Laporan Hasil Tutorial Gadar C5
Laporan Hasil Tutorial Gadar C5
Disusun Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas hidayah dan taufik-Nya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan keluarga beliau.
Pada laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sistem
Kardiovaskuler” ini, kami menggunakan bahasa yang sederhana yang memudahkan kita
untuk memahaminya. Laporan ini juga berguna untuk menambah dan memperluas
wawasan, serta menunjang pemahaman dan melatih keterampilan mahasiswa.
Terima kasih kami haturkan pada semua pihak yang telah memberikan konstribusi
dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan. Karena itu, penyusun memohon kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada
hemostasis tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar
yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok
kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor
yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok
hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.
Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah,
dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik merupakan salah
satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak dibandingkan syok lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan secara umum tentang syok hipovolemik ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan hipovolemik pada pasien dengan syok
hipovolemik ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, manifestasi klinis
dan penatalaksanaan syok hipovolemik
2. Mengetahui asuhan keperawatan hipovolemik pada pasien dengan syok
hipovolemik
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma, atau
kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac output.
Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak
adekuat (Hammond and Zimmermann, 2017). Syok hipovolemik adalah hilangnya
volume dapat menurunkan preload yang menyebabkan penurunan curah jantung,
tekanan darah serta gangguan perfusi jaringan (Ramdani B., 2016). Syok hipovolemik
terjadi karena volume intravaskuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan cairan
akibat diare, luka bakar, muntah, dan third space loss, sehingga menyebabkan
pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak adekuat (Leksana, 2015).
B. Etiologi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik),
trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non
fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh
perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.
Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ
tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama.
2
e. Oligouria
D. Patofisiologi
Syok hypovolemia traumatic terjadi karena luka bakar yang luas, luka bakar
kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma yang terjadi juga mengaktivasi
koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan perburukan pada makro-mikro
sirkulasi. Reaksi peradangan menyebabkan kerusakan pada endothelium,
meningkatkan sindrom kebocoran kapiler, dan beberapa karena koagulopati (Standl et
al., 2018).
E. Manifestasi klinis
3
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
F. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmaninya diarahkan lepada diagnosis cedera yang mengancam
nyawa dan meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal (baseline
recordings) penting untuk memantau respons penderita terhadap terapi. Yang
harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
mengijinkan ( ATLS, 2018; IDI, 2014).
b. Airway dan Breathing
4
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%( ATLS, 2018).
c. Circulation (Sirkulasi – Kontrol Perdarahan)
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat
terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahan dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan
dengan tekanan langsung pada tempat perdarahan. Cukupnya perfusi jaringan
menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan
operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal ( ATLS, 2018).
d. Disability (Pemeriksaan neurologis)
Dilakukan pemeriksaan neurologis singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,
pergerakana mata dan respons pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak
selalu disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak
yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum
penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cedera intrakranial ( ATLS, 2018).
e. Exposure (Pemeriksaan Tubuh Lengkap)
Setelah mengurus prioritasprioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita
harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai
bagian dari mencari cedera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting dilakukan
tindakan untuk mencegah hipotermia. Pemakaian penghangat cairan, maupun
cara-cara penghangatan internal maupun eksternal sangat bermanfaat dalam
mencegah hipotermia (ATLS, 2018).
f. Dilatasi lambung – Dekompresi
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak,
dan dapat mengakibatkan hipotensi dan disritmia jantung yang tidak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagus yang
berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar, distensi lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung, ini
merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukkan selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau
mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.
5
Namun, walaupun penempatan pipa sudah baik, masih ada kemungkinan terjadi
aspirasi ( ATLS, 2018).
g. Pemasangan kateter urin
Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria
dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin ( ATLS, 2018).
h. Akses pembuluh darah
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling penting
dilakuakan dengan memasukkan dua kateter intravenaukuran besar sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral ( ATLS, 2018).
i. Terapi awal cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume
vaskular dengan cara menggantikan cairan berikutnya ke dalam ruang interstitial
dan intraselular. Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl
fisiologis adalah pilihan kedua. Walupun NaCl fisiologis merupakan pengganti
yang baik namun cair ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis
hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah besar bila fungsi ginjalnya kurang
baik. Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai bolus.
Dosis awal adalah 1 sampai 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak. Respons
penderita terhadap pemberian cairan ini dipantau, dan keputusan pemeriksaan
diagnostik atau terapi lebih lebih lanjut akan tergantung pada respons ini (ATLS,
2018).
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
6
Kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun dibawa oleh ambulan 119 ke IGD dengan
hematemesis. Pasien terlihat jaundice dan memiliki riwayat hepatitis alkoholik. Petugas
ambulance melaporkan pasien muntah darah sebanyak 1- 2 L. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital: frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah 59/22 mmhg, frekuensi pernapasan
30x/menit, suhu 38 0C. Pupil isokor, bulat, reaktif terhadap cahaya. Tingkat kesadaran
“Voice”. Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan pasien mengalami sinus takikardia. Kulit
pasien teraba dingin, dasar kuku pucat, bibir kering, turgor kulit jelek. Capillary refill 7-8
detik. Pasien segera diberikan terapi IV 2 jalur dengan Normal Saline 3 L.
7
Pertemuan 1
Ketua : Dian Indah K
8
karbon dioksida terlaru dalam darah, hal
ini menunjukkan seberapa baik CO2
dapat mengalir keluar dari tubuh.
Erina : HCO3 (bikarbonat) adalah
bahan kimia yang membantu mencegah
pH darah menjadi terlalu asam atau
terlalu basa).
7. Ana: Capillary Refill adalah cara
memeriksa adanya tanda-tanda
dehidrasi, normalnya kurang dari 2 detik
9
dilakukan pemeriksaan golongan
darah dan cross-match.
- Penggunaan obat vasoaktif sampai
cairan seimbang untuk
mempertahankan tekanan darah dan
perfusi organ vital, seperti
dopamine, epineprin, dan
norefineprine untuk menstabilkan
pasien.
4. Fita: Iya, karena Penyakit hati terkait
alkohol adalah kerusakan fungsi hati
akibat konsumsi minuman beralkohol
secara berlebihan dan dalam jangka
panjang. Kebiasaan tersebut dapat
menyebabkan peradangan,
pembengkakan, dan pembentukan
jaringan parut di hati. Hati atau liver
berfungsi untuk menyimpan cadangan
energi dan nutrisi, serta membersihkan
darah dari racun, obat, atau alkohol. Hati
juga mampu meregenerasi atau
memperbaiki kondisinya sendiri.
Namun, konsumsi minuman beralkohol
secara berlebihan dapat memperlambat
proses regenerasi sel-sel hati.
5. Harum: Setiap orang yang mengalami
hematemesis harus segera mendapatkan
penanganan medis. Karena muntah
darah tanpa sebab yang jelas mungkin
berkaitan dengan penyakit berat pada
saluran pencernaan. Selain itu,
hematemesis akibat perdarahan berat
juga dapat menyebabkan syok
hipovolemik yang merupakan
komplikasi berbahaya dengan pertanda:
jantung berdebar, kesulitan untuk buang
air kecil, penurunan tekanan darah
secara mendadak, dan hilang kesadaran.
Erina: penanganan harus dilakukan
karena bertujuan untuk memaksimalkan
pasokan oksigen, mengembalikan
volume cairan dalam tubuh, serta
mengendalikan kehilangan darah bila
10
disebabkan karena pendarahan
6. Shabira: Terjadi krn seseorang sedang
berolaraga atau kondisi sbg respon tubuh
seperti stress atau penyakit
Ririn: Penyebab sinus takikardia yaitu
irama detak jantung normalnya dikontrol
oleh nodus atrioventrikular, yang
menghasilkan impuls elektrik pemicu
awal tiap detak jantung. Penyebab
takikardia adalah faktor-faktor
yang mengganggu impuls elektrik
tersebut, sehingga detak jantung lebih
cepat dari normal.
1. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) serta Lyndon (2014) tanda dan gejala
yang umum dijumpai pada pasien dengan hematemesis melena
diantaranya adalah :
11
muntah namun tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah. Muntah
terjadi setelah adanya rangsangan yang diberikan kepada pusat muntah
yaitu vomiting center (VC) di medula oblongata atau pada zona pemicu
kemoreceptor yang disebut chemoreceptor trigger zone (CTZ) yang
berada di daerah medula yang menerima masukan dari darah yang terbawa
obat atau hormon. Sinyal kimia dari aliran darah dan cairan cerebrospinal
(jaringan syaraf otak sampai tulang ekor) dideteksi oleh CTZ. Ujung
syaraf dan syaraf-syaraf yang ada di dalam saluran pencernaan merupakan
penstimulir muntah jika terjadi iritasi saluran pencernaan, kembung dan
tertundanya proses pengosongan lambung. Kemudian pusat muntah (VC)
akan distimulasi, dan bereaksi menyebabkan muntah. Muntahan darah
berwarna merah terang menunjukkan perdarahan baru terjadi, sedangkan
yang berwarna merah gelap, coklat atau hitam (warna dan muntahan
seperti ampas kopi) menandakan darah sudah tertahan lama di lambung
dan sudah tercerna sebagian.
b. Anoreksia
c. Disfagia
Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin dan warna hitam
ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang
muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna
sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam.
12
jatuh kepada kondisi lebih parah.
2. Patofisiologi
Selain varises esofagus, kelainan pada esofagus yang sering terjadi adalah
esofagogastritis korosiva, tukak esofagus, dan sindroma Mallory-weiss.
Esofagogastritis korosiva ini sering terjadi akibat benda asing yang
mengandung asam sitrat dan asam HCL yang bersifat korosif mengenai
mukosa mulut, esofagus dan lambung seperti yang terkandung dalam air
13
keras (H2SO4). Sehingga penderita akan mengalami muntah darah, rasa
panas terbakar dan nyeri pada mulut, dada, serta epigastrium. Sindroma
Mallory-weiss terjadi di bagian bawah esofagus dan lambung, gangguan
ini awalnya disebabkan karena muntah-muntah yang lama dan kuat
sehingga menimbulkan peningkatan intra abdomen dan menyebabkan
pecahnya arteri submukosa esofagus, kemudian laserasi pada esofagus
yang terjadi dapat merobek pembuluh darah sehingga menimbulkan
perdarahan. Kelainan di lambung seperti karsinoma lambung dan gastritis
erosive hemoragika akibat obat-obatan golongan salisilat biasanya
menimbulkan iritasi pada mukosa lambung dan dapat merangsang
timbulnya tukak (ulcerogenic drugs). Apabila erosi ini terus terjadi maka
akan menimbulkan perdarahan yang masif. Darah yang sudah
terkontaminasi dengan asam lambung akan berubah warna menjadi lebih
gelap dan tidak bergumpal (Hadi, 2013).
14
Penderita juga akan mengeluh mual dan mengalami penurunan nafsu
makan akibat peningkatan asam lambung, selain itu penderita juga akan
dipuasakan minimal hingga perdarahan berhenti. Akibatnya, intake nutrisi
yang masuk ke dalam tubuh akan berkurang dan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh menjadi tidak seimbang (Sudoyo, 2009).
15
- Nyeri dada
- Badan lesu
- Kulit pucat
- Sesak napas
Syok hypovolemia traumatic terjadi karena luka bakar yang luas, luka
16
bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma yang terjadi
juga mengaktivasi koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan
perburukan pada makro-mikro sirkulasi. Reaksi peradangan menyebabkan
kerusakan pada endothelium, meningkatkan sindrom kebocoran kapiler,
dan beberapa karena koagulopati (Standl et al., 2018).
17
kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.
Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara
cepat.
9. Etiologi hematemesis
18
ditentukan berdasar stadium yaitu :
12. Factor resiko pasien syok hipovelemik adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah, seperti aneurisma aorta dan gangguan pada saluran
pencernaan, seperti tukak lambung dan ulkus duodenum.
13. Etiologi pada syok hipovelemik
19
Menurut Standl et al. (2018) penyebab dari syok hipovolemi dibagi dalam
4 bagian, yaitu:
20
FORMAT PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Keterangan Pasien
Nama Tn.
Jenis kelamin Laki-laki
Usia 39 tahun
Status -
Agama -
Suku Bangsa Indonesia
Pendidikan -
Bahasa yang digunakan -
Pekerjaan -
Alamat -
Diagnosis Medis Hematemesis
Keterangan Pasien
Nama -
Jenis kelamin -
Usia -
Hubungan dengan pasien -
Pendidikan -
Pekerjaan -
21
a. Riwayat kesehatan
Keterangan Pasien
c. Data Fisiologis-Psikologis-Perilaku-Relasional-Lingkungan
Keterangan Pasien
Data Fisologis
1. Respirasi Frekuensi pernapasan 30x/menit,
2. Nutrisi dan Cairan Tidak terkaji
3. Eliminasi Tidak terkaji
4. Aktivitas dan Tidak terkaji
Istirahat
5. Neurosensori Tidak terkaji
6. Reproduksi dan Tidak terkaji
seksualitas
Data Psikologis
22
2. Integritas ego Tidak terkaji
Perilaku
Tidak terkaji
1. Kebersihan diri
Data Relasional
Tidak terkaji
1. Interaksi social
Data Lingkungan
1. Keamanan dan Tidak terkaji
proteksi
23
d. Pengkajian Fisik
Keterangan Pasien
Umum
1. Tingkat kesadaran : Voice
2. Pupil : Isokor,bulat,reaktif terhadap cahaya
3. Kulit : Teraba dingin
4. Turgor kulit : jelek
5. Kuku : Pucat
6. Bibir : Kering
7. Capillary refil ; 7-8 detik
8. Terapi IV 2 jalur (normal saline 3 L)
f.
g. Pemeriksaan penunjang
24
Ph (asidosis) 6,6 7,35-7,45
PCO2 (asam) asidosis 103 mmHg 35-45 mmHg
PO2 (asam) 63 mmHg 80-100 mmHg
HCO3 (asam) 10,2 mEq/L 22-26 mEq/L
BE -28mEq/L (-2) – (+2)
ASUHAN KEPERAWATAN
b. Analisa Data
DS : Ana
Petugas
ambulance
mengatakan px
muntah darah
sebanyak 1-2 L
25
mmgh, PO2 66 Domain 4, Kelas 4,
mmHg Kode Diagnosis: 00204
TD 52/22
mmhg
Capillary refill
7-8 detik
DS :
c. Intervensi Keperawatan
26
Tingkatkan
orientasi
Konsultasikan
kepada dokter jika
cairan elektrolit
memburuk
Tepatkan monitor
jantung yang tepat
Rawat aritma jantung
dengan tepat sesuai
protokol
27
Wrna kulit normal optimal
Monitor kerja
Kekuatan fungsi otot
pernafasan
Nilai laboratorium Monitor status
dalam batas normal neourologis
(kesadaran pasien)
Ana
Sirkulasi perifer
dapat menunjukkan
tingkat keparahan
penyakit
Mencari informasi
terkait hipertermia
(3-4)
Memakai pakaian
yang sesuai untuk
melindungi diri (3-
4)
Mempertahankan
keutuhan kulit (3-4)
Dian
28
Mengidentifikasi
faktor resiko
hipertermia (3-4)
Memodifikasi intake
cairan sesuai
kebutuhan (3-4)
Memonitor
perubahan status
Kesehatan (3-4)
29
Ketidaksebandingan 3. Menjaga kepatenan 90/80
antara ventilasi akses IV klien
A : masalah belum
dengan aliran darah 4. Memonitor tanda dan
gejala kelebihan asam teratasi
Domain 4, Kelas 4, karbonat dan asidosis
Kode Diagnosis: P : intervensi
respiratorik pada klien
00204 5. Memonitor tanda- dilanjutkan
tanda vital
6. Memberikan terapi
oksigen yang sesuai
kebutuhan klien
7. Memonitor tanda-
tanda gagal nafas klien
8. Memonitor factor
penentu sirkulasi
oksigen ke jaringan
untuk
mempertimbangkan
oksigenasi arteri yang
adekuat pada klien
9. Memposisikan pasien
pada posisi ventilasi
yang optimal
10. Memonitor kerja
pernafasan
11. Memonitor status
neourologis (kesadaran
pasien)
12. Membemberian
oksigen non rebriting
mask
30
7. Melakukan P : intervensi
pemeriksaan
dilanjutkan
laboratorium
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh
volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Gejala klasik syok yaitu, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi
berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung,
peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan
hormone stress serta ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan
menggunakan cairan interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin.
Penatalaksanaan syok hipovolemik akibat perdarahan tetap diawali dengan penilaian
airway, breathing, circulation, diability dan exposure. Kemudian setelah dilakukan
tatalaksana awal dievaluasi responnya, bisa respon cepat, sementara, dan minimal
atau tanpa respon.
B. Saran
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan mengenai
asuhan keperawatan kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler pada pasien dengan
syok hemovolemik.
31
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, 2(2), 93–96. Retrieved from
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/2043/BI
K_Vol_2_No_2_8_Enita_Dewi.pdf?sequence=1&isAllowed=y Diakses pada 13 Mei 2021
Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update
dan Penyegar. Memahami Patofisiologi Dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:Update Dan
Penyegaran., 2(3), 178–182. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/167 /162 Diakses pada 13 Mei 2021
32