Oleh:
Preseptor :
PADANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session yang
berjudul Syok Hipovolemik. Referat ini ditujukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Anestesiologi dan
Reamnimasi RSUP DR. M. Djamil Padang.
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
2.1. Syok Hipovolemik ................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi ..................................................................................................... 3
2.1.3 Etiologi ........................................................................................................ 4
2.1.4 Gejala dan tanda ......................................................................................... 4
2.1.5 Patofisiologi................................................................................................. 5
2.1.6 Diagnosis ..................................................................................................... 7
2.2 Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi Organ ................................................... 15
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
adalah syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak
syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok
secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab
akibat kecelakaan.1
maka mekanisme kompensasi akan gagal mempertahankan curah jantung dan isi
jaringan, hipotensi, dan kegagalan organ. Pada keadaan ini kondisi pasien sangat
buruk dan tingkat mortalitas sangat tinggi. Apabila syok hipovolemik tidak
dengan syok hipovolemik agar dokter muda dapat menangani syok hipovolemik
dengan cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi dan bahkan kematian.
klasifikasi, etiologi, gejala dan tanda, derajat syok, patofisiologi, diagnosis, dan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun
yang menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada
2.1.2 Klasifikasi
3
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari syok hipovolemik dibagi menjadi dua yaitu hemoragik dan
Gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan
darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat
dikompensasi oleh tubuh. Bila perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak
nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor yang jelek,
4
Tabel 2.1 Gejala Klinis Syok Hipovolemik
bertahap atau malah sangat cepat, terutama pada pasien lanjut dan memiliki
penyakit berat.7
2.1.5 Patofisiologi
tubuh yang berupa vasokonstriksi di kulit, otot, dan sirkulasi viseral untuk
menjaga aliran darah yang cukup ke ginjal, jantung, dan otak. Respon terhadap
peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga cardiac output. Dalam
banyak kasus, takikardi adalah tanda syok paling awal yang dapat diukur.5
perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan menurunkan
sistem vena yang tidak berperan dalam pengaturan tekanan vena sistemik. Namun
Pada tingkat selular, sel-sel dengan perfusi dan oksigenasi yang tidak
metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada tahap awal, terjadi
akan hilang.5
lainnya. Natrium dan air masuk ke dalam sel dan terjadilah pembengkakan sel.
Penumpukan kalium intraseluler juga terjadi. Bila proses ini tidak membaik, maka
jaringan, dan kematian sel. Proses ini meningkatkan dampak kehilangan darah dan
hipoperfusi jaringan.
6
2.1.6 Diagnosis
nadi, tekanan darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-ujung jari, suhu
tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik dan stabilitas dari
disfungsi ginjal.
4. Produksi urin, mungkin <400 ml/hari atau tidak ada sama sekali.
7
2.1.7 Penatalaksanaan
klinisnya. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendiagnosis syok. Diagnosis
awal didasarkan pada gejala dan tanda yang timbul akibat dari perfusi organ dan
dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat juga menjadi perangkat untuk diagnosis dan terapi.5
a. Pemeriksaan jasmani
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital
terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan
penderita mengijinkan.5
8
2) Circulation (Sirkulasi Kontrol Perdarahan)
jelas terlihat terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai
tingkat kesadaran, pergerakana mata dan respons pupil, fungsi motorik dan
9
5) Dilatasi lambung Dekompresi
aspirasi.
produksi urin.
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling penting
ini mengisi intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume
10
dan intraselular. Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl
yang baik namun cair ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis
baik. Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai bolus.
Dosis awal adalah 1 sampai 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak. Respons
diagnostik atau terapi lebih lebih lanjut akan tergantung pada respons ini.10
diramalkan pada evaluasi awal penderita. Perkiraan kehilangan cairan dan darah,
dapat dilihat cara menentukan jumlah cairan dan darah yang mungkin diperlukan
oleh penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volume kristaloid yang
secara akut diperlukan adalah mengganti setiap mililiter darah yang hilang dengan
hilang kedalam ruang interstitial dan intraselular. Ini dikenal sebagai hukum 3
cairan dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ yang memadai, misalnya
keluaran urin, tingkat kesadaran dan perfusi perifer. Bila, sewaktu resusitasi,
organ jauh melebihi perkiraan tersebut, maka diperlukan penilaian ulang yang
teliti dan perlu mencari cedera yang belum diketahui atau penyebab lain untuk
syok.10
11
d. Jumlah Perdarahan Dan Penanganannya
patokan berat badan. Walau dapat bervariasi, volume darah orang dewasa adalah
kira-kira 7% dari berat badan. Dengan demikian laki-laki yang berat 70 kg,
mempunyai volume darah yang beredar kira-kira 5 liter. Bila penderita gemuk
ml/kg berat badan. Kehilangan sampai 10% EBV dapat ditolerir dengan baik.
Kehilangan 10% - 30% EBV memerlukan cairan lebih banyak dan lebih cepat.
Kehilangan lebih dari 30% - 50% EBV masih dapat ditunjang untuk sementara
dengan cairan saja sampai darah transfusi tersedia. Total volume cairan yang
dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar antara 1 3 x volume
yang hilang.5
Pada bayi dan anak yang dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan
badan, maka cukup diberi cairan kristaloid atau koloid, sedangkan diatas 15%
untuk orang dewasa dengan kadar hemoglobin normal angka patokannya ialah
20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan faktor pembekuan. Cairan
jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.5,10
12
Transfusi darah umumnya 50% diberikan pada saat perioperatif dengan
1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL atau Ht < 30%. Pada orang tua,
dengan kadar hematokrit kurang dari 21% membutuhkan transfusi darah segera.
3. Pasien yang menderita anemia kronik (seperti saat gagal ginjal) dapat
daripada 10 g/dl dan hampir selalu diindikasikan saat nilai Hb 6 g/dl, terutama
2. Pada pasien dengan kadar Hb 6-10 g/dL, transfusi darah bergantung pada
oksigenasi jaringan.
13
4. Jika tersedia, pemberian transfusi darah autolog prabedah, intrabedah dan
dengan sel darah merah alogenik karena risiko yang lebih rendah.
darah mengikuti rule of thumb, bahwa administrasi dari 1 unit PRC akan
autolog.
5. Kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan pasien yang bergantung pada
ventilator.
Alasannya adalah bahwa pada syok hemoragik, system saraf simpatis hampir
selalu telah menjadi teraktivasi secara maksimal oleh refleks sirkulasi dan ada
begitu banyak norepinefrin dan epinefrin yang bersikulasi dalam darah sehingga
bermanfaat.12
14
f. Terapi Lain
penderita dengan kepala 12 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu
dalam meningkatkan alir balik vena dan dengan demikian menaikkan curah
jantung. Posisi kepala di bawah ini adalah tindakan pertama dalam pengobatan
digunakan untuk diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respons
penderita. Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi dan denyut nadi
tentang perfusi organ. Perbaikan pada status sistem saraf sentral dan peredaran
kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan perfusi, tetapi kualitasnya sukar
ditentukan.5
perfusi ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran
darah ginjal yang cukup, bila tidak dimodifikasi oleh pemberian obat diuretik.
Sebab itu, keluaran urin merupakan salah satu dari pemantauan utama resusitasi
keluaran urin sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada
anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam untuk bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila kurang,
15
atau makin turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik, maka ini
dapat diketahui penderita yang kehilangan darahnya lebih besar dari yang
dilakukan kontrol langsung terhadap perdarahan oleh ahli bedah dan dilakukan
berlebihan pada orang yang status awalnya tidak seimbang jumlah kehilangan
ada takikardi, takipneu, dan oliguri, dan jelas masih tetap kurang diresusitasi dan
masih syok. Sebaliknya, penderita yang hemodinamik normal adalah yang tidak
menunjukkan tanda perfusi jaringan yang kurang memadai. Pola respons yang
potensial dapat dibahas dalam tiga kelompok: respons cepat, respons sementara,
16
a. Respons cepat
Penderita kelompok ini cepat memberi respons kepada bolus cairan awal
dan tetap hemodinamik normal setelah bolus cairan awal selesai dan cairan
ini biasanya kehilangan volume darah minimum. Untuk kelompok ini tidak ada
indikasi bolus cairan tambahan atau pemberian darah lebih lanjut. Jenis darahnya
diperlukan selama penilaian dan terapi awal, karena intervensi operatif mungkin
masih diperlukan.5
b. Respons sementara
resusitasi yang tidak cukup. Jumlah kehilangan darah pada kelompok ini adalah
antara 20 - 40% volume darah. Pemberian cairan pada kelompok ini harus
pasien tetap buruk dengan respons minimal atau tanpa respons, ini menandakan
perlunya operasi segera. Walaupun sangat jarang, namun harus tetap diwaspadai
kelompok ini.5
17
BAB 3
KESIMPULAN
dan menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel.
Keadaan tersebut ditandai dengan penurunan volume darah, akral dingin, pucat,
Penyebab dari syok hipovolemik dibagi menjadi dua yaitu hemoragik dan
jantung dan nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan
turgor yang jelek, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan pengisian kapiler lambat.
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Danusantoso MM, Pudjiadi AH, Djer MM, Widodo DP, Kaban RK,
pada anak dengan takikardi: Telaah terhadap perubahan indeks isi sekuncup.
7. Cho CS, Rothrock SG. Circulatory emergencies: shock. Dalam: Baren JM,
Systems.
19
10. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Fluid Management and Blood
11. Ratna F et al. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: Universitas Indonesia, 2012.
12. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 13th ed. America:
Elsevier. 2016.
20