Anda di halaman 1dari 17

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN JIWA

TERAPI KELUARGA DENGAN PENDEKATAN SPIRITUAL


TERHADAP MODEL KEYAKINAN KESEHATAN KELUARGA
DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
Dosen Pembimbing:Wahyu Rochdiat S.Kep.,Ns

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3

Dora Rominto (17160027)


Dominikus Trivan J (17160045)
Putu Bahagiana (171600...
Ivana (17160052)
Eka Wastikasari (17160039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “split mind” atau
pemikiran yang terpisah dan sering dihubungkan dengan ketidakseimbangan
dopamin dalam otak dan defek lobus frontal serta keterkaitan penyebab genetik
(Wiramihardjo, 2007).
Secara garis besar penyebab gangguan jiwa dibagi menjadi tiga, yaitu faktor
organobiologi, psikoedukatif dan sosiodemografi. Faktor sosiodemografi meliputi
umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, ekonomi keluarga dan persepsi peringkat sosial (Maramis, 2007).
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas
proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh,
gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling
sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup
mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan
antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila
dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi
(Elvira SD dkk, 2013).
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang
dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insiden 1 per 10.000 orang per tahun.
Setiap tahun terdapt 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut.
Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosisi,
pasien diabetes yang menggunakan insulin, dan penyakit otot (muscular
dystrophy), 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan
10% diantara berhasil (mati bunuh diri), angka kematian pasien skizofrenia 8 kali
lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Yosep, 2008).
Sedangkan, diseluruh Asia diperkirakan 2-10 orang dari setiap 1.000 penduduk
mengalami skizofrenia dan 10% diantaranya perlu diobati dan dirawat intensif
karena telah sampai dalam taraf yang sangat menghawatirkan.
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1 persen. Apabila
penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa
menderita skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat luas
di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita
skizofrenia (Sosromihardjo, 2007).
Jumlah penderita skizofrenia (gangguan jiwa berat) di daerah istimewa
yogyakarta (DIY) terbilang cukup tinggi. Bahkan di tingkat nasional, DIY
menduduki posisi nomor 2. Kepala dinas kesehatan daerah Yogyakarta
mengatakan di DIY angka skizofernia memang cukup tinggi. Berdasarkan riset
kesehatan dasar (riskesda) tahun 2013, prevalensi jumlah penduduk DIY yang
menderita gangguan jiwa berat sebesar 2,7 persen.
Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan
yang sangat berarti bagi penderita. Sayangnya masyarakat sendiri justru
mengasingkan keberadaan penderita gangguan jiwa sehingga hal ini turut
mempengaruhi sikap keluarga terhadap pasien bahkan gangguan jiwa dianggap
sebagai penyakit yang membawa aib bagi keluarga sehingga keluarga menjadi
stress, bingung, marah, cemas, tak berdaya, menyalahkan satu sama lain, malu
yang sering disebut sebagai beban subjektif keluarga sehingga diputuskan untuk
dibuang oleh keluarganya sendiri (Soemarjo, 2004).
Untuk merawat pasien skizofrenia, keluarga membutuhkan kesabaran
karena kondisi dan stigma yang ditanggung oleh keluarga. Keluarga berusaha
melakukan pengobatan untuk kesembuhan pasien skizofrenia yang dilakukan
secara berulang agar pasien skizofrenia dapat kembali ke keluarga. Hal tersebut
seringkali menyebabkan kondisi perekonomian keluarga berkurang. Kelelahan
fisikpun seringkali dirasakan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.
Lingkungan yang tidak bisa menerima pasien skizofrenia juga menjadi beban
pikiran oleh keluarga (Mamnuah, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia adalah
salah satunya adalah faktor keluarga. Keluarga merupakan bagian terpenting
dalam membantu proses penyembuhan pasien skizofrenia. Peran keluarga dalam
perawatan pasien skizofrenia pada pasien rawat inap adalah kunjungan keluarga.
Kunjungan keluarga untuk menjenguk pasien sangatlah berarti bagi pasien dan
pasien akan termotivasi untuk segera sembuh. Menurut Yosef, (2009) keluarga
merupakan unit terdekat dengan klien dan merupakan perawat utama bagi pasien.
Studi pendahuluan dilakukan pada di lahan praktik yaitu Wisma Sadewa
RSJ Grhsia selama dua hari pada pasien yang dikelola berdasarkan pembagian
pasien kelolaan Log Book. Berdasarkan wawancara pada pasien kelolaan rata-rata
keluahan yang disampaikan adalah ingin pulang. Selain itu pasien ingin dijenguk
oleh keluarga. Bebrapa pasien mengatakan frekuensi kunjungan keluarga yang
jarang. Selama dua minggu perawatan kunjungan keluarga dilakukan satu kali.
Bahkan ada beberapa pasien yang bahkan belum dikunjung oleh keluarga sejak
pasien masuk RSJ. Beberapa ada yang meminta pad petugas untuk dihubungi
keluarganya untuk melakukan kunjungan. Untuk kegiatan kerohanian seperti
ibadah pasien terdapat beberapa pasien yang melakukan sholat
Kelompok tertarik untuk membahas terapi keluarga dengan pendekatan
spiritual karena berdasarkan wawancara dengan perawat yang ada di wisma
Sadewa sebelumnya belum dilakukan terapi spiritual pada keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa terutama skizofrenia.
Pendekatan yang dilakukan masih berfokus pada individu di ruangan. Oleh karena
itu diperlukannya peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dalam proses penyembuhan pasien. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat yang berinteraksi dengan pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menganalisa jurnal dengan berjudul “Terapi keluarga dengan
pendekatan spiritual terhadap model keyakinan kesehatan keluarga dalam
merawat pasien skizofrenia” mahasiswa keperawatan dan perawat di RSJ
Grhasia mampu memahami dan mengaplikasikan hasil dan isi dari jurnal
tersebut di bangsal Sadewa
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca isi jurnal mahasiswa keperawatan dapat:
a. Menganalisa nama peneliti, tempat, dan waktu penelitian
b. Menganalisa tujuan dari penelitian yang dilakukan
c. Menganalisa metode apakah yang digunakan untuk melakukan penelitian
d. Mengetahui hasil penelitian yang dilakuakan peneliti
e. Menganalisa korelasi isi jurnal dengan teori, dan isi jurnal dengan kondisi
realita klinis di lapangan
f. Menganalisa analisa SWOT yang diterapkan di bangsal
g. Menganalisa implikasi dan manfaat jurnal dalam keperawatan jiwa di
bangsal Sadewa
BAB II

JURNAL ASLI

A. Jurnal
Terlampir
BAB III

PEMBAHASAN

A. Nama Peneliti
1. Ah.Yusuf S
Analisis : Penulisan nama peneliti dalam jurnal sudah sesuai dengan teori
dimana penulisan nama peneliti tidak mencantumkan gelar. Dan
peneliti berasal dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada tahun 2010
Analisis : Tempat penelitian dalam jurnal sudah sesuai dengan judul penelitian
dimana penelitian dilakukan di rumah sakit jiwa dimana pasien
dengan gangguan jiwa sering dijenguk oleh keluarganya. Namun
dalam jurnal tidak disebutkan secara terperinci mengenai tanggal dan
bulan penelitian di ruamh sakit jiwa.

C. Tujuan Penelitian
Dalam jurnal tidak disebutkan maupun dijelaskan tujuan penelitian secara
spesifik.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimental (pre-post test group design)
Analisis : Dalam jurnal jenis penelitian sudah sesuai yaitu eksperimen
dimana ada intervensi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa. Namun pada jenis
penelitian ini keluarga yang diberikan intervensi diberikan
kuesioner sebelum dan sesduah diberikan terapi.

2. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Instrumen Penelitian


a. Populasi
Dalam penelitian populasi adalah seluruh keluarga yang anggota
keluarganya dirawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Analisis : Dalam jurnal populasi yang ada sudah sesuai dimana seluruh
keluarga yang anggota keluarganya dirawat. Namun dalam
jurnal tidak disebutkan berapa jumlah populasi dari keluarga di
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tersebut.
b. Sampel
Sampel pada penelitian berjumlah 13 orang kelompok perlakuan dan 13
orang kelompok control.
Analisis : Dalam jurnal jumlah sampel yang dijadikan responden sesuai
dengan syarat jenis penelitian eksperimental (pre-post test
group design) dimana ada kedua kelompok yang terdiri dari
kelompok perlakuan dan kelompok control yang masing-
masing berjumlah 13 orang responden. Dan sampel dilakukan
pengkukuran sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam jurnal teknik sampling yang digunakan adalah simple random
Analisis: Dalam jurnal sampel yang dipilih sudah sesuai dengan
keinginan peneliti diamana setiap sampel mempunyai
kesempatan yang sama untuk dijadikan responden yaitu semua
keluarga yang datang ke rumah sakit dijadikan responden
sampai jumlah sampel terpenuhi.
d. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah Spiritual health
assessment (SHA), dan Spiritual past and present (SPP).
Analisis: Dalam jurnal instrument yang digunakan sudah sesuai dimana
instrument tersebut digunakan untuk pengukuran tingkat
spiritualitas. Namun dalam jurnal tidak dijelaskan bagaimana
system pengambilan dan cara pengelompokan mengunakan
instrument tersebut.
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam jurnal keseluruhan pengaruh terapi keluarga dengan
pendekatan spiritual didapatkan dapat mengubah beberapa aspek health belief
model keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa. Perubahan tersebut terjadi
pada aspek persepsi terhadap manfaat, persepsi terhadap hambatan dan persepsi
terhadap self effi cacy. Tidak ada perubahan pada aspek persepsi terhadap
kerentanan dan keparahan penyakit. Namun, secara umum terapi keluarga dengan
pendekatan spiritual tersebut dapat mengubah model keyakinan kesehatan
keluarga tentang skizofrenia
Terdapat perbedaan signifikan (p=0,004) total health belief model keluarga dalam
merawat pasien gangguan jiwa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Tetapi, jika dibandingkan dengan hasil uji independent t-test data pre test kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, ternyata sejak awal sudah menunjukkan terdapat
perbedaan kepercayaan kesehatan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,021),
Jika diperhatikan nilai selisih delta rerata antara pre test-post test pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan terdapat kenaikan selisih rerata pada
kelompok perlakuan sebesar 1,84, sedangkan pada kelompok kontrol juga ada
peningkatan 1,00. Dengan demikian, angka kenaikan lebih tinggi pada kelompok
perlakuan sebesar 0,84.

Analisis : Dalam jurnal hasil penelitian sudah dapat diterapkan karena keluarga
dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan
jiwadenganpendekatan spiritual mengalami peningkatan setelah
diberikan intervensi.Dan ada perbedaan antara keluarga yang
diberikan perlakuan dalam merawat anggota keluarganya
dibandingkan dengan yang tidak diberikan intervensi (kelompok
control)dengan.
Namun untuk menerapkan hasil penelitian ini perlu adanya
pertimbangan misalnya perawat yang menjadi terapis dan keluarga
yang mau berpartisipasi, materi yang belum spesifik dijelaskan, waktu
terapi yang relatif lama yaitu 2x60 menit serta belum adanya standar
operasional prosedur untuk melakukan tindakan. Hasil penelitian dari
beberapa variabel dalam jurnal disajikan mengunakan tabel sehingga
mempermudah dalam membaca hasil penelitian.

F. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal


1. Kelebihan Jurnal
a. Jurnal ini menggunakan metode eksperimen sehingga melihat bagaimana
keefektifan penerapan terapi keluarga dengan pendekatan spiritual pada
pasien dengan Skizofrenia.
b. Untuk hasil penelitian disajikan menggunakan tabel sehingga memudahkan
pembaca dalam menganalisa isi jurnal
c. Daftar pustaka dapat dikatakan up to date karena menggunakan tahun terbaru
(10 tahun terakhir)
d. Variabel yang digunakan sebagai pembanding juga banyak sehingga pembaca
dapat mengetahui variabel mana saja yang mempunyai korelasi positif
terhadap penelitian
e. Terdapat variabel kontrol dan intervensi sehingga dapat dijadikan
pembanding setiap variabel

2. Kekurangan jurnal
a. Belum mencantumkan tujuan serta manfaat dari dilakukannya penelitian
b. Waktu intervensi yang dilakukan yaitu 60-120 menit. Waktu intervensi
dirasa terlalu lama sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana intervensi
dijalankan pada keluarga, sedangkan waktu efektif yang biasa digunakan
untuk intervensi ± 30 menit
c. Belum terdapat panduan bagaimana melakukan terapi pada keluarga dengan
pendekatan spiritual sehingga butuh waktu lagi untuk mencari pandian yang
cocok untuk diterapkan ke keluarga pasien pada saat berkunjung
d. Instrumen belum dijelaskan secara spesifik penggunaannya
e. Pemilihan sampel belum dideskripsikan dengan detail seperti apa agama
peneliti, apakah responden yang diteliti mempunyai keyakinan yang sama
dengan pemberi intervensi.
f. Belum dijelaskan penerapan intervensi pada pasien skizofrenia pada fase
apa. Apakah krisis, akut, maintanance atau health promotion

G. Koreksi Isi Jurnal Dengan Teori


Tugas keluarga yaitu mempertahankan status kesehatan seluruh anggota
keluarga baik kesehatan fisik dan mental. Hal ini merupakan tugas utama dari
keluarga. Keluarga dengan status kesehatan yang optimal merupakan aset yang
sangat berharga untuk masyarakat dan negara. Warga negara yang sehat dan
produktif sangat berperan dalam meningkatkan produktivitas kerja dan turut
menunjang peningkatan ekonomi negara.
Menurut Friedman (2010) keluarga mempunya tugas di bidang kesehatan yang
perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa
daintara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk menentukan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat teratasi
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Keluarga hendaknya mampu memerankan tugasnya untuk merawat salah satu
anggota keluarga yang mengalami gangguan di rumah. Faktor lingkungan dan
dukungan keluarga yang positif sangat mendukung dalam proses kesembuhan
seseorang
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Keluarga harus berupaya menciptakan suasana yang nyaman untuk setiap
anggota keluarga. Lingkungan yang kondusif akan menciptakan kondisi
mental yang sehat bagi anggota keluarga dan sekaligus meningkatkan daya
tahan keluarga terhadap krisis
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
Keluarga dapat merujuk salah satu anggota keluarga yang sakit ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat dan juga memeriksakan secara rutin jika
terdapat gejala-gejala kekambuhan.
Kelima tugas keluarga diatas akan memberikan dampak yang positif
jika diterapkan pada keluarga dengan gangguan jiwa khusus nya pada
keluarga dengan skizofrenia. Apabila keluarga telah mengetahuai dengan jelas
tentang gangguan jiwa diharpkan keluarga dapat memberikan koping berupa
dukungan terutama dalam hal spiritualitas pada pasien dengan skizofrenia.
Salah satu karakteristik klien yaitu dalam hal agama. Spiritualitas
mencakup esensi keberadaan individu dan keyakinannya tentang makna hidup
dan tujuan hidup. Spiritual dapat mencakup keyakinan kepada Tuhan atau
kekuatan yang lebih tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan praktik budaya.
Beberapa studi menunjukkan bahwa agama dan spiritualitas dapat bermanfaat
bagi keluarga yang anggotanya menderita gangguan jiwa. Agama terbukti
berperan penting dalam memberi dukungan kepada pemberi keperawatan dan
merupakan sumber utama hiburan (Stolley & Koenig, 1997 dalam Videbeck,
2008). Menggabungkan faktor spiritualitas kedalam perawatan klien dapat
membantu klien melakukan koping terhadap penyakit dan menemukan makna
serta tujuan dalam situasi tersebut dan dapat menawarkan sumber dukungan
yang kuat
Pada jurnal sudah dijelaskan bahwa pasien yang mengalami gangguan
jiwa membutuhkan dukungan tidak hanya dari segi fisik maupaun psikologis
saja. Pendekatan spiritual juga dibutuhkan dimana keluarga melihat anggota
keluarga dengan gangguan jiwa sebagai makhluk sosial yang yang
diperlukan bimbingan dari segi agama dan spiritual. Pada jurnal peneliti
kembali mengingatkan falsafah kaktus dan ulat, “yakinlah dengan Tuhan
niscahya Tuhan akan mengabulkan doa kita” khususnya pengembangan nilai
insan dalam kehidupan. Jika manusia yakin bahwa gangguan jiwa dan semua
masalah yang dialami adalah memang kehendak Tuhan, maka segala tindakan
dan perlakuan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa sebagai upaya
beribadah kepada Tuhan, dan ikhlas dengan semua perbuatan yang dilakukan
terhadap pasien, bahwa semua tindakan itu dilakukan atas dasar beribadah
kepada Tuhan.
Penggunaan pendekatan ini merupakan salah satu cara bagaimana peran
keluarga dijalankan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.

H. Koreksi Isi Jurnal Dengan Realita (Lahan Praktik)


Berdasarkan analisa jurnal terapi keluarga dengan pendekatan spiritual
pada pasien skizofrenia memiliki korelasi yang positif dimana pendekatan
spiritual pada keluarga berpengaruh terhadap perawatan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Pemahaman tentang spiritual pada keluarga membantu
meningkatkan koping pada pasien, selain itu keluarga juga memiliki pemahaman
yang posfitif dimana sakit yang dialami klien merupakan kehendak/cobaan dari
Tuhan.
Hal ini dapat dijadikan patokan bagi perawat dalam merawat klien dengan
gangguan jiwa. Perawat dapat menggunakan keahliannya dalah hal komunikasi
terapeutik menggunakan pendekatan spiritualitas pada keluarga untuk merawat
anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Memberikan pemahaman yang bersifat
positif agar keluarga dapat menerima keadaan anggota. Dari hal ini dapat
membantu proses penyembuhan klien secara bertahap dengan pendekatan
spiritualitas

I. Analisa SWOT Penerapan Jurnal Di Klinik


Manfaat penelitian ini akan mampu memberikan pengalaman baru dan pe
mbelajaran yang baru dalam melakukan tindakan keperawatan jiwa jika isi dari
jurnal bisa diimplikasikan di dalam bangsal
1. Strength (Kekuatan)
 Jumlah perawat yang ada di wisma Sadewa mencukupi untuk dilakukan
pendekatan ke keluarga terutama pendekatan spiritual dalam merawat
pasien yang mengalami skizofrenia
 Tempat dan waktu juga memungkinkan untuk dilakukan pendekatan
keluarga. Ketersediaan tempat juga memungkinkan untuk dilakukannya
tindakan keperawatan sesuai dengan jurnal
 Perawat mempunyai kompetensi salah satunya komunikasi terapeutik
dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarg sehingga dapat
melakukan terapi dengan baik sesuai kompetensi
2. Weakness (Kelemahan)
 Jumlah atau frekuensi kunjungan yang kurang dari pihak keluarga. Dari
hasil pengkajian pada pasien di bangsal Sadewa, rata-rata pasien jarang
dikunjungi oleh keluarga, selama rentan 2 minggu dirawat baru satu kali
kunjungan, bahkan ada yang belum pernah sama sekali dikunjungi oleh
keluarga sejak masuk RSJ
3. Opportunity (Peluang)
Peluang diterapkannya jurnal ini sangat besar karena tidak membutuhkan
banyak media dan sarana. Cukup dengan menggunakan komunikasi terapeutik
serta membina hubungan saling percaya antara perawat, pasien dan keluarga.
Selain itu penerapan jurnal ini bisa dilakukan karena sebelumnya belum
pernah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan skizofrenia dengan
pendekatan spirituan pada keluarga.
4. Threat (Ancaman)
Berdasarkan analisa, sejauh ini belum diketahui adanya ancaman dalam
implikasi jurnal ini di wisma Sadewa RSJ Grhsia

J. Implikasi Keperawatan
Penerapan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa
membutuhkan strategi untuk menunjang keberhasilan suatu tindakan. Strategi
atau cara yang digunakan tentunya harus disesuaikan dengan kondisi tempat
yang akan dilakukan intervensi dan sebelum memberikan intervensi banyak hal
yang harus disiapkan khususnya kesiapan pemberi intervensi, adapun hal-hal
yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sosialitasi dengan perawat di ruangan terkait dengan tindakan
yang akan dilakukan jika ada kunjungan dari keluarga pasien. Apersepsi
dengan perawat lain diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
2. Harus ada kemauan dalam penerapan jurnal ini sehingga penerapan dapat
dilakukan dengan optimal
3. Implikasi yang bisa diterapkan di wisma Sadewa seperti melakukan
pendekatan pada keluarga yang melakukan kunjungan. Kontrak waktu bisa
dilakukan dengan keluarga jika ingin melakukan terapi spiritual pada
keluarga
4. Mengingatkan keluarga untuk melakukan kunjungan ysng kontinue pada
pasien jika dirasa frekuensi kunjungan sudah berkurang atau tidak sama
sekali agar penerapan jurnal dapat dilakukan dengan maksimal
5. Menyiapkan hal-hal yang ingin di sampaikan saat melakukan terapi pada
keluarga dengan pendekatan spiritual

K. Manfaat Jurnal
1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan terkait dengan Terapi Keluarga
Dengan Pendekatan Spiritual Terhadap Model Keyakinan Kesehatan
Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
2. Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan terapi keluarga dengan
pendekatan spiritualitas dengan model keyakinan kesehatan keluarga
sehingga keluarga mampu menerima kondisi keadaan jiwa klien secara
positif
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kelompok jurnal ini sudah dapat di terapkan di RSJ
khususnya di bangsal Sadewa RSJ Grhasia DIY. Karena diharapkan keluarga
dapat merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dengan
pendekatan spiritualitas. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan
khususnya sumber daya manusia atau sarana prasarana maupun kunjungan
keluarga yang sangat sedikit sehingga mempersulit dalam memberikan
intervensi dalam bangsal. Dan untukmenerapakanjurnal juga perlu banyak
pertimbangan misalnya standar operasional prosedur dalam melakukan terapi
kepada keluarga, materi atau alat yang digunakan saat melakukan intervensi
kepada keluarga

B. Saran
Dengan adanya hasil penelitian ini maka di harapkan dapat sebagai sumber
informasi dan acuan dalam memberikan intervensi kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam menangani atau merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktif. Jakarta: EGC
Maramis, W. F. (2007). Iimu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
university Press
Safra, Dwi. (2013). Terapi keluarga dengan pendekatan spiritual terhadap model
keyakinan kesehatan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Universitas
Riau
https://scholar.google.co.id/shcholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=terapi+keluarg
a+dengan+pendekatan+spiritual+terhadap+model+keyakinan+kesehatan+kelua
rga+dalam+merawat+pasien+skizofrenia&btnG=
Sosrosumiharjo, D. 2007. Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa.
http://masdanang.cocc/?p=27.diakses pada 20 Novembar 2017.
Videbeck, Sheila L,. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wiramisharjo. 2007. Kekambuhan skizofrenia http;/www3.kompas.com/kompas-
cetak/0501/31/humaniora/1530010 htm. diakses tanggal 20 November 2017
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/jumlah-penderita-skizofrenia-di-
yogyakarta-tertinggi-kedua-nasional

Anda mungkin juga menyukai