisasi ke teori (generalisasi analitikal) (Baškarada, 2014).
Langkah-langkah dalam studi kasus dimulai dengan satu siklus yang
terdiri dari empat tahapan (Hadi, Asrori, dan Rusman, 2021), yaitu:
1. Pemilihan kasus, (dilakukan dengan tujuan/ purposive) dan bukan
secara rambang (yang dipilih dapat berupa orang, lingkungan, program,
proses, dan masyarakat atau unit sosial)
2. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi (peneliti sebagai instrumen, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian), untuk
analisis datanya tidak menunggu data terkumpul (peneliti dapat mulai
mengagresi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-
unit yang dapat dikelola)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Table 2.3 Analisis data studi kasus selain Constant Comparative Method
Jenis Analisis Gambaran Utama
Pattern Salah satu teknik yang paling diinginkan karena melibatkan
Matching perbandingan pola dan/atau efek yang diprediksi dengan yang telah
diamati secara empiris, dan identifikasi varians atau kesenjangan.
Explanation Jenis pencocokan pola khusus yang bertujuan untuk menganalisis
Building data studi kasus dengan membangun penjelasan tentang kasus
tersebut. Dalam konteks ini, menjelaskan mengacu pada proses
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
B. KERANGKA TEORI