Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.

id 10
digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Pertanyaan
Pertanyaan memiliki beberapa pengertian. Beberapa ahli mengemukakan
pendapatnya mengenai pengertian pertanyaan. Menurut Harimurti
Kridalaksana (2008: 191) pertanyaan adalah makna ujaran yang meminta
jawaban (konsep semantis). Ujaran sendiri adalah kalimat atau bagian kalimat
yang dilisankan. Semantik (semantics) adalah bagian struktur bahasa yang
berhubungan dengan makna ungkapan dan juga struktur makna suatu wicara.
Konsep semantis ini harus dibedakan dari interogatif yang merupakan konsep
gramatikal (tata bahasa). Interogatif adalah bentuk verba atau tipe kalimat yang
dipergunakan untuk mengungkapkan pertanyaan. Kalimat interogatif adalah
kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya
mengandung makna pertanyaan, dalam ragam tulis biasanya ditandai oleh
tanda tanya (?).
Pertanyaan menurut Rasyid (dalam Buchari Alma, 2010: 32) adalah
setiap pernyataan yang menuju atau menumbuhkan pengetahuan dalam diri
siswa dan menekan pada menguji pengetahuan seperti mengingat kembali,
memahami, atau mengaplikasikan sesuatu, serta menumbuhkan pengetahuan
seperti menganalisis, sintesis, atau evaluasi. Sebuah pertanyaan menurut
Cotton (2001: 2) adalah setiap kalimat yang memiliki bentuk interogatif atau
function. Dalam konteks kelas, pertanyaan guru didefinisikan sebagai isyarat
instruksional atau rangsangan yang disampaikan kepada siswa untuk dipelajari,
petunjuk untuk apa yang mereka lakukan, dan bagaimana mereka
melakukannya. Dari pengertian-pengertian pertanyaan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan oleh guru adalah ucapan yang memiliki bentuk
interogatif ataupun isyarat instruksional yang disampaikan guna meminta
commit to user
jawaban siswa. Jadi, pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya.

10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Kalimat tanya (interogatif) hanya merupakan konsep gramatikal dari


pertanyaan, sedangkan pertanyaan merupakan konsep semantik. Dalam
penelitian ini, pertanyaan adalah ucapan yang dilontarkan oleh guru dengan
tujuan untuk mendapatkan jawaban dari siswa terkait hal-hal yang membantu
siswa memahami materi pelajaran.
2. Jenis-jenis Pertanyaan
Pertanyaan yang dapat diajukan guru di dalam proses pembelajaran
sangat bervariasi. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan kondisi kelas. Menurut Moh. Uzer Usman (2011: 75-76)
jenis-jenis pertanyaan digolongkan menurut maksud dan Taksonomi Bloom.
a. Jenis pertanyaan menurut maksudnya
Jenis-jenis pertanyaan berdasarkan maksud merupakan jenis-jenis
pertanyaan dilihat dari maksud guru dalam mengajukan pertanyaan tersebut.
Menurut Moh. Uzer Usman (2011: 75-76) jenis-jenis pertanyaan berdasarkan
maksud terdiri dari pertanyaan berikut.
1) Pertanyaan permintaan (compliance question), yakni pertanyaan yang
mengharapkan agar siswa dapat mematuhi perintah yang diucapkan dalam
bentuk pertanyaan.
2) Pertanyaan retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan
teknik penyampaian informasi kepada siswa.
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yaitu
pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses
berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa
memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang
dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila tidak dapat menjawab atau
salah menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan
mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa sehingga pada akhirnya
siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.
4) Pertanyaan menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang
akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabannya terhadap
pertanyaan pertama. Dengan pertanyaan menggali ini siswa didorong
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan pada
pertanyaan sebelumnya.

b. Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy)


Jenis-jenis pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom mengacu pada
commit to user
ranah kognitif siswa yang akan digali dengan diajukannya pertanyaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Menurut Moh. Uzer Usman (2011: 75-76) jenis-jenis pertanyaan berdasarkan


Taksonomi Bloom terdiri dari pertanyaan sebagai berikut.
1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), atau
ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan, siapa, dan
sebutkan.
2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question), yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri.
Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan.
3) Pertanyaan penerapan (application question), yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi
yang diterimanya.
4) Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu pertanyaan yang menuntut
siswa untuk mengidentifikasi alasan, menemukan bukti, dan mencapai
kesimpulan. (Mengidentifikasi motif dan penyebab, menarik kesimpulan,
menentukan bukti, dukungan, menganalisis, menyimpulkan, meng-
kategorikan, membandingkan, kontras, mengkritik, membedakan, mem-
benarkan, memeriksa, percobaan)
5) Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang benar tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan
menuntut siswa untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah,
mencari komunikasi.
6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question), yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau
pendapatnya terhadap suati isu yang ditampilkan.
Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom dapat digunakan untuk
mengukur perkembangan kognitif siswa. Tingkatan Taksonomi Bloom yang
terdapat pada pertanyaan yaitu urutan pertanyaan untuk mengembangkan
tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan
kompleks. Tingkatan-tingkatan tersebut diantaranya adalah pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Daerah kognitif
mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, yaitu
berkenaan dengan pengenalan pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan
keterampilan intelektual. Erman Suherman (1993: 37-43) mengemukakan
bahwa jenjang kognitif paling sederhana (simple) disebut pengetahuan
(knowledge) atau ingatan (recall) atau komputasi (computasion), pemahaman
(comprehension) sifatnya lebih kompleks daripada pengetahuan, aplikasi atau
penerapan adalah proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman,
commit
jenjang kognitif berikutnya yang to userlebih tinggi dari aplikasi adalah
setingkat
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

analisis, suatu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses


analisis adalah sintesis, dan evaluasi adalah jenjang kognitif yang tertinggi
diantara kemampuan kognitif siswa.
Pada jenjang pengetahuan yang disimbolkan dengan C.1, siswa dituntut
untuk mampu mengenali atau mengingat kembali (memory) pengetahuan yang
telah disimpan dalam skemata struktur kognitifnya. Hal-hal yang termasuk ke
dalam jenjang kognitif ini adalah berupa pengetahuan tentang fakta dasar,
terminologi (peristilahan), atau manipulasi yang sifatnya sudah rutin. Jenjang
kognitif C.1 (pengetahuan) mencakup pengetahuan tentang fakta yang spesifik
dimana dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali materi yang
mirip sama dengan materi yang telah dipelajarinya dalam kegiatan belajar
mengajar, pengetahuan tentang terminologi dimana dalam hal ini siswa dituntut
untuk mengingat kembali istilah-istilah atau simbol-simbol yang berkenaan
dengan konsep matematika, dan kemampuan untuk mengerjakan algoritma
(manipulasi) rutin.
Pada jenjang pemahaman yang disimbolkan dengan C.2, siswa harus
mempunyai pengetahuan (knowledge) terhadap konsep tersebut. Jadi ini
merupakan tahap pemahaman inklusif terhadap tahap pengetahuan. Secara
terinci jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup pemahaman konsep,
pemahaman prinsip, aturan, dan generalisasi, pemahaman terhadap struktur
matematika, serta kemampuan untuk membuat transformasi. Perbedaan antara
pengetahuan mengenai konsep dengan pengetahuan mengenai fakta spesifik
tidak terdefinisi secara tegas. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep,
dan komponen ini merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian
suatu konsep dapat dipandang sebagai kumpulan fakta spesifik yang saling
terkait secara fungsional. Kemampuan ini dimaksudkan sebagai kemampuan
siswa untuk dapat mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk
lainnya.
Pada jenjang aplikasi yang disimbolkan dengan C.3, siswa diharapkan
telah memiliki kemampuan untuk memilih, menggunakan, dan menerapkan
commit
dengan tepat suatu teori atau cara to usersituasi baru. Tahap aplikasi ini
pada
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

melibatkan sejumlah respon. Respon tersebut ditransfer ke dalam situasi baru


yang berarti konteksnya berlainan. Secara rinci jenjang kognitif ini terdiri dari
empat bagian, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin dimana
masalah rutin adalah masalah atau soal yang materinya sejenis dengan bahan
pelajaran begitu juga cara penyelesaiannya, kemampuan untuk mem-
bandingkan, kemampuan mengenai pola, isomorfisme, dan simetri.
Kemampuan ini melibatkan kemampuan mengingat kembali informasi yang
relevan, mentransformasi komponen-komponen masalah, memanipulasi data,
dan mengenal hubungan.
Pada jenjang analisis yang disimbolkan dengan C.4, siswa diharapkan
telah memiliki kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah
(soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk
memahami hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Kemampuan siswa
untuk dapat memecahkan masalah non-rutin termasuk kedalam tahap ini, yaitu
kemampuan untuk mentransfer pengetahuan matematika yang telah dipelajari
terhadap konteks baru. Pemecahan masalah bisa berupa menguraikan suatu
masalah menjadi bagian-bagian dan meneliti, mengkaji, serta menyusun
kembali bagian tersebut menjadi suatu kesatuan sehingga merupakan tahap
penyelesaian akhir. Tahap analisis ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu, analisis
terhadap elemen dimana dalam hal ini siswa dituntut untuk mampu
mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu bilangan, analisis
hubungan dimana dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam mengecek ketepatan hubungan dan interaksi antara unsur-unsur dalam
soal, kemudian membuat keputusan sebagai penyelesaiannya, dan analisis
terhadap aturan dimana hal ini dimaksudkan sebagai analisis tentang
pengorganisasian, sistematika, dan struktur yang ada hubungannya sama lain,
baik secara eksplisit maupun implisit misalnya kemampuan mengorganisasi
kembali bentuk dan aturan-aturan tertentu yang ada hubungannya dengan
teknik yang digunakan dalam penyelesaian soal.
Sintesis yang disimbolkan dengan C.5 adalah suatu proses yang
commit
memadukan bagian-bagian atau to user secara logic sehingga menjelma
unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

menjadi suatu pola struktur atau bentuk baru. Secara rinci jenjang kognitif ini
terdiri dari kemampuan untuk menemukan bilangan, dan kemampuan untuk
menyusun pembuktian. Suatu pembuktian haruslah disusun secara logic dan
sistematik berdasarka teorema-teorema, konsep-konsep, atau definisi-definisi
yang telah dipahami. Biasanya pembuktian disusun dari hal yang diketahui
menuju kepada hal yang harus dibuktikan, tetapi bisa pula dengan mengerjakan
salah satu ruasnya hingga sama dengan ruas lainnya. Perlu diketahui bahwa
pembuktian bukan berarti memberi contoh. Jadi membuktikan tidak boleh
melalui contoh, pembuktian matematika sifatnya harus berlaku umum
(deduktif formal) setelah itu untuk memperjelas bisa diberikan contoh.
Evauasi yang disimbolkan dengan C.6 merupakan kemampuan seseorang
untuk dapat memberikan pertimbangan (judgment) terhadap suatu situasi, ide,
metode berdasarkan suatu patokan atau kriteria. Setelah pertimbangan
dilaksanakan dengan matang maka kesimpulan diambil berupa suatu
keputusan. Jenjang kognitif ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu kemampuan
untuk mengkritik pembuktian dimana hal ini dapat berupa kemampuan siswa
untuk memberi komentar, mengupas, menambah, mengurangi, atau menyusun
kembali suatu pembuktian matematika yang telah dipelajarinya, dan
kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi diman tahap ini
sejalan dengan analisis, tetapi lebih kompleks. Dalam tahap ini siswa dituntut
untuk merumuskan dan memvalidasi suatu hubungan. Dalam hal ini, ia bisa
diminta menemukan dan membuktikan pernyataan (statement) matematika atau
menentukan suatu alogaritma (formula) dan membuktikannya.
Pada tingkatan pengetahuan, guru bertanya seputar apa yang telah
diajarkan pada siswa. Guru hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang
seberapa jauh pelajaran tersebut menambah pengetahuan siswa. Bentuk
pertanyaan yang dibuat guru pada tingkatan ini biasanya merupakan
pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana. Pada
tingkatan pemahaman, guru bertanya seputar apa yang telah siswa pelajari dan
memahaminya lebih jauh. Biasanya guru pada tingkatan ini menanyakan
pengertian, maksud dan tujuan,commit to user
kegunaan, perbedaan dan persamaan, dan lain-
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

lain. Pada tahapan aplikasi, guru bertanya seputar bagaimana cara menerapkan
suatu pelajaran yang telah siswa dapat ke kehidupan nyata. Biasanya guru
bertanya tentang cara, langkah-langkah, contoh, akibat, dan lain-lain. Pada
tingkatan analisis, pertanyaan guru mengarah pada pendapat siswa tentang
suatu pelajaran. Pada tingkatan sintesis, guru bertanya tentang bagaimana
menghubungkan beberapa informasi dan pengetahuan yang telah siswa dapat
untuk menyelesaikan suatu masalah atau untuk menciptakan pengetahuan yang
baru. Pada tingkatan evaluasi, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru
merupakan evaluasi hasil belajar siswa di kelas.
Menurut Erman Suherman (1993: 43) setiap tahap kognitif di atasnya
inklusif pada tahap kognitif di bawahnya. Ini berarti bahwa untuk mencapai
tahap berpikir lanjut diperlukan tahap berpikir yang lebih simpel. Erman
Suherman (2003: 229-232) merinci masing-masing tingkatan Taksonomi
Bloom ke dalam empat objek matematika yaitu keterampilan, konsep, prinsip,
dan fakta.
Dari uraian mengenai jenis-jenis pertanyaan tersebut, dapat diartikan
bahwa jenis-jenis pertanyaan berdasarkan maksud merupakan jenis pertanyaan
yang didasarkan dari makna diajukannya pertanyaan tersebut, sedangkan jenis-
jenis pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom merupakan jenis pertanyaan
yang didasarkan pada tingkatan kognitif Taksonomi Bloom yang ingin digali
dari diajukannya pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini jenis-jenis
pertanyaan berdasarkan maksud terdiri dari pertanyaan permintaan, pertanyaan
retoris, pertanyaan mengarahkan atau menuntun, dan pertanyaan menggali,
sedangkan jenis-jenis pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom terdiri dari
pertanyaan pengetahuan, pertanyaan pemahaman, pertanyaan penerapan,
pertanyaan analisis, pertanyaan sintesis, dan pertanyaan evaluasi.
3. Tujuan Pertanyaan Guru di Kelas
Pertanyaan diajukan guru dengan beberapa tujuan. Tujuan diajukannya
sebuah pertanyaan tergantung kepada guru sebagai pemberi pertanyaan.
Menurut Cotton (2001, 5), tujuan dari pertanyaan guru di kelas adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

a. untuk mengembangkan minat dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif


dalam pelajaran.
b. untuk mengevaluasi persiapan siswa dan memeriksa pekerjaan rumah.
c. untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap bertanya.
d. untuk meninjau dan meringkas pelajaran sebelumnya.
e. untuk memelihara wawasan dengan mengekspos hubungan baru.
f. untuk menilai pencapaian tujuan instruksional.
g. untuk merangsang siswa mengkonstruki pengetahuannya sendiri.

Pendapat yang lainnya dikemukakan oleh Al Krismanto (2003: 4), tujuan


mengajukan pertanyaan antara lain untuk:
a. memotivasi siswa,
b. menyegarkan apresiasi siswa,
c. memulai diskusi,
d. mendorong siswa agar berpikir,
e. mengarahkan perhatian siswa,
f. menggalakkan penyelidikan,
g. mendiagnosis/ memeriksa tanggapan siswa, dan
h. menarik perhatian siswa.

Terdapat banyak tujuan diajukannya sebuah pertanyaan. Tujuan-tujuan tersebut


disesuaikan dengan kondisi atau keadaan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan
tersebut disesuaikan dengan keadaan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran.
4. Kegunaan Pertanyaan
Pertanyaan memiliki berbagai macam kegunaan. Seperti yang diulas
dalam Buletin The Capacity Building Series yang tersedia dalam
www.edu.gov. , berikut adalah macam-macam kegunaan dari pertanyaan.
a. Untuk membantu siswa berbagi pernyataan mereka (menggambarkan
/menunjukkan).
b. Untuk membantu siswa pada pekerjaan mereka (menganalisa/membanding-
kan/mengklasifikasikan/menyortir/tes/menampilkan/menggunakan/menera-
kan)
c. Untuk membantu siswa membuat koneksi (menghubungkan/berhubungan/
merujuk/bayangkan/menggambarkan/membandingkan).
d. Untuk membantu siswa berbagi perasaan mereka, sikap atau kepercayaan
tentang matematika (mencerminkan/menggambarkan/membandingkan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

e. Untuk membantu siswa menceritakan kembali (memberitahu/melafalkan/


menemukan/menggambarkan/menjelaskan/menggambarkan/meringkas)
f. Untuk membantu siswa memprediksi, invent atau memecahkan masalah
(menciptakan/memprediksi/menyusun/memutuskan/mempertahankan/me-
mecahkan/debat).
5. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu aktifitas yang dilakukan manusia secara
alami dalam proses kehidupannya. Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008:
15) menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan
sikap yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan dari masa bayi
hingga masa tua melalui rangkaian proses. Menurut pendapat Sardiman
A.M. (2001: 22), dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai psikofisik
menuju perkembangan pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya. Sedangkan belajar menurut Paul Suparno (2010: 61) adalah
proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan. Berdasarkan uraian tersebut, belajar adalah
proses aktif yang dilakukan untuk membangun pengetahuan yang baru
secara keseluruhan.
b. Pengertian Pembelajaran
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan pengertian pembelajaran yaitu, proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Menurut Ormrod (2008: 269), pembelajaran adalah sebuah
fenomena mental yang berada di dalam otak. Pendapat mengenai
pembelajaran juga diberikan oleh Winaputra (2008: 11) dimana
commit
pembelajaran merupakan suatu to user
konsep pedagogik yang secara teknis dapat
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan


lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang
bersumber pada berkembangnya potensi peserta didik. Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut, maka pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memfasilitasi pembentukan pengetahuan yang dalam
penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
c. Pengertian Matematika
Matematika memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan
mata pelajaran yang lainnya. Matematika memiliki karakteristik sebagai
objek yang abstrak. Menurut Reys (dalam Erman Suherman, 2003: 17),
matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Pendapat juga diberikan
oleh Soedjadi (2000: 4), bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang
eksak dan terorganisasi secara sistematik tentang penalaran, logika dan
masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan yang membantu orang
lain dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan.
Amsal Bakhtiar (2004: 188) mendefinisikan matematika sebagai bahasa dan
matematika sebagai sarana berpikir deduktif. Matematika didefinisikan
sebagai bahasa yaitu serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan
dimana lambang-lambang matematika bersifat ”artifisial” yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif yaitu penyelesaian masalah-masalah yang
dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat di
dalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan atas penjabaran-penjabaran.
Sumardyono (2004: 28) mengatakan secara umum definisi matematika
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1) Matematika sebagai struktur yang terorganisasi
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika
merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah
struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi
aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema ter-
masuk di dalamnya adalah lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corollary/sifat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2) Matematika sebagai alat (tool)


Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari
solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3) Matematika sebagai pola pikir deduktif
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir
deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat
diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking)
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling
tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian
yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat
penalaran matematika yang sistematis.
5) Matematika sebagai bahasa artifisial
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika.
Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang
baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
6) Matematika sebagai seni yang kreatif
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan
pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula
disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.

Berdasarkan uraian tersebut, matematika didefinisikan sebagai ilmu yang


mengembangkan pola pikir sistematis, logis, dan kreatif mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan.
6. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menjadi perhatian utama di dalam dunia
pendididkan. Pembelajaran menurut Fontana (dalam Erman Suherman (dkk),
2003: 7) merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran
dilakukan dengan perencanaan yang matang untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Sedangkan menurut Sugihartono (dkk), (2007: 81) pembelajaran
merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem
lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Pembelajaran
direncanakan dengan sedemikian rupa agar berjalan secara efektif dan efisien
serta menghasilkan hasil yang optimal. Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan guru dancommit
sumberto belajar
user pada suatu lingkungan belajar
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

(UU Sisdiknas). Menurut Permen No 41 tentang Standar Proses tahun 2007


pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang
atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang
lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna.
Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik.
Dengan demikian, proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku untuk mencapai suatu tujuan
belajar.
Belajar akan lebih terarah dan sistematik saat disertai oleh proses
pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran belajar dikondisikan
sedemikian rupa sehingga tercipta lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Proses pembelajaran melibatkan peran guru, bahan belajar, strategi
pembelajaran, media pembelajaran dan hal-hal pendukung terciptanya proses
belajar yang maksimal. Pentingnya proses pembelajaran mendorong
pemerintah untuk membuat suatu standar yang dapat menjadi acuan dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran. Tahun 2007 pemerintah menetapkan
Peraturan Menteri Nomor 41 tentang Standar Proses. Standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien. Standar proses adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
untuk mencapai kompetensi lulusan (Permen Standar Proses Nomor 41 Tahun
2007).
Pada pelaksanaan proses pembelajaran, kegiatan pembelajaran meliputi
pendahuluan, inti, dan penutup.
a. Kegiatan pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pem-
belajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan
perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
commit to user
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
b. Kegiatan inti
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan inti dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain;
c) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentuyang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber,
c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

i. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab


pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
ii. membantu menyelesaikan masalah;
iii. memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
iv. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
v. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
lanjut. Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah:
1) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran,
2) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, dan
3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Secara garis besar, proses pembelajaran mencakup kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup dengan masing-masing mencakup beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh guru. Beberapa kegiatan dalam proses
pembelajaran membutuhkan terjalinnya komunikasi antara guru dan siswa.
Salah satu bentuk komunikasi tersebut salah satunya berupa tanya jawab. Jenis-
jenis pertanyaan yang diajukan guru disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
yang ada dalam proses pembelajaran. Pada masing-masing kegiatan terdapat
kebutuhan yang berbeda akan pertanyaan yang diajukan.

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan inti dari sebuah pendidikan. Sementara itu


commit to user
jantungnya proses pembelajaran adalah pertanyaan. Peran pertanyaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

proses pembelajaran sangat penting dalam proses perekonstruksian pengetahuan


siswa. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, hal ini diawali dari adanya rasa
keingintahuan. Rasa keingintahuan inilah yang membuat siswa merasa tertantang
untuk selalu berpikir. Rasa keingintahuan ini dapat dirangsang melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Pertanyaan yang diajukan guru disesuaikan dengan tujuan pertanyaan dan kondisi
kelas yang dihadapi.
Kegiatan pembelajaran terdiri atas pendahuluan, inti, dan penutup. Setiap
kegiatan terdiri atas beberapa aktivitas guru yang memiliki tujuan-tujuan yang
mengarah pada berhasilnya proses pembelajaran. Dengan demikian pada setiap
kegiatan, jenis pertanyaan yang diajukan guru berbeda-beda disesuaikan kegiatan
yang dilakukan. Pada kegiatan pendahuluan, kegiatan yang dilakukan guru
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa agar
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guru dapat memilih pertanyaan
yang sesuai dengan kegiatan di dalam pendahuluan ini. Pemilihan pertanyaan
dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pendahuluan, tingkat
pemahaman atau berpikir siswa, aspek matematika yang ingin dicapai, dan tujuan
dari kegiatan-kegiatan dalam pendahuluan. Pada kegiatan inti, kegiatan dilakukan
secara sistematis melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada setiap
proses, pertanyaan yang diajukan berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dari setiap proses, tingkat pemahaman atau berpikir siswa, aspek
matematika yang ingin dicapai, dan manfaat dari kegiatan-kegiatan dalam setiap
proses di kegiatan inti. Kegiatan penutup, dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Pada
kegiatan ini, setiap bentuk kegiatan memiliki kebutuhan akan jenis pertanyaan
yang hampir sama, karena inti utama dari kegiatan penutup adalah evaluasi.
Namun, dalam penilaian dan umpan balik, pertanyaan yang mengarah pada
tingkat berpikir siswa akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman siswa
yang ingin dicapai. Untuk itu jenis-jenis pertanyaan dapat digolongkan menurut
maksud dan Taksonomi Bloom. Jenis pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari
commit
pertanyaan permintaan (compliance to user pertanyaan retoris (rhetorical
question),
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question),


pertanyaan menggali (probing question). Jenis pertanyaan menurut Taksonomi
Bloom terdiri atas pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge
question), atau ingatan, pertanyaan pemahaman (comprehension question),
pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintesis (synthesis
question), pertanyaan evaluasi (evaluation question).
Dalam penelitian ini, jenis-jenis pertanyaan yang diajukan guru akan
diamati dengan menggunakan alat perekam berupa handycam. Dari hasil rekaman
tersebut diperoleh transkripsi kegiatan pembelajaran berupa ucapan, ujaran, atau
pernyataan guru dan siswa. Transkripsi tersebut akan direduksi dengan cara
mengambil ucapan, ujaran, atau pernyataan guru yang termasuk ke dalam
pertanyaan berdasarkan maksud dan berdasarkan Taksonomi Bloom, sehingga
reduksi menghasikan data dalam dua kategori yaitu kategori pertanyaan yang
diajukan guru berdasarkan maksud dan pertanyaan berdasarkan Taksonomi
Bloom. Namun sebelumnya, transkipsi pembelajaran tersebut dibedakan menjadi
tiga bagian kegiatan pembelajaran, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Setelah
itu, pertanyaan-pertanyaan yang ada kemudian dikelompokkan menjadi jenis-jenis
pertanyaan berdasarkan maksud dan Taksonomi Bloom. Pada kelompok jenis-
jenis pertanyaan berdasarkan maksud, pertanyaan yang ada diberi label jenis
pertanyaan berdasarkan maksud, yaitu pertanyaan permintan, pertanyaan retoris,
pertanyaan mengarahkan, dan petanyaan menggali. Pada kelompok jenis-jenis
pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom, pertanyaan yang ada diberi label jenis
pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom yaitu, pertanyaan pengetahuan,
pertanyaan pemahaman, pertanyaan penerapan, pertanyaan analisis, pertanyaan
sintesis, dan pertanyaan evaluasi. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan
maksud sebagai konfirmasi terhadap guru sebagai pemberi data. Konfirmasi
dilakukan untuk memastikan maksud dan tujuan guru dalam mengajukan suatu
pertanyaan. Wawancara juga dilakukan pada siswa untuk melihat pertanyaan yang
diajukan guru dari sudut pandang siswa, apakah maksud pertanyaan dan tujuan
guru dalam mengajukan pertanyaan tersebut sampai kepada siswa. Konfirmasi ini
dilakukan untuk mendukung data commit to user dari hasil pengambilan data pada
yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

saat kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, pertanyaan yang yang telah dibedakan


tahap kegiatannya tersebut, pada masing-masing kategori akan dianalisis dengan
cara reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan sehingga dapat
diketahui jenis-jenis pertanyaan yang ada pada masing-masing kegiatan
pembelajaran. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan
jenis-jenis pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan maksud dan Taksonomi
Bloom pada masing-masing tahap kegiatan pembelajaran. Setelah analisis data,
selanjutnya dilakukan validasi data.

Pemilihan Subjek Penelitian Pengambilan Data I-VIII

Wawancara Guru Pemilihan hasil rekaman pengambilan data

Wawancara Siswa Reduksi Data

Analisis
Display Data
Data

Penarikan kesimpulan

Validasi Data

Gambar 2.1. Bagan alur penelitian

commit to user

Anda mungkin juga menyukai