Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang jumlahnya selalu

meningkat setiap tahun, skizofrenia ditandai dengan pikiran yang tidak

koheren atau pikiran yang tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh,

delusi dan halusinasi (Agustina, 2016). Menurut data dari World Health

Organization (Pinedendi et al., 2016) prevalensi masalah kesehatan jiwa saat

ini cukup tinggi, yaitu 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah

kesehatan jiwa. 1% diantaranya gangguan jiwa berat.Saat ini 450 juta orang

di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku.

Data dari (Riskesdas, 2018) menujukkan kenaikan yang sangat signifikan

dari 1,7% menjadi 7 % jiwa artinya 70 juta dari jumlah penduduk Indonesia

mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Self care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta

dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan kesehatan serta kesejahteraan. Setiap orang

memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri secara

mandiri. Namun, pada pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami

ketidakpedulian merawat diri karena kelemahan kemampuan dalam

melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti

mandi, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009)

dalam (Jalil, 2015). Kondisi inilah yang menurut Orem (2001) disebut

1
2

sebagai Self Care Deficit.Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan

menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat

(Yusuf, 2015).

Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman

Wediodiningrat Lawang didapatkan 13 pasien (64,8%) dari 19 pasien yang

dirawat di Ruang Parkit tidak mandiri dalam self care (Abdullah, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit

Jiwa Menur Surabaya pada Senin, 31 Desember 2018 didapatkan data 1

bulan terakhir pasien skizofrenia rawat inap sebanyak 102 orang dengan 10

pasien yang mengalami defisit perawatan diri.

Orem (1991) dalam Susanti (2010) menyatakan bahwa perawatan

diri seseorang dipengaruhi oleh berbagaifaktor yang disebt sebagai faktor

kondisi dasar (basic conditioning factors). Faktor ini meliputiumur,

jeniskelamin, tingkat perkembangan, sistem palayanan kesehatan, sosial

budaya, sistem keluarga dan ketersediaan sumber- sumber pendukung. Adanya

kemunduran kemampuan pada pasien gangguan jiwa menyebabkan terjadinya

kekurangmampuan pasien gangguan jiwa untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehingga kemandiriannya menjadi turun (Kuncorowati, 2018).

Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik yaitu: Gangguan

integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, risiko infeksi pada mata

dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku. Selain itu juga berdampak pada

masalah psikososialnya seperti gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan

dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial (Parendrawati, 2008).


3

Penanganan masalah defisit perawatan diri pada pasien dengan

gangguan jiwa harus dilakukan secara bersamaan dan butuh keterlibatan

langsung dari pasien, kelompok dalam melakukan aktivitas sehari – hari,

keluarga, dan komunitas. Keterlibatan kelompok berupa terapi dukungan

pada pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan dapat

dilakukan dengan terapi suportif (Stuart & Laraia,1998) dalam (Desty, 2012).

Terapi suportif termasuk salah satu model psikoterapi yang biasanya

sering digunakan di masyarakat dan di rumah sakit. Pendekatan terapi

suportif pada pasien skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri

mampu memberikan dukungan terapis terhadap pasien sehingga pasien dapat

berkontribusi dalam pemecahan masalah kelompok dan mampu

meningkatkan kemampuan mencapai kemandirian seoptimal mungkin (Desty,

2012).

Masalah defisit perawatan diri pada pasien skizofrenia dapat

menyebabkan penurunan status kesehatan pasien sering dikucilkan sehingga

perlu diadakan penelitian tentang terapi kelompok suportif. Tujuannya untuk

meningkatkan kemandirian pada individu dan kelompok khususnya tata cara

pemenuhan nutrisi yang benar serta interaksinya.Berdasarkan hal tersebut,

peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi kelompok suportif terhadap

kemandirian nutrisi dan interaksi pada pasien skizofrenia pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.


4

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-faktor ( Basic conditioning


factor) yang mempengaruhi seseorang Memberikan terapi kelompok
dalam memenuhi kebutuhan self care : suportif terhadap kemandirian
(Orem, 2001) Memberikannutrisi sertakelompok
terapi interaksi
Faktor-faktor ( Basic conditioning
Umur
factor) yang mempengaruhi seseorang suportif terhadap kemandirian
dalamJeniskelamin
memenuhi kebutuhan self care : nutrisi serta interaksi
(Orem, 2001)perkembangan, sistem
Tingkat
Umurpalayanan kesehatan
Jeniskelamin
Sosial budaya
Tingkat perkembangan,
Sistem keluarga sistem Rendahnya kemandirian
palayanan kesehatan
Ketersediaan sumber- sumber pasien skizofrenia dalam
Sosialpendukung.
budaya perawatan diri
Sistem keluarga Rendahnya kemandirian
Ketersediaan sumber- sumber pasien skizofrenia dalam
pendukung. perawatan diri

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah

Menurut (Orem, 2001) dalam Susanti,2010) Faktor-faktor ( Basic

conditioning factor) yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi

kebutuhan self care yaitu :

a. Umur

Menurut Orem (1991), jumlah dan bentuk bantuan perawat diri

seseorang sangat ditentukan oleh umur. Terkait dengan klien skizofrenia,

beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang tidak konsisten antara

faktor usia dan kemampuan individu melakukan perawatan diri. Sebagai

contoh, hasil sebuah studi kuantitatif melaporkan bahwa klien dengan

skizofrenia.

b. Gender/ Jenis Kelamin

Meskipun jumlah kejadian skizofrenia pada laki-laki dan

perempuan hampir sama, perempuan memiliki kemungkinan untuk

sembuh yang lebih besar (WHO, 2001). Hal ini didukung oleh beberapa

penelitian terkait hubungan antara jenis kelamin dan skizofrenia.


5

Penelitian tersebut melaporkan bahwa perempuan dengan riwayat

skizofrenia dapat menjalankan fungsi sosial yang lebih baik dibanding

laki-laki dengan skizofrenia.

c. Tahap Perkembangan

Orem (1991) menjelaskan tahap perkembangan individu

dikelompokkan berdasarkan tahapan usia, seperti bayi, anak-anak, dan

dewasa.Secara umum, hubungan antara faktor tahap perkembangan dan

defisit perawatan diri pada individu dengan skizofrenia dapat dijelaskan

melalui pemahaman akan kebutuhan khusus masing-masing usia.

d. Sistem Keluarga

Orem (1991) mencetuskan faktor sistem keluarga, yang meliputi

posisi klien dalam keluarga, dan hubungan klien dengan anggota keluarga

lain. Birchwood dan Jackson menyebutkan bahwa ada hipotesa genetik

skizofrenia yang telah dikembangkan sejak berabad-abad yang lalu, yang

berkesimpulan bahwa resiko anggota keluarga “tertular” skizofrenia dari

anggota keluarga lain ditentukan oleh faktor hubungan darah.

Sistem keluarga yang disebutkan oleh Orem (1991) adalah

hubungan klien dengan anggota keluarga lain. Untuk individu dengan

skizofrenia, dukungan dari keluarga merupakan hal yang penting dalam

upaya membantu individu mencapai kesembuhan.

e. Orientasi Sosial Budaya

World Health Organization (2001) menjelaskan bahwa tingkat

keparahan (severity) skizofrenia berbeda antara di negara maju dan negara

berkembang. Individu dengan skizofrenia di negara berkembang


6

dilaporkan memiliki tingkat keparahan yang rendah, dan jumlah yang

dapat sembuh total cukup tinggi.

Dalam hubungannya dengan aktivitas perawatan diri individu

dengan skizofrenia, yang juga merupakan tujuan dari rehabilitasi,

pencapaian dalam bidang sosial budaya (pekerjaan) menguntungkan klien,

yaitu meningkatkan fungsi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

f. Ketersediaan dan Keadekuatan Sumber

Ketidakadekuatan dan ketidaktersediaan sumber yang relevan dalam

proses rehabilitasi individu dengan skizofrenia menyebabkan degradasi

fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pada individu tersebut.

WHO (2001) mengatakan bahwa saat ini fasilitas untuk gangguan jiwa

kronik di masyarakat belum mencukupi. Hanya terdapat 37% negara di

dunia yang menyediakan fasilitas perawatan kesehatan mental di

komunitas.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi penyebab masalah di atas,

maka batasan masalah penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh terapi

kelompok suportif terhadap kemandirian nutrisi dan interaksi pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.


7

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian batasan masalah di atas penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perbedaan kemandirian nutrisi pasien skizofrenia antara

sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok suportif ?

b. Bagaimana perbedaan kemandirian nutrisi pasien skizofrenia tanpa

diberikan terapi kelompok suportif ?

c. Bagaimana perbedaan kemandirian interaksi pasien skizofrenia antara

sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok suportif ?

d. Bagaimana perbedaan kemandirian interaksi pasien skizofrenia tanpa

diberikan terapi kelompok suportif ?

e. Bagaimana perbedaan kemandirian nutrisi pasien skizofrenia antara

kelompok perlakuan dan kontrol?

f. Bagaimana perbedaan kemandirian interaksi pasien skizofrenia antara

kelompok perlakuan dan kontrol?

1.5 Tujuan Peneilitian

1.5.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh terapi kelompok suportif terhadap

kemandirian nutrisi dan interaksi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Menur Surabaya.
8

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Menganalisis perbedaan kemandirian nutrisi pasien skizofrenia antara

sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok suportif.

b. Menganalisis perbedaan kemandirian nutrisi pasien skizofrenia tanpa

diberikan terapi kelompok suportif.

c. Menganalisis perbedaan kemandirian interaksi pasien skizofrenia antara

sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok suportif.

d. Menganalisis perbedaan kemandirian interaksi pasien skizofrenia tanpa

diberikan terapi kelompok suportif.

e. Menganalisis perbedaan kemandirian nutrisi pasien skizofrenia antara

kelompok perlakuan dan kontrol.

f. Menganalisis perbedaan kemandirian interaksi pasien skizofrenia antara

kelompok perlakuan dan kontrol.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai terapi kelompok suportif terhadap kemandirian nutrisi dan

interaksi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dalam

bidang treatment/ terapi.

1.6.2 Praktis

a. Bagi responden

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

kepada respoden tentang terapi kelompok suportif terhadap


9

kemandirian nutrisi dan interaksi pasien skizofrenia di Rumah Sakit

Jiwa Menur Surabaya.

b. Bagi rumah sakit

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

kepada pihak rumah sakit tentang tentang terapi kelompok suportif

terhadap kemandirian nutrisi dan interaksi pasien skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sehingga dapat di pakai sebagai

bahan dalam memberikan informasi yang akurat.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan

informasi tentang terapi kelompok suportif terhadap kemandirian

nutrisi dan interaksi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya
10

1.7 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penulis dan Variabel Desain Hasil


Penelitian Tahun Penelitian
Penelitian
1. Pengaruh Desy Nur Aktivitas Pre- Ada perubahan
Aktivitas Laili, tahun mandiri: Experimenta kemandirian pasien
Mandiri: 2014 personal l Design dalam melakukan
Personal hygiene dan aktivitas mandiri:
hygiene kemandirian personal hygiene
Terhadap pasien (mandi
Kemandirian dan berpakaian,
Pasien Defisit berdandan, makan,
Perawatan Diri dan
Pada Pasien BAK/BAB)
Gangguan Jiwa
2. Pengaruh Terapi Hamidah Terapi pra Terdapat pengaruh
Generalis Retno Generalis eksperiment terapi generalis
Defisit Wardani, Defisit al defisit perawatan
Perawatan Diri tahun 2015 Perawatan diri terhadap
Terhadap Diri kemandirian
Kemandirian dan perawatan diri
Perawatan Diri Kemandirian (berpakaian) anak
Anak Retardasi Perawatan dengan
Mental Di Sdlb- Diri retardasi mental
C Tpa Anak kategori sedang di
Kabupaten Retardasi SDLB-C
Jember Mental TPA Kabupaten
Jember
3. Pengaruh Terapi Abdullah, Terapi Pra Ada pengaruh
Aktivitas tahun 2018 Aktivitas eksperimen penerapan Terapi
Kelompok Kelompok Aktivitas Kelompok
Stimulasi Stimulasi (TAK) Stimulasi
Persepsi Persepsi dan Persepsi
Terhadap Kemandirian terhadap
Peningkatan Perawatan peningkatan
Kemandirian Diri Pasien kemandirian
Perawatan Diri Skizofrenia perawatan diri pada
Pasien pasien Skizofrenia
Skizofrenia di
Instalasi
Rawat Inap
Ruang Parkit
RSJ. Dr.
Radjiman
Wediodiningrat
4. Pengaruh Retno Yuli Pelaksanaan Quasi Ada pengaruh
Pelaksanaan Hastuti dan Jadwal eksperimen pelaksanaan jadwal
Jadwal Harian Basuki Harian t dengan harian perawatan
Perawatan Diri Rohmat, tahun Perawatan rancangan diri terhadap tingkat
Terhadap 2018 Diri dan kemandirian
pre
Tingkat Tingkat merawat diri pada
Kemandirian Kemandirian
and post pasien skizofrenia di
Merawat Diri test without RSJD Dr. RM
Pada control Soedjarwadi
Pasien Provinsi Jawa
11

Skizofrenia Di Tengah AK efektif


Rsjd Dr. Rm meningkatkan
Soedjarwadi kemampuan
Provinsi melakukan Activity
Jawa Tengah Daily Living
5. Pengaruh Terapi Dessiari Terapi Quasi Terdapat pengaruh
Kelompok Christanti, Kelompok Eksperimen terapi kelompok
Suportif 2018 Suportif dan dengan suportif terhadap
Terhadap Kemandirian pendekatan kemandirian makan
Kemandirian Makan dan Pre-post dan minum di
Makan dan Minum Test Control Ruang Flamboyan
Minum Pada Design Rumah Sakit Jiwa
Pasien Menur Surabaya
Skizofrenia di
Ruang
Flamboyan
Rumah Sakit
Jiwa Menur
Surabaya
6. Pengaruh Terapi Rita Untari, Terapi Quasi Terdapat perbedaan
Kelompok 2014 Kelompok experimenta bermakna skor SIAS
Terhadap dan l antara sebelum dan
Kemampuan Kemampuan studies sesudah terapi
Interaksi Sosial Interaksi dengan kelompok
Pasien Sosial pretestpostte
Skizofrenia st design.
Di Panti
Rehabilitasi
Laras Utami
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai