Anda di halaman 1dari 9

KEBUTUHAN PASIEN SKIZOFRENIA UNTUK MENCAPAI

RECOVERY DI KOMUNITAS

Mamnuah1

1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta, mamnuah@unisayogya.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang: Skizofrenia membutuhkan waktu rawat inap yang lama, biaya perawatan yang tinggi, dan
menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Masa recovery merupakan fase yang rawan bagi
pasien untuk melakukan bunuh diri. Kajian mengenai kebutuhan pasien untuk bisa mencapai recovery.belum
banyak ditemukan.

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan pasien skizofrenia
untuk mencapai tahap recovery di komunitas.

Metode: Desain penelitian ini adalah kualitatif. Partisipan berjumlah 43, terdiri dari: 10 pasien skizofrenia, 10
keluarga, 12 tenaga profesional, dan 11 tokoh masyarakat. Proses pengambilan sampel menggunakan
teknikpurposive sampling. Pengambilan data menggunakan indepth interview, dengan menggunakan pedoman
wawancarasemistructure. Transkrip hasil wawancara dianalisis.

Hasil: Hasil penelitian mengidentifikasi empat tema, yaitu: dukungan keluarga, dukungan masyarakat,
dukungan aparat pemerintah, dan dukungan tenaga profesional.

Kesimpulan:Pasien membutuhkan bantuan berbagai pihak untuk mencapai recovery. Kebutuhan tersebut
berupa: dukungan keluarga, masyarakat, aparat pemerintah, dan tenaga profesional.

Kata kunci: kebutuhan, skizofrenia, pemulihan, komunitas, pasien

ABSTRACT

Background: Schizophrenia requires a long time inpatient, high maintenance costs, and a burden for families,
communities, and government. The recovery period is a vulnerable phase for patients to commit suicide. Studies
on the needs of patients to achieve recovery have not been found.
Objectives: This study aims to get an overview of the needs of schizophrenia patients to reach the recovery stage
in the community.
Method: The design of this study was qualitative. The total sample was 43 participants, consisting of: 10
schizophrenic patients, 10 family members, 12 professional staffs, and 11 community leaders. The sampling
process uses a purposive sampling technique. Retrieval of data using indepth interview, using the semistructure
interview guidelines. Transcript of interview results analyzed.
Results: The results of the study identified four themes, namely: family support, community support, government
apparatus support, and professional support.
Conclusion: Patients need the help of various parties to achieve recovery. These needs include: support of
family, community, government officials, and professional staff.

Keywords: : needs, schizophrenia, recovery, community, patients

51
Pendahuluan positif, penemuan arti hidup dan pengambilan
tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain.
Hasil Riskesdas 2018, angka gangguan jiwa berat Melihat beberapa pengertian tersebut, dapat
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah disimpulkan bahwa pengertian recovery adalah
3,5 per 1000 melebihi dari angka nasional yaitu proses yang dialami pasien untuk mencapai
1,8 per 1000 (Kemenkes RI, 2019). Pasien harapan disertai kemampuan untuk memikul
gangguan jiwa berat ini pada satu waktu tanggung jawab,sehingga bisa hidup
memerlukan perawatan di rumah sakit. Menurut bermasyarakat.
Murray et al., (2012) gangguan jiwa dan perilaku Ternyata masa recovery merupakan fase
menunjukkan angka disability-adjusted life years yang rawan bagi pasien untuk melakukan bunuh
(DALYs) pada tahun 1990 sebesar 5,7% dan diri seperti penelitian Steinberg (2006) bahwa
meningkat pada tahun 2010 menjadi 7,4%. periode setelah remisi merupakan periode risiko
Skizofrenia merupakan salah satu dari lima tinggi terjadinya bunuh diri pada pasien
penyebab utama beban penyakit yaitu sebesar skizofrenia. Menurut Subu (2018) ide atau
0,6%. Masalahkesehatan jiwadapat memberikan perilaku bunuh diri merupakan manifestasi
kerugian ekonomi secara global hingga US$16 perilaku kekerasan oleh ODGJ, yaitu mereka telah
triliun antara tahun 2010 hingga 2030 (CNN berniat menyakiti dirinya sendiri atau melakukan
Indonesia, 2018). upaya bunuh diri (suicide) dengan sengaja. Proses
Dampak gangguan skizofrenia sangat stigmatisasi yang dialamioleh ODGJ dari orang
dipengaruhi oleh tanda gejala yang dialami pasien. lain menyebabkan timbulnya ide bunuh diri atau
Skizofrenia membutuhkan waktu rawat inap yang menyakiti diri sendiri.
lama, membuat kehidupan keluarga kacau, biaya UU Kesehatan Jiwa ini melindungi pasien
perawatan yang tinggi yang ditanggung oleh gangguan jiwa, terutama skizofrenia, lebih
pasien dan pemerintah, dan menyebabkan komprehensif dan terintegrasi mulai dari edukasi,
ketakutan bagi orang lain. Di Amerika, terdapat terapi dan dukungan psikologis bagi orang dengan
1,7 juta orang yang mengalami skizofrenia dan skizofrenia (ODS) agar dapat menjadi produktif
tidak lebih dari 15% yang bekerja. Sekitar 10-15% kembali di masyarakat (Tribunnews, 2014).
pasien skizofrenia melakukan upaya bunuh diri, Undang-undang Kesehatan Jiwa sudah mengatur
biasanya sebelum usia 30 tahun (Townsend, 2014). jenis pelayanan yang bisa diberikan kepada pasien
Gangguan jiwa yang dialami oleh anggota gangguan jiwa, meliputi preventif, promotif,
keluarga akan menjadi beban bagi keluarga, baik kuratif dan rehabilitatif, akan tetapi dalam
beban objektif maupun subjektif. Beban objektif pelaksanaannya belum ada sinergi antar pelayanan
berhubungan dengan perilaku pasien, penampilan kesehatan untuk membantu pasien mencapai
peran, kebutuhan dukungan dan biaya finansial recovery. Penelitian recovery pada pasien
yang ditanggung oleh keluarga. Adapun beban gangguan jiwa di luar negeri sudah banyak
subjektif berkaitan dengan adanya perasaan dilakukan, tetapi belum banyak penelitian yang
terbebani, seperti perasaan berduka, rasa bersalah, mengeksplorasi secara spesifik tentang kebutuhan
marah, ketidakberdayaan dan ketakutan terhadap pasien skizofrenia di komunitas untuk mencapai
kekambuhan yang dialami pasien. Adanya stigma recovery. Penelitian tentang recovery di Indonesia
juga menjadi salah satu beban keluarga (Stuart, juga masih terbatas sehingga perlu dilakukan
2013). Menurut Newell and Gournay (2009), penelitian eksplorasi recovery terutama pada
adanya anggota keluarga yang mengalami pasien skizofrenia di komunitas. Berdasarkan
skizofrenia merupakan beban bagi keluarga dan permasalahan tersebut, dapat dirumuskan
sistem kesehatan. pertanyaan penelitian adalah: bagaimana
Menurut Stuart (2013), recovery kebutuhan recovery pasien skizofrenia di
didefinisikan sebagai proses ketika orang mampu komunitas?
hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara
penuh di masyarakat. Penulis lain membuat Kajian Literatur
definisi recovery yang mencakup empat hal, yaitu
(Buckland, Schepp et al., 2013): pemenuhan dan
pertahanan harapan, pembangunan identitas yang

52
Penelitian tentang kebutuhan pernah dilakukan dilakukan dengan cara membuat transkrip,
oleh Amaresha et al., (2015), akan tetapi bukan membaca berulang-ulang hasil transkrip
kebutuhan menurut pasien skizofrenia melainkan
kebutuhan menurut saudara kandung dari pasien wawancara dan catatan lapangan,
skizofrenia. Hasilnya ditemukan lima tema yaitu: mengidentifikasi kutipan kata dan pernyataan
kebutuhan mengelola penyakit, menindaklanjuti yang bermakna, membuat kategori-kategori,
pelayanan, kebutuhan informasi, kebutuhan menentukan sub tema dan tema utama. Proses
pribadi, dan kebutuhan lainnya seperti pengobatan
gratis dan kunjungan rumah. Perbedaan dengan pengambilan data tersebut sudah mendapatkan
penelitian tersebut adalah partisipan dalam izin dari komite etik penelitian dengan nomor
penelitian ini melibatkan semua stakeholder, yaitu: KE/FK/1269/EC/2016.
pasien, keluarga, tokoh masyarakat, dan tenaga
profesional.
Hasil dan Pembahasan
Metode Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 43
Penelitian dilakukan di Provinsi Daerah orang. Usia partisipan bervariasi, dengan usia
Istimewa Yogyakarta Indonesia. Desain termuda 25 tahun dan usia tertua 75 tahun.
Partisipan terdiri dari 16 orang laki-laki dan 27
penelitian menggunakan studi kualitatif
orang perempuan. Tingkat pendidikan partisipan
dengantehnik pengambilan sampel purposive dari tidak sekolah sampai S2.Agama partisipan
sampling.Jumlah sampel sebanyak 43 beragama Islam sebanyak 39 orang, dua orang
partisipan, terdiri dari: 10 pasien skizofrenia, Katholik, dan dua orang Kristen Protestan.
10 keluarga, 11 tokoh masyarakat, dan 12
Tema 1: Dukungan keluarga
tenaga profesional. Tokoh masyarakat terdiri Pasien skizofrenia membutuhkan dukungan
dari tokoh agama, ketua RT, dukuh, camat, keluarga dalam bentuk pendampingan dan
kader kesehatan jiwa, Kelompok Pendukung penerimaan keluarga. Pendampingan yang
diperlukan pasien skizofrenia untuk mencapai
Skizofrenia Indonesia (KPSI), Dinakertrans,
recovery berupa manajemen obat, sosialisasi,
dinas sosial, DPRD, dan bupati. Tenaga jadwal harian, dan advokasi. Sedangkan
profesional terdiri dari: dua psikiater, dua penerimaan keluarga yang dibutuhkan pasien
psikolog, dua perawat penanggung jawab skizofrenia adalah berupa kepedulian keluarga,
tidak banyak tuntutan, diberi kepercayaan, kasih
program kesehatan jiwa di puskesmas, dua
sayang, tidak dimarahi, motivasi dan komunikasi
dokter puskesmas, dua pekerja sosial di panti yang halus, seperti yang diungkapkan sebagai
rehabilitasi gangguan jiwa, dan dua orang berikut:
pejabat dari dinas kesehatan. Data “...dukungan dari keluarga, mengingatkan minum
obat...”(P1)
dikumpulkan melalui wawancara mendalam “...dikasih tahu, kan keluarga saya pernah ditolak
sebanyak satu kali. Peneliti juga membuat juga, saya paranin kok yang menolak itu atau
catatan lapangan (field notes) untuk umpamanya ada komunitas yang menolak ketua
menggambarkan situasi yang tidak terekam komunitasnya itu yang saya parani, dengan halus
saya katakan kondisi adik saya seperti ini,
oleh alat perekam dalam proses wawancara. keberatan tidak adik saya bergaul, kiprah di
Wawancara direkam berdasarkan persetujuan masyarakat, berkomunitas itu. Kalau tidak mau,
partisipan. Validasi data dilakukan dengan menolak, saya tidak akan mengikutkan adik saya,
triangulasi sumber data, triangulasi analisis, saya bilang gitu.”(P8)
dan validasi dengan partisipan. Analisis data

53
“...kasih sayang orang di sekitarnya, nomor satu surveilen. Sedangkan kerja sama dengan dinas
keluarga. Dia dipahami, tidak hanya terkait juga dibutuhkan oleh pasien, seperti yang
dimarahi.”(P8) diungkapkan sebagai berikut:
“...kalau saya lagi sakit, lagi kambuh, itu
dukungannya ini,jangan berisik dululah atau “...dari petugas kesehatan bu jadi misalnya ada
minimal ditemenin.”(P40) home care atau kunjungan rumah dari
petugas...”(P5)
Tema 2: Dukungan masyarakat
Pasien skizofrenia membutuhkan dukungan Kebutuhan pasien skizofrenia dalam mencapai
masyarakat untuk bisa mencapai recovery. tahap recovery meliputi: dukungan keluarga,
Kebutuhan tersebut berupa penerimaan dan
pendampingan oleh masyarakat. Penerimaan dukungan masyarakat, dukungan aparat
masyarakat berupa bisa diterima dengan baik, pemerintah, dan dukungan tenaga kesehatan.
sikap yang baik dari masyarakat, tidak Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang
mengucilkan dan adanya pengakuan dari dilakukan oleh Amaresha et al. (2015),
masyarakat terhadap pasien. Sedangkan
pendampingan dari masyarakat yang dibutuhkan hasilnya ditemukan lima tema yaitu:
pasien adalah pendampingan saat melakukan kebutuhan mengelola penyakit,
aktifitas di masyarakat, sosialisasi, berupa ajakan, menindaklanjuti pelayanan, kebutuhan
dan terapi kerja, seperti yang diungkapkan sebagai informasi, kebutuhan pribadi, dan kebutuhan
berikut:
lainnya seperti pengobatan gratis dan
“...tidak dikucilkan, tetap diajak beraktivitas kunjungan rumah. Perbedaannya adalah di
seperti anggota masyarakat yang tidak mengalami Indonesia, kebutuhan pasien skizofrenia selain
gangguan jiwa.”(P1) pelayanan kesehatan juga kebutuhan
Tema 3: Dukungan aparat dukungan sosial dari keluarga, masyarakat dan
Dukungan aparat dibutuhkan oleh pasien pemerintah, sedangkan di barat
skizofrenia untuk bisa mencapai recovery. menitikberatkan pada aspek peningkatan
Dukungan tersebut berupa adanya program pelayanan.
terintegrasi, program setelah opname, perhatian,
lapangan pekerjaan, dan bantuan dinas terkait,
Pasien skizofrenia membutuhkan dukungan
bantuan modal, wadah perkumpulan, dan birokrasi
recovery, seperti yang diungkapkan sebagai keluarga seperti mendampingi saat berobat,
berikut: minum obat, menjalankan aktivitas sehari-hari
di rumah, selain itu juga butuh penerimaan
“...bagaimana setelah dari Grhasia ini orang-orang
keluarga yang ditunjukkan dengan bertutur
seperti ini biar tidak mengalami kekambuhannya
harus diapakan, harusnya kan ada seperti itu.”(P2) kata yang tidak menyinggung perasaan pasien,
tidak menuntut pasien melakukan sesuatu di
luar kemampuannya dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari pasien dengan penuh tanggung
Tema 4: Dukungan tenaga profesional
Dukungan tenaga profesional dibutuhkan jawab. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
oleh pasien skizofrenia untuk mencapai recovery penelitian Fadli and Mitra (2013), yang
dalam bentuk penatalaksanaan pasien, peningkatan menunjukkan bahwa ekspresi emosi keluarga
SDM, dan kerja sama. Penatalaksanaan pasien
yang tinggi, seperti bermusuhan dan
meliputi: manajemen obat, home care, family
gathering, bantuan ambulan, dan adanya panti mengkritik, membuat penderita lebih sering
terpadu. Peningkatan SDM berupa pelatihan SDM, kambuh daripada keluarga yang ekspresi
pembentukan kader kesehatan jiwa (KKJ), dan

54
emosinya rendah akan meningkatkan bagi ketahanan keluarga. Kondisi tersebut
kekambuhan. Hasil penelitian ini juga akan menyulitkan keluarga dalam memberi
menjelaskan bahwa pasien skizofrenia dukungan pada pasien skizofrenia agar bisa
membutuhkan komunikasi yang sopan dan mencapai recovery. Untuk itu, perlu
efektif untuk bisa mencapai recovery. Pilihan dikembangkan intervensi keperawatan yang
kata-kata yang tidak menyinggung pasien, berbasis pada keluarga untuk meningkatkan
disampaikan pada waktu yang tepat, dan ketahanan keluarga, seperti penelitian yang
disampaikan dengan nada yang rendah. dilakukan oleh Mubin et al. (2019) tentang
Menurut Liberman (2008), adanya hubungan terapi psikoedukasi pada keluarga yang efektif
baik, kasih sayang, dan kebijaksanaan yang menurunkan beban keluarga yang memiliki
diberikan oleh keluarga akan membantu anggota keluarga dengan skizofrenia paranoid.
memudahkan pasien mencapai tahap recovery
di komunitas. Dukungan keluarga (family support) sangat
membantu pasien skizofrenia dalam proses
Keluarga yang mempunyai anggota keluarga recovery (Liberman, 2008). Menurut Soundy
yang mengalami skizofrenia maka ketahanan et al.(2015), adanya dukungan sosial,
keluarga mudah rapuh. Untuk itu sebaiknya hubungan dekat dan rasa memiliki akan
keluarga skizofrenia memiliki ketahanan mendukung recovery pasien skizofrenia. Hasil
keluarga yang tangguh. Ketahanan keluarga penelitian Sarwono dan Subandi (2013)
(family resilience) didefinisikan sebagai menggambarkan bahwa semakin tinggi kelas
kemampuan keluarga untuk menangkal atau sosial seseorang, proses reintegrasi pasien
melindungi diri dari berbagai permasalahan psikosis ke masyarakat semakin rendah,
atau ancaman kehidupan baik yang datang dari karena adanya ajaran bibit bobot bebet yang
dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar menjadi kendala psikologis untuk kembali ke
keluarga seperti lingkungan, komunitas, masyarakat.
masyarakat, maupun negara.Salah satu
indikator yang penting adalah adanya suami Menurut Kaakinem et al. (2015), ada empat
dan istri yang memimpin seluruh anggota pendekatan dalam perawatan keluarga.
keluarganya dengan penuh kasih Keempat pendekatan tersebut adalah: keluarga
sayang(KPPPA & BPS, 2016). Keluarga yang sebagai konteks dalam pengembangan
memiliki indikator ketahanan tersebut akan individu, keluarga sebagai klien, keluarga
membantu pasien skizofrenia mencapai tahap sebagai sistem, dan keluarga sebagai bagian
recovery di komunitas. dari masyarakat. Keluarga sebagai konteks,
artinya bahwa perawatan diberikan kepada
Hasil penelitian Fitryasari et al. (2018) individu dan dibutuhkan keterlibatan peran
menjelaskan bahwa stigma dan beban serta keluarga dalam meningkatkan status
perawatan yang dirasakan keluarga dengan kesehatan individu tersebut. Keluarga sebagai
adanya anggota keluarga yang mengalami klien, artinya bahwa setiap anggota keluarga
gangguan jiwa skizofrenia akan menurunkan mendapatkan asuhan keperawatan tidak hanya
kualitas hidup keluarga, keberfungsian yang sakit. Ketika ada anggota keluarga yang
keluarga, dan memberikan dampak negatif sakit maka akan berdampak pada anggota

55
keluarga yang lain. Keluarga sebagai sistem, kegiatan di masyarakat, tidak dikucilkan dan
artinya bahwa ada interaksi antar anggota bisa ikut bekerja dengan masyarakat. Menurut
keluarga yang mengalami sakit sehingga Liberman (2008), pasien bisa menikmati
diperlukan pengkajian keluarga secara kegiatan di masyarakat secara normal, artinya
menyeluruh, sedangkan keluarga sebagai masyarakat bisa menerima keadaan pasien dan
komponen masyarakat, artinya bahwa bisa bergabung dengan mereka tanpa ada
keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat beban akan membantu pasien untuk bisa
yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan, kembali hidup normal di masyarakat.
ekonomi, agama, dan kesehatan. Keluarga
juga berinteraksi dengan lembaga lain untuk Dukungan sosial dari masyarakat (community
saling menerima dan memberi pelayanan dan support) sangat diperlukan bagi pasien
komunikasi. skizofrenia. Stigma pada pasien gangguan
jiwa akan membuat menderita pasien dan
Dukungan keluarga sangat penting bagi keluarganya (Liberman, 2008). Hasil
pemulihan pasien gangguan jiwa. Hal-hal penelitian Sarwono dan Subandi (2013)
yang berkaitan dengan keluarga dan perlu menggambarkan bahwa pasien psikosis fase
dikaji oleh perawat untuk membantu proses awal masih mudah mendapatkan berbagai
pemulihan pasien, meliputi: struktur keluarga jenis dukungan masyarakat, baik berupa
(meliputi tahap perkembangan, peran, penghargaan, penerimaan, informasi, jaringan
tanggung jawab, norma dan nilai), sikap sosial maupun dukungan instrumental.
keluarga terhadap anggota keluarga yang Masyarakat yang hidup dalam tata ekonomi
mengalami gangguan jiwa, iklim emosional tradisional masih cukup toleran untuk
keluarga (ketakutan, kemarahan, depresi, memberikan dukungan, gotong royong, tepa
ansietas, ketenangan), dukungan sosial yang slira, dan saling membantu. Dukungan dari
tersedia untuk keluarga (keluarga besar, kelompok sebaya (peer support) juga sangat
teman, dukungan finansial, keterlibatan religi, membantu proses recovery pasien (Liberman,
hubungan dengan masyarakat), pengalaman 2008). Dukungan sosial dari kelompok akan
keluarga dengan pelayanan kesehatan jiwa, membantu mengurangi kekerasan, perilaku
dan pemahaman keluarga terkait dengan merendahkan ataupun otoriter (Liberman,
masalah klien dan rencana asuhan 2008).
keperawatan (Stuart, 2013). Keluarga
merupakan bagian yang terintegrasi dalam Menurut Wood et al. (2014), pasien
pelayanan kesehatan jiwa, petugas kesehatan skizofrenia mendapat stigma dari masyarakat.
sudah menyampaikan kepada keluarga tentang Ada tiga sikap stigma yang diterima pasien
diagnosis dan tindakan terhadap pasien skizofrenia, yaitu: pandangan negatif terhadap
skizofrenia sejak awal datang (Outram et al., pasien, menyalahkan pasien, dan menganggap
2015). pasien skizofrenia sulit untuk pulih. Stigma
tersebut akan menghambat proses
Pasien juga membutuhkan dukungan dari recoverypasien skizofrenia.
masyarakat berupa penerimaan dan
Dukungan dari aparat pemerintah dibutuhkan oleh
pendampingan. Pasien ingin dilibatkan dalam pasien agar bisa mencapai tahap recovery di

56
masyarakat dalam bentuk bantuan jaminan
kesehatan agar pengobatan bisa terus berlanjut, Kebutuhan pasien skizofrenia untuk mencapai
adanya program setelah pasien pulang opname, recoverydi komunitas tergambar dalam empat
adanya kunjungan dari aparat pemerintah, tema, yaitu dukungan keluarga, dukungan
rehabilitasi berbasis masyarakat, dan panti yang masyarakat, dukungan aparat, dan dukungan
mempunyai program terpadu. Salah satu bentuk tenaga profesional.Dukungan keluarga dalam
dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan bentuk pendampingan dan penerimaan keluarga.
dalam penelitian Puspitosari et al. (2019) adalah Dukungan masyarakat berupa penerimaan dan
rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM) untuk pendampingan oleh masyarakat. Dukungan aparat
meningkatkan kualitas hidup pasien skizofrenia. berupa adanya program terintegrasi, program
Rehabilitasi yang diberikan berupa psikoedukasi setelah opname, perhatian, lapangan pekerjaan,
dan pelatihan keterampilan sosial yang diberikan bantuan dinas terkait, bantuan modal, wadah
oleh tenaga kesehatan kepada keluarga dan pasien. perkumpulan, dan birokrasi recovery. Dukungan
Bentuk dukungan tersebut mampu meningkatkan tenaga profesional dalam bentuk penatalaksanaan
kualitas hidup pasien. pasien, peningkatan SDM, dan kerja sama.
Dukungan dari tenaga profesional baik Penatalaksanaan pasien meliputi: manajemen obat,
kesehatan maupun sosial dibutuhkan oleh pasien home care, family gathering, bantuan ambulan,
skizofrenia berupa kunjungan rumah, dan adanya panti terpadu. Peningkatan SDM
pendampingan keluarga dan pasien, tersedianya berupa pelatihan SDM, pembentukan kader
obat di layanan kesehatan yang dekat dengan kesehatan jiwa (KKJ), dan surveilen.
rumah pasien.Hasil penelitian ini juga sesuai Hasil penelitian tersebut bisa
dengan Liberman (2008) bahwa prinsip-prinsip digunakan oleh para pengambil kebijakan
pelayanan dalam rehabilitasi pasien jiwa untuk
mencapai tahap recovery ada 10, meliputi: kesehatan jiwa dalam membantu memenuhi
komprehensif, kontinyu, koordinasi, kolaborasi, kebutuhan pasien skizofrenia untuk mencapai
berorientasi kepada konsumen, konsisten, recovery di komunitas sehingga akan
kompeten, koneksi, kepedulian, dan kooperatif. menghasilkan strategi yang sesuai untuk
Pelayanan kesehatan jiwa komprehensif, hal ini
penting karena karakteristik pasien gangguan jiwa membantu pasien skizofrenia mencapai
mempunyai perbedaan keterbatasan secara recovery. Peneliti selanjutnya diharapkan
personal, sosial dan okupasional. Pasien untuk mengeksplor lebih lanjut tentang
membutuhkan interaksi dengan tenaga kesehatan kebutuhan tersebut.
profesional dalam jangka waktu yang lama
sehingga akses untuk mendapatkan pelayanan obat
dan psikososial haruslah tepat. Pengobatan harus
dikombinasikan dan dikoordinasikan dengan Referensi
pelayanan psikososial. Pelayanan tersebut harus
terintegrasi dan multidisiplin. Pelayanan juga
Amaresha, A. C., Joseph, B., Agarwal, S. M.,
harus berorientasi pada konsumen dan diberikan
dengan kasih sayang dan kompetensi yang Narayanaswamy, J. C.,
berbasis bukti. Kolaboratif dengan pasien akan Venkatasubramanian, G., Muralidhar,
membantu menjamin tujuan, rencana tindakan, dan D. & Subbakrishna, D. K. 2015.
evaluasi pelayanan yang berorientasi pada
Assessing the needs of siblings of
konsumen. Integrasi yang komprehensif,
terkoordinasi, terus menerus, kolaboratif, dan persons with schizophrenia: A
rehabilitasi yang berorientasi pada konsumen qualitative study from India. Asian
membutuhkan komitmen yang kuat dari pengelola journal of psychiatry, 17, 16-23.
dan pengambil kebijakan (Liberman,2008)
Buckland, H. T., Schepp, K. G. & Crusoe, K.
2013. Defining happiness for young
Kesimpulan
57
adults with schizophrenia: a building Badan Pusat Statistik (BPS). 2016.
block for recovery. Archives of Pembangunan ketahanan keluarga
psychiatric nursing, 27, 235-40. 2016.

CNN Indonesia. 2018. Krisis kesehatan jiwa Liberman, R.P. 2008. Recovery from disability
kuras perekonomian global hingga manual of psychiatric rehabilitation.
2030. Washington DC. American Psychiatric
https://www.cnnindonesia.com/gaya- Publishing Inc.
hidup/20181010132410-255-
Mubin, M. F., Riwanto, I., Soewadi, Sakti, H.,
337277/krisis-kesehatan-jiwa-kuras-
&Erawati, E. 2019. Psychoeducational
perekonomian-global-hingga-2030,
diakses tanggal 26 Mei 2019 therapy with families of paranoid
schizophrenia patients. Enfermería
Clínica.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2018.12
Fadli, S. M. & Mitra, M. 2013. Pengetahuan .006
dan Ekspresi Emosi Keluarga serta
Frekuensi Kekambuhan Penderita Murray, C. J. L., Vos, T., Lozano, R.,
Skizofrenia Kesmas: Jurnal Kesehatan Naghavi, M., Flaxman, A. D.,
Masyarakat Nasional, 7. Michaud, C., Lopez, A. D. (2012).
Disability-adjusted life years ( DALYs
Fitryasari, R., Yusuf, A., Nursalam, Tristiana, ) for 291 diseases and injuries in 21
R.D.,&Nihayati, H.E. 2018. Family regions , 1990 – 2010 : a systematic
members' perspective of family
analysis for the Global Burden of
Resilience's risk factors intaking care
Disease Study 2010. Lancet,
of schizophrenia patients. International
380(Desember 15/22/29), 2197–223.
Journal of Nursing Sciences, 5, 255-
http://doi.org/10.1016/S0140-
261.
6736(12)61689-4
Kaakinen, J. R., Coehlo, D. P., Steele, R.,
Newell, R. & Gournay, K. 2009. Mental
Tabacco, A. & Hanson, S. M. H. 2015.
health nursing an evidence-based
Family health care nursing theory, approach, Philadelphia, Churchill
practice and research, Philadelphia, F.
Livingstone Elsevier.
A. Davis Company.
Outram, S., Harris, G., Kelly, B., Bylund, C.
Kemenkes RI. 2019. Data prevalensi
L., Cohen, M., Landa, Y., Levin, T.,
skizofrenia/psikosis. Badan Penelitian
Sandhu, H., Vamos, M. & Loughland,
dan Pengembangan Kesehatan
C. 2015. 'We didn't have a clue':
Kementerian Kesehatan Republik
Family caregivers' experiences of the
Indonesia. Jakarta.
communication of a diagnosis of
Kementerian pemberdayaan perempuan dan schizophrenia. The International
perlindungan anak (KPPPA) dan journal of social psychiatry, 61, 10-6.

58
Puspitosari, W. A., Wardaningsih, S. & Townsend, M. C. 2014. Essentials of
Nanwani, S. 2019. Improving the Psychiatric Mental Health Nursing
quality of life of people with Concepts of Care in Evidence-Based
schizophrenia through community Practice, Philadelphia, F. A. Davis
based rehabilitation in Yogyakarta Company.
Province, Indonesia: A quasi
experimental study. Asian Journal of Tribunnews. 2014. Dua Dari 1.000 Orang
Psychiatry, 42 (2019) 67-73 Indonesia Alami Gangguan Jiwa Berat
[Online]. Available:
Sarwono, R.B. & Subandi. 2013. Mereka http://www.peduliskizofrenia.org/sumb
memanggilku “kenthir”. Jurnal er-daya/berita-keswa/item/dua-dari-1-
psikologi, 40 (1), 1-14. 000-orang-indonesia-alami-gangguan-
jiwa-berat.
Soundy, A., Stubbs, B., Roskell, C., Williams,
S. E., Fox, A. & Vancampfort, D. Wood, L., Birtel, M., Alsawy, S., Pyle, M.
2015. Identifying the facilitators and & Morrison, A. 2014. Public
processes which influence recovery in perceptions of stigma towards people
individuals with schizophrenia: a with schizophrenia, depression, and
systematic review and thematic anxiety. Psychiatry research, 220, 60
synthesis. Journal of mental health, 24,
103-10.

Steinberg, H. R., Green, R., & Durell, J. 2006.


Depression occurring during the course
of recovery from schizophrenic
symptoms. The american journal of
psychiatry.
https://doi.org/10.1176/ajp.124.5.699

Stuart, G. W. 2013. Principles and practice of


psychiatric nursing Canada, Mosby
Elsevier.

Subu, M. A., Waluyo, I., Edwin,A. N.,


Priscilla, V., Aprina, T. 2018. Stigma,
Stigmatisasi, Perilaku Kekerasan dan
Ketakutan diantara Orang dengan
Gangguan Jiwa(ODGJ) di Indonesia:
Penelitian Constructivist Grounded
theory. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Vol. 30, No. 1, Februari 2018, pp. 53-
60.

59

Anda mungkin juga menyukai