DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
A. Latar Belakang
Kata skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “split mind” atau
pemikiran yang terpisah dan sering dihubungkan dengan ketidakseimbangan
dopamin dalam otak dan defek lobus frontal serta keterkaitan penyebab genetik
(Wiramihardjo, 2007).
Secara garis besar penyebab gangguan jiwa dibagi menjadi tiga, yaitu faktor
organobiologi, psikoedukatif dan sosiodemografi. Faktor sosiodemografi meliputi
umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, ekonomi keluarga dan persepsi peringkat sosial (Maramis, 2007).
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas
proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh,
gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling
sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup
mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan
antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila
dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi
(Elvira SD dkk, 2013).
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang
dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insiden 1 per 10.000 orang per tahun.
Setiap tahun terdapt 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut.
Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosisi,
pasien diabetes yang menggunakan insulin, dan penyakit otot (muscular
dystrophy), 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan
10% diantara berhasil (mati bunuh diri), angka kematian pasien skizofrenia 8 kali
lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Yosep, 2008).
Sedangkan, diseluruh Asia diperkirakan 2-10 orang dari setiap 1.000 penduduk
mengalami skizofrenia dan 10% diantaranya perlu diobati dan dirawat intensif
karena telah sampai dalam taraf yang sangat menghawatirkan.
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1 persen. Apabila
penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa
menderita skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat luas
di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita
skizofrenia (Sosromihardjo, 2007).
Jumlah penderita skizofrenia (gangguan jiwa berat) di daerah istimewa
yogyakarta (DIY) terbilang cukup tinggi. Bahkan di tingkat nasional, DIY
menduduki posisi nomor 2. Kepala dinas kesehatan daerah Yogyakarta
mengatakan di DIY angka skizofernia memang cukup tinggi. Berdasarkan riset
kesehatan dasar (riskesda) tahun 2013, prevalensi jumlah penduduk DIY yang
menderita gangguan jiwa berat sebesar 2,7 persen.
Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan
yang sangat berarti bagi penderita. Sayangnya masyarakat sendiri justru
mengasingkan keberadaan penderita gangguan jiwa sehingga hal ini turut
mempengaruhi sikap keluarga terhadap pasien bahkan gangguan jiwa dianggap
sebagai penyakit yang membawa aib bagi keluarga sehingga keluarga menjadi
stress, bingung, marah, cemas, tak berdaya, menyalahkan satu sama lain, malu
yang sering disebut sebagai beban subjektif keluarga sehingga diputuskan untuk
dibuang oleh keluarganya sendiri (Soemarjo, 2004).
Untuk merawat pasien skizofrenia, keluarga membutuhkan kesabaran
karena kondisi dan stigma yang ditanggung oleh keluarga. Keluarga berusaha
melakukan pengobatan untuk kesembuhan pasien skizofrenia yang dilakukan
secara berulang agar pasien skizofrenia dapat kembali ke keluarga. Hal tersebut
seringkali menyebabkan kondisi perekonomian keluarga berkurang. Kelelahan
fisikpun seringkali dirasakan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.
Lingkungan yang tidak bisa menerima pasien skizofrenia juga menjadi beban
pikiran oleh keluarga (Mamnuah, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia adalah
salah satunya adalah faktor keluarga. Keluarga merupakan bagian terpenting
dalam membantu proses penyembuhan pasien skizofrenia. Peran keluarga dalam
perawatan pasien skizofrenia pada pasien rawat inap adalah kunjungan keluarga.
Kunjungan keluarga untuk menjenguk pasien sangatlah berarti bagi pasien dan
pasien akan termotivasi untuk segera sembuh. Menurut Yosef, (2009) keluarga
merupakan unit terdekat dengan klien dan merupakan perawat utama bagi pasien.
Studi pendahuluan dilakukan pada di lahan praktik yaitu Wisma Sadewa
RSJ Grhsia selama dua hari pada pasien yang dikelola berdasarkan pembagian
pasien kelolaan Log Book. Berdasarkan wawancara pada pasien kelolaan rata-rata
keluahan yang disampaikan adalah ingin pulang. Selain itu pasien ingin dijenguk
oleh keluarga. Bebrapa pasien mengatakan frekuensi kunjungan keluarga yang
jarang. Selama dua minggu perawatan kunjungan keluarga dilakukan satu kali.
Bahkan ada beberapa pasien yang bahkan belum dikunjung oleh keluarga sejak
pasien masuk RSJ. Beberapa ada yang meminta pad petugas untuk dihubungi
keluarganya untuk melakukan kunjungan. Untuk kegiatan kerohanian seperti
ibadah pasien terdapat beberapa pasien yang melakukan sholat
Kelompok tertarik untuk membahas terapi keluarga dengan pendekatan
spiritual karena berdasarkan wawancara dengan perawat yang ada di wisma
Sadewa sebelumnya belum dilakukan terapi spiritual pada keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa terutama skizofrenia.
Pendekatan yang dilakukan masih berfokus pada individu di ruangan. Oleh karena
itu diperlukannya peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dalam proses penyembuhan pasien. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat yang berinteraksi dengan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menganalisa jurnal dengan berjudul “Terapi keluarga dengan
pendekatan spiritual terhadap model keyakinan kesehatan keluarga dalam
merawat pasien skizofrenia” mahasiswa keperawatan dan perawat di RSJ
Grhasia mampu memahami dan mengaplikasikan hasil dan isi dari jurnal
tersebut di bangsal Sadewa
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca isi jurnal mahasiswa keperawatan dapat:
a. Menganalisa nama peneliti, tempat, dan waktu penelitian
b. Menganalisa tujuan dari penelitian yang dilakukan
c. Menganalisa metode apakah yang digunakan untuk melakukan penelitian
d. Mengetahui hasil penelitian yang dilakuakan peneliti
e. Menganalisa korelasi isi jurnal dengan teori, dan isi jurnal dengan kondisi
realita klinis di lapangan
f. Menganalisa analisa SWOT yang diterapkan di bangsal
g. Menganalisa implikasi dan manfaat jurnal dalam keperawatan jiwa di
bangsal Sadewa
BAB II
JURNAL ASLI
A. Jurnal
Terlampir
BAB III
PEMBAHASAN
A. Nama Peneliti
1. Ah.Yusuf S
Analisis : Penulisan nama peneliti dalam jurnal sudah sesuai dengan teori
dimana penulisan nama peneliti tidak mencantumkan gelar. Dan
peneliti berasal dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
C. Tujuan Penelitian
Dalam jurnal tidak disebutkan maupun dijelaskan tujuan penelitian secara
spesifik.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimental (pre-post test group design)
Analisis : Dalam jurnal jenis penelitian sudah sesuai yaitu eksperimen
dimana ada intervensi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa. Namun pada jenis
penelitian ini keluarga yang diberikan intervensi diberikan
kuesioner sebelum dan sesduah diberikan terapi.
Analisis : Dalam jurnal hasil penelitian sudah dapat diterapkan karena keluarga
dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan
jiwadenganpendekatan spiritual mengalami peningkatan setelah
diberikan intervensi.Dan ada perbedaan antara keluarga yang
diberikan perlakuan dalam merawat anggota keluarganya
dibandingkan dengan yang tidak diberikan intervensi (kelompok
control)dengan.
Namun untuk menerapkan hasil penelitian ini perlu adanya
pertimbangan misalnya perawat yang menjadi terapis dan keluarga
yang mau berpartisipasi, materi yang belum spesifik dijelaskan, waktu
terapi yang relatif lama yaitu 2x60 menit serta belum adanya standar
operasional prosedur untuk melakukan tindakan. Hasil penelitian dari
beberapa variabel dalam jurnal disajikan mengunakan tabel sehingga
mempermudah dalam membaca hasil penelitian.
2. Kekurangan jurnal
a. Belum mencantumkan tujuan serta manfaat dari dilakukannya penelitian
b. Waktu intervensi yang dilakukan yaitu 60-120 menit. Waktu intervensi
dirasa terlalu lama sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana intervensi
dijalankan pada keluarga, sedangkan waktu efektif yang biasa digunakan
untuk intervensi ± 30 menit
c. Belum terdapat panduan bagaimana melakukan terapi pada keluarga dengan
pendekatan spiritual sehingga butuh waktu lagi untuk mencari pandian yang
cocok untuk diterapkan ke keluarga pasien pada saat berkunjung
d. Instrumen belum dijelaskan secara spesifik penggunaannya
e. Pemilihan sampel belum dideskripsikan dengan detail seperti apa agama
peneliti, apakah responden yang diteliti mempunyai keyakinan yang sama
dengan pemberi intervensi.
f. Belum dijelaskan penerapan intervensi pada pasien skizofrenia pada fase
apa. Apakah krisis, akut, maintanance atau health promotion
J. Implikasi Keperawatan
Penerapan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa
membutuhkan strategi untuk menunjang keberhasilan suatu tindakan. Strategi
atau cara yang digunakan tentunya harus disesuaikan dengan kondisi tempat
yang akan dilakukan intervensi dan sebelum memberikan intervensi banyak hal
yang harus disiapkan khususnya kesiapan pemberi intervensi, adapun hal-hal
yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sosialitasi dengan perawat di ruangan terkait dengan tindakan
yang akan dilakukan jika ada kunjungan dari keluarga pasien. Apersepsi
dengan perawat lain diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
2. Harus ada kemauan dalam penerapan jurnal ini sehingga penerapan dapat
dilakukan dengan optimal
3. Implikasi yang bisa diterapkan di wisma Sadewa seperti melakukan
pendekatan pada keluarga yang melakukan kunjungan. Kontrak waktu bisa
dilakukan dengan keluarga jika ingin melakukan terapi spiritual pada
keluarga
4. Mengingatkan keluarga untuk melakukan kunjungan ysng kontinue pada
pasien jika dirasa frekuensi kunjungan sudah berkurang atau tidak sama
sekali agar penerapan jurnal dapat dilakukan dengan maksimal
5. Menyiapkan hal-hal yang ingin di sampaikan saat melakukan terapi pada
keluarga dengan pendekatan spiritual
K. Manfaat Jurnal
1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan terkait dengan Terapi Keluarga
Dengan Pendekatan Spiritual Terhadap Model Keyakinan Kesehatan
Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
2. Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan terapi keluarga dengan
pendekatan spiritualitas dengan model keyakinan kesehatan keluarga
sehingga keluarga mampu menerima kondisi keadaan jiwa klien secara
positif
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kelompok jurnal ini sudah dapat di terapkan di RSJ
khususnya di bangsal Sadewa RSJ Grhasia DIY. Karena diharapkan keluarga
dapat merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dengan
pendekatan spiritualitas. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan
khususnya sumber daya manusia atau sarana prasarana maupun kunjungan
keluarga yang sangat sedikit sehingga mempersulit dalam memberikan
intervensi dalam bangsal. Dan untukmenerapakanjurnal juga perlu banyak
pertimbangan misalnya standar operasional prosedur dalam melakukan terapi
kepada keluarga, materi atau alat yang digunakan saat melakukan intervensi
kepada keluarga
B. Saran
Dengan adanya hasil penelitian ini maka di harapkan dapat sebagai sumber
informasi dan acuan dalam memberikan intervensi kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam menangani atau merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktif. Jakarta: EGC
Maramis, W. F. (2007). Iimu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
university Press
Safra, Dwi. (2013). Terapi keluarga dengan pendekatan spiritual terhadap model
keyakinan kesehatan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Universitas
Riau
https://scholar.google.co.id/shcholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=terapi+keluarg
a+dengan+pendekatan+spiritual+terhadap+model+keyakinan+kesehatan+kelua
rga+dalam+merawat+pasien+skizofrenia&btnG=
Sosrosumiharjo, D. 2007. Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa.
http://masdanang.cocc/?p=27.diakses pada 20 Novembar 2017.
Videbeck, Sheila L,. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wiramisharjo. 2007. Kekambuhan skizofrenia http;/www3.kompas.com/kompas-
cetak/0501/31/humaniora/1530010 htm. diakses tanggal 20 November 2017
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/jumlah-penderita-skizofrenia-di-
yogyakarta-tertinggi-kedua-nasional