PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Tugas Akhir Semester
Dosen Pengampu:
Lukmawati, M.A
Assalamualikum Wr.Wb.
Puji Syukur allhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Trimakasih saya ucapkan kepada Ibu Lukmawati, M.A
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif dan Teman-Teman
yang telah Berkontribusi memberikan Ide-idenya sehingga proposal ini dapat disusun
dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga proposal ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun, terlepas dari itu, saya memahami bahwa proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya mohon maaf apabila ada salah kata dalam resensi tersebut dan
kepada Allah SWT saya memohon maaf apabila ada salah kata dalam resensi tersebut dan
kepada Allah SWT saya mohon ampun.
Wasalamualikum Wr.Wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap goncongan yang penuh
konflik dan perubahan suasana hati apalagi jika permasalahan yang dihadapi
adalah mengenai perceraian orang tua nya. jiwa yang labil pada remaja bisa
menjadi semakin labil ketika terdapat permasalahan didalam keluarga terutama
masalah perceraian orang tua (Mistiana, 2018).
Perceraian merupakan berakhirnya suatu pernikahan saat kedua pasangan tak
ingin melanjutkan pernikahannya. Perceraian pasangan suami-istri seringkali
berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk di dalamnya
adalah anak-anak. Peristiwa ini menimbulkan anak–anak tidak merasa
mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari orang tuanya. Perceraian juga
dapat menimbulkan stres dan trauma untuk memulai hubungan baru dengan lawan
jenis. Seringkali perceraian diartikan sebagai kegagalan yang dialami suatu
keluarga. Perceraian pasti akan menimbulkan konflik bagi anak. Konflik adalah
suatu aspek kritis keberfungsian keluarga yang seringkali lebih berat dari pada
pengaruh struktur keluarga terhadap perkembangan anak. Anak akan
memperlihatkan kemarahan akibat tidak dapat tumbuh dalam keluarga utuh dan
lebih cenderung mengingat konflik dan stress akibat perceraian tersebut
(Risnawati, 2018).
Perceraian yang dialami oleh orang tua tentunya membawa dampak psikologis
bagi anak dimasa remaja nya. menurut Untari dkk, 2018 dampak perceraian orang
tua menimbulkan dampak psikologis negatif maupun positif. Dampak negatif
lebih banyak timbul seperti malu dengan perceraian orang tua, mudah marah jika
orang lain tidak sesuai dengan keinginan saya, sulit fokus terhadap sesuatu,
kehilangan rasa hormat terhadap orang tua dan mudah menyalahkan orang tua,
melakukan sesuatu yang salah, sering tidak peka terhadap lingkungan, tidak
memiliki etika dalam bermasyarakat, tidak memiliki tujuan hidup, ingin menang
sendiri, merasa tidak aman dengan lingkungan sekitar karena tidak ada orang tua
yang melindungi secara utuh dan semua data bervaraisi dibandingkan dengan
dampak positif berupa menjadi lebih mandiri, terlatih dalam kegiatan keseharian,
cepat bangkit jika mengalami keterpurukan.
Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang
mendalam yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Faktanya kasus perceraian
menimbulkan stres dan menimbulkan perubahan fisik, juga mental (Dagun, 2017).
Dari penjelasan di atas anak yang berusia remaja dengan orangtua yang telah
bercerai sagat penting untuk memiliki kemampuan yang positif dalam merespon
masalah yang disebut dengan resiliensi (Dagun, 2017 dalam Asriandari 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Swastika (2015) yang
berjudul resiliensi pada remaja yang mengalami broken home didapatkan sebuah
hasil bahwa remaja yang memiliki resiliensi dapat dilihat melalui kemampuannya
untuk meregulasi emosi, mengendalikan impuls-impuls negatif yang muncul.
Seorang individu yang memiliki resiliensi tinggi memiliki sikap yang optimis,
mampu berempati, memiliki harapan dan keyakinan yang kuat untuk bangkit,
memiliki efikasi diri yang baik, serta aspek-aspek positif dalam hidupnya
meningkat.
Berdasarkan fata diatas penelitian tentang resiliensi penting untuk dilakukan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang resiliensi remaja korban
perceraian orang tua.
2. Pertayaan Penelitian
Pertanyaaan penelitian yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana resiliensi remaja korban perceraian orang tua ?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini anatara lain adalah sebagi berikut :
a. Mengetahui resiliensi remaja korban perceraian orang tua.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah antara lain:
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dalam
bidang Psikologi Industri dan Organisasi serta dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan perkembangan ilmu Psikologi. Selain itu, penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai informasi tambahan untuk penelitian di bidang ilmu Psikologi
Industri dan Organisasi, khususnya mengenai performansi kerja.
b. Secara Praktis
1) Bagi Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada subjek
mengenai performansi kerja yang dialami oleh karyawan.
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk menambah informasi
kepada masyarakat dalam meningkatkan performansi kerja terutama bagi
karyawan.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yaitu penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan yang benar, di bentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik
pengumpulan data dan analisis data yang relevan diperoleh dari situasi yang alamiah.
Menurut Strauss dan Corbin (2007), penelitian kualititaf ini merupakan penelitian yang
dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan.
Sementara itu, menurut Bogdan dan Taylor (1992), bahwa penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang mempu menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan, tulisan, dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif ini
dimungkinkan untuk diperoleh pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir
induktif. Dalam penulisan laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan data
(fakta) yang diungkap di lapangan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang
disajikan. Adapun menurut Moch Nasir (1995) metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat, dengan tujuan untuk membuat deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian ini adalah ketertarikan peneliti
sendiri terhadap penelitian kualitatif, karena penelitian kualitatif menurut Koentjoro
adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa
adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif harus orang
yang memiliki sifat open minded.
2. Sumber Data
Menurut Subroto (1992) Data dalam penelitian pada dasarnya terdiri dari semua
indormasi atau bahan yang disediakan alam (dalam arti luas) yang harus dicarai,
dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data bisa terdapat pada segala sesuatu apa pun
yang menjadi bidang dan sasaran penelitian. dalam penelitian kualitatif pada umumnya
merupakan data lunak yang berupa kata, ungkapan, kalimat dan tindakan, bukan
merupakan data kertas yang berupa angka-angka statistik, seperti dalam penelitian
kuantitatif. Adapun sumber data dalam penelitian kualitatif ini terbagi menjadi dua
yaitu :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
yang diperoleh dari subjek penelitian dengan menggunakan alat ukur pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari, yaitu pada remaja
yang memiliki orang tua bercerai (broken home).
b. Data Sekunder
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, istilah sampel dapat diganti menjadi subyek,
informan, partisipan atau sasaran penelitian.Maka dari itu, penulis memilih
menggunakan istilah subjek sebagai sampel penelitian.Teknik yang digunakan untuk
menentukan subjek dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purpose sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Subjek
penelitian berjumlah satu orang, adapun kriteria subjek pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Perempuan dan Laki-Laki
b. Remaja yang orang tuanya cerai (anak broken home)
c. Beragama Islam
b. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, pada umumnya sumber data utamanya (primer)
adalah manusia yang berkedudukan sebagai informan. Oleh sebab itu, wawancara
mendalam merupakan teknik penggalian data yang utama yang sangat
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya, yang
lengkap dan mendalam.
Teknik wawancara merupakan teknik penggalian data melalui pervakapan
yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau lebih. Pewawancara
(interviewer) adalah orang yang memberikan pertanyaan, sedangkan orang yang
diwawancarai (interviewee) berperan sebagai narasumber yang akan memberikan
jawaban atas pertanyaan yang disampaikan. Menurut Lincoln dan guba (1985)
wawancara dapat dilakukan untuk mengkontruksi perihal orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, motivasi, tuntutan, kepedulian, merekontruksi kebulatan
harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan
memperluas informasi dari berbagai sumber, dan mengubah atau memperluas
konstruksi yang dikembangkan peneliti sebagai triagulasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi penelitian adalah salah satu metode pengumpulan data dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen dibuat oleh subjek atau orang lain
tentang subjek. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Data dokumentasi yang digunakan adalah berupa
rekaman wawancara, hasil foto, serta data resident dan dokumen-dokumen saat
proses pengambilan data berlangsung. Hasil penelitian akan lebih kredibel
apabila didukung oleh data yang ada.
4. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau keandalan data menurut versi positivisme
yang disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya. Dalam
paradigm kualitatif untuk memperoleh keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan,
meliputi:
a. Perpanjangan Pengamatan
Cozby, P.C. 2009. Methods ln Behavioral Research Ed. 9. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.