Anda di halaman 1dari 14

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

HUBUNGAN PACARAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR


REMAJA AKHIR

RAHMA PUTRI
210701502169
KELAS I

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pacaran memang sebuah proses yang normal, dialami oleh hampir semua orang yang
ada di dunia. Apalagi paling banyak dirasakan oleh para remaja yang mulai menjadi
sadar dengan lawan jenisnya. Arti kata pacar berdasarkan KBBI daring (2016) adalah
teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih yang
belum terikat perkawinan. Sedangkan Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi
atau saling mengenal. Dalam pengertian luas mpacaran berarti upaya mengenal karakter
seorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka (Al-Ghifari, 2014).
Pacaran adalah sebuah proses perkenalan sepasang kekasih dalam rangkaian tahap
pencarian menuju kehidupan berkeluarga (Nastiti, 2012). Dalam prefektif psikologi
pacaran sendiri dapat menimbulkan konsentrasi yang baik dan juga dapat menimbulkan
konsentrasi yang buruk, bukan hanya konsentrasi yang akan terpengaruh, Kesehatan
fisik, gangguan mental, dll juga akan terpengaruh. Tergantung hubungan pasangan yang
di jalani. Dalam berpacaran Ketika memilih pasangan yang cocok atau sesuai dapat
memberikan perasaan bahagia dalam menjalani kehidupan. Konsentrasi sendiri adalah
proses perhatian yang melibatkan kemampuan untuk fokus pada tugas yang ada sambil
mengabaikan gangguan (Moran, 2012).
Konsentrasi belajar merupakan kondisi serta kemampuan seseorang untuk
memusatkan perhatian atau pikiran dalam proses perubahan tingka laku ketika
pembelajaran. Konsentrasi belajar memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
apapun. Hal tersebut dikarenakan aspek yang yang mendukung seseorang dalam belajar
adalah konsentrasi. Jika seseorang tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran yang sedang
berlangsung, maka dampaknya akan merugikan diri sendiri karena tidak mendapatkan
apapun dari pelajaran tersebut. Karena begitu pentingnya konsentrasi bagi seseorang
sehingga konsentrasi dapat menjadi prasyarat untuk siswa dalam belajar agar berhasil
mencapai tujuan pembelajaran.
Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan
untuk mengetahui ciri-ciri seseorang yang berkonsentrasi, yaitu periaku kognitif,
perilaku afektif dan perilaku psikomotor. Perilaku kognitif dapat dilihat melalui kesiapan
pengetahuan, komprehensif dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh dan mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang
diperoleh. Perilaku afektif dapat diketahui dengan adanya penerimaan, terdapat respon,,
mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari keyakinan, ide
dan sikap. Sedangkan perilaku psikomotor dapat diketahui dengan adanya gerakan
anggota badan yang tepat sesuai instruksi, terdapat komunikasi non verbal, perilaku
berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.
(Aviana & Hidayah, 2015) konsentrasi belajar merupakan pemusatan atensi dalam
proses pergantian tingkah laku yang diekspresikan dalam wujud kemampuan,
pemanfaatan, evaluasi ataupun kaitan dengan perilaku serta nilai, pengetahuan serta
keahlian dasar yang ada dalam bermacam bidang penelitian. Konsentrasi sangat penting
dimiliki oleh seseorang selama mengikuti proses pembelajaran. Tinggi atau tidaknya
konsentrasi seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil dalam proses pembelajaran
tersebut. Konsentrasi yang tinggi juga mampu untuk mempengaruhi sikap seseorang
dalam suatu proses pembelajaran agar mencapai hasil yang maksimal dikarenakan sikap
dan konsentrasi memiliki hubungan yang positif (Puspitasari et al., 2019).
Tonie nase (2007) berpendapat bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar salah satunya adalah lingkungan. psychological well-being
(kesejahteraan pskiologi) Menurut ilmu psikologi yang Bernama kesehatan pada fisik,
dan menunjukan hamparan kehidupaan yang Lebih lama. Ketika ada sebuah
lingkungan/pasangan yang memiliki sebuah hubungan yang baik dapat memiliki sebuah
tingkat psikologis yang tinggi (Viejo, et al., 2015). Maka di simpulkan bahwa sebuah
pasangan yang memiliki hubungan yang baik akan memengaruhi konsentrasi yang baik,
namun jika sebuah pasangan yang tidak memiliki hubungan yang tidak baik akan
memengaruhi konsentrasi yang tidak baik pula.
Pacaran sendiri memiliki Dampak positif yaitu dengan adanya pacar maka dapat
saling memberi motivasi dan menyemangati sesama, juga dapat mengurangi stres,
memberi rasa keamanan dan kenyamanan, selanjutnya pasangan juga bisa menjadi
seseorang yang dipercaya dan mengungkapkan isi hati (Tridarmanto, 2017). Sedangkan
Menurut Santrock (2010) hubungan pacaran memiliki beberapa peran. Pacaran dapat
menjadi sebuah bentuk rekreasi, sebagai sumber status atau kesuksesan dan juga sebagai
tempat untuk mempelajari hubungan dekat serta cara untuk mencari jodoh. Namun,
pacaran juga datang dengan berbagai pengaruh lainnya seperti menyebabkan
menurunnya prestasi belajar seseorang, membuat mudah hilang fokus, hamil pranikah
juga bahkan menyebabkan kekerasan. Dengan demikian sebuah pemilihan, dan proses
dalam sebuah pasangan harus cermat dalam menghadapi hal- hal berikut karena setiap
pergerakannya akan memengaruhi psikologis orang yang menjalani hubungan.
Berdasarkan hasil responden yang saya lakukan dengan total responden yang
terkumpul sebanyak 38 orang. Dengan rentang usia 7,9% berusia 18 tahun, 42,1%
berusia 19 tahun, 10,5% berusia 20 tahun, 10,5% berusia 21 tahun, 5,3% berusia 22
tahun, 7,9% berusia 23 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa 75,7% selalu memikirkan
pasangannya saat berada dalam ruangan/kelas. 24,3% kadang-kadang memikiran
pasangannya saat berada dalam ruangan/kelas.
Berdasarkan hasil di atas, Dalam hubungan pacaran, menghabiskan banyak waktu
memikirkan tentang pasangan. Akhirnya, menyebabkan mereka pecah fokus dan sulit
konsentrasi. Apalagi ketika terjadi sebuah pertengkaran atau konflik, maka akan lebih
sulit fokus. Sehingga apabila seseorang dalam hubungan pacaran atau jatuh cinta, seluruh
perhatiannya kemungkinan akan terpusat. Akibatnya, tingkat konsentrasi seseorang pada
tugas sehari- harinya, contohnya seperti belajar dan bekerja menjadi terganggu.
Dari hasil penyebaran angket dapat diketahui bahwa terdapat empat faktor yang
mendorong peserta didik untuk melakukan perilaku pacaran. Pertama, perkembangan
dalam diri remaja khususnya kebutuhan akan rasa aman seperti teori perkembangan
Hierarki Maslow, kebutuhan ini yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungannya (Feist & Feist, 2010). Kedua,
perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti sekarang tidak diimbangi dengan
pengawasan dari orang tua maupun orang yang lebih tua seperti guru, hal tersebut dapat
membentuk sebuah privasi bagi anak untuk berkomunikasi bebas dengan lawan jenis
yang dapat mengarah ke hal positif maupun negatif (Ardian, 2018). Ketiga, faktor dari
orang tua yang memberi dukungan atau memperbolehkan anaknya untuk berpacaran.
Kurangnya perhatian orang tua merupakan penyebab paling utama dalam munculnya
fenomena pacaran, kesibukan orang tua dalam bekerja serta kurangnya perhatian pada
anak yang menjadikan anak yang ingin dan haus akan perhatian dari orang lain (Ardian,
2018). Keempat, faktor dari teman sebaya yang memberikan dukungan untuk melakukan
perilaku pacaran. Remaja sekarang tidak mau dikatakan kuper seperti teori Prescott
dimana salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan sosial (status), ingin diterima oleh
teman maupun lingkungan pergaulannya sehingga individu tidak ingin berbeda dengan
teman sebayanya (Santrock, 2011; Saputri 2017).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah apakah ada hubungan pacaran terhadap konsentrasi belajar remaja
akhir?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pacaran terhadap konsentrasi remaja
akhir
D. Manfaat penelitian.
1. Manfaat teoritis
Sebagai referensi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
peningkatan ilmu psikologi serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
Sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan untuk
membuktikan dalam sebuah penelitian. Selain itu, juga sebagai pengalaman diri untuk
melakukan penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian konsentrasi belajar


Dimyati Mudjiono (2009: 239), menjelaskan bahwa pengertian dari konsentrasi
belajar adalah kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Sedangkan menurut
Aunurrahman (2014: 180), konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis
yang seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu
yang sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui aktivitas
seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya sedang individu tersebut
pikirkan.
Konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk mengarahkan segala pikiran dan
perbuatan sehingga mampu mempelajari suatu hal dengan baik. Pada saat mempelajari
materi di kelas, peserta didik seringkali mengalami berbagai macam gangguan (noise)
yang berasal dari dalam dan luar diri sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar.
Pada saat belajar, kadang kala tanpa disadari muncul pikiran mengenai masalah-masalah
lama dan keinginan lain menjadi pengganggu aktivitas belajar kita. Suasana belajar
dimana kelas penuh, cuaca panas, suara bising dari luar ruangan juga seringkali membuat
siswa mengalami gangguan sehingga sulit untuk berkonsentrasi.
Jika seseorang ingin mencapai hasil yang baik dalam belajar hendaknya memiliki
kebiasaan dan cara belajar yang efektif dan juga konsentrasi yang tinggi dalam belajar.
Hal tersebut dapat dikemukakan bahwa konsentrasi belajar merupakan suatu proses
pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu, di dalam melakukan konsentrasi seseorang
harus berusaha keras agar segenap perhatian panca indera dan pikirannya hanya boleh
terfokus pada satu objek saja (Hakim, 2003: 1).
Menurut Sumarto (2004: 105) dalam Rahman (2010: 99) yakni: konsentrasi belajar
merupakan suatu perilaku dan focus perhatian untuk dapat untuk memperhatikan dengan
baik dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi
pelajaran yang telah di berikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan
pemusatan pikiran untuk memahami/mempelajari sebuah proses pembelajaran yang di
peroleh selama periode belajar.

B. Aspek-aspek Konsentrasi Belajar


Nugroho (2007), mengungkapkan aspek-aspek konsentrasi sebagai berikut:
1. Pemusatan Pikiran
Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, nyaman, perhatian seseorang
dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.
2. Motivasi
Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Rasa Khawatir
Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan
pekerjaannya.
4. Perasaan Tertekan
Perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan dorongan atau tuntutan dari orang
lain maupun lingkungan.
5. Gangguan Pemikiran
Hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun orang sekitar. Misalnya,
masalah ekonomi, keluarga, masalah pribadi individu.
6. Gangguan Kepanikan
Hambatan untuk berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-was menunggu hasil yang akan
dilakukan maupun yang sudah dilakukan oleh orang tersebut.
7. Kesiapan belajar
Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran, sehingga individu dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
C. Faktor-faktor Konsentrasi Belajar
konsentrasi belajar dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri berupa
minat belajar yang rendah atau konsdisi kesehatan yang sedang buruk. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari luar yaitu keadaan lingkungan seperti keadaan ruangan, peralatan
pendukung pembelajaran, dan suasana yang kondusif (Olivia, 2010).
Penyebab sulitnya konsentrasi belajar juga disebabkan oleh lemahnya minat dan
motivasi, timbulnya rasa gelisah, suasana lingkungan bel Menurut Soedarso (2009),
konsentrasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
kelelahan fisik dan mental, bosan atau hal lain yang sedang mengganggu fikiran.
Sedangkan faktor eksternal meliputi suasana lingkungan sekitar seperti suara musik yang
keras, suara bising, orang yang berlalu-lalang, kondisi ruang belajar yang sempit, ramai,
panas dan kurang pencahayaan yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan (Ratna dan
Achmad, 2015).
D. Teori mengenai konsentrasi belajar
1. Grand Theory
Konsentrasi belajar erat kaitannnya dengan perilaku individu atau teori
behaviourisme. Behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon.
2. middle Range Theory
Salah satu teori psikologi yang mempengaruhi konsentrasi beljar yaitu teori kognitif
yang dimana menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan
intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
ditengarai dengan desiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.
a. Komprehensif dalam penafsiran informasi.
b. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.
c. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

3. Specific Theory

Dalam psikologi umum dalam Nugraha (2008) “Konsentrasi belajar adalah


kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktifitas belajar”. Adapun menurut
Sumartno (dalam Rachman 2010) yakni: Konsentrasi belajar adalah fokus perhatian siswa
untuk dapat memperhatikan, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah
diberikan. Definisi tersebut mengandung indikator: Fokus perhatian, Memperhatikan dan
Memahami.
E. Pengertian pacaran
Pacaran adalah hubungan/relasi special antara dua orang yang setara (equal),
normalnya laki-laki dan perempuan. Dalam pacaran kita mau mengenal lebih
jauh/dalam/intim/ tentang pasangan kita, apa yang menjadi sifat, apa yang menjadi
kesukaan dan ketidaksukaan, apa yang menjadi kelebihan dan apa yang menjadi
kekurangan, apa yang menjadi hobi, apa tujuan/impian atau prinsip hidupnya dan berbagai
macam hal lainnya, dari yang sangat kecil sampai hal-hal yang sangat besar. Menurut Dr
Iwan (2010), Pacaran merupakan Masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis,
yang ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari
masing-masing individu.
Pacaran (dating) dikenal sebagai suatu bentuk hubungan intim atau dekat antara laki‐
laki dan perempuan. Ikhsan (2003) membedakan pengertian pacaran kedalam tiga versi
pandangan, yaitu (a) pacaran adalah rasa cinta yang menggebu‐gebu pada seseorang; (b)
pacaran adalah identik dengan kegiatan seks, sehingga jika seseorang berpacaran lebih
sering diakhiri dengan hubungan seks yang dilakukan atas dasar suka sama suka, tanpa
adanya unsur pemaksaan; dan (c) pacaran adalah sebuah ikatan perjanjian untuk saling
mencintai, percaya mempercayai, saling setia dan hormat‐menghormati sebagai jalan
menuju mahligai pernikahan yang sah. Dikatakan bahwa pandangan ketiga inilah yang
paling banyak dianut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pacaran merupakan dua orang
individu yang menjalin sebuah hubungan yang bertujuan untuk mengenal satu sama lain
mulai dari yang sangat kecil sampai hal-hal yang sangat besar.
F. Aspek-aspek pacaran
Menurut teori cinta Stanberg (dalam Dario, 2014) dalam (Vusvi Eka Sari Zendrato,
2016) Aspek-aspek yang memengaruhi remaja memutuskan untuk berpacaran yaitu:
1) Intimasi adalah suatu hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling
menerima antara individu yang satu dengan individu yang lain.
2) Passion adalah suatu terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan
oleh unsur-unsur biologis. Dan Ketertarikan fisik, atau dorongan seksual. Dengan hadirnya
kedua factor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang
romantis.
G. Teori mengenai pacaran
1. Grand Theory
Aliran humanistik adalah salah satu pendekatan dalam ilmu psikologi yang
memandang manusia sebagai individu yang utuh, memiliki potensi serta mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan menjalin suatu ikatan dengan makhluk hidup lainnya. Ikatan yang
dibentuk manusia dapat dilandasi oleh sikap untuk saling memedulikan dan memerhatikan
sehingga dapat terbangun suatu koneksi yang terkondisikan menjadi sebuah hubungan.
Terdapat berbagai bentuk hubungan yang dapat dibangun oleh manusia dengan
lingkungan sosialnya. Jika dalam konteks hubungan yang intim dengan lawan jenis,
beberapa pasangan dapat melandasinya dengan komitmen yang kuat ataupun hanya ingin
membangun hubungan sesaat.
2. Midle Theory
Menurut Robert J Havighurst, pacaran adalah hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang diwarnai dengan keintiman dimana keduanya terlibat dalam perasaan
cinta dan saling mengakui sebagai pacar serta dapat memenuhi kebutuhan dari kekurangan
pasangannya. Kebutuhan itu meliputi empati, saling mengerti dan menghargai
antarpribadi, berbagi rasa, saling percaya dan setia dalam rangka memilih pasangan hidup
( Widianti, 2006:88 ). Pacaran menjadi suatu relasi heteroseksual dimana kedua belah
pihak yang menjalin hubungan tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain.
3. specific Theory
Pcaran sendiri mengarah pada suatu hubungan yang jangka panjang. Ada juga yang
menjadikan pacaran sebagai ajang untuk saling mengenal, ada pula yang menjadikan
pacaran sebagai cara untuk “mengikat” pasangan sebelum menikah.

H. Kaitan antara pacaran dan konsentrasi belajar


Menurut ilmu psikologi yang Bernama psychological well-being (kesejahteraan
pskiologi) kesehatan pada fisik, dan menunjukan hamparan kehidupaan yang Lebih lama.
Ketika ada sebuah pasangan yang memiliki sebuah hubungan yang baik dapat memiliki
sebuah tingkat psikologis yang tinggi (Viejo, et al., 2015). Maka di simpulkan bahwa
sebuah pasangan yang memiliki hubungan yang baik akan memengaruhi konsentrasi yang
baik, namun jika sebuah pasangan yang tidak memiliki hubungan yang tidak baik akan
memengaruhi konsentrasi yang tidak baik pula. Dengan demikian sebuah pemilihan, dan
proses dalam sebuah pasangan harus cermat dalam menghadapi hal- hal berikut karena
setiap pergerakannya akan memengaruhi psikologis orang yang menjalani hubungan.
I. Kerangka berpikir

Pacaran
< Konsentrasi
belajar
J. Hipotesis
H0: Tidak terdapat hubungan antara Pacaran dengan konsentrasi belajar pada remaja
akhir.
Ha: Terdapat hubungan antara pacaran dengan konsentrasi belajar pada remaja akhir.

BAB III

A. Identifikasi Variabel
Variabel independent (x) : pacaran
Variabel dependent (y) : Konsentrasi belajar

B. Operasionalisasi variable
1. Independent Variabel
Menurut Dimyati Mudjiono, (2009: 239) “Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan pikiran atau perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya”. Sedangkan
menurut Aunurrahman (2014: 180), konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek
psikologis yang seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri
individu yang sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui
aktivitas seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya sedang individu
tersebut pikirkan. Adapun alat ukur yang digunakan stroop test yang pertama kali di
perkenalkan oleh john ridley stroop (1935).
2. Dependent Variabel
Menurut Dr Iwan (2010), Pacaran merupakan Masa pendekatan antar individu dari
kedua lawan jenis, yang ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan
kelebihan dari masing-masing individu. Pacaran (dating) dikenal sebagai suatu bentuk
hubungan intim atau dekat antara laki‐laki dan perempuan. Adapun alat ukur yang
digunakan adalah kuesiner RSQ (Relationship Scale Questionnaire) yang di buat oleh
Griffin dan Bartholomew (1991).
Referensi

Utami, L. H. (2007). Nathiqiyyah : Jurnal Psikologi Islam. 105, 1–21.

Setiyorini, E. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsentrasi Belajar


Mahasiswa Semester 1 Program Studi Pendidikan Ners STIKes Patria Husada Blitar.
Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 3(3), 247–252.
https://doi.org/10.26699/jnk.v3i3.art.p247-252

Zulfikar, Z. (2021). Pengaruh Pacaran Terhadap Konsen Pengaruh Pacaran Terhadap


Konsentrasi Mahasiswa Dalam Perspektif Islam Dan Ilmu Psikologi. Nathiqiyyah, 4(2),
27–33. https://doi.org/10.46781/nathiqiyyah.v4i2.365

Setyani, M. R., & Ismah. (2018). Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar. Pendidikan Matematika, 01, 73–
84.

Winata, I. K. (2021). Konsentrasi dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Online
Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 5(1), 13.
https://doi.org/10.32585/jkp.v5i1.1062

Ohee, C. (2019). Pengaruh Status Hubungan Berpacaran Terhadap Perilaku Pacaran Berisiko
Pada Mahasiswa Perantau Asal Papua Di Kota Surabaya. The Indonesian Journal of
Public Health, 13(2), 269. https://doi.org/10.20473/ijph.v13i2.2018.269-287

Setyani, M. R., & Ismah. (2018). Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar. Pendidikan Matematika, 01, 73–
84.

Fridaram, O., Istharini, E., Cicilia, P. G. C., Nuryani, A., & Wibowo, D. H. (2021).
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Peserta Didik dengan Bimbingan Klasikal Metode
Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(2), 161–170. https://doi.org/10.24246/jms.v1i22020p161-170

Sman, D. I., & Bengkulu, K. (n.d.). Konten Menggunakan Tehnik Mind Mapping Pada
Siswa. 3297, 273–282.

Erick, M. C. J., Miranda, G., Sandra, D., Argueta, E., Wacher, N. H., Silva, M., Valdez, L.,
Cruz, M., Gómez-Díaz, R. A., Casas-saavedra, L. P., De Orientación, R., Salud México,
S. de, Virtual, D., Instituto Mexicano del Seguro Social, Mediavilla, J., Fernández, M.,
Nocito, A., Moreno, A., Barrera, F., … Faizi, M. F. (2016).

Diana, D., Adriansyah, M. A., Muhliansyah, M., & Putri, A. P. (2019). Pelatihan manik khas
dayak dalam meningkatkan konsentrasi. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat),
1(1), 17. https://doi.org/10.30872/plakat.v1i1.2691

Sugesti, H., Amrullah, J. F., & Natalia, V. (2017). Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi
Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Di Smp Negeri 45 Bandung Tahun 2017. 2(2),
46–57.

Aprilia, D., Suranata, K., & Ketut Darsana. (2014). Penerapan Konseling Kognitif Dengan
Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) Untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal Undiksa
Jurusan Bimbingan Konseling, 2(1), 2–3.
https://media.neliti.com/media/publications/245200-penerapan-konseling-kognitif-
dengan-tekn-7d41aa3f.pdf

Pujiati, S., Soesanto, E., & Wahyuni, D. (2013). Gambaran Perilaku Pacaran Remaja di
Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi (Unimus) Semarang. Jurnal Kebidanan,
2(2), 13–21. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/1015

Ardhianita, I., & Andayani, B. (2005). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan
Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi, 32(2), 101–111.

Dendeng, L. C. (2014). Pacaran. Ilmiah, 1(1), 17–35.

Purnamasari, R. (2019). Hubungan Kedewasaan Dini Dan Perilaku Pacaran Terhadap


Kematangan Emosi Pelajar Sekolah Dasar. Tunas Bangsa, 6(1), 82–92.
https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa/article/download/924/862/

Wiyanti, R. H. (2018). Persepsi Siswa Tentang Perilaku Sosial Dalam Pacaran ( Studi Kasus
Siswa SMA Al- Islam 1 Surakarta). Prodi Pendidikan Sosiologi FKIP UNS, 2.

Dwijayani, N. K. K., & Wilani, N. M. A. (2019). Bucin itu Bukan Cinta: Mindful Dating for
Flourishing Relationship. Journal of Psychology and Humanity, 1(1), 1–14.

Aprilia, D., Suranata, K., & Ketut Darsana. (2014). Penerapan Konseling Kognitif Dengan
Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) Untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal Undiksa
Jurusan Bimbingan Konseling, 2(1), 2–3.
https://media.neliti.com/media/publications/245200-penerapan-konseling-kognitif-
dengan-tekn-7d41aa3f.pdf

Anda mungkin juga menyukai