Anda di halaman 1dari 19

Perbandingan Efek Ibuprofen dengan Acetaminophen pada Hipertensi Pasca

Persalinan pada Preeklampsia dengan Gambaran Klinis Berat : Penelitian

Acak Terkontrol Ganda

LATAR BELAKANG : Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid telah terbukti

meningkatkan tekanan darah pada wanita dewasa yang tidak hamil. Berdasarkan

kondisi tersebut, American College of Obstetricians and Gynecologists

memberikan rekomendasi untuk menghindari penggunaannya pada wanita dengan

hipertensi pasca melahirkan; Namun, bukti untuk mendukung rekomendasi

tersebut masih kurang.

TUJUAN : Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa obat

antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, memberikan dampak buruk pada

pengendalian tekanan darah pasca melahirkan pada wanita preeklampsia dengan

gambaran klinis berat.

DESAIN PENELITIAN : Pada saat persalinan, peneliti mengacak pasien

preeklampsia dengan gambaran klinis berat untuk menerima ibuprofen dengan

dosis 600 mg atau 650 mg acetaminophen setiap 6 jam peroral. Dosis dimulai

pada waktu 6 jam setelah melahirkan dan berlanjut sampai dengan keluar dari

rumah sakit, dengan pemberian analgesik opioid sesuai kebutuhan untuk

mengatasi rasa sakit. Obat dalam penelitian ini diracik dalam kapsul yang identik

sehingga pasien, perawat, dan dokter tidak mengetahui alokasi pengobatan dalam

penelitian. Kriteria eksklusi adalah serum aspartate aminotransferase atau

alanine aminotransferase > 200 mg / dL, serum kreatinin > 1,0 mg / dL, infeksi
hepatitis, penyakit refluks gastroesofageal, usia <18 tahun, atau dalam masa

tahanan. Hasil primer adalah durasi hipertensi berat, yang didefinisikan sebagai

waktu (dalam jam) dari persalinan hingga tekanan darah terakhir mencapai

160/110 mm Hg. Hasil sekunder adalah waktu dari persalinan hingga tekanan

darah terakhir mencapai ≥150/100 mm Hg, tekanan arteri rata-rata, kebutuhan

akan obat antihipertensi pada saat pasien pulang, penambahan masa rawat inap di

rumah sakit untuk mengendalikan tekanan darah, penggunaan antihipertensi kerja

singkat pasca persalinan untuk pengendalian tekanan darah akut, dan penggunaan

obat opioid untuk nyeri yang muncul kemudian. Peneliti menganalisis semua data

hasil sesuai dengan prinsip bertujuan untuk pengobatan.

HASIL : Peneliti menilai 154 wanita untuk eligibilitas, di antaranya terdapat 100

yang memenuhi kriteria, setuju untuk berpartisipasi, dan secara acak menerima

terapi ibuprofen atau asetaminofen pasca persalinan sebagai pengontrol nyeri lini

pertama. Tujuh pasien gagal atau tidak menerima obat yang dialokasikan, dan 93

menyelesaikan protokol penelitian sesuai dengan kelompoknya. Peneliti tidak

menemukan perbedaan dalam karakteristik awal antara kelompok, termasuk cara

persalinan, indeks massa tubuh, paritas, ras, hipertensi kronis, dan tekanan darah

maksimal sebelum persalinan. Peneliti tidak menemukan perbedaan dalam durasi

hipertensi berat pada kelompok ibuprofen dengan acetaminophen (35,3 vs 38,0

jam, P 1⁄4, 30). Tidak ada perbedaan antar kelompok dalam pengukuran waktu

sekunder dari persalinan ke tekanan darah terakhir ≥ 150/100 mm Hg, tekanan

arteri rata-rata pasca persalinan, tekanan darah sistolik atau diastolik maksimal

pasca persalinan, tekanan darah pasca persalinan kapanpun ≥ 160/110 mm Hg,


penggunaan antihipertensi kerja singkat untuk pengendalian tekanan darah akut,

lama rawat inap, kebutuhan untuk memperpanjang masa rawat inap dengan tujuan

pengendalian tekanan darah, penggunaan antihipertensi saat keluar rumah sakit,

atau penggunaan opioid untuk pengendalian nyeri yang tidak adekuat. Dalam

analisis subkelompok pasien yang mengalami hipertensi berat, waktu rata-rata

untuk pengedalian tekanan darah pada kelompok acetaminophen adalah 68,4 jam

dan kelompok ibuprofen adalah 56,7 jam (P = .26). Pada 6 minggu pasca

persalinan, tidak ada perbedaan antara kelompok dalam tingkat kunjungan triase

kebidanan, perawatan kembali di rumah sakit, penggunaan opioid yang

berkelanjutan, atau penggunaan antihipertensi yang berkelanjutan.

KESIMPULAN : Penggunaan ibuprofen sebagai lini pertama dibandingkan

dengan acetaminophen untuk nyeri pasca persalinan tidak memperpanjang durasi

hipertensi berat pada wanita dengan preeklampsia dengan gambaran berat.

Kata kunci : pengendalian tekanan darah, ibuprofen, obat antiinflamasi

nonsteroid, pengendalian nyeri pasca persalinan, preeklampsia

Pengantar

Gangguan hipertensi merupakan kontributor penting pada morbiditas dan

mortalitas ibu, wanita yang didiagnosis dengan gangguan hipertensi pada

kehamilan cenderung memenuhi kriteria untuk terapi antihipertensi pasca

persalinan serta memerlukan beberapa hari observasi pasca persalinan. Sebagai

akibatnya, wanita dengan hipertensi dalam kehamilan berisiko lebih tinggi untuk
melahirkan secara sesar, dan membutuhkan anti nyeri pasca operasi. Penggunaan

obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) secara kronis, terutama penghambat

siklooksigenase, diketahui meningkatkan risiko perkembangan hipertensi (HTN)

pada wanita sehat tidak hamil seperti halnya dalam memberikan perlawanan dari

beberapa obat antihipertensi pada pasien hipertensi yang menerima pengobatan

OAINS. Mekanisme hipotesis untuk efek ini termasuk perubahan metabolisme

aldosteron yang dimediasi OAINS, retensi natrium, penghambatan vasodilatasi

yang dimediasi prostaglandin, dan produksi metabolit vasoaktif dari asam

arakidonat melalui induksi sitokrom-P450.

Karena kepedulian akan hal tersebut, American College of Obstetricians and

Gynaecologists (ACOG) menyarankan untuk menghindari penggunaan OAINS

pasca persalinan pada wanita yang didiagnosis preeclampsia dengan hipertensi

pasca persalinan, walaupun bukti yang mendukung rekomendasi ini terbatas.

Penelitian pada hewan terbatas pada sebuah penelitian tunggal dengan model tikus

preeklampsia, yang menunjukkan bahwa indometasin tidak memiliki efek pada

tekanan darah (BP) sementara tikus masih hamil. Pada manusia, data yang

terbatas tentang pengaruh OAINS pada tekanan darah pasca persalinan di antara

wanita dengan preeklampsia masih saling bertentangan.

OAINS sangat cocok untuk mengatasi nyeri pasca persalinan dan masih banyak

digunakan untuk managemen nyeri pasca persalinan dan pasca bedah sesar pada

wanita tidak hipertensi karena efektivitasnya. Obat-obat ini lebih efektif daripada

acetaminophen untuk mengurangi rasa nyeri dari cedera perineum obstetrik, dan

juga telah terbukti mengurangi penggunaan opioid setelah bedah sesar. Selain itu,
alternatif anti nyeri untuk inhibitor siklooksigenase memiliki risiko yang

signifikan. Penggunaan opioid pasca melahirkan dapat mempengaruhi

ketergantungan opioid dan berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

neonatal selama menyusui. Meskipun acetaminophen merupakan alternatif

nonopioid tambahan yang dapat mengurangi penggunaan opioid pasca bedah

sesar, penggunaannya dikontraindikasikan dalam kondisi yang berat, peningkatan

akut enzim hati, kejadian yang umum terjadi pada pasien dengan preeklampsia

berat.

Masih belum jelas apakah efek samping secara teoretis dari penggunaan OAINS

jangka pendek pada tekanan darah pasca persalinan secara klinis signifikan dan

secara jelas melepaskan sifat analgesiknya. Peneliti melakukan penelitian ini

untuk mengevaluasi efek ibuprofen dibandingkan dengan acetaminophen pada

pengendalian tekanan darah pasca persalinan di antara wanita dengan

preeklampsia dengan gambaran berat. Peneliti memiliki hipotesis bahwa

ibuprofen akan meningkatkan durasi hipertensi berat pada wanita dengan

preeklampsia berat.

Bahan dan Metode

Detail persetujuan etika

Penelitian ini telah disetujui oleh Human Research Protection Office dari

University of New Mexico (Albuquerque, NM) dan terdaftar di clinicaltrials.gov

sebelum onset penelitian (identifikasi penelitian: NCT02911701). Semua peserta

yang terdaftar memberikan persetujuan tertulis.


Kelayakan

Peneliti melakukan percobaan double-masked, uji acak terkontrol dari ibuprofen

dibandingkan dengan acetaminophen untuk kontrol nyeri pasca persalinan.

Peneliti menilai kelayakan semua wanita berusia setidaknya 18 tahun yang

dirawat di Rumah Sakit Universitas New Mexico dari periode 29 Oktober 2016

hingga 1 November 2017, dengan salah satu dari diagnosis berikut : preeklampsia

berat, hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia berat, atau sindrom

HELLP (hemolisis, uji fungsi hati tinggi, dan trombosit rendah), sebagaimana

didefinisikan oleh ACOG. Peneliti mengikutsertakan wanita dengan diagnosis di

atas bahkan jika secara klinis tidak termasuk hipertensi berat karena pada kondisi

tersebut wanita masih berisiko mengalami hipertensi pasca persalinan yang

signifikan, dan membuat hasil penelitian ini menjadi lebih beragam. Wanita harus

memberikan persetujuan berdasarkan informasi dalam bahasa Inggris maupun

Spanyol. Kriteria eksklusi adalah alanine aminotransferase (ALT) atau aspartate

aminotransferase (AST) > 200 mg / dL, kreatinin serum > 1,0 mg / dL, penyakit

ginjal kronis, penyakit hati kronis, infeksi hepatitis, penyakit refluks

gastroesofagus, penyakit ulkus peptikum, perdarahan, sensitif atau alergi terhadap

OAINS atau acetaminophen, atau dalam masa tahanan. Sampel wanita ini

dimasukkan ke dalam kelompok sejak sebelum melahirkan atau dalam waktu 6

jam pasca persalinan.


Randomisasi dan Tindak Lanjut

Dalam 6 jam pasca persalinan, peneliti mengacak peserta penelitian untuk

menerima dosis secara terjadwal, dengan 600 mg ibuprofen atau 650 mg

acetaminophen setiap 6 jam, dimulai segera setelah melahirkan dan berlanjut

selama masa rawat inap pasca persalinan. Randomisasi dilakukan oleh petugas

farmasi investigasi menggunakan blok skema randomisasi dengan ukuran blok 10.

Alokasi dirahasiakan dari pasien, perawat, dan dokter. Petugas farmasi investigasi

mengeksekusi penutupan obat studi dengan cara mengenkapsulasi bentuk tablet

dari obat yang diteliti atau dengan mengukur dan merangkum jumlah yang sesuai

dari bubuk ibuprofen atau acetaminophen dan selulosa mikrokristalin dalam

kapsul yang tidak bertanda dan identik. Tablet Ibuprofen diproduksi oleh Ascend

Laboratories LLC (Parsippany, NJ) dan dibeli dari Cardinal Health Inc (Dublin,

OH), dan tablet acetaminophen diproduksi oleh Major Pharmaceuticals (Livonia,

MI) dan dibeli dari Cardinal Health Inc. kedua obat penelitian, bersama dengan

cangkang kapsul dan selulosa mikrokristalin dibeli dari Fagron Inc (St Paul, MN).

Wanita yang menjalani persalinan sacara bedahsesar pada kedua kelompok

penelitian tidak menerima terapi ketorolac diberi 1000 mg acetaminophen

intravena di ruang pemulihan, dan obat penelitian diberikan mulai 6 jam setelah

persalinan. Semua peserta penelitian diberikan analgesik opioid berdasarkan

permintaan untuk keluhan nyeri.

Sesuai protokol institusional peneliti dan pedoman ACOG, wanita yang

didiagnosis dengan preeklampsia berat menerima magnesium sulfat intravena

selama 24 jam setelah melahirkan, diamati di rumah sakit selama minimal 72 jam
pasca persalinan, dan tidak dipulangkan sampai setidaknya 24 jam setelah

memiliki TD sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 110 mm Hg. Tekanan darah

diukur setiap jam selama 24 jam pertama pasca persalinan dan setiap 4 jam

sesudahnya. Peneliti memprakarsai terapi antihipertensi oral dengan labetalol atau

nifedipin kerja panjang untuk > 1 TD ≥ 150/100 mm Hg dalam periode 24 jam,

dan secara akut mengobati TD ≥ 160/110 mm Hg dengan labetalol atau nifedipine

kerja singkat per oral, atas kebijakan penyedia perawatan. Sampel laboratorium

harian diambil, dan wanita dengan kreatinin onset baru > 1,1 mg / dL, AST / ALT

> 250 mg / dL, kejang, stroke, atau temuan neurologis fokal membutuhkan

pencitraan neurologis secara otomatis dikeluarkan dari penelitian dan dokter

memberikan alokasi obat penelitian mereka. Papan pemantauan keamanan data

dibuat jika ada kejadian sentinel sebagai berikut : stroke, kejang / eklampsia,

sindrom ensefalopati reversibel posterior, atau kematian. Peserta yang menerima

setidaknya 8 dosis obat penelitian dianggap telah menyelesaikan intervensi

penelitian.

Penelitian endpoints dan pertimbangan ukuran sampel

Hasil utama penelitian adalah durasi hipertensi berat, yang didefinisikan sebagai

waktu (dalam jam) dari pengiriman ke TD ≥ 160/110 mm Hg sebelum pasien

dipulangkan. Untuk asumsi ukuran sampel peneliti, peneliti menganalisis sampel

percontohan dari database kelahiran dari 31 gravida yang memenuhi kriteria

inklusi yang sama seperti populasi penelitian yang mendapat baik ibuprofen pasca

persalinan dan asetaminofen yang tersedia berdasarkan kebutuhan. Peneliti


menemukan durasi rentang hipertensi berat didistribusikan secara eksponensial,

dengan rata-rata eksponensial 35 jam (interval kepercayaan 95% [CI], 25-51 jam).

Untuk memiliki kekuatan 80% untuk mendeteksi perbedaan signifikan secara

klinis 24 jam antara kelompok penelitian dengan tingkat kesalahan tipe I 5%, 46

wanita dalam setiap kelompok diperlukan untuk penelitian kami. Selain

penggunaan sebelumnya dalam membandingkan hasil postpartum yang didorong

oleh waktu, kami memilih perbedaan 24 jam antara kelompok karena ini mewakili

1 hari tambahan rawat inap, yang dianggap dapat digeneralisasi dalam signifikansi

klinisnya. Untuk memperhitungkan penelitian kontaminasi kelompok, peneliti

memperoleh persetujuan untuk merekrut 100 wanita.

Hasil sekunder termasuk waktu dari persalinan hingga TD terakhir ≥ 150/100 mm

Hg, tekanan arteri postpartum rata-rata (MAP), setiap TD ≥ 160/110 mm Hg,

perlu obat antihipertensi saat keluar, perpanjangan masa tinggal di rumah sakit

untuk kontrol BP, panjang masa rawat inap di rumah sakit, penggunaan

antihipertensi kerja singkat untuk kontrol TD akut, kebutuhan penggunaan opioid

yang dikelompokkan berdasarkan hari pascapersalinan, dan waktu untuk kontrol

TD pada mereka yang mengalami hipertensi. Pada 6 minggu setelah melahirkan,

peserta dihubungi dan kuesioner dikumpulkan untuk menentukan tingkat

kunjungan trias kebidanan, kunjungan rumah sakit, penggunaan obat opioid, dan

penggunaan obat antihipertensi oral.


Rencana analisis

Peneliti membedakan antara titik akhir primer "durasi hipertensi berat," yang

mencakup semua pasien secara acak (termasuk mereka yang tidak pernah

mengalami hipertensi berat), dan titik akhir sekunder "waktu untuk kontrol

tekanan darah," yang hanya dianalisis pada subset dari pasien yang mengalami

hipertensi berat pasca persalinan. Distribusi titik akhir primer dinilai dengan uji

Shapiro-Wilk untuk eksponensial. Durasi rata-rata hipertensi berat dan CI 95%

dari distribusi eksponensial dihitung untuk 2 kelompok penelitian dan

dibandingkan dengan uji kemungkinan maksimum. Model regresi eksponensial

dipasangkan dengan durasi hipertensi berat yang mencakup kelompok, cara

persalinan, dan interaksi di antara mereka. Titik akhir sekunder berkelanjutan

dinilai untuk normalitas. Rata-rata dan SD dihitung untuk data kontinyu dan

dibandingkan antara kelompok penelitian dengan uji t dengan pengecualian

variabel waktu, yang rerata dan CI untuk data yang didistribusikan secara

eksponen dihitung. Waktu untuk kontrol TD di antara subset dengan hipertensi

berat dinilai dengan menyesuaikan kegagalan model waktu akselerasi untuk

membandingkan kelompok, disesuaikan untuk mode pengiriman dan termasuk

interaksi antara grup dan mode pengiriman. Frekuensi dan persentase dihitung

untuk data kategorikal dan kelompok studi dibandingkan dengan uji χ2 atau

Fisher, yang sesuai. Data penggunaan opioid cenderung tidak simetris, sehingga

transformasi log penggunaan opioid dalam ekuivalen morfin digunakan untuk

analisis. Pengukuran berulang regresi logistik digunakan untuk membandingkan

setiap penggunaan opioid antara kelompok selama pasca persalinan hari 0-2, dan
pengukuran berulang regresi linier digunakan untuk membandingkan rata-rata

ekuivalen morfin antara lengan selama postpartum hari 0-2. Peneliti menganalisis

semua data hasil sesuai dengan prinsip niat untuk mengobati tetapi analisis per

protokol ditetapkan juga dianalisis untuk menilai setiap bias dalam hasil primer.

Semua analisis dilakukan di SAS 9.4 (SAS Institute Inc, Cary, NC) dan R 3.4 (R

Foundation for Computing Statistik, Wina, Austria). Protokol penelitian dan hasil

dilaporkan sesuai dengan pedoman CONSORT.

Hasil

Peneliti menilai 154 wanita untuk kelayakan. Dari jumlah tersebut, 100

perempuan memenuhi semua kriteria masuk dan menyetujui untuk berpartisipasi.

Mereka secara acak dimasukkan dalam kelompok yang menerima ibuprofen atau

acetaminophen untuk pengendalian nyeri pasca persalinan. Dari peserta yang

diacak, 93 subyek menyelesaikan penelitian sesuai dengan protocol : 46 dalam

kelompok ibuprofen dan 47 dalam kelompok acetaminophen. Bagi mereka yang

tidak menyelesaikan protokol atau yang melanggar protokol, rinciannya adalah

sebagai berikut : pada kelompok ibuprofen, 1 wanita tidak menerima obat apa pun

karena ketidakmampuan untuk menelan kapsul, dan 3 wanita menolak untuk

memastikan bahwa mereka menerima ibuprofen dan juga kemudian diberikan

acetaminophen. Dalam kelompok acetaminophen, 1 wanita secara otomatis

dikeluarkan dari kelompok karena AST dan ALT pasca persalinan yang

meningkat > 250 mg / dL, dan 2 wanita lainnya mengundurkan diri secara

sukarela karena memastikan mereka diberikan ibuprofen, yang kemudian


menerima ibuprofen dan acetaminophen. Pada setiap kelompok, 1 pasien

mengundurkan diri pada hari sebelum periode observasi pasca persalinan standar

72 jam telah berlalu. Kedua pasien telah menerima ≥ 8 dosis obat penelitian dan

telah mencapai pengendalian tekanan darah yang memadai, sehingga dianggap

telah menyelesaikan penelitian. Sesuai dengan niat untuk mengobati penelitian

ini, semua wanita yang mengundurkan diri atau melanggar protokol penelitian

dimasukkan dalam analisis akhir. Hasil tersebut dirangkum dalam Gambar. Tidak

ada kejadian sentinel yang terjadi, sehingga dewan pemantauan keamanan data

tidak berperan dalam penelitian.

Di antara peserta penelitian, usia ibu rata-rata adalah 31,2 tahun (SD 6.1).

Distribusi etnis / ras adalah sebagai berikut: Hispanik, 40%; Kulit Putih, 24%;

Penduduk asli Amerika, 20%; Hitam, 3%; Asia, 2%; lainnya, 11%. Secara

keseluruhan, 41 dilahirkan melalui bedah sesar, 2 melalui tindakan operatif

pervaginam, dan 57 persalinan pervaginam. Di antara kelompok penelitian, tidak

ada perbedaan dalam karakteristik demografi atau kebidanan awal (Tabel 1).

Untuk hasil utama dari durasi hipertensi berat, peneliti tidak mendeteksi

perbedaan antara wanita yang dimasukkan dalam kelompok penerima ibuprofen

dan acetaminophen (masing-masing 35,3 dibandingkan 38,0 jam; P =. 30). Juga

tidak ada perbedaan antara kelompok dalam ukuran hasil sekunder dari kontrol

TD: waktu dari persalinan ke TD terakhir yang ≥ 150/100 mm Hg, MAP pasca

persalinan, TD sistolik pasca persalinan maksimal, TD diastolik maksimal, TD

pasca persalinan kapanpun ≥ 160/110 mm Hg, perlunya antihipertensi kerja

singkat untuk kontrol TD akut, lama rawat inap, perlu memperpanjang rawat inap
pasca persalinan untuk pengendalian tekanan darah, atau kebutuhan antihipertensi

saat keluar (Tabel 2). Untuk menilai dampak dari cara persalinan pada durasi

hipertensi berat, peneliti memakai model regresi eksponensial yang mencakup

kelompok studi, cara persalinan, dan interaksi antara keduanya, yang tidak

menemukan interaksi (F = 0.43, P = .51). Hasil yang utama adalah sama dalam

analisis per protokol, yang mengecualikan 7 pasien yang melanggar protokol atau

tidak pernah menerima obat penelitian (lihat deskripsi pasien yang dikecualikan

dalam paragraf pertama dari bagian "Hasil").

Untuk analisis waktu subkelompok untuk pengendalian TD, terdapat 30 (60%)

pasien dalam kelompok acetaminophen yang mengalami hipertensi berat dan 33

(66%) pada kelompok ibuprofen. Peneliti mengecualikan dari analisis ini 2

peserta penelitian (1 dari masing-masing kelompok) yang melahirkan melalui

tindakan operatif pervaginam dengan bantuan forsep atau vakum karena

jumlahnya kecil sehingga akan secara tidak proporsional mempengaruhi tes untuk

interaksi antara cara persalinan dan kelompok penelitian. Tidak ada efek yang

berbeda dalam waktu untuk pengendalian TD antar kelompok ketika

memperhitungkan cara persalinan (model waktu kegagalan akselerasi : interaksi

antara kelompok studi dan cara persalinan Wald χ2 0.50, P = .48). Waktu rata-rata

yang disesuaikan (95% CI) untuk pengendalian TD pada kelompok

acetaminophen adalah 68,4 jam (54.0-86.7), dan 56,7 jam (45.1-71.2) pada

kelompok ibuprofen.

Meskipun bukan ukuran hasil yang direncanakan, peneliti juga menganalisis

frekuensi setidaknya 1 tekanan darah pasca persalinan ≥ 150/100 mm Hg untuk


secara langsung membandingkan hasil penelitian dengan temuan yang diterbitkan

setelah percobaan peneliti dimulai. Peneliti juga tidak menemukan perbedaan

antara kelompok untuk batas TD ini (ibuprofen 92% dibandingkan acetaminophen

84%, P = .22). Perbandingan penggunaan opioid pasca persalinan juga

menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok secara keseluruhan atau dari

waktu ke waktu (Tabel 3). Pada 6 minggu pasca persalinan, tidak ada perbedaan

pada ingkat kunjungan pada triase kebidanan, kunjungan kembali rumah sakit,

atau penggunaan opium atau obat antihipertensi yang berkelanjutan (Tabel 4).

Komentar

Temuan utama

Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa jika dibandingkan dengan

acetaminophen, ibuprofen tidak meningkatkan durasi hipertensi dengan gambaran

berat pada wanita dengan preeklampsia berat. Temuan peneliti tidak mendukung

rekomendasi satuan tugas ACOG tahun 2013 tentang Hipertensi dalam Kehamilan

untuk menghindari pemberian OAINS pada wanita dengan preeklampsia berat.

Pada saat membandingkan wanita secara acak untuk menerima ibuprofen

dibandingkan dengan acetaminophen untuk pengendalian nyeri lini pertama,

peneliti tidak mengidentifikasi perbedaan dalam metrik pengendalian tekanan

darah pasca persalinan, termasuk waktu untuk pengendalian tekanan darah di

antara wanita yang mengalami hipertensi pasca persalinan berat. Selain itu,

peneliti tidak menemukan perbedaan dalam kebutuhan untuk penggunaan

antihipertensi baik saat keluar rumah sakit atau dalam 6 minggu pasca persalinan.
Peneliti memilih ukuran hasil utama dari durasi hipertensi berat untuk

menyampaikan efek peningkatan tekanan darah pada perawatan pasca persalinan

wanita lebih akurat daripada pengukuran hasil lainnya. Alternatif hasil, seperti

adanya tekanan darah ≥ 160/110 mmHg, MAP, atau tingkat tekanan darah pasca

persalinan persisten ≥ 150/100 mmHg, memberikan terapi pada wanita dengan

tingkat hipertensi yang ditentukan untuk beberapa jam pasca persalinan secara

kategori sama dengan wanita dengan tingkat hipertensi yang sama selama 48 atau

72 jam setelah melahirkan. Dalam managemen wanita dengan hipertensi pasca

persalinan, peran waktu merupakan hal penting. Signifikansi klinis dan implikasi

tekanan darah ≥ 160/110 mm Hg terjadi 6 jam setelah melahirkan berbeda dengan

kejadian ketika terjadi 72 jam setelah melahirkan, karena wanita dengan

hipertensi berat 72 jam setelah melahirkan diangga lebih persisten, berat, dan

lebih mungkin membutuhkan evaluasi dan terapi yang berkepanjangan dengan

obat antihipertensi yang terjadwal.

Kekuatan dan Kelemahan

Penelitian ini memiliki beberapa kekuatan. Kekuatan tersebut adalah double-

masked, desain acak terkontrol dengan analisis intention-to-treat. Selain itu,

peneliti memilih ukuran hasil yang relevan secara klinis dan termasuk langkah-

langkah tambahan yang dilaporkan dalam penelitian lain untuk memudahkan

perbandingan. Penggunaan takaran obat penelitian sepanjang waktu membantu

memastikan bahwa potensi yang melekat untuk kesalahan tipe II akan terkait

dengan daya yang terbatas daripada mengabaikan efek OAINS karena dosis yang
lebih jarang karena dosis PRN. Terakhir, proporsi tinggi dari populasi penelitian

ini dengan hipertensi pasca persalinan yang secara klinis signifikan membuat

temuan penilitian ini digeneralisasikan untuk wanita dengan hipertensi pasca

persalinan yang persisten, populasi yang pada awalnya disarankan oleh ACOG.

Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Desain superior tidak

memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan kesetaraan antar kelompok

pengobatan, dan ukuran sampel yang relatif kecil membatasi kemampuan peneliti

untuk menilai hasil pada kasus yang lebih jarang terjadi. Peneliti memilih desain

superior karena tujuan peneliti adalah lebih ditujukan untuk mengidentifikasi

perbedaan antar kelompok dibandingkan dengan membuktikan kesetaraan. Desain

ekuivalen atau non-inferior diberdayakan untuk mengesampingkan batasan

perbedaan yang lebih kecil antar kelompok dengan lebih jelas, oleh kaena itu

membutuhkan ukuran sampel yang jauh lebih besar. Pada akhirnya, susunan ras

dan etnis yang unik dari populasi penelitian, dengan proporsi yang lebih tinggi

pada wanita yang berasal dari suku Amerika dan Hispanik dan proporsi yang

lebih rendah dari wanita kulit hitam, dapat membatasi generalisasi dari temuan

penelitian.

Perbandingan dengan karya tulis yang telah ada

Temuan peneliti konsisten dengan 2 dari 3 publikasi sebelumnya yang membahas

pertanyaan pada penelitian ini. Dua penelitian yang sesuai dengan temuan peneliti

merupakan penelitian dengan desai retrospektif dan tidak mengidentifikasi

hubungan antara penggunaan OAINS pasca persalinan dan persistensi tekanan


darah ≥ 150/100 mmHg, MAP, penggunaan antihipertensi, atau lama rawat inap

di rumah sakit pasca persalinan.

Temuan peneliti tidak konsisten dengan suatu percobaan acak terbuka yang telah

diterbitkan sebelumnya, yang melaporkan bahwa wanita dengan preeklampsia

berat yang diberi ibuprofen setelah persalinan pervaginam memiliki setidaknya 1

kali pengukuran tekanan darah ≥ 150/100 mmHg lebih besar dua kali lipat

dibandingkan dengan pada pemberian acetaminophen (63,1 dibanding 28,6%, P =

.01). Sementara perbedaan tersebut menunjukkan hasil yang berkesan, ukuran

hasil ini mungkin belum menandakan morbiditas hipertensi pasca persalinan yang

relevan secara klinis. Peneliti tidak melaporkan apakah hipertensi persisten dan

apakah kondisi tersebut mengarah pada penggunaan antihipertensi atau lama

rawat inap di rumah sakit.

Perbedaan signifikan dalam metodologi penelitian meliputi penggunaan

randomisasi open-label, batasan populasi penelitian pada wanita yang melahirkan

secara pervaginam, penggunaan hasil primer yang tidak akan memengaruhi

managemen klinis sesuai dengan pedoman klinis ACOG, dan pemantauan tekanan

darah yang lebih jarang (setiap 4 jam selama 24 jam pertama pasca persalinan dan

setiap 12 jam sesudahnya). Sebaliknya, penelitian ini menggunakan desain

double-masked, menyertakan semua jenis persalinan, menggunakan hasil primer

yang bermakna secara klinis yang secara akurat menilai kesulitan pengendalian

hipertensi, dan pemantauan tekanan darah yang lebih sering (setiap jam selama 24

jam pertama pasca persalinan dan setiap 4 jam setelahnya).


Perbedaan prinsip diantara penelitian adalah bahwa dalam uji coba terkontrol

secara acak, tingkat hipertensi pada kelompok acetaminophen hanya sebesar

28,6% dibandingkan dengan 84% dalam penelitian ini, yang mungkin terkait

dengan perbedaan dalam desain penelitian atau dikaitkan dengan kelompok

dengan gambaran penyakit yang lebih ringan. Kondisi ini mungkin menunjukkan

bahwa pasien dengan penyakit yang lebih ringan lebih rentan terhadap perubahan

tekanan darah yang diinduksi OAINS. Sebagai perbandingan, hasil primer dan

sekunder penelitian ini dipilih secara khusus untuk menjawab pertanyaan apakah

ada peningkatan tekanan darah yang terkait OAINS akan mengubah perawatan.

Penelitian terkontrol acak di atas adalah satu-satunya penelitian yang penulis

identifikasi sebagai pendukung rekomendasi untuk menghindari penggunaan

OAINS pada wanita dengan hipertensi pasca persalinan.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, penelitian ini tidak dapat mengidentifikasi efek merugikan

ibuprofen pada tekanan darah pasca persalinan. Penelitian ini tidak mendukung

hipotesis bahwa penggunaan OAINS pasca persalinan mempengaruhi

pengendalian tekanan darah pada wanita dengan preeklampsia berat. Penelitian

yang lebih besar masih diperlukan untuk mengurangi penilaian yang lebih rendah

dan menyingkirkan perbedaan pada kasus yang jarang ditemui dan hasil yang

merugikan. Selain itu, temuan ini terbatas pada wanita yang didiagnosis dengan

preeklampsia berat, oleh karena itu diperlukan uji coba untuk menilai efek OAINS
pada tekanan darah pasca persalinan dalam kasus preeklampsia yang tidak disertai

gambaran berat.

Anda mungkin juga menyukai