Oleh:
Pembimbing:
Referat
Judul:
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian/KSM Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 25 Februari – 13 Maret 2021.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Benda Asing Trakeobronkial” untuk memenuhi tugas referat yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya
Bagian/KSM Ilmu Kesehatan THT-KL Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L, FICS. selaku pembimbing yang telah membantu
dalam memberikan ajaran dan masukan sehingga referat ini dapat selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat dan pelajaran
bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
2.1 Anatomi Traktus Trakeobronkial.................................................................... 2
2.2 Fisiologi Traktus Trakeobronkial.................................................................... 6
2.3 Benda Asing Trakeobronkial........................................................................... 7
2.3.1 Definisi...................................................................................................... 7
2.3.2 Epidemiologi............................................................................................. 7
2.3.3 Etiologi...................................................................................................... 8
2.3.4 Klasifikasi.................................................................................................. 8
2.3.5 Patofisiologi............................................................................................... 8
2.3.6 Manifestasi Klinis...................................................................................... 10
2.3.7 Diagnosis................................................................................................... 12
2.3.8 Tata laksana............................................................................................... 14
2.3.9 Komplikasi................................................................................................. 15
2.3.10 Prognosis................................................................................................... 15
BAB III SIMPULAN........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbaring dengan kepala lebih rendah dari tubuh (posisi Tredelenburg), serta rujuk
pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas endoskopi.1,9
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
thyroidea inferior, dan sepertiga bagian bawah mendapat darah dari arteriae
bronchiales. 10,11
2.1.2 Bronkus
Trakea bercabang dua setinggi torakal 4 menjadi bronkus utama kanan dan
kiri. Sekat dari percabangan itu disebut karina. Karina letaknya lebih ke kiri dari
garis median sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas dari bronkus utama
kiri. Lumen bronkus utama kanan pada potongan melintang seperempat lebih luas
dari bronkus utama kiri. Bronkus utama kanan lebih pendek dari bronkus utama
kiri, panjangnya pada orang dewasa 2,5 cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang
rawan. Panjang bronkus utama kiri kira-kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang
rawan sebanyak 9-12 buah.10
4
Gambar 2. Trakea dan Bronkus.11
5
Cabang Bronkus
Paru pada dasarnya merupakan kumpulan dari cabang-cabang bronkus.
Bronkus utama kanan bercabang menjadi 3 buah lobus, superior, medius dan
inferior. Bronkus utama kiri bercabang menjadi 2 buah lobus, lobus superior dan
inferior. Tiap lobus mempunyai bronkus sekunder (bronkus lobaris). Tiap lobus
diliputi oleh pleura viseral yang masuk ke fisura yang dalam di celah antara lobus
dan hilus. Tiap lobus bercabang lagi menjadi segmen bronkopulmoner. 10
6
2.2 Fisiologi Traktus Trakeobronkial
1. Ventilasi
Traktus trakeobronkial berperan sebagai tempat udara mengalir setelah
dari hidung-faring-laring sampai ke bronkus terminalis dan langsung ke
bronkus respiratorius tempat terjadinya pertukaran udara. Duktus alveolaris
dan alveolus terbuka ke bronkus respiratorius.
2. Drainase paru
Drainase sekret dari paru ke traktus trakeobronkial kemudian ke faring
dilakukan oleh mekanisme gerakan silia (ciliary wafting), batuk (tussive
squeeze) dan hembusan (bechic blast).
3. Daya perlindungan paru
Mekanisme perlindungan paru dan bronkus dilakukan oleh :
a. Mukus, yang berasal dari sel goblet yang menjaga supaya selaput lendir
trakea dan bronkus selalu basah dan licin.
Sekret berupa mukus membentuk palut lendir (mucous blanket)
untuk menangkap partikel debu dan mikroorganisme yang teraspirasi.
Sekret bergerak ke arah laring dan faring oleh mekanisme silia dan batuk.
b. Mekanisme mukosiliar
Saat bernapas melalui hidung partikel debu dan mikroorganisme
telah disaring di hidung dan nasofaring, tetapi penyaringan tidak akan
terjadi bila bernapas melalui mulut. Laring dan trakea mukosa diliputi oleh
epitel toraks bersilia, kecuali di pita suara. Epitel toraks bersilia diliputi
oleh palut lendir tipis. Gerak silia yang efektif tergantung pada komposisi
dan viskositas mukus.
c. Kontraksi otot bronkus.
Bila terdapat udara yang masuk ke dalam traktus trakeobronkial
maka akan terjadi kontraksi otot bronkus, sehingga lumen menyempit.
Kontraksi otot bronkus juga disebabkan refleks nasobronkial, bila ada
stimulasi pada selaput lendir hidung akan terjadi refleks yang
7
menyebabkan kontraksi otot bronkus yaitu refleks batuk. Refleks batuk
timbul karena rangsangan pada ujung nervus vagus yang ada pada lapisan
epitel.
d. Makrofag alveolar.
Mikroorganisme yang terdapat di dalam alveolus akan diserang
oleh makrofag yang terdapat dalam alveolus.
4. Mengatur keseimbangan kardiovaskular.
5. Mengatur tekanan intrapulmonal.
6. Mengatur tekanan CO2 dalam darah.
2.3.1 Definisi
Benda asing di dalam suatu organ didefinisikan sebagai benda yang
berasal dari dalam (endogen) atau luar tubuh (eksogen) yang dalam keadaan
normal tidak ada. Benda asing trakeobronkial adalah benda asing yang ditemukan
pada saluran pernapasan bawah (trakeo-bronkial). Kecurgiaan benda asing di
saluran napas merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera.1,2,14
2.3.2 Epidemiologi
Umumnya aspirasi benda asing di saluran napas terjadi pada anak kurang
dari 4 tahun. Diperkirakan 7% kematian mendadak pada anak kurang dari 4 tahun
disebabkan aspirasi benda asing. Di Amerika Serikat pada tahun 2006 dilaporkan
terdapat 4100 kasus (1.4 per 100.000) kematian anak disebabkan aspirasi benda
asing di saluran nafas. Pada anak usia kurang dari 1 tahun umumnya terjadi
aspirasi benda asing di laring dan trakea, sedangkan pada anak usia 2 – 4 tahun
umumnya aspirasi benda asing di hidung. Selain itu rasio benda asing
trakeobronkial pada pria dan wanita berkisar antara 2:1 sampai 3:2.5,6,8
8
2.3.3 Etiologi
Tingginya aspirasi benda asing pada anak usia kurang dari 4 tahun
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pada anak usia tersebut belum memiliki
gigi molar yang lengkap, kebiasaan makan sambil bermain atau berlari, belum
bisa membedakan mana makanan yang bisa dimakan ataupun tidak, serta masih
kurangnya kordinasi penutupan epiglotis antara saat makan dan bernapas. Pada
orang yang lebih dewasa risiko aspirasi benda asing dapat terjadi pada pecandu
alkohol, riwayat epilepsi, serta kelainan neurologis.1,6
2.3.4 Klasifikasi
Aspirasi benda asing saluran napas dapat terjadi akibat benda asing yang
berasal dari luar tubuh (eksogen) maupun yang berasal dari dalam tubuh
(endogen). Benda asing eksogen dapat berupa zat organik seperti (kacang-
kacangan, tulang dari hewan, dsb) dan zat anorganik (koin, peniti, jarum, dsb).
Sedangkan benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah, nanah, cairan
ambion, meconium dsb.14
Hal yang harus diperhatikan ketika teraspirasi benda asing adalah
memperhatikan lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat
benda asing, bentuk, serta ukuran benda asing.1
2.3.5 Patofisiologi
Benda asing yang teraspirasi dapat tersangkut di tiga tempat, yaitu laring,
trakea, dan bronkus. Bronkus merupakan tempat predileksi utama, yaitu sekitar
80-90%. Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama
kanan karena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih ke kiri
serta ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai usia 15 tahun, sudut yang
dibentuk bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada
anak frekuensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadiannya antara
9
bronkus kanan dan kiri. Lokasi tersangkutnya benda asing juga dipengaruhi posisi
saat terjadi aspirasi.1,8
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak
dibawah umur 2 tahun dengan riwayat yang khas, yaitu pada saat benda atau
makanan ada di dalam mulut anak tertawa atau menjerit sehingga pada saat
inspirasi laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam laring.
Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-ulang
(paroksismal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis. Bila benda asing telah
masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang-kadang terjadi fase asimtomatik
selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala
yang tergantung pada derajat sumbatan bronkus.1,8
Pasien dengan aspirasi benda asing pada bronkus umumnya datang ke
rumah sakit pada fase asimtomatik. Fase ini umumnya terjadi dalam 24 jam
pertama dengan gejala sumbatan jalan napas yang tidak jelas. fase berikutnya
adalah fase pulmonum, benda asing di bronkus akan bergerak ke perifer dan akan
menyebabkan sumbatan sehingga terjadi atelektasis dan emfisema paru.
Mekanisme katup pada sumbatan benda asing di bronkus.1,8
Snow (1997) menjelaskan mekanisme katup pada sumbatan benda asing di
bronkus sebagai berikut:14
1. Bypass-valve type of obstruction (partial obstruction)
Udara inspirasi dan ekspirasi masih dapat mengalir secara bebas
melalui lumen bronkus yang sempit pada keadaan ini tidak terjadi atelektasis
maupun emfisema.
2. Check-valve type of obstruction (obstructive emphysema)
Pada keadaan lebih lanjut dapat terjadi edema mukosa bronkus. Pada
saat inspirasi aliran udara dapat masuk, tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi
disebabkan kontraksi otot bronkus. Akibatnya akan terjadi emfisema bagian
distal paru.
3. Stop-valve type (complete obstruction/obstructive atelectasis)
10
Bila telah terjadi penyumbatan total maka aliran udara tidak dapat
masuk maupun keluar, sehingga akan terjadi atelektasis.
11
Manifestasi aspirasi benda asing tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat benda asing, bentuk, serta ukuran
benda asing. Umumnya pasien merasakan batuk-batuk hebat secara tiba-tiba
(paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging), berbicara gagap (sputtering), dan obstruksi jalan napas.1
1. Stadium pertama
Gejala permulaan dari aspirasi benda asing trakeobronkial adalah adanya
riwayat tersedak, batuk hebat secara tiba-tiba (paroxysms of coughing), rasa
tercekik (chocking), rasa tersumbat di tenggorokan (gagging), bicara gagap
(sputtering), dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
2. Stadium kedua
Pada stadium kedua terjadi gejala pada stadium pertama yang disertai interval
asimptomatik. Hal tersebut terjadi karena benda asing tersebut tersangkut,
refleks-refleks yang sebelumnya timbul akan melemah dan gejala rangsangan
akut berkurang dan menjadi tersembunyi. Pada stadium ini terjadi tahapan
berbahaya karena sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau
cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan
tanda yang tidak jelas.
3. Stadium Ketiga
Pada stadium ketiga ini telah timbul komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses paru. Gejala yang timbul dapat
berupa demam, batuk berdarah, abses paru, dan pneumonia.
Benda asing pada trakea akan menimbulkan gejala batuk tiba-tiba yang
berulang dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorokan
(gagging), terdapat gejala patognomonik yaitu audible slap, palpatory thud, dan
asthmatoid wheeze (nafas berbunyi pada saat ekspirasi). Benda asing trakea yang
masih dapat bergerak pada saat benda itu sampai di karina dengan adanya refleks
batuk benda asing tersebut akan terlempar ke pita suara yang dapat dirasakan
12
sebagai getaran di daerah tiroid (palpatory thud) atau dapat didengar dengan
stetoskop di daerah tiroid (audible slap). Di samping itu dapat juga dijumpai
gejala suara serak, dispneu, dan sianosis yang tergantung pada lokasi dan besar
benda asing. Gejala palpatory thud dan audible slap lebih terdengar bila pasien
terlentang dengan mulut terbuka saat batuk, sedangkan gejala mengi dapat
didengar saat pasien membuka mulut. Benda asing yang tersangkut pada karina
dapat menyebabkan terjadinya atelektasis pada satu sisi paru atau emfisema paru
sisi lain tergantung pada derajat sumbatan yang ada.1,8
Benda asing di bronkus lebih banyak terjadi pada bronkus kanan karena
bronkus kanan memiliki anatomi berupa garis luhur dengan trakea, sedangkan
bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Pada fase ini keadaan umum pasien
masih baik dan foto rontgen thoraks belum memperlihatkan kelainan. Pada fase
pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer. Pada
fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu secara progresif dan pada
auskultasi terdengar ekspirasi memanjang disertai mengi. Derajat sumbatan
bronkus dan gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung bentuk, ukuran, dan
sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis, drowned lung serta
abses paru. Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran
napas dengan gejala laringotrakeabronkitis, toksemia, batuk, dan demam ireguler.
Tanda fisik benda asing di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi benda
asing dari satu sisi ke sisi lain dalam paru. 1,8
2.3.7 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Fase akut
- Batuk mendadak, hebat, dan terus-menerus
- Benda asing laring akan menimbulkan suara parau atau afoni
- Bila terdapat sumbatan jalan napas atas (laring atau trakea), ada sesak
hebat sampai sianosis
13
b. Fase tenang
- Disebabkan oleh kelelahan pada refluks batuk atau benda asing berhenti
pada salah satu cabang bronkus
- Keluhan pada fase akut mereda, gejala hilang timbul kadang
menghilang
c. Fase komplikasi
- Atelektasis dan emfisema menimbulkan sesak
- Pneumonia menimbulkan sesak, demam, dan batuk
- Pneumotoraks menimbulkan keluhan sesak progresif bila tipe ventil
d. Benda asing pada laring dan trakea dapat menyebabkan obstruksi jalan
napas atas: sesak hebat, stridor, retraksi, sampai sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Benda asing di trakea
- Asmatoid wheezing, audible slap, palpatory thud
- Disfonia
- Bila ada sumbatan jalan napas atas retraksi supraklavikular, intercostal
atau epigastrial, stridor inspirasi, gelisah sampai kesadaran menurun,
sianosis
b. Benda asing di bronkus
- Inspeksi : Gerakan dada tertinggal ipsilateral
- Palpasi : Gerakan napas asimetri
- Perkusi : perubahan suara ketuk ipsilateral
- Auskultasi : suara nafas melemah ipsilateral, stridor ekspirasi (mengi),
ronki halus.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Benda asing metal : rontgen foto polos PA/lateral
b. Benda asing densitas rendah : rontgen foto polos jaringan lunak (soft tissue
technique)
c. Benda asing radiolusen : rontgen foto akhir inspirasi dan ekspirasi,
tomografi computer toraks
14
d. Laoratorium : darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal,
elektrolit, analisa gas darah.
15
setelah tindakan jika paru bersih dan tidak demam. Foto toraks pasca bronkoskopi
dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang. Gejala persisten seperti
batuk, demam, kongesti paru, obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan
penyelidikan lebih lanjut dan pengobatan yang tepat dan adekuat. 1,14
2.3.9 Komplikasi
2.3.10 Prognosis
Prognosis pada aspirasi benda asing saluran napas:15
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
16
BAB III
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18
16. Yandra D, Oea K, dan Russilawa. Komplikasi Kronik Aspirasi Benda Asing
pada Saluran Napas Bawah. Jurnal Kedokteran Yarsi. 2020;28(2):51-63.
19