Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

KEGAWATDARURATAN SISTEM KARDIOVASKULER

Dosen Pembimbing : Istiqomah Nur K.,S.Kep.,Ns

Untuk Memenuhi Laporan Tutorial Skenario I dari Mata Kuliah Keperawatan


Gawat Darurat

Disusun Oleh :

Kelompok A5

Rosalia Adenan Thera 1910201049 Alif Solikhan 1910201068


Naufaldi Dzaky 1910201052 Dianitasari Widya P 1910201069
Triana Kusumah M 1910201061
Perdana Afrian Subakti 1910201070
Aringga Yonifa Audini 1910201062
Novita Fatmawati 1910201071
Friska Aldino 1910201063
Salshabilla Rachmawati 1910201072
Rakelita 1910201064
Amalia Nur Shabrina 1910201073
Muhammad Cesar A.W 1910201065
Aprilia Putri Rahayu 1910201074
Lisa Prameswari 1910201066
Mufida Diah Novitasari 1910201075

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah tutorial Keperawatan Gawat Darurat. Dalam penyusunan laporan
ini,kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi. Untuk kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi penyempurnaan tugas ini selanjutnya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.

Yogyakarta, April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Umum .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Khusus.......................................................................................... 1
BAB 2 KAJIAN TEORI ........................................................................................ 2
2.1 Pengertian ................................................................................................. 2
2.2 Etiologi ..................................................................................................... 2
2.3 Patofisiologi ............................................................................................. 3
2.4 Tanda dan Gejala ...................................................................................... 4
2.5 Pemeriksaan Diagnostic ........................................................................... 4
2.6 Komplikasi ............................................................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................................ 5
2.8 Penatalaksanaan Keperawatan ................................................................. 6
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 7
3.1 Analisa data dan diagnosa keperawatan ................................................... 7
3.2 Diagnosa keperawatan yang muncul ........................................................ 8
3.3 Rencana asuhan keperawatan ................................................................... 8
3.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan ................................................ 11
LAMPIRAN TUTORIAL ..................................................................................... 15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan kardiovaskular adalah penghentian tiba-tiba fungsi


mekanis kardiovaskular, dapat bersifat reversibel oleh tatalaksana yang
tepat namun dapat menyebabkan kematian apabila terlambat ditangani.

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi


kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa
organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat.
Kemungkinan besar syok hipovolemik dapat mengancam nyawa dengan
tanda penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan
penurunan cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.

Mengingat sangat pentingnya pengetahuan tentang kegawatdaruratan


kardiovaskular dengan menerapkan penatalaksanaan keperawatan
kegawatdaruratan pada syok hipovolemik, maka dari itulah perlu dipelajari
dan dipahami tentang kegawatdaruratan kardiovaskular dengan
menerapkan penatalaksanaan keperawatan kegawatdaruratan pada syok
hipovolemik.

1.2 Tujuan Umum

Mempelajari dan memahami kasus di dalam tutorial 1, membuat


Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskular dan
menerapkan penatalaksanaan keperawatan kegawatdaruratan pada syok
hipovolemik.

1.3 Tujuan Khusus

1. Mempelajari konsep dasar syok hipovolemik.


2. Mempelajari Asuhan Keperawatan pada syok hipovolemik.

1
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Menurut (Simmons and Ventetuolo, 2017) syok adalah suatu keadaan


dimana sel mengalami hipoksia sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh dan oksigen yang dibutuhkan
tubuh. Hal ini sering disebabkan karena penurunan perfusi jaringan dan
kegagalan sirkulasi.
Syok hipovolemik adalah syok terjadi karena berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Dapat terjadi karena perdarahan hebat
(hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi)
ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat karena berbagai
penyebab seperti luka bakar dan diare berat. Masalah syok hipovolemik
yang paling sering terjadi biasanya disebabkan oleh perdarahan sehingga
syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat
dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau
fraktur yang terdapat luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri
utama (Kolecki and Menchoff, 2016). Syok hipovolemik juga bisa
didefinisikan sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan
dengan kapasitas pembuluh darah total (Roberts, 2012).

2.2 Etiologi

Penyebab syok hipovolemik dibagi menjadi 4 bagian (Standl et al,


2015), yaitu :
a. Syok hemoragik, karena adanya perdarahan akut tanpa terjadinya
cedera pada jaringan lunak.
b. Syok hemoragik traumatik, karena adanya perdarahan akut yang
disertai cedera pada jaringan lunak ditambah dengan adanya
pelepasan aktivasi sistem imun.
c. Syok hipovolemik, karena berkurangnya sirkulasi plasma darah
secara kritis tanpa adanya perdarahan.
d. Syok hipovolemik traumatik, karena berkurangnya sirkulasi plasma
darah secara kritis tanpa adanya perdarahan, tetapi terdapat cedera
pada jaringan lunak serta adanya pelepasan aktivasi sistem imun.

2
2.3 Patofisiologi

Syok terjadi karena adanya penurunan secara dratis volume darah di


sirkulasi darah, kehilangan sel darah merah secara massif sehingga
meningkatkan hipoksia pada jaringan. Secara klinis, syok hemoragik
terjadi karena adanya perdarahan pada pembuluh darah besar seperti
perdarahan gastrointestinal, aneurisma aorta, aorta uteri, perdarahan pada
telinga, hidung, dan tenggorokan.
Syok hemoragik traumatik berbeda dengan syok hemoragik
dikarenakan adanya tambahan cedera pada jaringan lunak yang
memperparah terjadinya syok. Syok ini biasanya terjadi karena adanya
cedera seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian. Perdarahan difus,
hipotermia (<34°c) dan asidosis adalah tanda yang mengancam jiwa
(Gasslen et al., 2016). Cedera pada jaringan lunak dapat menimbulkan
peradangan post akut, sehingga semakin menguatkan proses dari
terjadinya syok. Pada tingkat sirkulasi mikro, interaksi leukosit-endotel
dan penghancuran proteoglikan dan glikosaminoglycan yang terikat
dengan membrane endotel menyebabkan adanya disfungsi mikro vascular
dan terjadinya sindrom kebocoran kapiler (Standl et al., 2018). Di
intraseluler ketidakseimbangan metabolism terjadi karena adanya
kerusakan mitokondria dan pengaruh negative pada sistem vasomotor
(Standl et al., 2018).
Syok hypovolemia ataupun syok hypovolemia traumatik menunjukkan
tanda terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan. Dalam artian
yang lebih sempit syok hipovolemik adalah kehilangan cairan baik dari
internal maupun eksternal dengan ketidakadekuatan intake cairan ke
tubuh. Hal ini disebabkan karena terjadinya hipertermi, muntah ataupun
diare persisten, serta terdapat masalah pada ginjal. Penyerapan dalam
jumlah besar pada cairan di dalam abdomen dapat menjadi penyebab
utama berkurangnya sirkulasi volume plasma. Secara patologis
peningkatan hematokrit, leukosit dan trombosit dapat merusak sifat reologi
darah dan dapat merusak organ secara persisten walaupun pasien telah
mendapatkan terapi untuk syok (Standl et al., 2018).
Syok hipovolemik traumatic terjadi karena adanya luka bakar yang
luas, luka bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma yang
terjadi juga mengaktivasi koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan
adanya perburukan pada makro-mikro sirkulasi. Reaksi peradangan
menyebabkan terjadinya kerusakan pada endothelium, meningkatkan
sindrom kebocoran kapiler, dan beberapa karena koagulopati (Standl et al.,
2018).

3
2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala syok hipovolemik ditentukan berdasarkan stadium


(Hardisman, 2013), yaitu :
a. Stadium-I : syok hipovolemik yang terjadi karena kehilangan darah
hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada tahap ini
tubuh mengkompensi menggunakan vasokontriksi perifer sehingga
terjadi penurunan refilling kapiler. Pada stadium ini pasien menjadi
sedikit cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi
rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam keadaam normal.
b. Stadium-II : apabila terjadi perdarahan sebanyak 15-30%. Pada
tahap ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi
fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan
tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi, melambatnya
refilling kapiler, frekuensi nafas meningkat dan pasien menjadi
lebih cemas.
c. Stadium-III : apabila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala
yang muncul pada tahap ini biasanya menjadi semakin berat.
Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120x/menit,
meningkatnya frekuensi nafas menjadi diatas 30x/menit, penurunan
yang berlebihan pada tekanan nadi dan tekanan darah sistolik,
refilling kapiler yang sangat lambat.
d. Stadium-IV : syok hipovolemik yang kehilangan darah lebih dari
40%. Pada tahap ini takikardi menjadi lebih dari 140x/menit
dengan pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala klinis
pada stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi
lebih dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan
nadi semakin kecil dan disertai dengan penurunan kesadaran atau
letargik.

2.5 Pemeriksaan Diagnostic

Menurut (Kowalak, 2011), pemeriksaan yang daapt membantu


menegakkan diagnosis syok, yaitu :
a. Nilai hematokrit dapat menurun pada perdarahan atau meninggi
pada jenis syok lain yang disebabkan hypovolemia.
b. Pemeriksaan koagulasi, untuk mendeteksi koagulopati akibat DIC
(Diseminata Intravascular Coagulation).
c. Pemeriksaan laboratorium, untuk menemukan adanya kenaikan
jumlah sel darah putih dan laju endap darah yang disebabkan

4
karena cedera dan inflamasi, kenaikan kadar ureum dan kreatinin
akibat penurunan perfusi renal, peningkatan serum laktat yang
terjadi sekunder karena metabolism anaerob, kenaikan kadar
glukosa serum pada stadium dini syok karena hati melepas
cadangan glikogem sebagai respon terhadap stimulasi saraf
simpatik.
d. Analisis gas darah arteri dapat mengungkapkan alkalosis
respiratorik pada syok dalam stadium dini yang berkaitan dengan
takipnea, asidosis respiratorik pada stadium selanjutnya yang
berkaitan dengan depresi pernafasan, dan asidosis metabolic pada
stadium selanjutnya yang terjadi sekunder karena metabolism
anaerob.

2.6 Komplikasi

Menurut (Kowalak, 2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada


syok meliputi :
a. Sindrom distress pernafasan akut
b. Nekrosis tubuler akut
c. Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC)
d. Hipoksia serebral
e. Kematian

2.7 Penatalaksanaan Medis

Menurut (Kolecki and Menckhoff, 2016) penatalaksanaan utama pada


syok hipovolemik yaitu terapi cairan untuk menggantikan cairan tubuh
atau darah yang hilang. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien
syok hipovolemik adalah mengembalikan tanda-tanda vital dan
hemodinamik kedalam kondisi batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
harus dipertahankan dan dijaga agar tetap dalam kondisi stabil.
Menurut (Standl et al, 2018) penanganan syok hipovolemik terdiri dari
resusitasi cairan menggunakan cairan kristaloid dengan akses vena perifer,
dan pada pasien karena perdarahan segera kontrol perdarahan (tranfusi).
Dalam mencegah terjadinya hipoksia, disarankan untuk dilakukan intubasi
dengan normal ventilasi. Cairan resusitasi yang dapat digunakan adalah
cairan isotonic NaCl 0,9% atau ringer laktat (Kolecki and Menckhoff,
2016). Pemberian awal yaitu dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB
pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus
dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda-tanda vital dan

5
hemodinamiknya. Jika perbaikan hemodinamik ditemukan, maka
pemberian kristaloid dapat terus dilanjutkan. Pemberian cairan kristaloid
sekitar 5 kali lipat perkiraan dari volume darah yang hilang dalam waktu 1
jam, karena distribusi cairan kristaloid lebih cepat berpindah dari
intravaskuler ke ruang intersisial. Apabila tidak terjadi perbaikan
hemodinamik maka pilihannya adalah dengan cara memberikan koloid,
dan dipersiapkan untuk pemberian darah segera.

2.8 Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut (Simmons and Ventetuolo, 2017) monitoring yang dapat


dilakukan pada pasien syok, yaitu :
a. Monitor tekanan darah
Pada pasien syok hemoragik, tekanan darah sistol dipertahankan >
70 mmHg dengan MAP >65 mmHg.
b. Mengukur CVP (Central Venous Pressure)
Nilai CVP pada orang dewasa yaitu 5-7 mmHg dengan pernafasan
secara spontan. Nilai CVP <5 mmHg menandakan bahwa pasien
mengalami syok hipovolemik.
c. Passive Leg Raising (PLR)
PLR merupakan pengaturan posisi dengan meninggikan kaki 45
derajat dengan kepala dan badan sejajar. Fungsi pada PLR ini
adalah untuk meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas
kembali ke jantung.

6
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Analisa data dan diagnosa keperawatan

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. Ds : - Hambatan Ketidakseimbangan
pertukaran gas ventilasi - perfisi
Do :
(00030)
- Hasil pemeriksaan ttv
: frekuensi nadi
130x/ menit
- Frekuensi
pernapasan 30x/
menit
- Pupil isokor, bulat,
reaktif terhadap
cahaya
- Hasil pemeriksaan
ekg pasien mengalami
takikardia
2. Ds : Defisien volume Kehilangan cairan
cairan hebat muntah darah
- Petugas ambulance
(00027)
melaporkan pasien
muntah darah
sebanyak 1-2 L
Do :
- Kulit pasien teraba
dingin, dasar kuku
pucat, bibir kering,
turgor kulit jelek
- Suhu tubuh pasien
38c
- Frekuensi nadi 130x/
menit
- Tekanan darah 59/22
mmhg
- Frekuensi pernafasan
30x/menit

7
3. Ds : - Hyperthermia Takikardia (00007)
Do :
- Hasil pemeriksaan
ekg pasien
mengalami sinus
takikardia
- Tingkat kesadaran
voice
- Suhu tubuh pasien
38°c

3.2 Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi - perfisi


2. Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan hebat muntah darah
3. Hyperthermia b.d takikardia

3.3 Rencana asuhan keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) RENCANA


KEPERAWATAN TINDAKAN (NIC)

8
1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan
pertukaran gas b.d keperawatan selama 2x24 nafas (3140)
ketidakseimbangan jam diharapkan pasien - Posisikan pasien
ventilasi - perfisi menunjukkan status untuk
pernafasan : ventilasi memaksimalkan
dengan kriteria hasil : ventilasi
- Motivasi pasien
Status pernafasan : untuk bernafas
ventilasi (0403) pelan, dalam,
Indikator A T berputar dan
Frekuensi 2 4 batuk
pernafasan - Instruksikan
Irama 3 4 bagaimana agar
pernafasan bisa melakukan
Kedalaman 3 4 batuk efektif
inspirasi - Monitor status
Hasil rontgen 3 4 pernafasan dan
dada oksigenasi
Gangguan 3 4 sebagaimana
ekspirasi mestinya

Keterangan :
1. Deviasi berat dari
kisaran normal /
sangat berat
2. Deviasi yang cukup
berat dari kisaran
normal / berat
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal /
cukup
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal /
ringan
5. Tidak ada deviasi
dari kisaran normal
/ tidak ada
2. Defisien volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
cairan b.d keperawatan selama 2x24 (4120)
kehilangan cairan jam diharapkan pasien - Monitor status
hebat muntah darah menunjukkan pasien
keseimbangan cairan - Jaga intake yang
dengan kriteria hasil : akurat dan catat
output (pasien)
Keseimbangan cairan - Monitor status
(0601) hidrasi (membran

9
Indikator A T mukosa lembab,
Tekanan darah 2 4 denyut nadi
Denyut nadi 3 4 adekuat)
Jumlah frekuensi 2 4 - Monitor hasil
pernafasan laboratorium
Keseimbangan 1 3 yang relevan
intake dan output dengan retensi
dalam 24 jam cairan
Turgor kulit 2 4 - Monitor TTV
Kelembaban 3 4 - Berikan terapi IV,
membran seperti yang
mukosa ditentukan
- Berikan cairan,
Keterangan : yang tepat
1. Sangat terganggu - Berikan cairan IV
2. Banyak terganggu sesuai dengan
3. Cukup terganggu suhu kamar
4. Sedikit terganggu - Distribusi asupan
5. Tidak terganggu cairan selama 24
jam
- Monitor reaksi
pasien terhadap
terapi elektrolit
yang diresepkan
- Atur ketersediaan
produk darah
untuk transfuse
- Persiapkan
pemberian
produk-produk
darah (cek darah
dan
mempersiapkan
pemasangan
infus)
- Berikan produk-
produk darah
(trombosit dan
plasma yang
baru)

10
3. Hyperthermia b.d Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda-
takikardia keperawatan selama 2x24 tanda vital (6680)
jam diharapkan pasien - Monitor tekanan
menunjukan termoregulasi darah, nadi, suhu,
dengan kriteria hasil : dan status
pernafasan
Termoregulasi (0800) dengan tepat
Indikator A T - Inisiasi dan
Denyut nadi 3 4 pertahankan
radial peringkat
Tingkat 2 4 pemantauan suhu
pernafasan tubuh secara terus
Tingkat 3 4 menerus dengan
pernafasan tepat
Peningkatan 2 4 - Monitor dan
suhu kulit laporkan tanda
Hipertermia 2 4 dan gejala
Dehidrasi 3 4 hipertemia
- Monitor warna
Keterangan : kulit, suhu dan
1. Sangat terganggu / kelembaban
berat - Identifikasi
2. Banyak terganggu / kemungkinan
cukup berat penyebab
3. Cukup terganggu / perubahan tanda-
sedang tanda vital
4. Sedikit terganggu / - Periksa secara
ringan berkala
5. Tidak terganggu / keakuratan
tidak ada instrument yang
digunakan untuk
peroleh data
pasien

3.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan

NO Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


1. Hambatan 08.00 - Memposisikan
pertukaran gas b.d pasien untuk
ketidakseimbangan memaksimalkan
ventilasi – perfisi 08.25 ventilasi
- Memotivasi pasien
untuk bernafas
09.00 pelan, dalam,

11
berputar dan batuk
-Menginstruksikan
bagaimana agar
09.15 bisa melakukan
batuk efektif
- Memonitor status
pernafasan dan
oksigenasi
sebagaimana
mestinya

2. Defisien volume 08.00 - Memonitor status


cairan b.d pasien
kehilangan cairan 08.15 - Menjaga intake
hebat muntah darah yang akurat dan
catat output
10.00 (pasien)
- Memonitor status
hidrasi (membran
mukosa lembab,
11.00 denyut nadi
adekuat)
- Memonitor hasil
laboratorium yang
11.20 relevan dengan
13.00 retensi cairan
- Memonitor TTV
13.00 - Memberikan terapi
IV, seperti yang
13.00 ditentukan
- Memberikan
cairan, yang tepat
13.35 - Memberikan cairan
IV sesuai dengan
suhu kamar
13.40 - Mendistribusikan
asupan cairan
selama 24 jam
- Memonitor reaksi
14.30 pasien terhadap
terapi elektrolit
yang diresepkan
14.35 - Mengatur
ketersediaan
produk darah untuk
transfuse

12
- Mempersiapkan
pemberian produk-
14.40 produk darah (cek
darah dan
mempersiapkan
pemasangan infus)
- Memberikan
produk-produk
darah (trombosit
dan plasma yang
baru)
3. Hyperthermia b.d 11.20 - Memonitor tekanan
takikardia darah, nadi, suhu,
dan status
pernafasan dengan
11.28 tepat
- Menginisiasi dan
pertahankan
peringkat
pemantauan suhu
12.00 tubuh secara terus
menerus dengan
tepat
13.00 - Memonitor dan
laporkan tanda dan
13.35 gejala hipertemia
- Memonitor warna
kulit, suhu dan
kelembaban
14.20 - Mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital
- Memeriksa secara
berkala keakuratan
instrument yang
digunakan untuk
peroleh data pasien

13
KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun dibawa oleh ambulan 119 ke IGD
dengan hematemesis. Pasien terlihat jaundice dan memiliki riwayat hepatitis
alkoholik. Petugas ambulance melaporkan pasien muntah darah sebanyak 1-2
liter. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : frekuensi nadi 130x/menit, tekanan
darah 59/22 mmHg, frekuensi pernafasan 30x/menit, suhu 38°c. Pupil isokor,
bulat, reaktif terhadap cahaya. Tingkat kesadaran “Voice”.

Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan pasien mengalami sinus takikardia. Kulit


pasien teraba dingin, dasar kuku pucat, bibir kering, turgor kulit jelek. Capillary
refill 7-8 detik. Pasien segera diberikan terapi IV 2 jalur dengan Normal Saline 3
L.

Table 1. Data hasil pemeriksaan laboratorium


HEMATOLOGY Nilai Normal
Hematocrit (%) 68 41-50%
Hemoglobin (g/dl) 7 13-18 gm/dL
White cells (per mm3) 8,606 5-10,000
Neutrophils (%) 70 48-73
Lymphocytes (%) 18 18-48%
Monocytes (%) 3 0-9%
Eosinophils (%) 0 0-5%
Basophils (%) 0 0-2%
Band forms (%) 2 <3%
Platelets (per mm3) 110,000 150,000-450,000
Mean Corpuscular Volume (fl) 92 80-100 fl
BUN 25 mg/dl 7-30mg/dL
Serum creatinine 1,1 mg/dl 0,6-1,2mg/dL
Analisa Gas Darah
Ph 6,6 7,35-7,45
PCO2 103 mmHg 35-45 mmHg
PO2 63 mmHg 80-100 mmHg
HCO3 10,2 mEq/L 22-26 mEq/L
BE -28 mEq/L (-2) – (+2)

14
LAMPIRAN TUTORIAL

SKENARIO 1 PERTEMUAN 1 (Kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler)


Chair : Novita Fatmawati (1910201071)
Scribe : Aprilia Putri Rahayu (1910201074)

STEP 1 : Mengklarifikasi Istilah atau Konsep


1. Hematemesis (Aringga, 1910201062) : Muntah darah (Mufida,
1910201075)
2. Sinis takikardia (Salshabilla, 1910201072) : Terjadi ketika nodus sinoatrial
menghasilkan terlalu banyak sinyal elektrik (Dianitasari, 1910201069)
3. Normal saline (Lisa 1910201066, dan Alif 1910201068) : Cairan kristaloid
yang digunakan secara intravena untuk resusitasi cairan (Rakelita,
1910201064)
4. Capillary refill (Friska, 1910201063) : Tes yang dilakukan cepat pada
daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke
jaringan (Amalia, 1910201073)
5. Pupil isokor (Naufaldi, 1910201052) : Pupil pada bola mata yang besarnya
sama (Triana, 1910201061)
6. Voice (Rosalia, 1910201049) : Suara (Triana, 1910201061)
7. Hepatitis alkoholik (Mufida, 1910201075) : Peradangan hati (Friska,
1910201063)
8. EKG (Rakelita, 1910201064) : Electro Cardio Gram (Salshabilla,
1910201072)
9. Jaundice (Salshabilla, 1910201072) : Penyakit kuning yang disebabkan
oleh penumpukan bilirubin dalam darah (Dianitasari, 1910201069)
10. Lymphocytes (Triana, 1910201061) : Limfosit sel darah putih yang
terdapat pada sistem kekebalan makhluk vertebrata (Salshabilla,
1910201072)

15
STEP 2 : Mendefinisikan Masalah
1. Apa tujuan pemberian terapi IV 2 jalur dengan normal saline 3 L ?
(Dianitasari, 1910201069)
2. Apa yang menyebabkan pasien tersebut muntah darah ? (Alif,
1910201068)
3. Bagaimana patofisiologi masalah atau penyakit yang mendasari kasus
tersebut ? (Novita, 1910201071)
4. Apa saja diagnose, do dan ds pada kasus tersebut ? (Salshabilla
1910201072 dan Rosalia 1910201049)
5. Prioritas tindakan apa yang dapat dan tepat dilakukan pada pasien tersebut
? (Friska, 1910201063)

STEP 3 dan 4 : Menganalisis Masalah dan Menyusun Urutan Penjelasan


Masalah (Pertanyaan&Hipotesis)
1. Untuk resusitasi cairan, resusitasi cairan itu sendiri adalah proses
penggantin cairan tubuh saat pasien dalam kondisi kritis dan kehilangan
terlalu banyak cairan. (Aprilia, 1910201074)
2. Pasien muntah darah pada kasus syok hipovolemik karena
ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat
adanya kekurangan volume darah. (Novita, 1910201071)
3. Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Patofisiologi syok hipovolemik terjadi
akibat kegagalan perfusi jaringan sebagai imbas dari kehilangan volume
cairan dalam jumlah besar yang tidak mampu ditangani melalui
mekanisme kompensasi tubuh. Beberapa perubahan hemodinamik yang
terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah penurunan kardiak output,
penurunan tekanan darah, peningkatan resistensi vascular sistemik, dan
penurunan tekanan vena sentral. Patofisiologi syok hipovolemik secara
umum dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu stadium kompensasi,
stadium dekompensasi dan stadium irreversible. (Friska, 1910201063)
4. DX, DO, DS (Mufida, 1910201075)

16
No Data Masalah Etiologi
1 Ds : - Gangguan pertukaran
Do : gas
- Pasien terlihat
jaundience
- Frekuensi
pernafasan
30x/menit
- Kulit pasien
teraba dingin
- Dasar kuku
pasien pucat
- Tingkat
kesadaran
“voice”
2 Ds : Defisiensi volume
- Petugas cairan
ambulance
melaporkan
pasien muntah
darah
sebanyak 1-2
L
Do :
- Hasil
pemeriksaan
bibir pasien
tampak kering
- Turgor kulit
pasien tampak

17
jelek
3 Ds : - Hyperthermia
Do :
- Suhu : 38°c

STEP 5 : Menetapkan Tujuan Belajar


1. Konsep dasar dari syok hipovolemik
Jawab :
a) Pengertian : merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi karena
perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan
perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional,
dan dehidrasi berat oleh berbagai penyebab seperti luka bakar dan
diare berat
Nama yang menjawab : Aprilia Putri (1910201074)
Sumber / Citasi : Kolecki and Menckhoff, 2016 dituliskan oleh
Antara 2021 di dalam penelitian berjudul BAB II TINJAUAN
PUSTAKA A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik
b) Etiologi/penyebab : ada 4 bagian yaitu ; syok hemoragik (karena
adanya perdarahan akut tanpa terjadi cedera pada jaringan lunak),
syok hemoragik traumatic (karena adanya perdarahan akut yang
disertai cedera pada jaringan lunak ditambah dengan adanya
pelepasan aktivasi sistem imun), syok hipovolemik (karena
kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa adanya
perdarahan), syok hipovolemik traumatic (karena kurangnya
sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa adanya perdarahan,
terjadi cedera pada jaringan lunak dan ada pelepasan aktivasi
sistem imun) (Standl et al, 2018) (Aprilia)
Nama yang menjawab : Aprilia Putri (1910201074)
Sumber / Citasi : Standl et al, 2018 dituliskan oleh Antara 2021 di
dalam penelitian berjudul BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik
c) Etiologi : Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat
berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat
terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh
non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti
luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang

18
paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok
hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan
hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-
organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun
luka langsung pada pembuluh arteri utama.
Nama yang jawab : Alif Solikhan (1910201068)
Sumber :
d) Tanda dan gejala
Menurut (Hardisman, 2013), tanda dan gejala syok hypovolemia
ditentukan berdasar stadium yaitu:
a. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan
darah hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium
ini tubuh mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer
sehingga terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien
juga menjadi sedkit cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan
tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam
kedaan normal.
b. Stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada
stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi
fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan
tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler
yang melambat, peningkatan frekuensi nafas dan pasien menjadi
lebih cemas.
c. Stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-
gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat.
Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali permenit,
peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali permenit,
tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling
kapiler yang sangat lambat.
d. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah
lebih dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit
dengan pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala
klinis pada stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume
sirkulasi lebih dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat,
tekanan nadi semakin kecil dan disertai dengan penurunan
kesadaran atau letargik.
Nama yang menjawab : Rosalia AdenanThera (1910201049)
Referensi / Citasi : Hardisman, 2013 dituliskan oleh Antara 2021 di
dalam penelitian berjudul BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik

19
e) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis syok
(Kowalak, 2011) yaitu:
a. Nilai hematokrit dapat menurun pada perdarahan atau meninggi
pada jenis syok lain yang disebabkan hypovolemia.
b. Pemeriksaan koagulasi dapat mendeteksi koagulopati akibat DIC
(Diseminata Intravascular Coagulation).
c. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan
jumlah sel darah putih dan laju endap darah yang disebabkan
cedera dan inflamasi, kenaikan kadar ureum dan kreatinin akibat
penurunan perfusi renal, peningkatan serum laktat yang terjadi
sekunder karena metabolism anaerob, kenaikan kadar glukosa
serum pada stadium dini syok karena hati melepas cadangan
glikogen sebagai respon terhadap stimulasi saraf simpatik.
d. Analisis gas darah arteri dapat mengungkapkan alkalosis
respiratorik pada syok dalam stadium dini yang berkaitan dengan
takipnea, asidosis respiratorik pada stadium selanjutnya yang
berkaitan dengan depresi pernapasan, dan asidosis metabolik pada
stadium selanjutnya yang terjadi sekunder karena metabolism
anaerob.
Nama yang menjawab : Rosalia AdenanThera (1910201049)
Sumber / Citasi : Kowalak, 2011 di tuliskan oleh Antara 2021
dalam penelitian berjudul BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik
f) Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada syok meliputi (Kowalak,
2011):
a. Sindrom distress pernapasan akut
b. Nekrosis tubuler akut
c. Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC)
d. Hipoksia serebral
e. Kematian
Nama yang menjawab : Amalia Nur (1910201073)
Sumber / Citasi : Kowalak, 2011 di tuliskan oleh Antara 2021
dalam penelitian berjudul BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik
g) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-
tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal.
Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap

20
pada kondisi stabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut
yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah
yang hilang (Kolecki and Menckhoff, 2016).
Standl et al. (2018) menyatakan bahwa penanganan syok
hipovolemik terdiri dari resusitasi cairan menggunakan cairan
kristaloid dengan akses vena perifer, dan pada pasien karena
perdarahan, segera kontrol perdarahan (tranfusi). Dalam mencegah
terjadinya hipoksia, disarankan untuk dilakukan intubasi dengan
normal ventilasi.
Nama yang menjawab : Amalia Nur (1910201073)
Sumber / Citasi : Kolecki and Menckhoff, 2016 dan Standl et al.
2018 di tuliskan oleh Antara 2021 dalam penelitian berjudul BAB
II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik
h) Penatalaksanaan Keperawatan
Monitoring pada pasien syok yang dapat dilakukan yaitu (Simmons
and Ventetuolo, 2017):
a. Monitor tekanan darah
Pada pasien dengan syok hemoragik, tekanan darah sistol
dipertahankan >70 mmHg dengan MAP >65 mmHg.
b. Mengukur CVP (Central Venous Pressure)
Nilai CVP normal yaitu 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan
bernapas secara spontan. Nilai CVP <5 mmHg menandakan
pasien mengalami syok hipovolemik.
c. Passive Leg Raising (PLR)
PLR merupakan pengaturan posisi dengan meninggikan kaki 45
derajat dengan kepala dan badan sejajar. PLR berfungsi untuk
meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas kembali ke
jantung.
Nama yang menjawab : Amalia Nur (1910201073)
Sumber / Citasi : Simmons and Ventetuolo, 2017 di tuliskan oleh
Antara 2021 dalam penelitian berjudul BAB II TINJAUAN
PUSTAKA A.Konsep Dasar Syok Hipovolemik

2. Patofisiologi dari syok hipovolemik


Jawab :
Secara klinis, syok hemoragik terjadi karena adanya perdarahan pada
pembuluh darah besar seperti perdarahan gastrointestinal, aneurisma aorta,
atonia uteri, perdarahan pada telinga, hidung, tenggorokan. Syok terjadi
karena adanya penurunan secara drastic volume darah di sirkulasi darah,

21
kehilangan sel darah merah secara massif sehingga meningkatkan hipoksia
pada jaringan.
Syok hemoragik traumatic berbeda dengan syok hemoragik dikarenakan
adanya tambahan cedera pada jaringan lunak yang memperparah
terjadinya syok. Syok ini biasanya terjadi karena ada cedera seperti
kecelakaan dan jatuh dari ketinggian. Perdarahan difus, 8 hipotermia (<
340C) dan asidosis merupakan tanda yang mengancam jiwa (Gänsslen et
al., 2016.). Cedera pada jaringan lunak menyebabkan peradangan post
akut, sehingga semakin menguatkan proses dari terjadinya syok. Pada
tingkat sirkulasi mikro, interaksi leukosit-endotel dan penghancuran
proteoglikan dan glikosaminoglycan yang terikat dengan membrane
endotel menyebabkan adanya disfungsi mikro vascular dan terjadi sindrom
kebocoran kapiler (Standl et al., 2018). Di intraseluler tingkat
ketidakseimbangan metabolise terjadi karena kerusakan mitokondria dan
pengaruh negatif pada sistem vasomotor (Standl et al., 2018).
Syok hypovolemia maupun syok hypovolemia traumatic menunjukan
tanda terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan. Syok
hypovolemia dalam arti yang lebih sempit muncul karena adanya
kehilangan cairan baik dari internal maupun eksternal dengan
ketidakadekuatan intake cairan ke tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh
hipertermi, muntah atau diare persisten, masalah pada ginjal. Penyerapan
sejumlah besar cairan ke dalam abdomen dapat menjadi penyebab utama
berkurangnya sirkulasi volume plasma. Secara patologis peningkatan
hematokrit, leukosit dan trombosit dapat merusak sifat reologi darah dan
dapat merusak organ secara persisten walaupun pasien telah mendapatkan
terapi untuk syok (Standl et al., 2018).
Syok hypovolemia traumatic terjadi karena luka bakar yang luas, luka
bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma yang terjadi
juga mengaktivasi koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan 9
perburukan pada makro-mikro sirkulasi. Reaksi peradangan menyebabkan
kerusakan pada endothelium, meningkatkan sindrom kebocoran kapiler,
dan beberapa karena koagulopati (Standl et al., 2018).
Nama yang menjawab : Muhammad Cesar (1910201065)
Sumber :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjptcPUz5f3AhXBS2wGHZ4uCn4QFno
ECDsQAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.poltekkes-
denpasar.ac.id%2F7693%2F3%2FBAB%2520II%2520Tinjauan%2520pus
taka.pdf&usg=AOvVaw2vsweAPryKhPgXIpIvozkr

22
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata
dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang
menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah di
bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ
Nama yang menjawab : Alif Solikhan (1910201068)
Sumber / Citasi :

Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika


kekurangan darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada
saat ini masih dapat dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan
tahanan pembuluh dan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung. Bila
perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara umum
syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan
nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor
yang jelek, ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang
lambat.
Nama yang menjawab : Rakelita (1910201064)
Sumber / Citasi :
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/167/162

Patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai


kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik
tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di
arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan
sangat kecilnya curah jantung. Dengan demikian syok dapat terjadi oleh
berbagai macam sebab dan dengan melalui berbagai proses. Secara umum
dapat dikelompokkan kepada empat komponen yaitu masalah penurunan
volume plasma intravaskuler, masalah pompa jantung, masalah pada
pembuluh baik arteri, vena, arteriol, venule atupun kapiler, serta sumbatan
potensi aliran baik pada jantung, sirkulasi pulmonal dan sitemik.
Nama yang menjawab : Salshabilla (1910201072)
Sumber / Citasi :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/1376/p
df

3. Asuhan keperawatan dari syok hipovolemik


Jawab :

23
Dx : hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi - perfisi
(00030)
Do :
- hasil pemeriksaan ttv : frekuensi nadi 130x/ menit
- frekuensi pernapasan 30x/ menit
- pupil isokor, bulat, reaktif terhadap cahaya
- hasil pemeriksaan ekg pasien mengalami takikardia
Ds :
Nic : Manajemen jalan nafas (3140)
- posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk
- instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
- monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya

Dx : defisien volume cairan b.d kehilangan cairan hebat muntah darah


(00027)
Do :
- kulit pasien teraba dingin, dasar kuku pucat, bibir kering, turgor kulit
jelek
- suhu tubuh pasien 38c
- frekuensi nadi 130x/ menit
- tekanan darah 59/22 mmhg
Ds :
- petugas ambulance melaporkan pasien muntah darah sebanyak 1-2 l

Dx : hipertermia b.d takikardia (00007)


Do :
- hasil pemeriksaan ekg pasien mengalami sinus takikardia
- suhu tubuh pasien 38c
- tingkat kesadaran voice
Ds :
Nama yang menjawab : Novita Fatmawati (1910201071) dan Lisa
Prameswari (1910201066)
Sumber : Nanda 2018- 2020 dan NIC

24

Anda mungkin juga menyukai