Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Gabriella F.A. Kambey

17014101312

Masa KKM: 16 September – 13 Oktober 2019

Pembimbing:
Prof. dr. B.H.R. Kairupan, SpKJ(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN
LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Gangguan Skizofrenia Paranoid

Nama : Tn. SEW

Umur : 29 tahun

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada September 2019

Mengetahui,

dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ

2
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Gabriella F.A. Kambey

NRI : 17014101312

Masa KKM : 16 September – 13 Oktober 2019

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan


wawancara psikiatri terhadap pasien laporan kasus saya

Manado, 23 Oktober 2019

Gabriella F.A. Kambey

3
Laporan Kasus dengan Judul

Seorang Pasien dengan Gangguan Skizofrenia Paranoid

Telah dibacakan dan dikoreksi pada tanggal Januari 2020

Pembimbing

Prof. dr. B.H.R. Kairupan, Sp.KJ (K)

4
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK JADI PASIEN..............................i

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

LAPORAN KASUS................................................................................................1

I. Identitas Pasien...............................................................................................1

II. Riwayat Psikiatrik..........................................................................................1

III. Riwayat Kehidupan Pribadi............................................................................4

IV. Pemeriksaan Status Mental……...…………..…………………………......12

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ……………………………………16

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna……………………………………………...18

VII. Formulasi Diagnostik………………………………………………………20

VIII. DiagnosisMultiaksial………………………………………………………21

IX. Daftar Masalah…………………………………………………………….21

X. Terapi………………………………………………………………………22

XI. Diskusi……………………………………………………………………..23

XII. Kesimpulan………………………………………………………………...29

XIII. Wawancara Psikiatri……………………………………………………….29

5
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. SEW

Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Surabaya, 25 Februari 1991

Status perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : Tamat SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia

Alamat : Kolongan

Agama : Kristen Protestan

Tanggal Datang di Poli : 19 September 2019

Cara Datang di Poli : Diantar oleh keluarga

Tanggal Pemeriksaan : 19 September 2019

Tempat pemeriksaan : Rumah Pasien

No. Telepon : 08218929xxxx (Ibu pasien)

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

1. Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 19 September 2019 di

rumah pasien di Kolongan, Minahasa Utara

6
2. Alloanamnesis dengan ibu pasien bernama Ny. SR, umur 75 tahun,

dilakukan pada tanggal 19 September 2019 di rumah pasien di Kolongan,

Minahasa Utara

A. Keluhan Utama :

Berbicara sendiri sejak ± 8 bulan yang lalu

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang diantar oleh keluarganya ke Poliklinik Jiwa RSJ

Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dengan keluhan berbicara sendiri sejak ±

8 bulan yang lalu, ibu pasien mengatakan bahwa pasien tampak seperti

berbicara dengan seseorang. Serangan timbul 2 kali dalam 3 tahun, saat

ini merupakan serangan ke 8 yang timbul sejak 3 bulan yang lalu.

Dimana pasien tidak pernah marah-marah ataupun mengamuk, namun

pasien lebih banyak bicara setiap hari sehingga menganggu pola

tidurnya.

Keluarga tidak pernah membawa pasien berobat ke dokter karena

keluarga hanya memanggil pendeta untuk berdoa, tetapi selama pasien

didoakan keluhan tidak menghilang dan setelah ayah pasien meninggal

dan ibu pasien sudah tidak mampu merawat anaknya seorang diri,

akhirnya pasien dibawa berobat ke dokter.

Pada awal pergantian tahun 2019, pasien ingin menemui

kekasihnya, tetapi sesampainya pasien didepan rumah kekasihnya

tersebut, pasien mendapati adanya kendaraan lelaki lain, dan saat itu

7
pasien pergi dengan mengendarai mobil dan terjadilah kecelakaan. Pada

saat itu juga pasien dibawa ke UGD RSU Prof Kandou tetapi pasien

tidak sempat rawat inap. Pasien tidak mengalami kecacatan, hanya

terdapat luka ringan, sehingga pasien dirawat di rumah saja. Seminggu

setelah kecelakaan tersebut, pasien suka berdiam diri dikamar sendiri

dan tidak pernah bicara. 2 minggu kemudian pasien sempat pergi

meninggal rumah selama 3 hari dan keluarga pasien mendapatkannya

dikuburan.

Pasien mengatakan kalau dia mendengarkan adanya bisikan suara

yang ingin memukul dirinya, tetapi pasien sendiri tidak tahu siapa yang

berbisik. Setelah ditanya lagi, pasien mengatakan bahwa yang berbisik

itu adalah papa dan mama dari pasien sendiri. Saat ini, pasien masih

mendengar ada suara bisikan tetapi tidak bisa menjelaskan apa yang

didengarnya. Pasien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan

orang yang sudah meninggal, tetapi pasien tidak bisa menyebutkan

identitas dari bayangan yang dilihat. Pasien sampai saat ini masih sering

memanggil nama dari mantan kekasihnya yaitu Rosye Somba. Pasien

mengatakan kalau mantan kekasihnya adalah seorang wanita yang

cantik, berpostur tubuh kecil, aktif dalam pelayanan gereja, dan kuliah

di fakultas hukum.

Pasien kooperatif saat dilakukan wawancara. Sikap tubuh pasien

tampak rileks, kadang menjawab pertanyaan kadang tidak, dan kontak

mata pasien terhadap pemeriksa kurang baik.

8
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatri

Pasien sudah mengalami gangguan psikiatri sejak tahun 8

bulannamun pasien tidak pernah berobat. Saat ini merupakan

serangan pertama yang timbul sejak 8 bulan yang lalu. Dimana

pasien tidak pernah marah-marah ataupun mengamuk, namun

pasien lebih banyak bicara setiap hari sehingga menganggu pola

tidurnya.

2. Riwayat gangguan medis

Pasien tidak ada mengalami gangguan medis lainnya. Riwayat

penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, asma, jantung, ginjal,

TBC disangkal oleh ibu pasien.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah merokok,

minum alkohol, menggunakan zat adiktif, namun hanya sesekali

saja pasien suka minum kopi dalam jumlah yang normal.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a. Prenatal dan perinatal

Pasien dilahirkan secara normal di rumah sakit dan ditolong oleh

dokter, langsung menangis, berat badan, panjang badan, dan lingkar

kepala tidak diketahui oleh ibu pasien, namun ibu pasien mengatakan

bahwa semua dalam keadaan normal. Kondisi ibu saat hamil dalam

9
keadaan sehat tetapi tidak pernah mendapat suntik toxoid tetanus.

Antenatal care selama kehamilan di bidan. Pasien merupakan anak

pertama dari 4 bersaudara. Pasien memiliki 2 orang saudara laki-laki dan 1

orang saudara perempuan.

b. Masa kanak-awal (usia 0-3 tahun)

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar, pasien

dibesarkan dan diasuh dengan penuh kasih sayang oleh orangtuanya.

Pasien mendapatkan ASI eksklusif sejak usia 0 - 12 bulan, setelah usia 12

bulan pasien mulai minum susu formula. Pasien pada usia 2 bulan sudah

mulai tertawa dan beceloteh. Pasien pertama kali membalik usia 3 bulan,

tengkurap usia 4 bulan, mulai memanggil mama dan belajar duduk usia 6

bulan, memanggil papa usia 7 bulan, merangkak usia 8 bulan. Makanan

PASI diberikan pada usia 6 bulan, bubur susu usia 6 – 8 bulan, bubur halus

usia 8 – 18 bulan, makan nasi lembek usia 22 bulan. Pasien dibebaskan

bermain dengan teman-temannya, selalu tampak senang, dan tidak pernah

mengganggu.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu, pasien mulai berdiri

usia 9 bulan, berjalan usia 13 bulan. Sejak lahir hingga usia 12 bulan

pasien masih BAK dan BAB di celananya, usia tiga tahun pasien sudah

bisa mengatakan ingin BAB, pasien diajarkan BAB di toilet oleh ibunya.

c. Masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)

10
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3 – 5 tahun) pasien sudah

menyadari bahwa dirinya berjenis kelamin laki-laki dan memakai pakaian

seperti anak laki-laki. Pasien dekat dengan orangtua terutama ibunya,

jarang menangis bila ditinggal pergi oleh orang tuanya, tidak memiliki

kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.

Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6 – 11 tahun) pasien mulai

menempuh pendidikan di SD Katholik Bahu pada usia 5 tahun, pasien

termasuk anak yang rajin dan berprestasi, selalu naik kelas, suka menjadi

ketua kelas. Pasien dapat mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi dan

suka bertanya pada guru dan orangtuanya untuk menyelesaikan tugas dari

sekolahnya. Di sekolah pasien menyelesaikan pendidikannya dalam waktu

6 tahun. Pasien mendapat kasih sayang yang tidak kurang maupun tidak

lebih dari orangtuanya.

d. Masa kanak akhir dan remaja

Pada stadium indentitas lawan difusi peran (usia 11 – 21 tahun) pasien

melanjutkan pendidikannya di SMP Katholik Manado pada usia 11 tahun,

pasien mulai belajar berorganisasi disekolahnya, pasien tidak pernah

tinggal kelas dan menyelesaikan sekolahnya dalam 3 tahun. Kemudian

pasien melanjutkan lagi pendidikannya di SMA selama 3 tahun dan selama

di sekolah pasien dikenal dengan anak yang sangat menyukai kegiatan

organisasi, selalu menjadi ketua disetiap kegiatan sekolah maupun

lingkungan rumah pasien berada. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien

merasa sangat terlihat senang apabila diberikan pujian dari hasil kerjanya

11
namun terkadang pasien sedikit meremehkan teman sekerjanya, selain itu

pasien merupakan anak yang mudah bergaul, baik dengan teman laki-laki

maupun perempuan dan tidak belum pernah memiliki pacar.

e. Masa dewasa

Pada stadium keintiman lawan isolasi (usia 21 – 40 tahun) sejak SMA

hingga kuliah pasien dikenal dengan anak yang sangat menyukai kegiatan

organisasi, selalu menjadi ketua disetiap kegiatan sekolah maupun

lingkungan rumah pasien berada. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien

merasa sangat terlihat senang apabila diberikan pujian dari hasil kerjanya

namun terkadang pasien sedikit meremehkan teman sekerjanya . Pasien

setelah tamat dari SMA belum melanjutkan pendidikannya lagi. Pada

tahun 1980 pasien mulai lagi melanjutkan pendidikannya di Universitas

Kristen Tomohon dan mengambil jurusan ilmu theologia tetapi mulai

berhenti kuliah pada semester 5 setelah terjadi kecelakaan lalu lintas

tersebut, saat itu pasien tidak mengalami kecacatan, hanya terdapat luka

ringan, dan pasien di rawat di rumah. Seminggu setelah kejadian tersebut,

pasien hanya berdiam diri di kamar dan tidak pernah bicara, 2 minggu

kemudian pasien pergi meninggalkan rumah selama 3 hari. Saat itu juga

pasien mulai mendengarkan suara-suara bisikan yang akan memukul

dirinya dan melihat bayangan orang – orang yang sudah meninggal. Pasien

sudah memiliki seorang kekasih sejak mulai masuk kuliah, pasien dan

kekasihnya dikenal menjalin hubungan yang baik dan romantis, keduanya

sudah saling memperkenalkan diri ke keluarga masing-masing tetapi

belum ada rencana untuk tunangan dan menikah.

12
f. Riwayat masa dewasa

a. Riwayat pendidikan

Pasien mulai masuk SD di SD Katholik Bahu pada usia 5 tahun. Pasien

menyelesaikan pendidikannya dalam waktu 6 tahun, kemudian

melanjutkan ke tingkat SMP Katholik selama 3 tahun dan kemudian

melanjutkan di tingkat SMA selama 3 tahun. Pasien kuliah di Univeritas

Kristen Tomohon mengambil jurusan ilmu theologia, tetapi berhenti pada

semester 5 setelah mengalami kecelakaan lalu lintas tersebut. Ibu pasien

mengatakan bahwa prestasi anaknya selama sekolah sangat baik.

b. Riwayat pekerjaan

Pasien belum bekerja

c. Riwayat psikoseksual

Pasien pernah memiliki seorang pacar saat mulai masuk SMA, namun

putus karena alasan yang tidak mau diberikan dari pasien

d. Riwayat perkawinan

Pasien belum menikah

e. Riwayat kehidupan beragama

Pasien beragama Islam dan menjalankan kewajiban agamanya dengan baik

f. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah mengalami pelanggaran hukum.

13
g. Riwayat keluarga

Pasien pernah tinggal bersama orang tua dan adiknya di kota Manado.

Almarhum ayah pasien seorang pensiunan ABRI, ibu pasien seorang ibu

rumah tangga. Setelah ayah pasien pensiun, mereka tinggal di perumahan

ABRI di Kolongan, Minahasa Utara. Saat ini, saudara pasien ada yang

tinggal di Kalimantan, Makassar, dan Bitung dikarenakan sudah

berkeluarga. Berdasarkan keterangan Ibu pasien, tidak ada riwayat

gangguan psikiatri didalam keluarga.

h. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal di perumahan ABRI bersama ibu, oma, seorang keponakan

laki-laki dan seorang keponakan perempuan. Rumah beratapkan seng,

berdinding beton, lantai keramik, terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1

kamar mandi dan wc, 1 dapur. Berdasarkan keterangan ibunya, pasien

menjalin hubungan yang baik dengan keluarga maupun lingkungan

sekitarnya. Saat ini pasien masih mampu merawat diri sendiri, seperti

mandi, makan, minum, berpakaian, defekasi, miksi, dan minum obat teratur

tetapi harus diingatkan.

14
Silsilah Keluarga/ Genogram

Ket.

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Laki-laki hidup

: Perempuan hidup

15
: Pasien

Denah Rumah

3 4
5

1 7

Ket.

1. Teras rumah

2. Ruang tamu

3. Dapur

4. Kamar mandi/wc

5. Kamar tidur

6. Kamar tidur

7. Kamar tidur

16
i. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

1. Persepsi persisten pasien terhadap diri dan kehidupannya

Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit, tidak tahu tujuan minum

obat, tetapi pasien mengatakan akan tetap rutin berobat

2. Persepsi pasien terhadap keluarganya

Pasien mengatakan menyayangi keluarganya terutama ibunya

3. Persepsi keluarga terhadap pasien

Keluarga pasien terutama ibunya sangat mendukung penuh

kesembuhan dari pasien. Ibu pasien hanya berharap agar anaknya bisa

mendapat ketenangan

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki, berusia 29 tahun, tampak sesuai usianya,

berkulit sawo matang, rambut hitam panjang, bercambang, memakai kaos

hitam dan celana panjang hitam.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pada saat wawancara pasien duduk tenang. Pasien dapat mengikuti

wawancara dengan baik. Pasien merespon salam dari pemeriksa dan

kontak mata pasien terhadap pemeriksaa sangat kurang. Pasien sesekali

17
tertawa sendiri, dan selalu senyum bila menceritakan masa lalunya

bersama mantan kekasihnya.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Secara umum pasien kooperatif, bila pemeriksa bertanya pasien kadang

menjawab kadang tidak, sehingga ibu pasien mengarahkan dan

membantu menjawab pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : anhedonia

2. Afek : menyempit

3. Keserasian : serasi

C. Bicara

1. Kualitas : spontan, artikulasi baik, volume berubah-ubah sesuai

dengan isi pembicaraan dan respon pasien kurang

baik dalam pemeriksaan

2. Kuantitas : kadang pasien menjawab pertanyaan kadang tidak

3. Hendaya bahasa : tidak ada hendaya bahasa

D. Gangguan Persepsi

1. Depersonalisasi (-) : pasien menyadari bahwa dirinya nyata

2. Derealisasi (-) : pasien mengetahui dan menyadari lingkungan

sekitar pasien

18
3. Ilusi (-) : tidak terdapat penyimpangan dalam

mengenginterpretasi objek-objek sekitar pasien

4. Halusinasi :

a. Halusinasi Auditorik (+) : pasien mendengar suara-suara atau

bisikan tetapi tidak bisa mendeskripsikan

b. Halusinasi Visual (-) : pasien tidak melihat bayangan apapun.

Riwayat halusinasi visual (+)

c. Proses Pikir

1. Arus pikir : asosiasi longgar

2. Isi pikiran : waham kejaran (+)

d. Kesadaran dan Kognitif

1. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan

Kompos mentis. Pasien tidak dapat mengarahkan, mempertahankan, dan

memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

a. Orientasi waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat

pemeriksaan.

b. Orientasi tempat : Baik, pasien mengetahui jika dia sedang berada di

rumah.

19
c. Orientasi orang : Baik, pasien dapat mengenali ibu dan keponakan

serta dokter yang mewawancarainya.

3. Daya Ingat

a. Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat menceritakan masa

lalunya

b. Daya ingat jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat kapan dia

datang di Poliklinik Jiwa

c. Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat apa yang

ia makan di pagi hari

d. Daya ingat segera : Baik, pasien dapat mengulang kembali

kata yang baru saja disebutkan

pemeriksa.

4. Konsentrasi dan Perhatian

Pasien tidak dapat memusatkan pemikirannya, lebih banyak menunduk

dan arah kontak matanya tidak fokus kepada pemeriksa

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Pasien masih dapat membaca tetapi terbata, menulis sulit dievaluasi

karena pasien malas memegang pulpen

6. Kemampuan visusospasial

Pasien berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda disekelilingnya.

7. Intelegensi dan Daya Informasi

Semua pertanyaan kadang dijawab dengan baik kadang tidak

20
8. Daya nilai

a. Daya nilai sosial : Terganggu. Saat ditanya bila pasien

keluar rumah dan melihat ada uang, apa yang akan dilakukan,

pasien hanya tersenyum

b. Uji daya nilai : Baik. Saat ditanya bila berada diruang

gelap dan berasap, apa yang akan dilakukan, pasien menjawab

akan keluar dari ruangan

c. Penilaian realitas : Baik. Kemampuan pasien mandi, makan,

berpakaian, defekasi dan miksi dapat dilakukan pasien secara

mandiri serta pasien mampu melakukan perintah ringan seperti

mengangkat piring ke dapur

9. Tilikan

Tilikan 1. Penderita menyangkal bahwa dirinya sakit.

10. Taraf dapat dipercaya

Pasien sudah dapat dipercaya karena dari anamnesis pasien dan dari

alloanamnesis ibu pasien.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT / PEMERIKSAAN

FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI

A. Status Interna

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital : T : 110/70 mmHg, N : 72 x/m, R : 20 x/m

S : 36,4ºC

21
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-)

Thoraks : Simetris kiri = kanan

Jantung :SI-SII regular normal, bising (-)

Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,

Wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar

dan lien : tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), turgor kembali

cepat < 2 detik,

B. Status Neurologi

1. GCS : E4M6V5

2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter

3mm/3mm, reflex cahaya (+/+)

3. Pemeriksaan nervus kranialis

a. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dievaluasi

b. N. optikus (N.II)

Tidak dievaluasi

c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan

bola mata yang wajar

d. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

22
e. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara pasien kadang menjawab pertanyaan dengan

baik. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.

Saat berjalan pasien terlihat stabil, tidak terjatuh, maupun

menabrak benda disekitarnya

g. N. glosssopharyngeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi

h. N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

i. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal

j. N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala

ekstrapiramidal (tremor, bradikinesia, rigiditas)

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan hasil autoanamnesis dan aloanamnesis didapatkan bahwa

pasien oleh keluarganya ke Poliklinik Jiwa RSJ.Prof. Dr. V. L.

23
Ratumbuysang Manado dari Kolongan Tatampengan, pada tanggal 19

September 2019 dengan keluhan berbicara sendiri sejak ± 8 bulan yang lalu,

ibu pasien mengatakan bahwa pasien tampak berbicara dengan seseorang.

Serangan ini merupakan serangan yang pertama, dimana pasien tidak pernah

marah-marah ataupun mengamuk, namun pasien lebih banyak bicara setiap

hari sehingga menganggu pola tidurnya.

Keluarga tidak pernah membawa pasien berobat ke dokter karena

keluarga hanya memanggil pendeta untuk berdoa, tetapi selama pasien

didoakan keluhan tidak menghilang dan setelah ayah pasien meninggal dan

ibu pasien sudah tidak mampu merawat anaknya seorang diri, akhirnya

pasien dibawa berobat ke dokter. Pasien berdiam diri dikamar dan tidak mau

bicara, pasien mendengar suara bisikan yang akan memukulnya sehingga

dia lari dari rumah selama 3 hari. Pasien sering mendengar bisik-bisikan

suara yang akan memukul dirinya. Pasien sering melihat bayangan-

bayangan orang yang sudah meninggal.

Pada pemeriksaan status mental, didapatkan pasien berkulit sawo

matang, rambut hitam panjang, memakai kaos dan celana panjang warna

hitam. Pasien kadang menjawab pertanyaan kadang tidak, kontak mata

terhadap pemeriksa kurang baik, pasien sesekali sering tertawa sendiri.

Selain itu, didapatkan suasana mood anhedonia dan afek menyempit.

Proses pikir pasien yaitu asosiasi longgar, didapatkan halusinasi auditorik,

riwayat halusinasi visual, dan riwayat waham kejar. Pasien juga mengatakan

bahwa dirinya tidak sakit, sehingga dapat disimpulkan bahwa kasus ini

masuk kedalam tilikan 1.

24
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Kriteria untuk menegakkan suatu diagnosis gangguan jiwa yaitu terdapat

suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna

dan yang disertai dengan penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus, dan

yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi/hendaya) seseorang.

Pasien ini memenuhi seluruh kriteria gangguan jiwa.

Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi auditorik ,

riwayat halusinasi visualisasi, riwayat waham kejar dan arus pikir asosiasi

longgar. Pasien sudah lama sakit seperti ini dan belum pernah berobat ke

dokter. Diagnosis pasien ini yaitu skizofrenia paranoid

Pada aksis II, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan pasien memiliki ciri

kepribadian narsistik

Pada aksis III, pasien tidak memiliki gangguan medis yang bermakna sehingga

tidak ada diagnosis untuk aksis III

Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan pribadi pasien di masa

lalu. Pada awal pergantian tahun 1993, pasien ingin menemui kekasihnya,

tetapi sesampainya pasien didepan rumah kekasihnya tersebut, pasien

mendapati adanya kendaraan lelaki lain, dan saat itu pasien pergi dengan

mengendarai mobil dan terjadilah kecelakaan. Seminggu setelah kecelakaan

tersebut, pasien suka berdiam diri dikamar sendiri dan tidak pernah bicara. 2

minggu kemudian pasien sempat pergi meninggal rumah selama 3 hari.

25
Pada aksis V, yaitu GAF current : 70 – 61, terdapat beberapa gejala ringan

dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

Terdapat gejala halusinasi auditorik yang menetap, gangguan ringan dalam

lingkungan sosialnya. GAF HLPY (High Level Past Year) : 70 – 61, terdapat

beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik. Terdapat gejala halusinasi auditorik yang menetap dan

gangguan ringan dalam lingkungan sosialnya (lebih memilih tinggal dirumah

bila diajak mengikuti ibadah)

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

- Aksis I : Skizofrenia paranoid

- Aksis II : Ciri kepribadian narsistik

- Aksis III : Pasien tidak memiliki gangguan medis umum

- Aksis IV : Pasien cemburu akan adanya lelaki lain dalam hubungan

dimasa lalu

- Aksis V : GAF-Current : 70 – 61

GAF-HLPY (High Level Past Year) : 70 – 61

Terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Terdapat

gejala halusinasi auditorik yang menetap dan gangguan

ringan dalam lingkungan sosialnya (lebih memilih tinggal

dirumah bila diajak mengikuti ibadah)

IX. DAFTAR MASALAH

26
1. Organobiologik

Dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini

2. Psikologi

Pasien mengalami halusinasi auditorik dan proses pikir asosiasi longgar

3. Lingkungan dan sosial ekonomi

Pasien lebih memilih tinggal dirumah apabila diajak mengikuti kegiatan

disekitar lingkungannya. Sosial ekonomi keluarga pasien tergolong cukup

mampu

X. TERAPI

A. Psikofarmako :

Haloperidol 5 mg 2x1/2 tablet/hari

B. Intervensi Psikososial dan Psikoterapi

1. Terhadap Pasien

a. Menjelaskan kepada pasien bagaimana mengenali tanda dan

gejala kekambuhan dan cara mengatasinya.

b. Memberi informasi akan pengobatan yang diterimanya dan efek

samping dari obat.

c. Memotiviasi pasien agar dapat teratur minum obat.

d. Mengajarkan pasien agar tetap dapat merawat diri sendiri dan

melakukan aktivitas yang ringan

2. Terhadap Keluarga

a. Menjelaskan tanda dan gejala kekambuhan yang di alami pasien

27
b. Memberikan pemahaman akan penyakit yang diderita pasien

c. Diharapkan agar keluarga tetap memantau efek dari pengobatan

yang diberikan

d. Memberikan pemahaman agar keluarga pasien dapat

berkomunikasi dengan baik bila terjadi masalah

XI. DISKUSI

1. Diagnosis

Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang bervariasi, sangat

menganggu, dan menyebabkan keadaan yang psikopatologi seperti

gangguan kognitif, emosi, presepsi, dan perilaku. 1 Sindroma klinis dari

skizofrenia memiliki etiologi yang berbeda-beda dan dengan gambaran

klinis yang berbeda, respon pengobatan dan perjalanan penyakit juga

bevariasi.2 Skizofrenia merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan

biaya ekonomi yang sangat besar. Insidensi skizofrenia meningkat 5% pada

individu.1

Pedoman untuk dapat menegakkan diagnostik adalah DSM-V

(Diagnostic and statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini

berdasarkan dari anamnesis terhadap pasien dan keluarga.

Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:3

a. Dua (atau lebih) dari gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami

selama periode 1 bulan (atau kurang apabila berhasil diterapi). Setidaknya

harus terdapat kriteria (1), (2), atau (3) Di antaranya:

1. Waham

28
2. Halusinasi

3. Bicara terdisorganisasi ( misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)

4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan

(avolition)

b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak

onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas di bawah tingkat yang

dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,

kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,

atau pekerjaan yang diharapkan).

c. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan.

Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau

kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu,

gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau

residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan

mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih

gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah

(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan

skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan

karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang

telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode

29
mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif

singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh

efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat riwayat

adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,

diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi

yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan ( atau kurang

jika diobati secara berhasil).

Prevalensi skizofrenia pada laki-laki maupun perempuan adalah

sama, tetapi onset gejala akan lebih awal pada laki-laki dibandingkan

perempuan. Usia onset pada laki-laki yaitu 15 – 25 tahun sedangkan pada

perempuan yaitu 25 – 35 tahun. Beberapa penelitian mengatakan bahwa

gejala negatif pada laki-laki lebih menonjol dibandingkan perempuan. 4

Pada kasus ini, dapat dilihat bahwa pasien adalah seorang laki-laki,

dimana mulai terdapat gejala-gejala skizofrenia pada usia 29 tahun.

Kriteria diagnosis skizofrenia berdasarkan DSM V pada pasien ini,

didapatkan adanya halusinasi auditorik dimana pasien sering

mendengarkan orang yang berbisik ditelinganya namun pasien tidak dapat

mendeskripsikan gambaran siapa dan banyaknya orang dari halusinasi

yang dilihat. Awalnya, pasien pernah melihat bayangan orang yang sudah

meninggal namun pasien tetap tidak dapat mendeskripsikan identitas dari

30
orang tersebut. Pasien juga sering menyimpang dan adanya arus pikir

asiosiasi longgar dari topik pembicaraan.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood eutimia yaitu

suasana perasan yang normal. Afek yang didapatkan adalah afek

menyempit yaitu nuansa ekspresi emosi yang terbatas.

B. Kepribadian

Kepribadian merupakan suatu totalitas bersifat emosional dan

perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam

kondisi biasanya, sedangkan gangguan kepribadian merupakan suatu

varian dari seifat karakter tersebut diluar rentang yang ditemukan pada

sebagian besar orang.2

Gangguan kepribadian terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

kelompk A, B, dan C. Kelompok A yaitu gangguan kepribadian paranoid,

skizoid, dan skizotipal lebih banyak ditemukan pada sanak saudara

biologis dari pasien skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol.

Kelompok B yaitu antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik dimana

kelompok ini memiliki dasar genetika. Kelompok C yaitu gangguan

kepribadian menghidar, dependen, obsesif-kompulsif, dan tidak

ditentukan, pada kelompok ini mungkin juga memiliki dasar genetika.2

Gangguan kepribadian paranoid yaitu ditandai oleh kecurigaan dan

ketidakpercayaan pada orang lain yang pada umumnya berlangsung lama,

mereka menolak tanggung jawab atas perasaan mereka sendiri dan

melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Sering bersikap

bermusuhan, mudah tersigggung, dan marah. Prevalensinya, lebih sering

31
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Serta, gangguan ini jarang

mencari pengobatan sendiri.2

Pada kasus dapat dilihat, bahwa pada awalnya kejadian seminggu

setelah kecelakaan, pasien hanya berdiam sendiri di kamar dan tidak mau

bicara. 2 minggu kemudian pasien meninggalkan rumah karena mendengar

bisikan yang akan memukul dia. Dalam hal ini, memukul merupakan suatu

gangguan kepribadian paranoid, dimana curiga akan seseorang yang akan

memukulnya. Sehingga, selama 25 tahun ini pasien tidak pernah dibawa

berobat, keluarga pasien hanya memanggil pendeta untuk mendoakannya

namun keluhan tidak berkurang.

C. Terapi

Penanganan pada pasien ini yaitu psikofarmako dan intervensi

sosial atau psikoterapi. Terapi psikofarmako terhadap pasien ini adalah

dengan pemberian haloperidol 5 mg 2x1/2 tablet/hari. Pasien dengan

skizofrenia dapat diberikan antipsikotik. Berdasarkan mekanisme kerjanya,

antipsikotik terbagi dalam 2 kelompok yaitu antipsikotik generasi I

(dopamin receptor antagonis) dan antipsikotik generasi II (serotonin

dopamine antagonis).4 Obat antipsikotik generasi I terutama berguna untuk

mengontrol gejala-gejala positif sedangkan antipsikotik generasi II

berguna untuk mengontrol gejala-gejala positif dan negatif. Gejala positif

yang dimaksudkan yaitu adanya waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku

tak terkendali, gangguan asosiasi pikiran (inkoheren). Sedangkan gejala

negatif seperti adanya afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, dan isi

32
pikiran yang rendah.5 Haloperidol merupakan antipsikotik generasi I atau

tipikal yang termasuk dalam derivat butirofenon dan bersifat D2 antagonis

yang sangat poten. Obat ini bekerja dengan cara memblok reseptor

dopaminergik D1 dan D2 di reseptor pasca sinaptik neuron diotak, efek

terhadapa sistem otonom dan efek antikolinergiknya sangat miimal. 4,5

Dasar pemberian haloperidol 5 mg 2x1/2 tablet/hari yaitu pada pasien

masih didapatkan gejala halusinasi auditorik dan bicara yang inkoheren

sebagai gejala positif. Dosis yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan

dosis anjuran yaitu 5-15 mg/h.5

Sedangkan terapi intervensi sosial atau psikoterapi adalah dengan

memeperhatikan prinsip ventilasi dan konseling. Dimana ventilasi adalah

memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan apa yang

dirasakannya, sedangkan konseling dengan pasien juga perlu guna

menjamin keteraturan minum obat. Selain itu perlu memberikan edukasi

terutama kepada keluarga pasien. Tujuan edukasi terhadap keluarga pasien

agar keluarga dapat memahami gangguan yang dialami pasien, bagaimana

cara pengobatannya, serta efek samping yang kemungkinan dapat muncul.

Kesadaran dan kepatuhan dalam hal meminum obat merupakan bagian

yang penting dalam mengedukasi keluarga pasien.2,4

Peran keluarga dalam penanganan pasien diharapkan dapat

membantu dokter untuk mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini

ketika pasien berada di rumah dan membantu pasien dalam hal meminum

obat secara rutin dan teratur serta kontrol secara berkala agar kekambuhan

dapat dicegah. Peran keluarga sangat penting bagi perkembangan pasien,

33
terutama dalam memberikan motivasi dan perhatian sehingga pasien

merasa terlindungi dan nyaman.2,4

XII. KESIMPULAN

1. Pasien didiagnosis dengan skizofrenia paranoid

2. Dibutuhkan dukungan dan partisipasi peran keluarga agar dapat

mengontrol proses pengobatan pasien untuk menjamin meminum obat

dengan rutin, sehingga pengobatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak

terjadi putus obat

XIII. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan dengan pasien bersama ibunya di perumahan Asabri

Blok L No. 4, Kolongan, Tatampengan, Minahasa Utara pada tanggal 19

September 2019 pukul 19.10 WITA.

Autoanamnesis dan Aloanamnesis dengan pasien dan Ibu pasien

Keterangan :

A : Pemeriksa (dokter muda Gabriella Kambey)

F : Pasien

S : Ibu SR (Orangtua pasien)

A : Selamat malam bapak, oma

S : Selamat malam

A : Kita dokter muda Ayu neh yang ada btelfon tadi, minta maaf lat

datang, pe macet dari manado, kita mo wawancara sadiki mengenai

bapak pe saki boleh? Mar mo ambe video, boleh?

S : Oh video, iyo boleh

34
A : Bapak pe nama lengkap sapa dang ?

F :S

S : SW

A : So umur berapa dan ini?

F : 29

A : Lahir dimana kang dulu?

S : Di Surabaya, 25 Februari tahun 1991

A : Maaf mau tanya kalo adek so kaweng?

S : Belum kaweng dok

A : So kerja dang ?

S : Belum dok, tu hari kwa Cuma da kuliah mar n taterus noh

A : Maaf, agama apa kang

S : Kristen Protestan dok

A : Kalau kita boleh tau, ada keluhan apa dang kong bawa sandhi ke

poli?

S : Dia kwa ini dok, so lama tu ba carita sendiri, so dari bulan maret

A : Kiapa, baru datang dang ka RS? Kong sandhi sekarang da rasa apa

dang?

F : hehehehehe

S : Kita kwa dok, cuma da pangge pendeta, berdoa akang

A : Kong abis berdoa akang ada berkurang jo tu keluhan?

S : Nyada noh dok, nanti pas dp papa so mati, kita so nd mampu mo

urus sandiri, so tu le kita, kong dp adek2 nd ada yang tinggal di

mando, so itu kita bawa jo ka dokter

35
A : Ibu tau nyanda ini so berapa kali serangan?

S : Ini so kira-kira 8 kali dok

A : Berapa kali serangan tiap bulan ?

S : Nyanda tiap bulan dok, Cuma sekali stow da timbul ini kayanya

A : Kong ini kira-kira kapan dia mulai serangan baru?

S : 8 bulan lalu sto

A : Ada tu ba bise-bise di talinga?

F : Iyo ada

A : Sekarang dang ada?

F : so pigi Tuhan menjadikan…..

S : Bagini kwa dok, tu hari sebelum tinggal disini, waktu dp papa

masih hidop, torang da tinggal di Manado, di bahu dekat jembatan

pasar bahu

A : hmmm kong ibu?

S : Tu hari tpe anak ini ada maitua, kong so mo pergantian tahun maso

tahun baru 2019, kage-kage dia datang pa dp papa mo pinjam oto, dp

papa kase noh kunci oto, dia kwa rencana mo pigi jemput dp maitua.

Sampe sekarang kalau da tanya dp maitua pe nama dia masih inga

noh

A : Sapa dang maitua pe nama?

F : Rosye

S : Rosye sapa?

F : Somba

A : Kong bagaimana le ibu?

36
S : Kong dia pigi noh jam 12 malam bagitu, dp maitua pe rumah kwa

Cuma di bahu le. Pas dia pigi pa dp maitu pe rumah, dia da lia kata

di muka rumah pa dp maitua ada motor, kong dia so lia tu Rosye so

deng laki-laki laeng, kong dia langsung pigi

A : Kiapa ibu tau dang kalau ada lia Rosye deng laki-laki laeng?

S : Itu kwa orang-orang disitu da cerita tu hari

A : Kong ibu?

S : So ntau le, dp pikiran so kacau sto kong da bawa oto, kong dia da

btabrak tu papan prakter dr. Elim di dekat Gereja Imanuel di Bahu

dang. Kong orang da bawa pigi ka UGD RS Kandou dang

A : Kong da rawat berapa hari disana?

S : Nyanda da rawat, cuma da se bersih dp luka kong torang iko pulang

noh

A : Kiapa pulang dang?

S : Dia kwa yang nmau tinggal. Nah pe abis cilaka itu, kage-kage dia

so nyada da kaluar-kaluar rumah, so bbdiam sandiri di kamar, nmau

bcerita

A : Kong ada making jo itu?

S : Ada, mar cuma 2 leper sto itu

A : Itu bbdiam, nmau making so berapa hari abis pe cilaka dang?

S : Ada 1 mingu sto itu abis cilaka

A : Kong abis itu ibu?

S : Kong kage-kage le ada 2 minggu sto, torang da lia dikamar, dia so

nd ada, kong ada sekitar 3 hari sto itu dia da pigi

37
A : Kiapa so da pigi dari rumah tu hari? Ada dengar orang ba bise di

talinga?

F : Ada, ….. Tuhan Allah….

S : Ada dengar orang ba bise kata Sandhi?

F : Ada

A : Sapa dang itu? Tau?

F : Ntau

A : Laki-laki ato parampuang? Banyak ato cuma 1 orang le?

S : Siapa kata itu Sandhi?

F : hehehehe

A : Tu da bise da bilang apa dang?

F : Mama denga papa itu

A : Da bilang apa?

F : Mo bpukul, dia da bilang jang jalan dikiri, jalan dikanan

A : Kong masih ada orang-orang bbise sekarang di talinga?

F : Nd ada

A : Da lia2 orang nyada? Ato rupa bayangan mar Cuma Pak Sandhi da

lia mar torang nd dapa lia

S : Dia kata da biasa lia orang-orang so mati

A : Sapa dang itu?

F : Ntau, so lupa

A : Kong papa ada dimana sekarang?

F : *diam

S : Papa so dimana Sandhi?

38
F : ntau

S : So mati papa

F : so mati papa

A : So lama da mati?

S : So ada 10 taon lalu sto

A : Waktu Pak Sandhi nd ada dikamar dang, kong da cari dimana?

S : Torang da pigi bpontar cari pa dia, kong riki sampe di kuburan noh

dok

A : Pak Sandhi, bagaimana dang tu Rosye pe ciri-ciri?

F : Gagah

A : Kong?

F : Kacili-kacili, da kuliah di hukum kong suka bersaksi

S : Dp maitua kwa suka kase kesaksian di ibadah-ibadah

A : Kong ibu, biasa da lia pa Pak Sandhi kalau bcerita-cerita sandiri

bagini, rupa ada orang yang btamang akang bcerita?

S : Iyo noh rupa ada dp tamang bcerita

A : Dia da pernah rupa marah-marah, bpukul, ato kase picah barang

dang?

S : Nyanda ada sih, cuma da bcerita sendiri kong bbdiam

A : Da pernah saki-saki laeng? Tekanan darah tinggi ato gula?

S : Nd ada noh

A : Da minum kopi? Ato bagate? Ada merokok?

S : Da minum kopi mar Cuma sesekali dang

A : Kong ada kuliah dimana kote dulu?

39
S : Di Univeritas Kristen Tomohon da ambe theologia mar lantaran

saki bagini jadi cuma da sampe semester 5 noh

A : Itu dulu abis cilaka, so nd kuliah? Ada luka besar nyanda dia?

S : Nyanda ada dok, so itu torang pulang rawat di rumah jo

A : Kong, ibu tau dp hubungan deng Rosye dulu?

S : Dorang kwa bae-bae, so baku kenal re’ torang. So baku kenal

kaluarga noh

A : Kong dulu bagaimana waktu da sekolah dari SD sampe SMA dang?

S : Dia dokter, da juara-juara. Suka sekali da iko-iko kegiatan noh.

Kalau ada tu mo beking kegiatan di gereja ato sekitar rumah, dia tu

paling suka mo jadi ketua.

A : Dapa lia senang nyanda kalau dia jadi ketua?

S : Oooh senang dia dok, dia suka kalau torang da puji, mar dia le kwa

suka ja bandingkan dp kerja deng dp tamang

A : Bandingkan bagaimana itu?

S : Biasa dia bilang, tpe tamang yang itu dia nd bagus dp kerja

A : Kong sekarang da pangge ibadah masih mau nd?

S : Da maso gereja dia mar lebe banya suka di rumah noh

A : Pak Sandhi, sapa kote tpe nama tadi dang?

F : hmmm novi

A : Da sayang-sayang jo pa mama?

F : Ada

S : Dia kalau kita so tidor, kong dia pangge mama 3x, kong kita nd

manyao, dia mo bilang, mama so mati ngana? Hehehehe

40
A : Tadi pagi da making apa dang, Pak Sandhi?

F : Ubi goreng

S : Iyo da makang tu ubi, mar ada makan nasi le kwa dia itu noh

A : Da dimana dang torang ini?

F : Di rumah

A : Ini malam ato siang?

F : Malam

A : Ta mo tanya dang, kalau torang ada di ruang gelap kong tiba2 ba

asap, Pak Sandhi mo beking apa dang?

S : Mo beking apa kata Sandhi?

A : Mo lari kaluar atom o bbdiam2 jo didalam?

F : Lari

A : Kalau misalnya da dapa riki doi dijalang dang, mo ambe tu doi?

F : hehehe

A : Ibu, ini Pak Sandhi, da boleh rawat diri sandiri jo, mandiri sandiri,

nyada da buang air sembarang?

S : Mandiri dia dok, kalau dp oma tua di kamar da suruh bunung

lampu, dia mo bunung, kalau da suruh angka piring, dia le mo angka

noh

A : Ooooh bagus kote kang, kong kalau minum obat dang bagaimana?

S : Dia minum tu obat, mar nanti kalau torang da suruh ato kase inga

noh

A : Nd da ajar, kalau abis making, ambe sandiri jo?

S : Susah noh, musti se inga kwa

41
A : Pak Sandhi, kiapa dang mo minum obat?

S : Kiapa kata Sandhi? Suka mo bae?

A : Ato lantaran cuma da dokter suruh kong mo minum obat? Ada sakit

so?

F : Nd

A : Kong kiapa dang?

S : Biar sembuh

F : Biar sembuh

A : Suka mo bae?

F : Suka

A : Kalau bagitu, suka mo rajin-rajin minum obat toh?

F : Iyooo

A : Oh iyo ibu, Pak Sandhi makase banyak neh tu waktu, so boleh mo

babacerita sadiki, so menganggu le ini

S : Iyoo makase, ndpp noh

F : Makase

DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of Schizophrenia. In : Sadock BJ,

Sadock VA, eds. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of

42
Psychiatry. 8th ed. Philadhelpia : Lippincott Williams and Wilkins, 2005.

p.1329.

2. Kaplan HI, Sadok BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : Binapura Aksara Publisher. 2010.

3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;

Washington DC. 2013.

4. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2010.

5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,

2007.

LAMPIRAN
Gambar 1. Dokumentasi saat wawancara

43
Gambar 2. Dokumentasi didepan rumah pasien

PETA

44
45

Anda mungkin juga menyukai