Supervisor Pembimbing:
dr. J. Joice Kaeng, SpOG(K)
PENDAHULUAN
Pada kebanyakan kasus, sekiar 2-3 kasus per 1000 wanita, kasus mola
hidatidosa dapat berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma.
1
• Amenorea
Anamnesis •
•
•
Mual dan muntah berlebihan
Perdarahan dari jalan lahir, keluar gelembung mola dari jalan lahir
Perut membesar
• Kadar β-HCG pada mola hidatidosa lebih tinggi dibanding kadar β-HCG pada
PP kehamilan biasa dengan umur yang sama
• USG snow flake pattern atau Honey Comb
Prinsip Penanganan
Perbaiki KU
Pengeluaran
jaringan mola
Terapi profilaksis
dengan sitostatika
Pemeriksaan
tindak lanjut
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. SO
• Umur : 43 tahun
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan : tamat SLTA
• Alamat : Malamenggu Tabukan Selatan
• Agama : Kristen Protestan
• Suku/Bangsa : Indonesia
• MRS : 18 Januari 2019
B. ANAMNESIS
• Keluhan Utama: • Riwayat Obstetrik :
Keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari P1 : 2001/♂/ SPT LBK/Rumah/Bidan/3200
SMRS gram/sehat
• Riwayat Penyakit Sekarang: • Riwayat Ginekologi :
Pasien mengalami perdarahan pada jalan Menarche 12 tahun. Siklus haid teratur setiap
lahir 2 hari SMRS. Darah bergumpal- 28 hari dengan lama haid 3 hari. Banyaknya
gumpal, warna merah segar dan haid 3 - 4 kali ganti pembalut setiap hari.
bergelembung. Perut membesar sejak 2 HPHT: 5 November 2018
bulan yang lalu, mual dan muntah (+),
Dada berdebar, sering berkeringat, dan
sering gemetar disangkal. BAK dan BAB
normal, riwayat trauma disangkal.
• Riwayat Penyakit Dahulu : -
B. Anamnesis
• Riwayat KB :
pil KB digunakan terakhir 4 tahun yang lalu.
• Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah 1 kali. Umur pertama kawin 25 tahun.
Lamanya usia perkawinan dengan suami pertama 18 tahun.
KASUS TEORI
• Pada dasarnya Mola hidatidosa
merupakan suatu kehPmilan, walaupun
• Riwayat terlambat haid (HPHT
bentuknya patologis.
5 November 2018)
• pada bulan-bulan pertama, tanda-
• Sering mual dan muntah sejak tandanya tidak berbeda dengan
2 bulan yang lalu kehamilan biasa, yaitu dimulai dengan
amenorea, mual dan muntah.
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
• Pada Mola hidatidosa vili korialis
•Uterus yang membesar tidak sesuai mengalami degenerasi hidropik,
usia kehamilan, TFU 2 jari di bawah berkembang dengan cepat mengisi
umbilikus seluruh kavum uteri, akibatnya uterus
ikut membesar dengan cepat, sehingga
•HPHT ( 5 November 2018) kehamilan ukuran uterus lebih besar dari usia
terhitung 11-12 minggu tetapi besar kehamilan atau lamanya amenorea,
uterus setinggi 2 jari di bawah pusat, • Pemeriksaan fisik abdomen bagian-
sesuai dengan usia kehamilan 16-18 bagian janin, balotemen, dan gerakan
minggu. janin tidak teraba. Pada auskultasi bunyi
• Palpasi tidak teraba bagian-bagian jantung janin tidak terdengar. Ini
janin merupakan tanda-tanda klinis dari Mola
•balotemen (-), gerakan janin (-), BJJ (-) hidatidosa.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KASUS TEORI
• Perdarahan pervaginam dari bercak sampai
perdarahan berat dengan sifat perdarahan
• Pada pemeriksaan laboratorium bisa intermiten selama beberapa minggu
sampai bulan sehingga dapat menyebabkan
didapatkan Hb 10 gr/dL dan beta anemia defisiensi besi
HCG > 10000
• Kadar β-HCG membantu memperkuat
diagnosis mola hidatidosa dimana kadar β-
HCG pada mola hidatidosa lebih tinggi
dibanding kadar β-HCG pada kehamilan
biasa dengan umur yang sama
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KASUS TEORI
• Hasil USG memberikan
• Pemeriksaan USG: gambaran vesicular pattern
sound. Bila gelembung mola
Tampak gambaran vesikuler pada mempunyai diameter yang lebih
cavum uteri besar, gambarannya tampak
seperti rangkaian buah anggur
(grape de raisins).
PENATALAKSANAAN
KASUS TEORI
Secara umum, penanganan pada Mola
hidatidosa terdiri dari empat tahap,
• Pada kasus ini, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan 1. Perbaikan keadaan umum
laboratorium saat masuk 2. Pengeluaran jaringan mola
didapatkan anemia (Hb 10,0) dan
lab post kuretase didapatkan (Hb 3. Pemberian sitostatika
9,0). Pada pasien diberikan 4. Pemeriksaan tindak lanjut
transfusi darah sampai Hb >10
gr/dL
PENATALAKSANAAN
KASUS TEORI
Prognosis pada pasien ini adalah dubia, karena adanya risiko kekambuhan dan perlu
untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan selama 1 tahun.