Anda di halaman 1dari 42

i

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DALAM PEMERIKSAAN


INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

PROPOSAL PENELITIAN STUDI LITERATUR

DISUSUN OLEH :

DIAN LISTIANINGSIH
NPM. 2019 22 084

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN 2020
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Studi Literatur (Literature Review) dengan Judul :

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DALAM PEMERIKSAAN


INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

Proposal Ini Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Komisi Pembimbing Untuk Diuji
di Hadapan Penguji Proposal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrrahim Jambi
oleh:

Dian Listianingsih
NPM. 2019 22 084

Jambi, Oktober 2020


Menyetuji
Komisi Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Nel Efni, S.Pd, M.Pd Ns. Rahmi Dwiyanti,M.Kep

ii
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur ke hadirat bagi Allah SWT atas berkah, rahmat dan

hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada mahasiswa, sehingga dapat


menyelesaikan proposal penelitian studi literatur (literature review) dengan judul
“Karakteristik Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam
Asetat”. Proposal ini merupakan persyaratan menyelesaikan S1 Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Filius Chandra, SE, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi.
2. Bapak Ariyanto, SKM, M.Kes selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi
3. Ibu Salvita Fitrianti, SKM, MKM selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi sekaligus Pembimbing II yang telah
banyak memberikan masukan dan saran pada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
4. Ibu Ns. Fithriyani, M.Kep selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi.
5. Ibu Nel Efni, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing I yang meluangkan waktunya
mengarahkan dan menyampaikan saran dan masukan hingga proposal ini
dapat selesai.
6. Ibu Ns. Rahmi Dwiyanti,M.Kep selaku pembimbing II yang ikut
meluangkan waktunya mengarahkan dan menyampaikan saran dan
masukan hingga proposal ini dapat selesai.
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim
Jambi.
8. Rekan-rekan S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim
Jambi.
Penulis memohon agar bapak/ibu dapat memberikan masukan, kritik dan
saran yang membangun hingga proposal ini dapat menjadi lebih baik lagi.
iv

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis

Dian Listianingsih
iii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR BAGAN............................................................................................. vii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 6
1. 5. Jurnal yang digunakan.............................................................. 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 12


2.1 Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)......................................... 12
2.2 Kanker Serviks........................................................................ 17
2.3 Faktor-faktor yang Mempngaruhi Pemeriksaan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) pada WUS (Wanita Usia Subur). 22
2.4 Kerangka Teori........................................................................ 27

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN................................................... 28


v

3.1 Kerangka Konsep...................................................................... 28


3.2 Variabel & Definisi Konseptual................................................ 29
3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................................... 29

iv
3.4 Desain dan Jenis Penelitian....................................................... 29
3.4 Tehnik Pengumpulan Data (Literatur)...................................... 30
3.5 Tehinik Pengolahan Data.......................................................... 31
3.6 Metode Analisis Data................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi

DAFTAR TABEL
Hal

Tabel 1.1 Jurnal yang Digunakan.................................................................. 6

Tabel 3.1 Variabel & Definisi Konseptual.................................................... 29


vii

DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 27


Bagan 3.1 Kerangka Konsep......................................................................... 28
viii

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita di dunia saat
ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker, salah satunya kanker serviks (Nasihah, 2013). Kanker
serviks merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks. Kanker
serviks terjadi di daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke rahim (Silfia, 2017). Kanker serviks merupakan sebuah tumor
ganas yang tumbuh di dalam leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV) khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar pada
serviks (Dinengsih, 2018).
WHO menunjukan bahwa di seluruh dunia diperkirakan 7,9 juta orang
meninggal akibat kanker serviks termasuk Negara Indonesia. Sekitar 270.000
perempuan di Indonesia meninggal dunia setiap tahun akibat kanker serviks.
Di wilayah ASEAN kanker servik mempunyai insiden yang tinggi,
diantaranya Singapore 25,0% Cina 17,8% Melayu dan Thailand sebesar
23,7% per 100.000 penduduk (Manhuruk, 2017).
Berdasarkan estimasi Global Burden Cancer, International Agency for
Research on Cancer (IARC), insiden kanker di Indonesia 134 per 100.000
penduduk dengan insiden tertinggi kedua kanker leher rahim 17 per 100.000,
angka ini meningkat dari tahun 2002 hingga saat ini dengan insiden kanker
serviks 16 per 100.000 perempuan (Kemenkes RI, 2017).
Diperkirakan 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker,
sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien
kanker serviks. Ada 15000 kasus baru kanker leher rahim terjadi dengan
angka kematian 7500 kasus per tahun. Kanker serviks merupakan kanker
yang paling sering terjadi pada perempuan Indonesia. Infeksi virus ini sering
terdapat pada wanita yang aktif secara seksual seperti PUS (Pasangan Usia
Subur) (Dinengsih , 2018). Menurut (Kursani, 2016), setiap hari muncul 40-

1
2

45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap jam diperkirakan 1


orang wanita meninggal dunia karena kanker serviks. Hal ini berarti
Indonesia akan kehilangan 600-750 orang wanita produktif tiap bulannya.
Menurut Aminingsih (2016), saat ini terdapat metode skrining untuk
deteksi dini kanker serviks, yaitu tes pap smear, IVA, pembesaran IVA
dengan gineskopi, kolposkopi, servikografi, thin Prep dan tes HPV. Namun
yang paling sesuai dengan kondisi di Negara berkembang termasuk Indonesia
adalah dengan menggunakan metode IVA karena biayanya murah, praktis,
sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi (Sundari, 2017).
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan
leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang)
leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%.
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear
(Nasihah, 2013).
Sasaran pemeriksaan IVA adalah dianjurkan bagi semua Wanita Usia
Subur (WUS) berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun, yang memiliki
faktor resiko seperti resiko tinggi IMS akan dapat meningkatkan nilai
prediktif positif dari IVA. Karena angka penyakit lebih tinggi pada kelompok
usia tersebut, maka lebih besar kemungkinan untuk mendeteksi lesi pra-
kanker, sehingga meningkatkan efektifitas biaya dari program pengujian dan
mengurangi kemungkinan pengobatan yang tidak perlu (Kemenkes RI, 2015).
Di negara maju skrining kanker serviks dengan tes pap smear terbukti
menurunkan angka kejadian kanker serviks 90%. Tes pap smear sulit
dilakukkan akibat kendala belum tersedianya sumberdaya, sehingga
pemeriksaan IVA menjadi alternatif. Di negara Amerika serikat telah
dilakukan 50 uji IVA test setiap tahun dan hal itu berhasil menurunkan
insiden kanker servik hingga 70%. Sedangkan di negara berkembang IVA
dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga 50% (Dinengsih ,
2018).
3

Di Indonesia, target cakupan program skrining pada WUS baru sekitar


5% yang melakukan pemeriksaan skrining IVA tersebut (target 50% tahun
2020). provinsi terbanyak angka pemeriksaa IVA di Indonesia berada pada
Provinsi DKI Jakarta (43,6%), Jawa Tengah (39,9%) dan Bali (37,6%).
Sedangkan di Provinsi Jambi baru mencapai 27,8% yakni hingga saat ini
baru 35,273 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA (Depkes RI, 2015).
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan deteksi dini
kanker serviks yaitu dengan memperhatikan pendidikan dan meningkatkan
pengetahuan PUS, disamping itu dukungan suami dan keluarga juga berperan
penting dalam pelaksanaan deteksi dini kanker servik (Nasihah, 2013).
Suyami (2017) mengatakan bahwa partisipasi WUS melakukan pemeriksaan
IVA dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, usia,
keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, kurangnya pengetahuan
tentang pemeriksaan IVA, rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun
bidan dan kurangnya dukungan suami.
Faktor yang mempengaruhi wanita yang sudah menikah melakukan
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) menurut Tambunan (2016)
adalah faktor predisposisi (usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan
sikap), pemungkin (akses informasi dan jarak fasilitas kesehatan) dan
penguat (peran kader, penyuluhan dan dukungan suami).
Penelitian Natosba (2018) yang berjudul gambaran faktor yang
mempengaruhi partisipasi perempuan dalam melalukan deteksi IVA
menunjukkan hasil bahwa berdasarkan karakteristik sosiodemografi, sebagian
besar responden merupakan kelompok umur tidak berisiko (58,7%), tingkat
pendidikan rendah (81,8%). Berdasarkan gambaran pengetahuan diperoleh
bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik (66,1%),
sikap yanng kurang (56,2%), perilaku yang kurang (91,7%) serta bersedia
dilakukan pemeriksaan IVA (71,9%).
Penelitian Nurtini dkk (2017) tentang karakteristik wanita usia subur
yang melakukan inspeksi visual asam asetat menunjukkan hasil bahwa usia
WUS yang datang untuk melakukan pemeriksaan IVA adalah diantara 25-56
4

tahun yang berjumlah 27 orang. WUS dengan latar belakang pendidikan SD


sebanyak 4 orang (14,8%), SMP 5 orang (18,5%), SMA 11 orang (40,7%)
dan PT 7 orang (25,9%). WUS memiliki pekerjaan sebagai PNS 6 orang
(22,2%), Swasta 18 orang (66,7%) dan IRT 3 orang (11,1%). WUS yang
memiliki pengetahuan baik 15 orang (55,7%), cukup 11 orang (40,7%) dan
kurang 1 orang (3,6%). WUS yang menikah pertama kali usia < 20 tahun 6
orang (22,2%) dan ≥ 20 tahun 21 orang (66,7%). Berdasarkan hasil
pengumpulan data didapatkan WUS yang hasil pemeriksaan IVA normal 22
orang (81,5%) dan positif 5 orang (18,5%).
Penelitian Ratnawati & Mudatin (2017) tentang gambaran karakteristik
wanita usia subur yang telah melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam
asetat (IVA) di Puskesmas Imogiri I Bantul dengan analisis data secara
univariat didapati hasil mayoritas WUS usia 36-45 tahun (66,7%),
berpendidikan menengah (66,7%), pekerjaan ibu rumah tangga (63,3%).
Karakteristik WUS yang telah melakukan pemeriksaan IVA yaitu mayoritas
usia 36-34 tahun, berpendidikan menengah, sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian Nisa dkk (2019) tentang faktor yang memengaruhi
pemanfaatan inspeksi visual asam asetat Kecamatan Medan Tembung Kota
Medan didapati hasil 40,0% WUS memiliki sikap kurang baik, 84,0% tidak
pernah melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ditemui, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Karakteristik Wanita Usia
Subur dalam Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik
wanita usia subur dalam pemeriksaan inspeksi visual asam asetat ?
5

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik wanita usia subur dalam
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran usia wanita usia subur dalam
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
b. Untuk mengetahui gambaran pendidikan wanita usia subur dalam
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
c. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan wanita usia subur dalam
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur
dalam pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
e. Untuk mengetahui gambaran sikap wanita usia subur dalam
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.
f. Untuk mengetahui keaktifan wanita usia subur dalam pemeriksaan
inspeksi visual asam asetat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim
Jambi
Sebagai evidence based dan memperkaya khasanah keilmuan
dan riset tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat pada wanita
usia subur.
1.4.2 Bagi Wanita Usia Subur
Meningkatnya jumlah pemeriksaan inspeksi visual asam asetat
dan terhindarnya pada wanita usia subur.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai penelitian pembanding dan arahan
untuk melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda.
6

1.5 Jurnal yang Digunakan


Tabel 1.1
Jurnal yang Digunakan

Publikasi &
No Judul Nama Hasil
Tahun
1 Gambaran Jum Jurnal Unsri Berdasarkan karakteristik
faktor yang Natosba (2016) sosiodemografi, sebagian
mempengaruhi besar responden
partisipasi merupakan kelompok umur
perempuan tidak berisiko (58,7%),
dalam tingkat pendidikan rendah
Melalukan (81,8%). Berdasarkan
deteksi IVA gambaran pengetahuan
diperoleh bahwa sebagian
besar responden memiliki
pengetahuan yang baik
(66,1%), sikap yanng
kurang (56,2%), perilaku
yang kurang (91,7%) serta
bersedia dilakukan
pemeriksaan IVA (71,9%).
2 Karakteristik Ni Made JRKN Hasil penelitian
wanita usia Nurtini, (2017) menunjukkan hasil bahwa
subur yang Komang usia WUS yang datang
melakukan Purnama untuk melakukan
inspeksi visual Dewi & Ni pemeriksaan IVA adalah
asam asetat Wayan diantara 25-56 tahun yang
Erviana berjumlah 27 orang. WUS
Puspita dengan latar belakang
Dewi pendidikan SD sebanyak 4
orang (14,8%), SMP 5
orang (18,5%), SMA 11
7

orang (40,7%) dan PT 7


orang (25,9%). WUS
memiliki pekerjaan sebagai
PNS 6 orang (22,2%),
Swasta 18 orang (66,7%)
dan IRT 3 orang (11,1%).
WUS yang memiliki
pengetahuan baik 15 orang
(55,7%), cukup 11 orang
(40,7%) dan kurang 1
orang (3,6%). WUS yang
menikah pertama kali usia
< 20 tahun 6 orang
(22,2%) dan ≥ 20 tahun 21
orang (66,7%).
Berdasarkan hasil
pengumpulan data
didapatkan WUS yang
hasil pemeriksaan IVA
normal 22 orang (81,5%)
dan positif 5 orang
(18,5%).
3 Gambaran Anggit Eka Jurnal Ilmu Hasil penelitian
karakteristik Ratnawati Kebidanan menunjukkan gambaran
wanita usia & Arwin (2017) karakteristik wanita usia
subur yang Mudatin subur yang telah
telah melakukan pemeriksaan
melakukan inspeksi visual asam
pemeriksaan asetat (IVA) di Puskesmas
inspeksi visual Imogiri I Bantul dengan
asam asetat analisis data secara
8

(IVA) di univariat didapati hasil


Puskesmas mayoritas WUS usia 36-45
Imogiri I tahun (66,7%),
Bantul berpendidikan menengah
(66,7%), pekerjaan ibu
rumah tangga (63,3%).
Karakteristik WUS yang
telah melakukan
pemeriksaan IVA yaitu
mayoritas usia 36-34
tahun, berpendidikan
menengah, sebagai ibu
rumah tangga.
4 Faktor yang Widiya Jurnal Kesehatan Hasil penelitian
mempengaruhi Nisa, Global menunjukkan hasil 40,0%
pemanfaatan Rapael (2019) WUS memiliki sikap
inspeksi visual Ginting & kurang baik, 84,0% tidak
asam asetat Ermi pernah melakukan deteksi
Kecamatan Girsang dini kanker serviks dengan
Medan metode IVA.
Tembung
Kota Medan
5 Analisis faktor Sri Universitu Hasil penelitian
prilaku deteksi Dinengsih Research menunjukan bahwa dari 72
dini kanker & Erry Colloqium (2018) responden yang diteliti
serviks dengan Sitanggang didapatkan sebanyak
metode IVA 38 orang (52,%)
berpendidikan rendah, 40
orang (55,6%) memiliki
pengetahuan yang rendah.
6 Faktor-faktor Elmia Jurnal Fakultas Hasil penelitian
9

yang Kursani & Kesehatan (2016) menunjukkan pendidikan


berhubungan Dewi rendah (60,0%), status
dengan Rahmawati pekerjaan bekerja (53,0%).
keikutsertaan
wanita usia
subur (wus)
dalam metode
inspeksi visual
asam asetat
(iva) di
Uskesmas
Simpang Tiga
Pekanbaru
7 The factors Sartika BR, Jurnal Ilmiah Hasil penelitian ini
correlated with Manihuruk, Kohesi diperoleh hasil 55,2% ibu
women’s Heru (2017) di wilayah kerja Puskesmas
action in Santoso & Kabanjahe mempunyai
having iva Agnes pengetahuan yang kurang
tested in the Purba mengenai tes IVA yang di
working area sebabkan karena
of kabanjahe kurangnya informasi yang
puskesmas, di terima ibu. Sikap ibu
karo regency dalam deteksi dini kanker
leher rahim di peroleh hasil
53,1% ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kabanjahe
bersikap negatif dengan
tidak melakukan deteksi
dini kanker leher rahim
dengan metode IVA karena
tidak mengetahui tentang
10

metode IVA.
8 Hubungan Niluh Nita CARING Hasil penelitian
karakteristik, Silfia & Tri (2017) menunjukan distribusi
pengetahuan Muliati frekuensi
dan sikap berdasarkan umur yaitu
dengan sebagian besar
pemeriksaan responden berusia =30
inspeksi visual tahun
asam asetat (
pasangan usia
subur di
Puskesmas
Talise
9 Analisis jalur Sundari, Prosiding Hsil penelitian terdapat
determinan Bhisma Seminar Nasional hubungan langsung antara
yang Murti & Kebidanan dan pendidikan, pengetahuan,
mempengaruhi Nunuk Call For Paper jarak tempat periksa,
pemeriksaan Suryani (2017) keterjangkauan
inpeksi visual biaya,jaminan kesehatan
asam asetat dan dukungan suami
dengan perilaku
pemeriksaan IVA.
Terdapat hubungan secara
tidak langsung antara
pendidikan melalui
pengetahuan dan jaminan
kesehatan melalui
keterjangkauan biaya
periksa dengan perilaku
pemeriksaan IVA.
10 Coverage and Terefe J Oncol Res Treat Hasil penelitian
11

Factors Gelibo, (2017) menunjukkan bahwa


Associated Lizeth Pendidikan 95%, usia 30-
with Cervical Roets, 49 tahun (54,2%).
Cancer Theodros
Screening: Getachew
Results and Abebe
from a Bekele
Population-
Based WHO
Steps Study in
Ethiopia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)


12

2.1.1. Definisi IVA


Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan metode yang
digunakan untuk deteksi dini kanker servik yang murah dengan
menggunakan asam asetat 3-5%, yang alatnya menggunakan
spekulum dan mengamati /melihat leher rahim yang telah dipulas
dengan asam asetat atau asam cuka 3-5%, tergolong sederhana dan
memilikI keakuratan 90% (Tambunan, 2016).
Menurut Suyami (2017), IVA adalah metode yang sesuai
untuk dilakukan karena teknik yang digunakan lebih
mudah/sederhana, biaya rendah/murah, hasil pemeriksaan langsung
diketahui, dapat segera diterapi (see and treat) serta dapat
mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-grade precanceraus).
2.1.2. Tujuan Pemeriksaan IVA
Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel -sel pada servik
yang mengalami displasia,tidak lazim/abnormal sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim, tidak direkomendasikan pada
wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional seringkali
terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan
inspekulo serta akibat adanya perubahan fisiologis sehingga lesi
serviks sulit diamati (Tambunan, 2016). Menurut Silfia (2017),
pemeriksaan IVA Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang
ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher
rahim.
2.1.3. Syarat Melakukan Pemeriksaan IVA
Syarat tersebut antara lain perempuan yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual, perempuan yang sudah mempunyai
anak, tidak sedang haid, tidak sedang hamil, tidak melakukan
hubungan seksual 1 hari12sebelum melakukan pemeriksaan IVA.
Pada umur 35-50 tahun minimal 1 kali sudah pernah melakukan
13

pemeriksaan IVA, pemeriksaan IVA dilakukan setiap 3 tahun dan


dapat diulang setiap 5 tahun (Butar, 2014).
2.1.4. Sasaran IVA
Sasaran pemeriksaan IVA adalah dianjurkan bagi semua
perempuan PUS berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun, yang
memiliki faktor resiko seperti resiko tinggi IMS akan dapat
meningkatkan nilai prediktif positif dari IVA. Karena angka
penyakit lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, maka lebih besar
kemungkinan untuk mendeteksi lesi pra-kanker, sehingga
meningkatkan efektifitas biaya dari program pengujian dan
mengurangi kemungkinan pengobatan yang tidak perlu (Kemenkes
RI, 2015).
2.1.5. Tahapan Pemeriksan IVA
Menurut Tambunan (2016), deteksi dini kanker serviks
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih dengan
pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat
yang sudah di encerkan, berarti melihat leher rahim dengan mata
telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam
asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan
batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan
bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker .Tes IVA
dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran.
Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada perempuan yang
dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.
Alat dan Bahan untuk pemeriksaan IVA menurut Kemenkes
RI (2015) :

a. Spekulum vagina
b. Lampu
c. Larutan asam asetat 3-5%
14

1. Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran


kemudian diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4
(1 bagian asam cuka dicampur dengan 4 bagian
air).Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40
ml air akan menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml
asam cuka 25 % dicampur dengan 80 ml air akan
menghasilkan 100 ml asam asetat 5%.
2. Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 %
diencerkan dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian
asam cuka dicampur 7 bagian air).Contohnya : 10 ml asam
cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan menghasilkan 80
ml asam asetat 3%.
3. Campur asam asetat dengan baik
4. Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat
jangan disimpan untuk beberapa hari.
d. Kapas lidi/swab.
e. Sarung tangan.
f. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan.
Tekhnik skrining sesuai dengan metode IVA menurut
Kemenkes RI (2015) :
a. Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan
informed consent.
b. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang
hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan.
c. Klien diposisikan dalam posisi Litotomi.
d. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain.
e. Gunakan sarung tangan.
f. Bersihkan area genitalia eksterna dengan air DTT.
g. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas terlihat.
h. Bersihkan serviks dari cairan, darah dan sekret dengan kapas lidi
bersih.
15

i. Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut :


1. Terdapat kecurigaan kankeratau tidak :Jika ya, klien dirujuk,
pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan. Jika pemeriksaan adalah
dokter ahli obstetri dan ginekologi, lakukan biopsi.
2. Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo
kolumnar (SSK).
3. Jika SSK tidak tampak, maka : dilakukan pemeriksaan mata
telanjang tanpa asam asetat, lalu beri kesimpulan sementara,
misalnya hasil negatif namun SSK tidak tampak. Klien
disarankan untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya lebih
cepat atau pap smear maksimal 6 bulan lagi.
4. Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas
lidi yang sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke
seluruh permukaan serviks.
5. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada
bercak putih (acetowhite epithelium) atau tidak.
6. Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada klien kapan harus
kembali untuk mengulangi pemeriksan IVA.
7. Jika ada (IVA positif), tentukan metode tata laksana yang
akan dilakukan.
j. Keluarkan spekulum
k. Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke
dalam container (tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan
untuk alat-alat yang dapat digunakan kembali, rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi.
l. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan
pemeriksaan lagi serta rencana tata laksana jika diperlukan.

2.1.6. Kesimpulan Pemeriksaan IVA


Menurut Tambunan (2016), ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan untuk pemeriksaan IVA yaitu sebagai berikut:
16

a. IVA Negatif = Serviks normal.


b. IVA Radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau
kelainanjinak lainnya (polip serviks).
c. IVA Positif = Ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA
2.1.7. Kelebihan Pemeriksaan IVA
Menurut Tambunan (2016), pemeriksaan IVA memiliki
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pemeriksaan yang
sudah ada yaitu :
a. Lebih mudah dan murah.
b. Peralatan yang dibutuhkan lebih sederhana.
c. Hasil pemeriksaan dapat segera diperoleh sehingga tidak
memerlukan kunjungan ulang.
d. Cakupannya lebih luas.
e. Pada tahap penapisan tidak dibutuhkan tenaga skinner untuk
memeriksa sediaan sitologi.
2.1.8. Frekwensi Pemeriksaan IVA
Kanker serviks biasanya berkembang perlahan dari lesi
prakanker sehingga skrining yang tidak sering pun masih dapat
memiliki dampak pada morbiditas dan mortalitas. Skrining yang
dilakukan tiap 3 tahun memiliki dampak yang sebanding dengan
skrining setiap tahun. Bahkan skrining yang dilakukan sekali dalam
10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup
signifikan. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila
hasilnya positif adalah 6 bulan, dan bila hasilnya negatif adalah 3-5
tahun (Kemenkes RI, 2015).

2.2. Kanker Serviks


2.2.1. Definisi Kanker Serviks
17

Kanker serviks atau kanker serviks adalah kanker pada leher


rahim yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim
dengan vagina. Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi
abnormal dan membelah secara tidak terkendali. Kanker serviks
adalah salah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya
didaerah servik, daerah leher rahim dan mulut rahim (Tambunan,
2016).
Kanker serviks adalah kanker primer yang terjadi pada
jaringan leher rahim (serviks) sementara lesi prakanker adalah
kelainan pada epitel serviks akibat terjadinya perubahan sel-sel
epitel, namun kelainannya belum menembus lapisan basal
(membrane basalis). Kanker serviks (Kanker leher rahim) adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
(Pandiangan, 2014).
2.2.2. Anatomi Serviks Uteri
Serviks uteri merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita,
bagian terendah dari rahim (uterus) yang menonjol ke vagina
bagian atas. Rahim (uterus) adalah suatu organ berongga yang
berbentuk buah pir yang terletak pada perut bagian bawah (Butar,
2014).
2.2.3. Etiologi Kanker Serviks
Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi
human papiloma virus (HPV). HPV adalah DNA virus yang
menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa.
Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara
seksual. HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering
ditemukan pada kanker dan lesi prakanker. Lebih dari 90% kanker
serviks ini adalah jenis skuamosa yang mengandung DNA virus
Human Papiloma Virus dan 50% kanker serviks berhubungan
dengan Human Papiloma Virus tipe 16 (Butar, 2016).
18

2.2.4. Faktor Risiko Kanker Serviks


Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kanker serviks
menurut Tambunan (2016).antara lain :
a. HPV (Human Papilloma Virus)
Merupakan penyebab terbanyak kejadian kanker serviks,
dengan 40 tipe yang menyerang genital dengan 13 tipe
merupakan tipe onkogenik. Setiap wanita berisiko terkena infeksi
HPV onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks (tipe 16
dan 18). HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktifitas
seksual dan beberapa sumber transmisi tidak tergantung dari
adanya penetrasi, tetapi juga melalui sentuhan kulit di wilayah
genital tersebut (skin to skin genital contact). Dengan demikian
setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko untuk
terkena kanker serviks.
b. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan memengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
Zat nikotin serta racun lain yang masuk ke dalam darah melalui
asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya
kondisi cervical neoplasia (tumbuhnya sel-sel abnormal pada
leher rahim) sebagai kondisi awal berkembangnya kanker
serviks.
c. Berganti-ganti pasangan seksual.
HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang
berarti berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak
partner seksual yang dimiliki seorang wanita maka semakin
meningkat pula resiko terkena kanker serviks.
d. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual
pertama pada usia 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks. Lelaki
yang pernah menikah dengan wanita penderita kanker serviks
19

dapat menjadi perantara karena bisa menularkan penyakit kanker


serviks kepada istri atau pasangan seksualnya.
e. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran.
f. Gangguan sistem kekebalan
Penurunan kekebalan tubuh dapat mengakselerasi
(mempercepat) pertumbuhan sel kanker.
g. Pemakaian pil KB
Pemakaian kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama yakni
5 tahun atau lebih dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua
kali lipat lebih besar.
h. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
Hal ini karena Human Papilloma Virus (HPV) bisa ikut
tertularkan seiring bersamaan dengan penyebab penyakit
kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin.
2.2.5. Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Menurut Tambunan (2016), pada tahap lesi prakanker
umumnya tidak menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut gejala
yang dapat ditemui yaitu ;
a. Keputihan yang cukup banyak, makin lama akan disertai bau
busuk.
b. Perdarahan pervaginam abnormal diluar saat menstruasi (sebagai
akibat invasi dan erosi seluler lapisan epitel serviks), misalnya
perdarahan yang dialami segera setelah melakukan hubungan
suami istri, perdarahan spontan saat berdefekasi, perubahan
menstruasi (lebih lama atau lebih banyak), keluar darah setelah
menopause.
c. Adanya keluhan nyeri antara lain nyeri panggul, nyeri saat
menstruasi, nyeri saat berhubungan suami istri, nyeri saat
berkemih.
2.2.6. Pencegahan Kanker Serviks
20

Menurut Tambunan (2016), untuk mencegah kanker serviks


dapat dilakukan dengan cara ;
a. Mencegah terjadinya infeksi HPV.
b. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur.
c. Vaksinasi HPV
Pencegahan terhadap masuknya virus sangatlah penting untuk
mencegah terjadinya kanker serviks/serviks. Saat ini ada vaksin
yang digunakan untuk mencegah infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) yang berfungsi untuk merangsang antibodi respon kekebalan
tubuh untuk membunuh virus HPV sehingga virus tidak dapat
masuk ke serviks. Melakukan vaksinasi HPV sebaiknya pada
wanita sebelum aktif melakukan kontak seksual. Namun pada
wanita yang telah aktif secara seksual juga bisa diberikan vaksinasi,
namun keamanan serta manfaatnya lebih sedikit atau kurang
efektif. Vaksin ini tidak melindungi pada wanita yang sudah
terpapar virus HPV dan tidak 100% dapat mencegah semua kasus
kanker serviks. Sekitar 30% dari kanker serviks tidak dapat dicegah
oleh vaksin, sehingga penting bagi seorang wanita untuk dapat
melakukan tindakan pencegahan yang lain terhadap kanker serviks
yaitu melakukan skrining melalui deteksi dini kanker servik secara
rutin (Tambunan, 2016).
2.2.7. Deteksi Dini Kanker Serviks
Menurut Tambunan (2016), kanker serviks dapat dikenali
pada tahap prakanker, salah satunya dengan melakukan
pemeriksaan skrining tanpa menunggu munculnya keluhan terlebih
dahulu. Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan
skrining kanker serviks/serviks. Tujuan skrining untuk menemukan
lesi prakanker. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan
berbagai metode diantaranya adalah :
a. IVA test, adalah Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat.
Yaitu pemeriksaan dengan cara mengamati dengan
21

menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas


dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%).
b. Pemeriksaan Sitologi (Pap smear) merupakan suatu prosedur
pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan sitopatologi yaitu
dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil
sampel sel–sel serviks. Tujuannya adalah untuk menemukan
perubahan morfologis dari sel-sel epitel leher rahim yang
ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker.
c. Thin Prep, metode ini lebih akurat dibandingkan Pap Smear,
metode ini memeriksa serviks atau leher rahim.
d. Kolposkopi, metode ini dilakukan jika semua hasil test metode
sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


Menurut Lawrance Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2012), perilaku kesehatan adalah suatu repson seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit.
Perilaku kesehatan timbul karena dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor
predisposisi (pendidikan, pengetahuan dan sikap), pemungkin (akses
informasi dan jarak fasilitas kesehatan) dan penguat (peran kader,
penyuluhan dan dukungan suami.

2.4. Faktor-faktor yang Mempngaruhi Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam


Asetat (IVA) pada WUS (Wanita Usia Subur)
Adapun faktor yang mempengaruhi wanita yang sudah menikah
melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) menurut
Tambunan (2016) adalah faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan dan
22

sikap), pemungkin (akses informasi dan jarak fasilitas kesehatan) dan


penguat (peran kader, penyuluhan dan dukungan suami). Penjelasan dari
variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
2.4.1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakanya untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan merupakan proses perubahan perilaku menuju kepada
kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan hasil prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia,
dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.
Semakin tinggi pendidikannya diharapkan seseorang dapat
memiliki wawasan pemikiran yang lebih luas, walaupun faktor
eksternal lain tetap memberikan pengaruh. Tingkat pendidikan yang
didapatkan seseorang dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat
seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi
perilaku kesehatan seseorang dalam upaya pencegahan suatu
penyakit termasuk pelaksanaan deteksi dini kanker serviks
(Kemenkes RI, 2015).
Pendidikan merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan
kebudayaan sebagai satu kesatuan. Cara pendidikan dapat
dilakukan secara formal maupun tidak formal untuk memberi
pengertian dan mengubah perilaku. Tingkat pendidikan seseorang
mempunyai hubungan dalam memberikan respon terhadap sesuatu
yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan yang
lebih tinggi dalam menghadapi ide-ide baru akan (Tambunan,
2016).
Hasil penelitian Natosba (2016) yang berjudul gambaran
faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan dalam Melalukan
23

deteksi IVA didapati hasil bahwa tingkat pendidikan responden


sebagian besar adalah rendah (81,8%).
2.3.2 Usia
Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan hingga saat ini.
Usia erat dengan kematangan pribadi seseorang, semakin dewasa
usia seseorang, maka akan semakin matang cara berfikir dan
semakin tinggi rasa tanggung jawab terhadap kesehatannya. Oleh
karena itu, WUS yang memiliki usia dewasa tua akan lebih baik
dalam menjaga dan memelihara kesehatannya bila dibandingkan
dengan WUS yang memiliki usia lebih muda.
Hasil penelitian Nurtini dkk (2017) yang berjudul karakteristik
wanita usia subur yang melakukan inspeksi visual asam asetat
didapati bahwa usia WUS yang datang untuk melakukan
pemeriksaan IVA adalah diantara 25-56 tahun yang berjumlah 27
orang.
2.4.2. Pekerjaan
Faktor pekerjaan juga berperan sebagai penyebab utama
keberhasilan pemeriksaan IVA. Wanita yang bekerja di luar rumah
cenderung memiliki waktu yang lebih terbatas untuk melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dibandingkan wanita yang tidak bekerja,
oleh karena itu pemeriksaan IVA akan terabaikan.
Hasil penelitian Ratnawati & Mudatin (2017) yang berjudul
gambaran karakteristik wanita usia subur yang telah melakukan
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas
Imogiri I Bantul menunjukkan bahwa wanita usia subur yang telah
melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) memiliki
pekerjaan ibu rumah tangga (63,3%).
2.4.3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui penginderaan
yang dimilikinya. Pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
24

pengetahuan hal ini sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian


dan persepsi terhadap obyek. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Over Behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan,
biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2012).
Proses perubahan pengetahuan melalui enam tingkatan yaitu
sebagai berikut:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya/ recall, mengamati sesuatu obyek.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi (Aplikation)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komonen, tetapi masih dalam
stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau bagianbagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan yang
cukup mengenai bahaya dari kanker servik dapat membantu
25

meningkatkan kesadaran seseorang untuk melaksanakan deteksi


dini kanker servik. Makin rendah pengetahuan seseorang tentang
kanker servik maka makin besar pula dampak yang akan terjadi
baik terhadap dirinya sendiri maupun keluarganya. Sebaliknya
pengetahuan yang baik tentang kanker servik akan
meminimalkan seseorang terkena dampak negatifnya.
Hasil penelitian Diinengsih & Sitanggang (2018) yang
berjudul analisis faktor prilaku deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA menunjukkan hasil 40 orang (55,6%) memiliki
pengetahuan yang rendah.
2.4.4. Sikap
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap terbentuk dengan
adanya interaksi yang dialami individu. Interaksi ini mengandung
arti yang lebih mendalam sehingga terjadi hubungan yang saling
mempengaruhi antar individu, juga dengan lingkungan fisik
maupun dengan lingkungan psikologis di sekitarnya Sikap dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Sikap positif, yaitu sikap yang menunjukan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta
menunjukkan norma-norma yang berlaku dimana individu itu
berada.
b. Sikap negatif, yaitu sikap yang menunjukan atau
memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap
norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Hasil penelitian Nisa dkk (2019) yang berjudul faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan inspeksi visual asam asetat di
Kecamatan Medan Tembung Kota Medan menunjukkan hasil 40,0%
WUS memiliki sikap kurang baik.
26

2.5. Kerangka Teori


Kerangka teori dalam penelitian ini diadopsi dari teori Green (1980)
yang modifikasi teori Notoatmodjo (2012) dan Tambunan (2016). terdapat
3 faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA, yaitu faktor
27

predisposisi (pendidikan, usia, pekerjaan, pengetahuan dan sikap),


pemungkin (akses informasi dan jarak fasilitas kesehatan) dan penguat
(peran kader, penyuluhan dan dukungan suami). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Bagan 2.1
Fakto Predisposisi :
Kerangka Teori
1. Pendidikan
2. Usia
3. Pekerjaan
4. Pengetahuan
5. Sikap

Faktor Pemungkin :
1. Akses informasi
Pemeriksaan IVA
2. Jarak ke fasilitas
Pelayanan
Keaktifan
Pemeriksaan IVA
Fakto Penguat :
1. Peran kader
2. Penyuluhan
3. Dukungan suami

Sumber : Green yang modifikasi teori Notoatmodjo (2012) dan Tambunan


(2016).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep


28

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan


atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah (Sugiyono,
2015).
Penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependen). Variabel dependen
(variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya
variabel bebas. Variabel dalam penelitian karakteristik wanita usia subur
dalam pemeriksaan inspeksi visual asam asetat adalah usia, pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan, sikap wanita usia subur dalam pemeriksaan
inspeksi visual asam asetatda keaktifan wanita usia subur dalam pemeriksaan
inspeksi visual asam asetat.
Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka konsep penelitian dapat
dilihat pada bagan di bawah ini :
Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel

Karakteristik Wanita Usia Pemeriksaan


Subur IVA

3.2. Variabel & Definisi Konseptual 28


Tabel 3.1 Variabel & Definisi Konseptual

Definisi Konseptual
Variabel
29

(1) (2)

A. Pemeriksaan IVA Suatu kegiatan yang digunakan untuk


(Inspeksi Visual Asam deteksi dini kanker servik dengan
Asetat). menggunakan asam asetat 3-5%.

B. Karakteristik WUS Ciri khusus yang melekat pada WUS


(Wanita Usia Subur) (Wanita Usia Subur) meliputi usia,
dalam Pemeriksaan IVA pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan
(Inspeksi Visual Asam sikap.
Asetat)

3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Kriterian inklusi dan eksklusi pada penelitian ini meliputi :
a. Tahun publikasi artikel antara 2015-2020 (5 tahun terakhir).
b. Artikel dipublikasi dari jurnal nasional
c. Artikel ditulis dalam indonesia, berbentuk fulltext format pdf.
d. Sampel dalam artikel merupakan Wanita Usia Subur (WUS).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Artikel dikeluarkan jika berasal dari makalah, laporan kasus dan
penelitian kualitatif).
2. Jika tidak mengevaluasi karakteristik Wanita Usia Subur (WUS).

3.4. Desain dan Jenis Penelitian


Desain penelitian ini adalah pendekatan studi literature dan penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015), studi
literatur adalah penelitian yang persiapannya sama dengan penelitian lainnya
akan tetapi sumber dan metode pengumpulan data dengan mengambil data di
pustaka, membaca, mencatat dan mengolah bahan penelitian, meliputi :

3.5. Tehnik Pengumpulan Data (Literatur)


Tehnik pengumpulan data (literature) antara lain :
3.4.1 Dokumentasi
30

Dokumentasi merupakan metode untuk mencari dokumen atau


data-data yang dianggap penting melalui artikel koran/majalah, jurnal,
pustaka, brosur, buku dokumentasi serta melalui media elektronik
yaitu internet, yang ada kaitannya dengan diterapkannya penelitian.
Pada penelitian ini peneliti menyiapkan dokumen berupa jurnal yang
akan direview, dokumen jurnal merupakan jurnalyang terkait dengan
karakteristik wanita usia subur dalam pemeriksaan inspeksi visual
asam asetat yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
sikap wanita usia subur dalam pemeriksaan inspeksi visual asam
asetatda keaktifan wanita usia subur dalam pemeriksaan inspeksi
visual asam asetat.
3.4.2 Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah cara yang dipakai untuk
menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan
dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian, studi kepustakaan
bias didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet
dan pustaka.
Untuk pengumpulan data tentang karakteristik wanita usia subur
dalam pemeriksaan inspeksi visual asam asetat peneliti akan menggunakan
jurnal-jurnal terkait dan pustaka yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA.

3.6. Tehnik Pengolahan Data


Membuat catatatan, kutipan atau informasi yang disusun secara
sistematis, sehingga peneliti dengan mudah dapat mencari kembali jika
sewaktu-waktu diperlukan. Memulai dengan materi hasil penelitian dari yang
paling relevan, relevan dan cukup relevan. Cara lain dapat juga dengan
melihat tahun penelitian diawali dari yang paling mutakhir dan berangsur
mundur ke tahun yang lebih lama. pada tahap penelitian menetapkan criteria
inklusi dan eksklusi pada relevansi literature terhadap topik yang sedang
diteliti. Pada penelitian ini peneliti akan mengumpulkan literature dari
berbagai sumber, baik dari buku hingga jurnal yang berkaitan dengan tentang
31

pemeriksaan IVA. Jurnal yang akan peneliti cantumkan adalah berupa jurnal-
jurnal keperawatan secara umum hingga keperawatan maternitas.
Dalam menetapkan relevansi literature berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi yang telah dibuat, penulis dapat membaca abstrak dari setiap
penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian apakah permasalahan
yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan. Agar tidak terjebak
pada plagiat, peneliti hendaknya mencatat sumber-sumber informasi dan
mencantumkannya pada daftar pustaka.

3.7. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
anotasi bibliografi (annoted bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan
sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal atau beberapa sumber tulisan yang
lain. Sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatui dasar sumber-sumber
yang digunakan dalam suatu penelitian, yakni pada setiap sumber diberikan
simpulan terkait dengan apa yang tertulis di dalamnya. Terdapat 4 hal yang
harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi bibliografi. yaitu :
3.4.1 Identitas sumber yang dirujuk
3.4.2 Kualifikasi dan tujuan penulis
3.4.3 Simpulan sederhana mengenai konten tulisan
3.4.4 Kegunaan/pentingnya sumber yang dirujuk dalam menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Butar, P. 2014. Panduan Lengkap Kanker Serviks. EGC. Jakarta

Dinengsih, S., & Sitanggang, A. 2018. Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks dengan Metode IVA. University Research Colloqium.
2(1), 37-45

Gelibo, T., Roets, L., & Getachew, T., & Bekele, A. 2017.Coverage and Factors
Associated with Cervical Cancer Screening: Results from a Population-
Based WHO Steps Study in Ethiopia. J Oncol Res Treat. 2(1), 1-5

Kemenkes RI. 2015. Kenali Kanker Serviks Sejak Dini. Jakarta

Kursani, K. 2016. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Nuha Medika. Yogyakarta

Kemenkes RI. 2017. Pelaksanaan IVA di Indonesia. Jakarta


33

Kursani, E., & Rahmawati. D. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Keikutsertaan Wanita Usia Subur (WUS) dalam metode Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru. Jurnal
Fakultas Kesehatan. 3(3), 22-32

Manhuruk, S.D. 2017. Kanker Serviks dan Komplikasinya. EGC. Jakarta

Nasihah. M. 2013. Bahaya Kanker Serviks. Rineka Cipta. Jakarta

Natosba. J. 2018. Gambaran faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Perempuan


dalam Melalukan deteksi IVA. Jurnal Unsri. 2(1), 54-65

Nisa, W. Ginting., R & Girsang, E. 2019. Faktor yang Mempengaruhi


Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat Kecamatan Medan Tembung
Kota Medan. Jurnal Kesehatan Global. 2(2), 71-80

Nurtini, N.M., Dewi, K.P., Dewi, W.E.P. 2017. Karakteristik Wanita Usia Subur
yang Melakukan Inspeksi Visual Asam Asetat. JRKN. 3(2), 67-77

Ratnawati, A.E. & Mudatin, A. 2017. Gambaran Karakteristik Wanita Usia Subur
yang telah Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di
Puskesmas Imogiri I Bantul. Jurnal Ilmu Kebidanan. 4(1), 17-28

Sartika B.R., Manihuruk., Santoso, H., & Purba, A. 2017. The Factors
Correlated With Women’s Action In Having Iva Tested In The Working
Area Of Kabanjahe Puskesmas, Karo Regency. Jurnal Ilmiah Kohesi.
4(1), 78-86

Silfia, N.N., & Muliati, T. 2017. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap
dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Pasangan Usia Subur di
Puskesmas Talise. Caring. 1(2), 69-83

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods).


Alfabeta. Bandung

Sundari, B..M., & Suryani, N. 2017. Analisis Jalur Determinan yang


Mempengaruhi Pemeriksaan Inpeksi Visual Asam Asetat. Prosiding
Seminar Nasional Kebidanan dan Call For Paper. 274-281

Suyami. 2017.Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Nuha Medika.


Yogyakarta

Tambunan. D. 2016. Berdamai dengan Kanker. EGC. Jakarta


34

Anda mungkin juga menyukai