Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

HUBUNGAN KECANDUAN GADGET DENGAN


KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA DI
SMA NEGERI 2 DOLOKSANGGUL
TAHUN 2019

Oleh
TRESA MONA TAMARA HUTABARAT
150206122

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2019

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul “Hubungan Kecanduan Gadget Dengan Kecerdasan
Emosi Pada Remaja ”.
Berjalannya penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM Selaku Ketua Yayasan Universitas Sari
Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes Selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Sinaga, SP, MKM Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
4. Ns. Rinco Siregaar, S.Kep, MNS Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sari Mutiara Medan
5. Ns. Galvani Volta Simanjuntak,S.Kep,M,kep Selaku Dosen Pembimbing I
dalam Penulisan Proposal ini
6. Ns. Rani Kawati Damanik M.Kep Selaku Dosen Pembimbing II Dalam
Penulisan Proposal Ini
7. Orang tua saya yang telah memberikan support dan dukungan dalam segala
bentuk demi selesainya proposal ini
8. Teman-Teman Program Studi Ilmu Keperawatan Tingkat 4.2 Tahun Ajaran
2018-2019 dan seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan proposal ini

Semoga Proposal Ini bermanfaat bagi para pembaca, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2019


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
3

A. Latar belakang
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa Latin yaitu “tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan” (Dinie dkk, 2017). Masa ini merupakan proses
tumbuh kembang penting yang akan dilewati seseorang dan merupakan proses
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
perkembangan disik, psikis, sosial, biologis, dan koognitif. Selain itu menurut
Santrock () dalam Kharisma (2017) remaja juga mengalami tahapan menuju
kemandirian sosial dan ekonomi,membangun identitas,akuisi kemampuan,
untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegoisasi.

Menurut World Health Organization (2017),remaja adalah penduduk dalam


rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor 25 tahun 2014,remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun.
Dalam perkembangan ini remaja juga mengalami beberapa bentuk masalah,
Hurlock (2004) dalam Dinie (2017) menyatakan bahwa salah satu masalah yang
sering dihadapi remaja dalam proses perkembangannya adalah mencapai
kemandirian emosional.

Kemandirian emosional ditandai oleh beberapa hal,satu diantaranya ialah adanya


kecerdasan emosinal. Kecerdasan emosional yang baik dikatakan baik ketika
remaja mampu mengelola emosi diri sendiri,emosi orang lain dan mampu
mengekspresikan emosi dengan baik, dan dapat menyelesaikan masalah dalam
lingkungannya dengan baik dengan pengambilan keputusan yang baik serta dapat
menghindarkan diri dari konflik dalam lingkungan sosialnya (Dinie, Yeniar, dan
Siswati, 2017).

Kegagalan dalam mencapai kecerdasan emosional dapat menyebabkan masalah


serius dalam pertumbuhan dan menurunkan kualitas hidup remaja. Di Amerika
orang tua dari 1.500.000 anak remaja melaporkan bahwa anaknya memiliki
aktivitasnya dan cenderung lebih cepat marah serta mengalami gangguan mood
(Pandu & Nyoman,2016).

masalah emosional,perkembangan dan perilaku, 12,5% anak di Singapura dengan


rentang usia 6-12 tahun mengalami gangguan emosi dan perilaku.Hasil survey
4

Federasi Kesehatan Mental Indonesia (Fekmi) pada tahun 2003 di 10 kota besar
Indonesia yaitu Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Banjarmasin, Denpasar, dan Ujung Pandang mengaku 54% pernah
berkelahi,87% berbohong, 28% mengatakan kekerasan adalah hal biasa, dan
8,9% pernah mencoba narkoba (Kharisma & Melani 2018)

Kegagalan dalam mencapai kecerdasan emosional yang baik dapat disebabkan


oleh banyak hal salah satu diantaranya ialah perkembangan teknologi yang
pesat khususnya teknologi informasi yaitu gadget. Gadget merupakan
perangkat kecil menarik yang memiliki berbagai fungsi yang semakin
canggih. Desain menarik serta bervariasi menjadikan gadget sebagai barang
yang diminati oleh setiap kalangan khususnya remaja. Hal ini didukung oleh
pernyataan Kemenkoinfo Republik Indonesia (2016) bahwa sekitar 80%
remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna gadget di Indonesia.
Penyajian berbagai hal menarik dalam gadget menyebabkan penggunanya
senang berlama-lama menatap layar gadget hingga lupa waktu, sering
mengabaikan lingkungannya, dan memilih untuk berinteraksi di dunia maya.
Hal ini dapat menumpulkan kemampuan dalam empati, mengekspresikan
emosi dengan baik, mengelola emosi, dan semua itu merupakan aspek dari
kecerdasan emosional. Rumah sakit jiwa dokter koesnadi bondowoso telah
menangani dua pasien dengan masalah gangguan jiwa yang disebabkan oleh
kecanduan gadget dan keduanya duduk dibangku SMP dan SMA (Saputra,
2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad & Farid yang
berjudul “hubungan tingkat kecanduan gadget dengan gangguan emosi dan
perilaku remaja usia 11-12 tahun” yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
dengan gangguan emosi dan perilaku remaja usia 11-12 tahun.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
Apakah ada “Hubungan penggunaan gadget dengan tingkat kejadian insomnia”.
5

C. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur
pada remaja.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi SMAN 2 DOLOKSANGGUL
Hasil penelitian ini bagi SMAN 2 DOLOKSANGGUL dapat memanfaatkan
hasil penelitian ini sebagai rujukan untuk menentukan kebijakan-kebijakan
dalam hal manajemen waktu khususnya manjemen waktu dalam penggunaan
gadget dan waktu untuk tidur
2. Bagi siswa dan siswi SMAN 2 DOLOKSANGGUL
Bagi siswa/siswi hasil penelitian ini dapat dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan agar lebih bijaksan dalam pengguanaan gadget sehingga dapat
tmeminimalisir efek-efek yang tidak diinginkan di masa depan khususnya
insomnia.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber data untuk
memotivasi pelaksanaan penelitian yang lebih baik dimasa yang akan
datang.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Kecerdasan Emosional
1. Defenisi
Emosi mengarah ke perasasaan dan pikiran-pikiran khasnya,keadaan
dimana biologis,psikologis dan segala kecenderungan ikut terlibat.
Menurut Goleman, 2015) emosional adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan emosi.

Salovey dan Mayer mengartikan kecerdasan emosi adalah kemampuan


untuk memahami dan mengendalikan perasaan diri sendiri maupun
6

orang lain,dan menggunakan perasaan itu menjadi acuan untuk


bertindak. Saat seseorang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang
tinggi akan mampu menyelesaikan masalah atau tantangan yang muncul
dalam hidupnya (Kharisma & Melani, 2018).

Menurut Daniel Golman (2003:45) adalah kemampuan mengenali


perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan oranglain.

2. Dasar Kemampuan dalam Teori Kecerdasan Emosi


Daniel Goleman dalam (Kharisma & Bismi, 2018) menyatakan bahwa
terdapat 5 aspek dalam kecerdasan emosi yaitu :
1) Mengenali emosi diri sendiri (self-awareness) yang disebut juga
sebagai kesadaran akan perasaan-perasaan diwaktu tertentu dan
menjadikannya acuan dalam bertindak dan mengambil
keputusan. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang kuat.
2) Mengelola emosi (managing emotions),kemampuan untuk
menangani emosi sendiri yang akan memberikan dampak positif
dalam berbagai hal.
3) Motivasi diri (motivating oneself), menggunakan hasrat paling
dalam untuk mencapai sasaran, membantu mengambil inisiatif
dan bertindak secara efektif, dan untuk bertahan dalm
menghadapi kegagalan dan frustasi.
4) Mengenali emosi orang lain (recognizing emotion in
other),mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain,dan
dapat menjalin hubungan saling percaya,dan menyesuaikan diri
dengan orang lain.
5) Membina hubungan (handling relationship),teliti membaca
situasi dan hubungan sosial,berinteraksi dengan lancer,lalu
bertindak secara bijak dalam membina hubungna dengan orang
lain.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi


Menurut Mohammad Asrori (2005) yang dikutip oleh Nurul (2015)
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
emosi remaja, yaitu :
7

1) Perubahan Jasmani
Perubahan yang dimaksud dalam hal ini adalah perubahan pada bebrapa
bagian anggota tubuh. Pertumbuhan ini terjadi hanya pada bebrapa
bagian tubuh yang mengakibatkan ketidakseimbangan postur tubuh.
Ketidakseimbangan ini secara tidak terduga memberikan pengaruh
terhadap perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja mampu
menrima setiap perubahan dalam dirinya, terlebih jika perubahan itu
seperti kulit yang kasar dan wajah yang penuh jerawat. Hormon-hormon
tertentu mulai berfungsi dan memebri rangsangan dalm tubuh remaja dan
seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
2) Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua yang bervariasi seringkali memberi pengaruh
terhadap perkembangan emosi sang anak. Seperti cara memberikan
hukuman dengan memukul akal karena nakal,namun pada remaja hal
tersebut dapat menjadikan kesenggangan hubungan antara remaja dan
orang tua, sehingga sering terjadi pemberontakan yang menandakan
bahwa si remaja ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Hal
tersebut menjadi sebuah kepuasan tersendiri, dan merupakan sebuah
bentuk pembuktian bahwa ia sudah semakin bertumbuh dewasa.
Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi
remaja.
3) Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebaya dengan
cara membentuk sebuah geng,dimana interaksi dalam geng ini sangant
intens,dan memiliki tingkat solidaritas yang tinggi. Faktor yang sering
menimbulkan masalah pada masa ini ialah hubungan percintaan. Pada
masa remaja tengah, biasanya remaja sudah benar-benar jatuh cinta
terhadap lawan jenisnya. Hal ini sebenarnya merupakan hal yang
wajar,namun tak jarang juga menjadi alas an timbulnya konflik atau
gangguan terhadap emosi remaja jika tidak diikuti dengan didikan dari
orang tua atau orang yang lebih dewasa. Gangguan emosional yang
mendalam akan terjadi ketika cinta remaja ditolak atau tidak dijawab,
sehingga menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan remaja itu sendiri.
4) Perubahan Pandangan Luar
8

Perkembangan emosi remaja tidak hanya dipengaruhi oleh factor yang


terdapat pada diri remaja itu sendiri,pandangan dari luar juga merupakan
suatu factor yang memberikan pengaruh penting. Terdapat beberapa
perubahan pandangan luar yang mempengaruhi perkembangan emosi
yaitu sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten. Untuk suatu
keadaan mereka dianggap sudah dewasa namun tidak diberi kebebasan
penuh atau berperan layaknya orang dewasa. Dan tidak jarang juga
mereka masih dianggap sebagai anak kecil yang menimbulkan
kejengkelan pada diri remaja itu sendiri. Kejengkelan ini lah yang sering
berubah menjadi perilaku emosional. Hal lain yang sering terjadi ialah
penerapan nilai-nilai yang berbeda antara remaja laki-laki dan
perempuan, contohnya saat remaja laki-laki meiliki banyak teman
perepuan maka akan mendapat predikat “popular” dan menjadi sebuah
kebanggan. Sebaliknya jika remaja perempuan meiliki banyak teman pria
maka akan mendapatkan predikat yang tidak baik. Penerapan nilai yang
berbeda ini apabila tidak diberi pengertian secara bijaksana dapat
menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.

4. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Individu


Emosi sangat berpengaruh bagi kita khususnya bagi remaja dalam
kehidupan sosialnya, baik yang tampak secara langsung maupun yang tidak.
Menurut Djawad Dahlan (2007;115) yang dikutip oleh Nurul (2015)
terdapat bebrapa pengaruh emosi terhadap perilaku individu,yaitu :
1. Memperkuat semangat
2. Melemahkan semangat
3. Menghambat konsentrasi belajar
4. Terganggunya penyesuaian social
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecil akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi


1. Faktor Internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua
sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah
9

faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan


seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses
kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.

2. Faktor Eksternal.

Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan


emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi:
1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan
2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses
kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi
merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

6. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional


1. Membaca situasi
Dengan memperhatikan situasi sekitar, kita akan mengetahui apa yang
harus dilakukan.
2. Mendengarkan dan menyimak lawan bicara
Dengarkan dan simak pembicaraan dan maksud dari lawan bicara, agar
tidak terjadi salah paham serta dapat menjaga hubungan baik.
3. Siap berkomunikasi
Jika terjadi suatu masalah, bicarakanlah agar tidak terjadi salah paham.
4 . Tak usah takut ditolak
Setiap usaha terdapat dua kemungkinan, diterima atau ditolak, jadi siapkan
diri dan jangan takut ditolak.
5. Mencoba berempati
EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau
bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain.
6. Pandai memilih prioritas
10

Ini perlu agar bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak, dan apa yang
bias ditunda.
7. Siap mental
Situasi apa pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan mental
sebelumnya.
8. Ungkapkan lewat kata-kata
Katakan maksud dan keinginan dengan jelas dan baik, agar dapat salaing
mengerti.
9. Bersikap rasional
Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, namun tetap berpikir
rasional.

10. Fokus
Konsentrasikan diri pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian.
Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara bersamaan.

B. Kecanduan gadget
1. Defenisi kecanduan gadget
Kecanduan gadget dapat diartikan sebagai suatu kelekatan yang kompleks
terhadap penggunaan gadget,menyebabkan individu ketergantungan dan
dapat merugikan kondisi tubuhnya (Kharisma & Melani, 2018)

C. Remaja
1. Defenisis Remaja
Remaja adalah peralihan atau masa pubertas menuju masa dewasa. (Herry
& Namora,2010). Hurlock (2009) menyatakan bahwa remaja atau yang
dalam bahasa latin disebut adolescene- adolescere yang memiliki arti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” . Istilah adolescene, seperti yang
digunakan saat ini,memiliki arti yang lebih luas,mencakup kematangan
mental,emosional,social,dan fisik.

Piaget (121) dalam Harlock (2009) menyatakan bahwa secara psikologis


masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah usia tingkat orang-
11

orang yang lebih tua melainkan berada dalma tingkat yang sama. Masa
remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Masa Remaja Awal
Remaja awal atau kaula muda adalah masa yang berlangsung pada usia
tiga belas tahun sampai dengan tujuh belas tahun Hurlock (2009).
Adapun ciri-ciri dari dinamika remaja awal ini adalah : (Pieter &
Lumongga, 2010)
a) Mulai menerima kondisi dirinya
b) Berkembangnya cara berpikir
c) Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi
d) Bersikap overestimate,seperti meremehkan segala masalah,meremehkan
kemmapuan orang lain dan terkesan sombong.
e) Gegabah dan kurang waspada
f) Tubuh semakin proporsional
g) Emosi tidak stabil
h) Sikap dan moralitasnya bersifat egosentris
i) Perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental
j) Selalu kebingungan dalam status
k) Periode sulit dan kritis

2. Masa Remaja Tengah


Masa remaja akhir adalah masa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(Pieter & Lumongga, 2010)
a) Bentuk fisik semakin sempurna dan semakin mirip dengan orang
dewasa
b) Social dan intelektualnya semakin sempurna
c) Keinginan untuk mendapatkan status semakin besar
d) Ingin mendapatkan kebebasan sikap,pendapat, dan minat
e) Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain
f) Pergaulan yang mengarah ke pergaulan heteroseksual
g) Belajar bertanggung jawab

3. Masa Remaja Akhir


Masa remaja akhir adalah masa yang terjadi antar rentang 17 tahun sampai
usia dua puluh satu tahun (Hurlock, 2009
). Masa remaja akhir memiliki beberapa ciri-ciri antara lain : (Pieter &
Lumongga, 2010)
a) Disebut dewasa muda dan meninggalkan masa anak-anak
b) Berlatih mandiri dalam mebuat keputusan
c) Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi
d) Dapat berpikir objektif sehingga dapat bersikap sesuia situasi
e) Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku
f) Membina hubungan sosial secara heteroseksual
12

2. Ciri-Ciri Masa Remaja


Terbagi menjadi 8 yaitu: (Pieter & Lumongga, 2010)
1. Sebagai Periode Peralihan
Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi
sebelumnya. Peralihan alah proses perkembangan dari satu tahap ke
tahap berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan
memberikan dampak di masa yang akan datang.
2. Periode Mencari Identitas Diri
Tugas penting yang dihadapi oleh remaja ialah sense of individual
yang artinya mencari jawaban dari pertanyaan mengenai
dirinya,menyangkut keputusan dan standar untuk bertindak. Mencari
identitas dan mengangkat harga diri akan membuat remaja memakai
istilah status harga diri. (Pieter & Lumongga, 2010). Ketika
pandangan orang tua dan teman sebaya berbeda akan memungkinkan
timbulnya konflik dan keadaan ini membuat remaja mengalami
kebingungan, namun remaja akan mencoba menempatkan diri dalam
dalam konflik dan berusah mengatasi dengan berperan dalam konflik
tersebut. Selain itu remaja juga akan melakukan penyesuaian diri
dengan kelompok-kelompok bermainnya yang dia anggap jauh lebih
penting daripada sikap individualitas. Hal itu akan ditunjukkan dalam
hal berpakaian,berbicara serta berperilaku (Hurlock, 2009).

Pada tahun awal masa remjaja penyesuaian diri tersebut masih


menjadi hal penting bagi remaja perempuan maupun laki-laki,Lambat
laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak merasa puas
lagi dengan menjadi sama dengan anggota kelompoknya dalam segala
hal,seperti sebelumnya. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya dan perannya di masyarakat
(Harlock, 2009). Erikson (42) dalam Harlock (2009) juga menjelaskan
bahwa proses pencarian identitas diri ini juga memepengaruhi perilaku
remaja dimana untuk mencari perasaan yang berkesinambungan dan
kesamaan baru,remaja akan kembali melakukan perjuangan tahun-
tahun sebelumnya,walaupun mereka haru menunjuk secara artifisial
orang-orang baik hati yang berperan sebagai musuh,dan mereka akan
13

selalu menempatkan idola sebagai tolak ukur dan pembimbing untuk


mencapai identitas akhir (Harlock, 2009).
3. Usia Bermasalah
Lumongga & Pieter (2010) dalam bukunya mengatakan usia remaja
adalah usia yang bermasalah. Dikatakan usia bermasalah dikarenakan
tindakan remaja selalu mengarah ke beberapa hal dibawah ini :
a) Keinginan untuk menyendiri (desire of isolation)
b) Menurunnya keinginan untuk bekerja ( disindination to work )
c) Kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh (incoordination)
d) Kejemuan (boredom)
e) Kegelisahan (restlessness)
f) Penantangan social (social antagonism)
g) Penantangan terhadap kekuasaan (resistence to authority)
h) Kepekaan terhadap perasaan (heightened emotionality)
i) Kurangnya kepercayaan diri (lack of self-confidence)
j) Minat seks muncul (preoccupation with sex)
k) Berkhayal (day dreaming)
4. Usia Menakutkan
Dikatakan sebagai usia yang menakutkan karena adanya stereotip
yang berdampak buruk dalm perkembangan remaja,dimana stereotype
ini bisa merupakan persepsi positif ataupun persepsi negatif. Seperti
yang ditunjukkan oleh Majeres dalam Harlock (2009). Anggapan
sterotipe budaya yang menyatakan bahwa remaja sering berbuat
semaunya ,tidak dapat dipercaya, dan cenderung berperilaku merusak,
sehingga menuntut orang dewasa membimbing dan mengawasi remaja
yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak baik (Khamim,
2017).
5. Masa Tidak Realistik
Remaja sering memandang kehidupan melalui kacamata merah jambu,
yang artinya remaja memandang kehidupan berdasarkan sudut
pandang dan penilaiannya sendiri,bukan dengan kenyataan yang ada
terlebih untuk hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang
sesuai kenyataan ini dapat menyebabkan remaja mengalami
ketegangan emosi, semakin tidak realistic cita-citanya semakin mudah
marah,sakit hati dan frustasi (Pieter & Lubis, 2010).
6. Perubahan Sikap dan Perilaku
Sepanjang masa remaja akan terjadi banyak perubahan baik perubahan
sikap maupun perilaku. Hal yang membuat perubahan itu ialah
perubahan nilai-nilai. Kejadian yang terjadi pada masa anak-anak
14

akan terjadi juga di masa remaja,perbedaannya hanya pada pola


hubungan social dan tidak hanya sekedar mencari ketenarab,namun
pada kualitas diri (Pieter & Lubis, 2010).

7. Periode Ambivalen
Dikatakan periode ambivalen karena untuk satu waktu remaja takut
untuk bertanggung jawab dan meragukan kemampuannya. Selama
masa ini remaja akan mengalami frustasi dan konflik (Pieter & Lubis,
2010).

3. Perubahan Fisik Masa Remaja


Masa remaja mengalami banyak perubahan,salah satunya adalah
perubahan fisik. Perubahan ini dimulai sejak masa remaja awal dan akan
mengalami penurunan pada masa remaja akhir. Penurunan terjadi pad
aperkembangan ekternal,sehingga perkembangan internalnya akan lebih
menonjol (Pieter & Lubis, 2010).

a) Perubahan Eksternal
i. Tinggi Dan Berat Badan
Pertambahan tinggi antar remaja laki-laki dan remaja putri berbeda.
Remaja putri biasanya mengalami perubahan rata-rata pada usia 17-
18 tahun,sedangkan remaja laki-laki mengalami perunaham tinggi
badan pada usia 18-19 tahun. Dan dalam waktu yang bersamaan juga
terjadi perubahan berat badan yang terjadi di bagian tubuh yang
mengandung lemak sedikit maupun tidak sama sekali (Pieter &
Lubis, 2010).
ii. Organ Seks Dan Ciri-Ciri Seks Sekunder
Organ-organ seksual akan berkembang mencapai ukuran yang matang
pada fase remaja akhir. Akan tetapi untuk fungsinya belum matang
sampai beberapa tahun (Pieter & Lubis, 2010).
iii. Proporsi Tubuh
15

Beberapa bagian tubuh perlahan akan mencapai proporsi yang sama


(Pieter & Lubis, 2010).

b) Perubahan Internal
i. Sistem Pencernaan
Bentuk perut akan lebih panjang,usus bertambah besar dan
panjang,otot-oto perut dan dinding usus menjadi lebih kuat dan
tebal,kerongkongan semakin memanjang dan bertambahnya ukuran
hati (Pieter & Lubis, 2010).
ii. Sistem Peredaran Darah dan Sistem pernafasan
Pada usia 17-18 tahun jantung mengalami pertumbuhan pesat,panjang
dan tebalnya dinding pembuluh darang juga mengalami perubahan
seiring pertumbuhan dan kematangan kerja jantung. Kapasitas paru-
paru pada remaja putri akan meningkat,dan lebih cepat matang
dibandingkan remaja putra (Pieter & Lubis, 2010).

4. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja


Pada fase remaja ini remaja dituntut untuk menjalankan bebera tugas-tugas
dalam perkembangannya yang berguna agar remaja dapat melakukan
sosialisasi dengan baik. Apabila tugas perkembangan tersebut dapat dijalan
kan dengan baik maka kehidupan sosialnya ajan berjalan dengan baik,dan
akan membawa kebahagiaan dan sukses untuk menjalankan perkembangan
untuk fase-fase kedepannya.

William Key, yang dikutip oleh Khamim (2017) menyatakan beberapa


tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut :
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figure-figur
yang mempunyai otoritas
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan
bergaul dengan teman sebaya,baik secara individual maupun kelompok
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya
16

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap


kemampuannya sendiri
6) Memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai,prinsip-prinsip,atau falsafah hidup (weltanshauung)
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan
Selain itu Luelle Cole dalam Khamim (2017) juga mengemukakan tugas
perkembangan remaja yang dikelompokkan dalam Sembilan
kategori,yakni :
1) Kematangan semosional
2) Pemantapan minat-minat heteroseksual
3) Kematangan social
4) Emansipasi dari control keluarga
5) Kematangan intelektual
6) Memilih pekerjaan
7) Menggunakan waktu senggang secara tepat
8) Memiliki falsafah hidup
9) Identifikasi diri
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan mencari
hubungan antara penggunaan gadget dengan angka kejadian insomnia, dengan
pendekatan cross sectional yaitu pengukuran kedua variabel yang dilakukan
pada waktu yang sama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


i.Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 2 Doloksanggul
ii.Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni tahun
2019.

C. Populasi dan Sampel


a) Populasi Penelitian
Seluruh Siswa/siswi kelas X dan XI di SMAN 2 Doloksanggul sebanyak
b) Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling
Random Sampling atau acak sederhana dimana pengambilan sampel
dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
namun sampel bersedia.

Setelah dilakukan survey didapatkan jumlah siswa kelas X dan kelas


XI yang memiliki gadget sebanyak sebanyak 413 orang. Jumlah
sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Sugiyono, (2013)
dengan rumus :

D. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasinal Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
18

Variabel Bebas: Penggunaan gadget secara Kuesioner 1. Ordinal


Kecanduan berulang-ulang, dan dapat
Gadget mengganggu
aktifitas,kehidupan sosial,
serta dapat merugikan diri
sendiri.
Variabel Terikat: Sebuah komponen penting Kuesioner 1. Normal Ordinal
Kecerdasan dalam kehidupan social 2. Borderline
Emosional manusia yang dgunakan untuk 3. Abnormal
mengenali emosi baik emosi
pribadi maupun antarpribadi.

E. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Alat pengumpul data
a. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menjelaskan prosedur
penelitian kepada setiap responden dan meminta persetujuan
kesediaan menjadi responden penelitian. Selanjutnya memberikan
kuesioner kepada responden yang telah digunakan sebelumnya
oleh Dwi Setiyanto (2013) dengan nilai cronbach alpha 0,08 dan
meminta untuk mengisi sesuai petunjuk untuk mendapatkan
jawaban hubungan kecanduan gadget dengan kecerdasan
emoisonal remaja di SMAN 2 Doloksanggul tahun 2019.
Kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap kemudian
dikumpulkan kembali kelengkapan setiap lembarannya.Alat
pengumpulan data pada variabel kecanduan gadget adalah lembar
Kuesioner.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari guru, kepala sekolah,
masyarakat yang diperlukan untuk mendukung data primer.

2. Prosedur Pengumpulan Data


Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a) Pertama penulis minta izin kepada pihak Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
b) Setelah meminta izin penulis mengantarkan surat survey awal kepada
Kepala Sekolah Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecanduan
19

gadget dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMAN 2


Doloksanggul tahun 2019.
c) Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
penelitian yang akan dilakukan.
d) Lalu penulis memberikan lembaran kuesioner dan membaca acuan
yang digunakan penulis.
e) Setelah penulis selesai melakukan penelitian, penulis meminta surat
yang menyatakan bahwa penulis telah selesai dalam melakukan
penelitian di Sekolah Untuk mengetahui apakah ada hubungan
kecanduan gadget dengan kecerdasan emosional pada remaja di
SMAN 2 Doloksanggul tahun 2019.

F. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut (Hidayat, 2007), terdiri dari 4 macam, yaitu:
1. Informed consent (surat persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden dengan bentuk lembaran persetujuan. Lembarpersetujuan
diberikan sebelum spenelitian dilakukan kepada responden yang akan
diteliti. Lembaran ini dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat
penelitian, sehingga subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
harus menghargai keputusn responden.

2. Anonomity (Tanpa Nama)


Anonomity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar kuesioner dapat
diberikan kode pengganti nama responden.

3. Confidentiality
Confidentiality merupakan informasi yang telah dikumpulkan dari
responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan hanya
digunakan untuk pengembangan ilmu.

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah pengumpulan data (Notoadmodjo, 2010) sebelum
20

data di analysa, terlebih dahulu dilakukanpengolahan data dengan cara


sebagai berikut:
a. Editing
Melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan,
jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam pengumpulan data
trsebut maka dapat dilakukan pengisian ulang.
b. Coding
Pertanyaan-pertanyaan yang telah di jawab diberi kode tertentu
agar mempermudah penulis dalam pengolahan data.Pada tahap ini
pula penulis memberikan skor pada pertanyaan yang telah
dijawab.Untuk memudahkan pemasukan ke komputerisasi.
c. Tabulating
Memasukkan data ke computer setelah diberikan kode numerik
kemudian distribusi frekuensikan dan diinterpretasi.

2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
variable independent dan variable dependent.
b. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat kecanduan
gadget dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMAN 2
Doloksanggul tahun 2019.Dengan menggunakan uji statistic chi-
square, dimana penghitungannya dapat diambil kesimpulan bila nilai
P lebih kecil dari nilai alfa (p<0,05)dan Cl 95%, berarti ada hubungan
yang bermakna antara variable dependent dan variable independent.
21
5

Anda mungkin juga menyukai