RAHMA PUTRI
210701502169
KELAS I
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Pacaran memang sebuah proses yang normal, dialami oleh hampir semua orang yang
ada di dunia. Apalagi paling banyak dirasakan oleh para remaja yang mulai menjadi
sadar dengan lawan jenisnya. Arti kata pacar berdasarkan KBBI daring (2016) adalah
teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih yang
belum terikat perkawinan. Sedangkan Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi
atau saling mengenal. Dalam pengertian luas mpacaran berarti upaya mengenal karakter
seorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka (Al-Ghifari, 2014).
Pacaran adalah sebuah proses perkenalan sepasang kekasih dalam rangkaian tahap
pencarian menuju kehidupan berkeluarga (Nastiti, 2012). Dalam prefektif psikologi
pacaran sendiri dapat menimbulkan konsentrasi yang baik dan juga dapat menimbulkan
konsentrasi yang buruk, bukan hanya konsentrasi yang akan terpengaruh, Kesehatan
fisik, gangguan mental, dll juga akan terpengaruh. Tergantung hubungan pasangan yang
di jalani. Dalam berpacaran Ketika memilih pasangan yang cocok atau sesuai dapat
memberikan perasaan bahagia dalam menjalani kehidupan. Konsentrasi sendiri adalah
proses perhatian yang melibatkan kemampuan untuk fokus pada tugas yang ada sambil
mengabaikan gangguan (Moran, 2012).
Konsentrasi belajar merupakan kondisi serta kemampuan seseorang untuk
memusatkan perhatian atau pikiran dalam proses perubahan tingka laku ketika
pembelajaran. Konsentrasi belajar memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
apapun. Hal tersebut dikarenakan aspek yang yang mendukung seseorang dalam belajar
adalah konsentrasi. Jika seseorang tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran yang sedang
berlangsung, maka dampaknya akan merugikan diri sendiri karena tidak mendapatkan
apapun dari pelajaran tersebut. Karena begitu pentingnya konsentrasi bagi seseorang
sehingga konsentrasi dapat menjadi prasyarat untuk siswa dalam belajar agar berhasil
mencapai tujuan pembelajaran.
Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan
untuk mengetahui ciri-ciri seseorang yang berkonsentrasi, yaitu periaku kognitif,
perilaku afektif dan perilaku psikomotor. Perilaku kognitif dapat dilihat melalui kesiapan
pengetahuan, komprehensif dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh dan mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang
diperoleh. Perilaku afektif dapat diketahui dengan adanya penerimaan, terdapat respon,,
mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari keyakinan, ide
dan sikap. Sedangkan perilaku psikomotor dapat diketahui dengan adanya gerakan
anggota badan yang tepat sesuai instruksi, terdapat komunikasi non verbal, perilaku
berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.
(Aviana & Hidayah, 2015) konsentrasi belajar merupakan pemusatan atensi dalam
proses pergantian tingkah laku yang diekspresikan dalam wujud kemampuan,
pemanfaatan, evaluasi ataupun kaitan dengan perilaku serta nilai, pengetahuan serta
keahlian dasar yang ada dalam bermacam bidang penelitian. Konsentrasi sangat penting
dimiliki oleh seseorang selama mengikuti proses pembelajaran. Tinggi atau tidaknya
konsentrasi seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil dalam proses pembelajaran
tersebut. Konsentrasi yang tinggi juga mampu untuk mempengaruhi sikap seseorang
dalam suatu proses pembelajaran agar mencapai hasil yang maksimal dikarenakan sikap
dan konsentrasi memiliki hubungan yang positif (Puspitasari et al., 2019).
Tonie nase (2007) berpendapat bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar salah satunya adalah lingkungan. psychological well-being
(kesejahteraan pskiologi) Menurut ilmu psikologi yang Bernama kesehatan pada fisik,
dan menunjukan hamparan kehidupaan yang Lebih lama. Ketika ada sebuah
lingkungan/pasangan yang memiliki sebuah hubungan yang baik dapat memiliki sebuah
tingkat psikologis yang tinggi (Viejo, et al., 2015). Maka di simpulkan bahwa sebuah
pasangan yang memiliki hubungan yang baik akan memengaruhi konsentrasi yang baik,
namun jika sebuah pasangan yang tidak memiliki hubungan yang tidak baik akan
memengaruhi konsentrasi yang tidak baik pula.
Pacaran sendiri memiliki Dampak positif yaitu dengan adanya pacar maka dapat
saling memberi motivasi dan menyemangati sesama, juga dapat mengurangi stres,
memberi rasa keamanan dan kenyamanan, selanjutnya pasangan juga bisa menjadi
seseorang yang dipercaya dan mengungkapkan isi hati (Tridarmanto, 2017). Sedangkan
Menurut Santrock (2010) hubungan pacaran memiliki beberapa peran. Pacaran dapat
menjadi sebuah bentuk rekreasi, sebagai sumber status atau kesuksesan dan juga sebagai
tempat untuk mempelajari hubungan dekat serta cara untuk mencari jodoh. Namun,
pacaran juga datang dengan berbagai pengaruh lainnya seperti menyebabkan
menurunnya prestasi belajar seseorang, membuat mudah hilang fokus, hamil pranikah
juga bahkan menyebabkan kekerasan. Dengan demikian sebuah pemilihan, dan proses
dalam sebuah pasangan harus cermat dalam menghadapi hal- hal berikut karena setiap
pergerakannya akan memengaruhi psikologis orang yang menjalani hubungan.
Berdasarkan hasil responden yang saya lakukan dengan total responden yang
terkumpul sebanyak 38 orang. Dengan rentang usia 7,9% berusia 18 tahun, 42,1%
berusia 19 tahun, 10,5% berusia 20 tahun, 10,5% berusia 21 tahun, 5,3% berusia 22
tahun, 7,9% berusia 23 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa 75,7% selalu memikirkan
pasangannya saat berada dalam ruangan/kelas. 24,3% kadang-kadang memikiran
pasangannya saat berada dalam ruangan/kelas.
Berdasarkan hasil di atas, Dalam hubungan pacaran, menghabiskan banyak waktu
memikirkan tentang pasangan. Akhirnya, menyebabkan mereka pecah fokus dan sulit
konsentrasi. Apalagi ketika terjadi sebuah pertengkaran atau konflik, maka akan lebih
sulit fokus. Sehingga apabila seseorang dalam hubungan pacaran atau jatuh cinta, seluruh
perhatiannya kemungkinan akan terpusat. Akibatnya, tingkat konsentrasi seseorang pada
tugas sehari- harinya, contohnya seperti belajar dan bekerja menjadi terganggu.
Dari hasil penyebaran angket dapat diketahui bahwa terdapat empat faktor yang
mendorong peserta didik untuk melakukan perilaku pacaran. Pertama, perkembangan
dalam diri remaja khususnya kebutuhan akan rasa aman seperti teori perkembangan
Hierarki Maslow, kebutuhan ini yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungannya (Feist & Feist, 2010). Kedua,
perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti sekarang tidak diimbangi dengan
pengawasan dari orang tua maupun orang yang lebih tua seperti guru, hal tersebut dapat
membentuk sebuah privasi bagi anak untuk berkomunikasi bebas dengan lawan jenis
yang dapat mengarah ke hal positif maupun negatif (Ardian, 2018). Ketiga, faktor dari
orang tua yang memberi dukungan atau memperbolehkan anaknya untuk berpacaran.
Kurangnya perhatian orang tua merupakan penyebab paling utama dalam munculnya
fenomena pacaran, kesibukan orang tua dalam bekerja serta kurangnya perhatian pada
anak yang menjadikan anak yang ingin dan haus akan perhatian dari orang lain (Ardian,
2018). Keempat, faktor dari teman sebaya yang memberikan dukungan untuk melakukan
perilaku pacaran. Remaja sekarang tidak mau dikatakan kuper seperti teori Prescott
dimana salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan sosial (status), ingin diterima oleh
teman maupun lingkungan pergaulannya sehingga individu tidak ingin berbeda dengan
teman sebayanya (Santrock, 2011; Saputri 2017).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah apakah ada hubungan pacaran terhadap konsentrasi belajar remaja
akhir?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pacaran terhadap konsentrasi remaja
akhir
D. Manfaat penelitian.
1. Manfaat teoritis
Sebagai referensi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
peningkatan ilmu psikologi serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
Sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan untuk
membuktikan dalam sebuah penelitian. Selain itu, juga sebagai pengalaman diri untuk
melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Specific Theory
Pacaran
< Konsentrasi
belajar
J. Hipotesis
H0: Tidak terdapat hubungan antara Pacaran dengan konsentrasi belajar pada remaja
akhir.
Ha: Terdapat hubungan antara pacaran dengan konsentrasi belajar pada remaja akhir.
BAB III
A. Identifikasi Variabel
Variabel independent (x) : pacaran
Variabel dependent (y) : Konsentrasi belajar
B. Operasionalisasi variable
1. Independent Variabel
Menurut Dimyati Mudjiono, (2009: 239) “Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan pikiran atau perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya”. Sedangkan
menurut Aunurrahman (2014: 180), konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek
psikologis yang seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri
individu yang sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui
aktivitas seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya sedang individu
tersebut pikirkan. Adapun alat ukur yang digunakan stroop test yang pertama kali di
perkenalkan oleh john ridley stroop (1935).
2. Dependent Variabel
Menurut Dr Iwan (2010), Pacaran merupakan Masa pendekatan antar individu dari
kedua lawan jenis, yang ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan
kelebihan dari masing-masing individu. Pacaran (dating) dikenal sebagai suatu bentuk
hubungan intim atau dekat antara laki‐laki dan perempuan. Adapun alat ukur yang
digunakan adalah kuesiner RSQ (Relationship Scale Questionnaire) yang di buat oleh
Griffin dan Bartholomew (1991).
Referensi
Setyani, M. R., & Ismah. (2018). Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar. Pendidikan Matematika, 01, 73–
84.
Winata, I. K. (2021). Konsentrasi dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Online
Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 5(1), 13.
https://doi.org/10.32585/jkp.v5i1.1062
Ohee, C. (2019). Pengaruh Status Hubungan Berpacaran Terhadap Perilaku Pacaran Berisiko
Pada Mahasiswa Perantau Asal Papua Di Kota Surabaya. The Indonesian Journal of
Public Health, 13(2), 269. https://doi.org/10.20473/ijph.v13i2.2018.269-287
Setyani, M. R., & Ismah. (2018). Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar. Pendidikan Matematika, 01, 73–
84.
Fridaram, O., Istharini, E., Cicilia, P. G. C., Nuryani, A., & Wibowo, D. H. (2021).
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Peserta Didik dengan Bimbingan Klasikal Metode
Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(2), 161–170. https://doi.org/10.24246/jms.v1i22020p161-170
Sman, D. I., & Bengkulu, K. (n.d.). Konten Menggunakan Tehnik Mind Mapping Pada
Siswa. 3297, 273–282.
Erick, M. C. J., Miranda, G., Sandra, D., Argueta, E., Wacher, N. H., Silva, M., Valdez, L.,
Cruz, M., Gómez-Díaz, R. A., Casas-saavedra, L. P., De Orientación, R., Salud México,
S. de, Virtual, D., Instituto Mexicano del Seguro Social, Mediavilla, J., Fernández, M.,
Nocito, A., Moreno, A., Barrera, F., … Faizi, M. F. (2016).
Diana, D., Adriansyah, M. A., Muhliansyah, M., & Putri, A. P. (2019). Pelatihan manik khas
dayak dalam meningkatkan konsentrasi. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat),
1(1), 17. https://doi.org/10.30872/plakat.v1i1.2691
Sugesti, H., Amrullah, J. F., & Natalia, V. (2017). Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi
Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Di Smp Negeri 45 Bandung Tahun 2017. 2(2),
46–57.
Aprilia, D., Suranata, K., & Ketut Darsana. (2014). Penerapan Konseling Kognitif Dengan
Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) Untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal Undiksa
Jurusan Bimbingan Konseling, 2(1), 2–3.
https://media.neliti.com/media/publications/245200-penerapan-konseling-kognitif-
dengan-tekn-7d41aa3f.pdf
Pujiati, S., Soesanto, E., & Wahyuni, D. (2013). Gambaran Perilaku Pacaran Remaja di
Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi (Unimus) Semarang. Jurnal Kebidanan,
2(2), 13–21. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/1015
Ardhianita, I., & Andayani, B. (2005). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan
Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi, 32(2), 101–111.
Wiyanti, R. H. (2018). Persepsi Siswa Tentang Perilaku Sosial Dalam Pacaran ( Studi Kasus
Siswa SMA Al- Islam 1 Surakarta). Prodi Pendidikan Sosiologi FKIP UNS, 2.
Dwijayani, N. K. K., & Wilani, N. M. A. (2019). Bucin itu Bukan Cinta: Mindful Dating for
Flourishing Relationship. Journal of Psychology and Humanity, 1(1), 1–14.
Aprilia, D., Suranata, K., & Ketut Darsana. (2014). Penerapan Konseling Kognitif Dengan
Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) Untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal Undiksa
Jurusan Bimbingan Konseling, 2(1), 2–3.
https://media.neliti.com/media/publications/245200-penerapan-konseling-kognitif-
dengan-tekn-7d41aa3f.pdf