Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SYOK

DOSEN PENGAMPU :

DINIYATI, SST, Bdn, M.Keb

Disusun Oleh :

1. Ade Irma Suciati (PO71241180001)

2. Dhea Octamianda Alam (PO71241180010)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI PROFESI JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga makalah yang begudul “Syok Dalam Kebidanan” ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan kesulitan.

Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah

pendidikan kewarganegaraan.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh karena

itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini. Semoga

makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian

Penulis
Kata Pengantar.................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1・ Latar belakang.......................................................................

1.2. Rumusan Masalah....................................................................

1.3・ Tujuan Penulisan...................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian syok........................................................................

2.2. Jenis atau klasifikasi syok........................................................

2.3. Penatalaksanaan.......................................................................

2.4・ Penanganan syok...................................................................

2.5. Penentuan & penanganan penyebab syok.................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..............................................................................

3.2. Saran........................................................................................

Daftar Pustaka ...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Syok adalah suatu keadaan serius yang teijadi jika sistem kardiovaskular (jantung dan

pembuluh darah) tidaka mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang

memadai, syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun

jaringan. Seseorang dikatan syok bila terdapat ketidak cukup an per fusi oksigen dan zat gizi

ke sel-sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang progresif,

gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita. Syok mempakan suatu kondisi yang

mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif.

Syok tidak teijadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis penurunan tekanan darah,

dingin, kulit pucat, penurunan kardiac output, tergantung dari penyebab syok itu sendiri. Syok

yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu syok hipovolemik,

kardiogenik, syok obstruksi dengan manifestasi klinis sesuai dengan derajat syok yang teijadi.

Pada kondisi hamil, syok dapat teijadi pada kehamilan muda ataupun kehamilan lanjut,

penyebabnya dapat disebabkan karena nyeri ataupun perdarahan yang berdampak pada

keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya

serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat

atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau

infeksi). Oleh karena itu pemberi layanan kesehatan termasuk bidan harus mampu melakukan

identifikasi syok dan memberikan penatalaksanaan yang tepat, cepat dan berkualitas.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Syok ?

2. Apa saja jenis atau klasifikasi Syok ?

3. Bagaimana penatalaksanaan Syok ?

4. Bagaimana penanganan Syok ?

5. Bagaimana menentukan & penanganan penyebab syok ?

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

A. Syok Hemoragik

a. Definisi

Syok hemoragik adalah suatu syok yang di sebabkan oleh pendarahan yang banyak

yang dapat disebabkan oleh: pendarahan anterpartum seperti plasenta previa, solutio

plasenta, dan ruptura uteri, juga di sebabkan oleh pendarahan pascapersalinan, seperti

atonia retensio plasenta dan laserasi serviks/vagina ( Sarwono, 2009 ).

b. Etiologi

Syok hemoragik pada pasien obstetrik/ginekologik dapat terjadi karena perdarahan

akibat abortus, kehamilan ektopik terganggu, cedera pada pembedahan, perdarahan

antepartum, perdarahan postpartum atau koagulopati (Wiknjosastro H,2002)

c. Klasifikasi

1) Syok ringan, terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. timbul,

penurunan perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran,

volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak selalu

terjadi asidosis metabolik).

2) Syok sedang, sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap

iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguri (urin)

d. Syok Hipovolemik
a. Definisi

Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah

dalam pembuluh darah yang berkurang. Kondisi ini yang dapat disebabkan karena

akibat terjadi perdarahan yang masif / kehilangan plasma darah.( Ika prasetya

wijaya (ed). 2006) Menurut Manual of critical care nursing, 2001. Syock

hipovolemik terjadi karena menurunnya volume intravaskuler dimana kompensasi

tidak dapat memepertahankan kecukupan perfusi jaringan serta fungsi normal.

Dalam menegakkan diagnosis syock hipovolemik akan lebih sulit jika perdarahan

pasien belum / tidak ditemukan / berada pada sistem saluran pencernaan / cuma

terjadi penurunan jumlah plasma didalam darah.Biasanya setelah terjadi

perdarahan, hematokrit & hemoglobin tidak langsung mengalami penurunan.

b. Etiologi Beberapa penyebab syock hipovolemik: 1) Perdarahan, seperti hematom

subkapsular hati, perlukaan yang ganda, perdarahan pada saluran pencernaan

(gastrointestinal). 2) Kehilangan cairan diluar sel (ekstraselular), seperti muntah,

diare, kekurangan cairan, diabetes insipidus. 3) Kehilangan plasma, seperti

pankreatitis, luka bakar. 4) Kehilangan cairan intravaskuler, seperti dehidrasi

berat. 210 5) Kehilangan cairan tubuh yang berasal dari sistem gastrointestinal

(saluran perncernaan), seperti muntah, diare.( Shock. M Basic Trauma Cardiac

Life Support. AGD Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 2012.

c. Tanda dan Gejala Tanda gejala syock hipovolemik yang muncul sama hanya

ditambah tergantung pada tingkat kehilangan volume darah, mulai ringan (40%).

Diantaranya sebagai berikut : 1) Denyut nadi cepat (Takikardi). 2) Tekanan darah

menurun (hipotensi). 3) Cemas 4) Ekstremitas menjadi dingin (cek akral). 5)


Berkeringat. 6) Jumlah urine menurun. 7) Pernafasan tidak normal dangkal dan

cepat (takipnea). 8) Tingkat kesaradan berubah. (Shock. M Basic Trauma Cardiac

Life Support. AGD Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 2012.

d. Penanganan. Dalam melakukan penanganan pasien syock akibat hipovolemik

serta akibat kardiogenik harus dibedakan. Berikut cara penanganan pada pasien

syock hipovolemik (Shock. MBasic Trauma Cardiac Life Support. AGD Dinas

Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 2012. 1) Lakukan A-B-C (airway-

breathing-circulation) dahulu. 2) Tinggikan posisi kaki pasien. 3) Jaga jalur

pernafasaan. 4) Berikan cairan intra vena (infus) 2 - 4 liter dalam waktu 20 - 30

menit. Seperti cairan infus RL (hati-hati pemberian terlalu cepat pada pasien

asidosis hiperkloremia). 5) Jika perdarahan atau kehilangan cairan belum bisa

diatasi maka lakukan cek kadar hemoglobin, jika hasilnya < 10 g/dl maka berikan

tranfusi darah. 6) Pastikan darah sesuai dengan golongan darah pasien serta

disarankan darah yang digunakan sudah menjalani tes uji silang. 7) Dalam kasus

hipovolemik yang berat, pemberian dukungan inotropik dengan dopamin,

dobutamin dapat untuk dipertimbangkan agar ventrikel memiliki kekuatan yang

cukup. 8) Pemberian naloksin bolus 30 mcg/kg dalam 3 hingga 5 menit lalu

dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam kedalam cairan rose 5% bisa membantu

meningkatkan mean arterial pressure (MAP). 9) Perlu di ingat,selain resusitasi

cairan, saluran pernafasan harus tetap dijaga.

e. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien syock hipovolemik

adalah : 1) Kerusakan organ susunan saraf. 2) Kerusakan hati. 3) Kerusakan

gingal. Walaupun kerusakan organ akhir jarang terjadi pada syock hipovolemik,
tetapi gagal ginjal merupakan komplikasi yang sangat penting pada syock ini.

( Shock. M Basic Trauma Cardiac Life Support. AGD Dinas Kesehatan Provinsi

DKI Jakarta. Jakarta, 2012.

2.2 Langkah Manjemen Kebidanan Menurut Varney

1. Langkah 1: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk

memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:

a. Keluhan pasien

b. Riwayat kesehatan klien

c. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vita

d. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya

e. Informasi Menijau data laboratorium. Pada langkah ini dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter

dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan

menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan

kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau

tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang

komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya


dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat,

lengkap dan akurat (Varney H, 2012).

2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan

interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar

yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan

diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti

diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan

dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan

sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan

(Varney H, 2012).

1. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada

langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah

potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi

juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial

tidak terjadi (Varney H, 2012).


1. Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan

dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya

selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga

selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus (Varney H, 2012).

1. Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi

atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan

tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti

apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-

masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah

psikologi (Varney H, 2012).

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh

bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga

akan melaksanakan rencana tersebut.


2. Langkah VI: Implementasi

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.

Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya.

3. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi

dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses

penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses

pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,

karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik

dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.

2.3 Dokumentasi SOAP :

1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan pengelolaan informasi yang

sistematis yang mengatur penemuan dan konklusi kita menjadi suatu asuhan

2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan guna

menyusun dokumentasi kebidanan


3. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu bidan mengatur pola

piker bidan dalam memberikan asuhan yang menyeluruh

S: Data Subjektif

Berisi tentang data dari klien (segala bentuk pernyataan atau keluhan klien)

diperoleh dari anamnesa yang merupakan ungkapan langsung

O: Data Objektif Data yang diperoleh dari hasil observasi melalui pemeriksaan

umum, fisik, obstetrik, penunjang (laboratorium, USG, inspekulo, VT, dll)

A: Analisis /Assessment Kesimpulan berdasarkan dari data S dan O, meliputi

diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlunya tindakan

segera

P: Planning Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis,

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta

konseling.
BAB III

STUDI KASUS

Persalinan Kala IV

Tanggal 01 Mei 2022

Pukul : 17.41 WIB

S : Ibu merasa lega dengan proses persalinannya

Ibu merasakan perutnya terasa mules

Ibu merasa menggigil

Ibu mengeluh masih pusing

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, pasien sudah sadar , kesadaran composmentis TTV : TD :

112/71 mmHg N/R : 104/26 x/menit T : 35,4 C kontraksi uterus baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam, perdarahan ± 50 cc

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tampak pucat, tidak oedema

Mata : Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik

Abdomen : Tinggi fundus uteri ibu 2 jr b/pusat, kontraksi rahim baik dengan

konsistensi yang keras serta kandung kemih kosong. Genitalia : Tampak

pengeluaran lochea rubra. Total perdarahan + 650 cc

3. Pemeriksaan Penunjang Hb : 6 gr/dl


A : Diagnosis : P3003 Parturient kala IV dengan Hemoragik Postpartum + Anemia Berat

Masalah : Tidak ada Diagnosa Potensial : Syok Masalah Potensial : infeksi,

Sindrom Sheehan Kebutuhan Tindakan Segera : kolaborasi dr.SpOG untuk

pemberian antibiotic

P : Tanggal 01 Mei 2022

No Waktu Tindakan Paraf

Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dan

kondisinya saat ini. Hasil : Keadaan umum

baik, TTV : TD : 112/71 mmHg N/R : 104/26


1 17.42 WIB
x/menit T : 35,4 C kontraksi uterus baik dan

tidak terjadi perdarahan pervaginam,

perdarahan ± 50 cc

Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,

beri antibiotika, salep mata dan vitamin K1 1

2 17.46 WIB mg IM di paha kiri anterolateral; Berat badan

3490 gram, panjang badan 51 cm, lingkar

kepala 35, dan vitamin K1 telah diberikan

Melakukan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam setiap 15 menit pada 1


3 18.00 WIB
jam pertama PP dan setiap 20-30 menit pada

jam kedua PP ; data terlampir dipartograf

4 18.02 WIB Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan

massase uterus; ibu dan keluarga mampu


mempraktekkan dengan baik

Mengevaluasi jumlah kehilangan darah;


5 18.05 WIB
jumlah perdarahan ± 50 cc

Melakukan pemeriksaan tensi, nadi, dan VU

setiap 15 menit selama 1 jam pertama PP dan

6 18.05 WIB setiap 30 menit selama jam kedua PP,

memeriksa suhu setiap jam selama 2 jam

pertama PP; data terlampir dipartograf

Memeriksa kembali bayi dan pantau setiap 15

menit untuk memastikan bayi bernafas dengan


7 18.20 WIB
baik, serta suhu normal; pernafasan 40

x/menit, suhu 36,7 oC

Menempatkan semua peralatan bekas pakai

dalam larutan alkasim untuk dekontaminasi


8 18.22 WIB
(10 menit); alat telah terendam didalam larutan

alkasim

Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi;

9 18.25 WIB bahan-bahan yang terkontaminasi telah

dibuang kedalam tempat sampah yang sesuai

Membersihkan ibu dan bantu ibu mengenakan

pakaian; membersihan cairan ketuban, lendir


10 18.27 WIB
darah dengan air DTT dan ibu telah memakai

pakaian yang bersih


Mendekontaminasi tempat tidur dengan larutan
11 18.30 WIB
alkasim; tempat tidur telah bersih

Membersihkan sarung tangan di dalam larutan

alkasim; melepaskan sarung tangan dalam


12 18.32 WIB
keadaan terbalik dan merendamnya dalam

larutan alkasim

Mencuci alat-alat yang telah didekontaminasi;


13 18.33 WIB
alat telah bersih dan sudah disterilisasi

Melengkapi partograf; partograf telah


14 18.40 WIB
terlampir
BAB IV

PEMBAHASAN

1.1 Diagnosis

Kala IV

Pada perineum terdapat laserasi derajat II yaitu mulai dari mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum. Sesuai dengan

pengkategorian laserasi menurut JNPK-KR 2008, laserasi perineum derajat II

yaitu yang luasnya mengenai mulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum dan otot perineum, perlu dilakukan tindakan penjahitan untuk

menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan

pembuluh darah terbuka. Penulis berpendapat, dalam pelaksanaannya dokter

segera melakukan penjahitan pada perineum agar tidak terjadi perdarahan dan

infeksi. Setelah dilakukan tindakan penjahitan pada perineum, bidan melanjutkan

pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. Pada 15 menit pertama

pasca persalinan dilakukan pemantauan 2-3 kali. Hasil kontraksi uterus Ny. M

baik dan perdarahan pervaginam ± 26 cc. Pada 1 jam pertama pasca persalinan

pemantauan dilakukan setiap 15 menit. Pada pukul 17.20 WIB, tekanan darah

110/68 mmHg, nadi 102 x/menit, suhu 35,4°C, TFU 2 jari b/pusat, kontraksi

uterus klien baik, 308 kandung kemih 30 cc, perdarahan tetap ± 26 cc.

Dilanjutkan pemantauan kedua pada pukul 17.35 WIB, tekanan darah Ny. M

121/72 mmHg, nadi 108 x/menit, TFU 2 jari b/pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih 25 cc, perdarahan ± 15 cc. Pemantauan ketiga pada pukul 17.50

WIB, tekanan darah Ny. S 112/65 mmHg, nadi 105 x/menit, TFU 2 jari b/pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih 10 cc, perdarahan pervaginan ± 10 cc.

Pemantauan keempat pada pukul 18.05 WIB, tekanan darah Ny. M95/68 mmHg,

nadi 110 x/menit, TFU 2 jari b/pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih 10 cc,

perdarahan pervaginam ± 10 cc. Selanjutnya dilakukan pemantauan setiap 30

menit pada jam kedua paska persalinan. Pada pukul 18.35 WIB, tekanan darah

Ny. S 115/62 mmHg, nadi 115 x/menit, suhu 36,°C, TFU 2 jari b/pusat, kontraksi

uterus baik, kandung kemih 5 cc, perdarahan ± 5 cc. Kemudian pada pukul 19.05

WIB, tekanan darah Ny. S 123/65 mmHg, nadi 122 x/menit, TFU 2 jari b/pusat,

kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam ± 5 cc. Hal

ini sejalan dengan teori yang dipaparkan Saifuddin tahun 2010, pemantauan kala

IV dilakukan 2-3 kali dalam 15 menit pertama, setiap 15 menit pada satu jam

pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan meliputi kontraksi

uterus dan perdarahan pervaginam. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, TFU,

kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pasca persalinan, selain itu pemeriksaan suhu

dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. Penulis

berpendapat, 309 dengan dilakukannya pemantauan kala IV secara komprehensif

dapat mengantisipasi terjadinya masalah atau komplikasi.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Syok adalah suatu keadaan diebabkan oleh gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan

sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu

mengeluarkan hasil metabolisme Klasifikasi syok adalah syok hipovolemik, syok

hemmoragik, syok neurogenic, syok kardiogenik, syok endotoksis/sepsic. Dalam penanganan

syok terbagi dua bagian yaitu penangana awal yang berfungsi untuk memberikan pertolongan

pertama dan stabilitas pasien. Selanjutnya dilakukan penangan khusus mulai dari dengan

tindakan dimulai dari pemberian infus dan jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap

tennasuk trombosit, ureum. Bila kondisi pasien/syok teratasi selanjutnya dilakukan mencari

penyebab teijadinya syok

5.2 Saran

1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa kebidanan yang nantinya menjadi seorang bidan

professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan pasien

yang mengalami syok sehingga dapat melakukan pertolongan segera.

Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera

kepada pasien yang mengalami syok


DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti. P., Aminah. S. 2012.

Safe Motherhood Modul Hemoragi Post partum Materi Pendidikan Kebidanan.

Jakarta : EGC

Nugroho, Taufan. 2010.

Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogyakarta : Nuha Medika.

Ainun Najib Hidayatulloh, M. (2016)

PENGARUH RESUSITASI CAIRAN TERHADAP STATUS HEMODINAMIK

(MAP), DAN STATUS MENTAL (GCS) PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI IGD

RSUD DR.MEOWARDI SURAKARTA,

Dewi, E. and Rahayu, S. (2010)

‘Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik’, Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-

2697, 2(2), pp. 93–96.

Kementerian Kesehatan (2018)

Hasil Utama Riskesdas 2018. Available at: -riskesdas-2018_1274.pdf

(Accessed: 23 May 2021).

Anda mungkin juga menyukai