Oleh:
Pembimbing:
dr. Adeline, SpTHT-KL
Referat
Judul:
Benda Asing Traktus Trakeobronkial
Disusun oleh :
Husnul Khotimah, S.Ked 04054821820057
Rulitia Nairiza, S.Ked 04054821820092
Faris Naufal Afif, S.Ked 04084821719005
Nopasari, S.Ked 040111815200xx
Fajri Irwinsyah Manalu, S.Ked 04011181520086
Lyssa Poh Jiawei, S.Ked 04011381520183
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 15 Maret – 15 April 2019.
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan YME atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Benda
Asing Traktus Trakeobronkial” untuk memenuhi tugas referat sebagai bagian dari
sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Ilmu
Kesehatan THT-KL Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Adeline, SpTHT-KL, selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran
dan masukan sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pelajaran
bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Aspirasi benda asing ialah masuknya benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh ke saluran napas. 1,2 Benda asing pada saluran napas merupakan
keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Keterlambatan penanganan
dapat meningkatkan terjadinya komplikasi bahkan kematian. 1,2
Umumnya terjadi pada anak usia antara 6 bulan sampai 4 tahun dengan puncaknya
pada umur 1–2 tahun. Diperkirakan aspirasi benda asing merupakan penyebab 7%
kematian mendadak pada anak di bawah usia 4 tahun. Di Amerika Serikat, pada
tahun 2006 terdapat 4.100 kasus (1,4 per 100.000) kematian anak yang disebabkan
aspirasi benda asing di jalan napas. 2,3
Benda asing trakeobronkial merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat
menimbulkan sumbatan jalan napas sehingga menyebabakan terjadinya peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas baik pada dewasa maupun anak, karena dapat
mengakibatkan gangguan napas akut, penyakit paru kronis, dan bahkan kematian.
Setiap benda asing di saluran napas merupakan hal serius jika menyebabkan
sumbatan jalan napas akut, baik total atau sebagian. Benda asing dalam traktus
trakeobronkial tersebut memiliki gejala dan tanda yang berbeda yang harus dikenali
dengan cepat dan tepat. Kasus aspirasi benda asing sering terlambat didiagnosis
karena episode tercekik (choking) awal tidak diketahui, dan gejala lanjut aspirasi
benda asing menyerupai kondisi lain, seperti asma, pneumonia rekuren, infeksi
saluran napas atas, dan batuk persisten. 4 Maka dari itu, kemampuan mendiagnosis
secara tepat dan cepat sangat dibutuhkan. Selain melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan untuk menentukan
diagnosis dan penatalaksanaan yang sesuai.1,2,3
Referat ini dibuat dengan tujuan mengetahui lebih dalam penegakkan
diagnosis dan tatalaksana benda asing di traktus trakeobronkial mengingat kasus
tersebut cukup sering dijumpai. Penegakkan diagnosis yang cepat dan penanganan
yang cepat dan tepat diharapkan dapat menghindari komplikasi yang mungkin
terjadi.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
b. Faring
Setelah melalui cavum nasi, udara yang diinhalasi akan memasuki faring.
Faring disebut juga sebagai tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan
dinding yang terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang menghubungkan
bagian ujung belakang cavum nasi dengan bagian atas esofagus dan laring.
Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan berada di
belakang dari cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring
dan turun melalui orofaring yang terletak di belakang cavum oris dimana udara
yang diinhalasi melalui mulut akan memasuki orofaring. Berikutnya udara akan
memasuki laringofaring dimana terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur
aliran udara dari faring ke laring.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan,
faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan.5
c. Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya ±10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada. Dinding trakea tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Trakea
terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di bagian posterior terdapat
jaringan yang merupakan perbatasan dengan esofagus yang disebut
tracheoesophageal party wall (dinding bersama antara trakea dan esofagus).
Mukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat longgar, yang disebut
konus elastikus. Keistimewaan jaringan ini adalah bila teransang mudah terjadi
edema dan akan terbentuk jaringan granulasi bila rangsangan berlangsung
lama. Pada pemeriksaan endoskopik, tampak trakea merupakan tabung yang
datar pada bagian posterior sedangkan di bagian anterior tampak cincin tulang
rawan. Mukosa di atas cincin trakea berwarna putih, dan di antara cincin itu
berwarna merah muda. Pada bagian servikal dan torakal trakea berbentuk oval,
karena tertekan oleh kelenjar tiroid dan arkus aorta. Trakea bercabang dua di
setinggi torakal empat menjadi bronkus utama kanan dan kiri yang diantara
keduanya terdapat karina. Trakea normal dilihat dari anteroposterior terletak di
garis tengah, yang menghubungkan laring dengan karina. Meskipun ada variasi
tiap individu, sudut ini dari vertikal secara bertahap meningkat dengan usia.
Esofagus berhubungan dekat dengan trakea. Kerongkongan dimulai pada
tingkat krikoid posterior, melekat padanya dengan selempang otot
cricopharyngeus. Karena letak esofagus sedikit ke kiri, margin kanan posterior
trakea terletak di anterior vertebra. Arteri tiroid inferior memasok bagian bawah
kelenjar tiroid dan mensuplai darah dari trakea bagian atas. 6,7,8
Gambar 2. Anatomi dan histologi trakeobronkial9
d. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.2,5,6
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus
lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi
dua bronkiolus. Bronkus utama kanan membentuk sudut 250 ke kanan dari garis
tengah sedangkan bronkus utama kiri membuat sudut 450 ke kiri dari garis
tengah. Maka, bronkus utama kanan hampir membentuk garis lurus dengan
trakea sehingga benda asing eksogen yang masuk ke bronkus akan lebih mudah
masuk ke bronkus utama kanan. Faktor lain yang mempermudah masuknya
benda asing ke dalam bronkus utama kanan ialah kerja otot trakea yang
mendorong benda asing itu ke kanan. Selain itu, udara inspirasi ke dalam
bronkus utama kanan lebih besar dibandingkan dengan udara inspirasi ke
bronkus utama kiri.1
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru
atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-
kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah.
Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan
keluar paru-paru.5,6
e. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas
3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh
dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura
luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi
ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang- cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding
duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.5,6
2.2.2 Epidemiologi
Aspirasi benda asing trakeobronkial dapat terjadi pada semua umur, meski
terbanyak ditemukan pada anak-anak khususnya usia 1-3 tahun. Dilaporkan bahwa
70% kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak-anak akibat anak-anak sering
memasukkan sesuatu ke dalam mulut sehingga tertelan. 55% dari kasus benda asing
di saluran napas terjadi pada anak kurang dari 4 tahun. Pada bayi di bawah usia 1
tahun banyak menyebabkan terjadinya gawat napas. Sedangkan pada anak usia 2-4
tahun, aspirasi benda asing di trakeobronkial umumnya disebabkan oleh kacang atau
biji tumbuh-tumbuhan akibat belum sempurnanya proses mengunyah. Diperkirakan
aspirasi benda asing trakeobronkial bertanggung jawab terhadap 7% kematian
mendadak anak dibawah usia 4 tahun. Di Amerika Serikat, pada tahun
2006 terdapat 4100 kasis kematian anak yang disebabkan oleh aspirasi benda asing
trakeobronkial. Berdasarkan data rekam medis di RSUP dr. Moh Hoesin Palembang
dari Januari 2012 – Desember 2016 didapatkan 20 pasien yang dicurigai mengalami
aspirasi benda asing di saluran trakeobronkial dan dilakukan tindakan bronkoskopi.
Benda asing ang paling banyak ditemukan adalah mainan, benda plastik, dan jarum
pentul dengan lokasi terbanyak ditemukan di trakea. 7
2.1.2 Patogenesis
Benda asing masuk ke saluran nafas saat laring terbuka atau pada saat terjadi
aspirasi. Benda asing yang masuk ke saluran nafas akan mengakibatkan terjadinya
reflek batuk, kemudian akan muncul gejala sesuai dengan lokasi, besarnya sumbatan
dan lamanya benda asing berada di dalam saluran nafas. Benda asing yang masuk
ke dalam saluran nafas akan menimbulkan reaksi pada jaringan sekitarnya. Reaksi
jaringan yang timbul dapat berupa inflamasi lokal, edema, ulserasi, dan
terbentuknya jaringan granulasi yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas.
Akibat obstruksi ini maka bagian distal dari sumbatan aka n terjadi air
trapping, empisema, atelektasis, abses paru dan bronkiektasi. Reaksi inflamasi akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan vaskularisasi mukosa, edema, dan
bertambahnya sekret mukoid. Berkurangnya gerakan silia mengakibatkan
menumpuknya lendir atau sekret di ujung bronkiolus sehingga dapat mengakibatkan
atelektasis maupun komplikasi lainnya. Bila terdapat infeksi dapat terbentuk pus
serta dapat terbentuk jaringan granulasi.2,3
Obstruksi bronkus menurut Jackson dibagi dalam 4 tipe yaitu:Sumbatan
sebagian dari bronkus (by pass valve obstruction), Sumbatan pentil dengan ekpirasi
yang terhambat (expiratory check valve obstruction), Sumbatan pentil dengan
inspirasi yang terhambat (inspiratory check valve obstruction), Sumbatan total (stop
valve obstruction)2,3,6
1. Bypass-valve type of obstruction (partial obstruction)
Udara inspirasi dan ekspirasi masih dapat mengalir secara bebas melalui lumen
bronkus yang sempit. Pada keadaan ini tidak terjadi atelektasis ataupun
emfisema.
2. Check-valve type of obstruction (obstructive emphysema)\
Pada keadaan lebih lanjut dapat terjadi edema mukosa bronkus. Pada saat
inspirasi aliran udara dapat masuk, tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi.,
disebabkan oleh kontraksi otot bronkus. Akibatnya akan terjadi emfisema
bagian distal paru.
3. Stop-valve type (completed obstruction/obstructive atelectasis)
Bila telah terjadi penyumbatan total maka aliran udara tidak dapat masuk
maupun keluar, akibatnya akan terjadi atelektasis.
Gambar 3. Mekanisme emfisema dan atelektasis pada aspirasi benda asing.8
Kacang tanah merupakan benda asing organik yang bersifat higroskopis,
mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air serta menyebabkan iritasi pada
mukosa. Hal ini dapat menyebabkan peradangan hebat di saluran napas dan dapat
membentuk jaringan granulasi. Reaksi ini berlangsung dengan cepat. Kacang tanah
dapat mengakibatkan trakeobronkitis yang berat yang disebut dengan arachidic
bronchitis. Setelah masa laten kira-kira 24 jam akan timbul gejala batuk dengan
sputum yang purulen dan disertai demam.2,7. Benda asing anorganik menimbulkan
reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan
radiologik, karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. Benda asing
yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti, jarum, dapat masuk ke dalam
bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodic.
Pemeriksaan Fisik
Pada jam-jam pertama setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang
bisa ditemukan di dada penderita adalah akibat perubahan aliran udara di traktus
trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop. Benda asing di saluran napas
akan menyebabkan suara napas melemah atau timbul suara abnormal seperti
wheezing pada satu sisi paru. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan tidak adanya
kelainan atau asimtomatis (40%), wheezing (40%) penurunan suara nafas pada sisi
terdapatnya benda asing (5%).7 Pada sumbatan jalan nafas yang nyata dapat
ditemukan sianosis.2,8
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda
asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum
24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya
setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema. Pemeriksaan
thoraks lateral dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam keadaan
fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan napas. 1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada setiap pasien yang diduga
mengalami aspirasi benda asing adalah pemeriksaan radiologik dan laboratorium.
Foto thorak postero anterior (PA) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran
benda asing. Benda asing radiopak dapat dengan mudah diidentifikasi, sedangkan
pada benda asing radiolusen, kemungkinan yang akan tampak berupa efek samping
yang timbul pada paru seperti atelektasis, emfisema dan gambaran infiltrat setelah
24 jam kejadian. Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan
atelektasis, dibuat foto thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini
akan tampak mediastinum bergeser ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru
yang terlibat akan hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.8
Gambar 4. Foto thorak PA, tampak bayangan radio-opak pada setinggi vertebra torakal
IV-V, kesan benda asing pada bronkus kiri.8
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada
di perifer serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama
berada di bronkus. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui
adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran
napas.1,11
2.1.5 Penatalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan aspirasi benda asing adalah mengeluarkan
benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi yang paling aman dan trauma
yang minimal. Situasi yang dianggap gawat darurat adalah: Obstruksi jalan nafas
akibat sumbatan total benda asing di laring atau traktus trakeobronkial yang harus
diatasi pada saat diagnosis aspirasi benda asing ditegakkan; dan Aspirasi benda
asing organik yang cenderung menyebabkan sumbatan traktus trakeobronkial
dengan cepat karena bersifat higroskopis. Keterlambatan mengeluarkan benda asing
akan menambah kesulitan terutama pada anak.9
Penatalaksanaan benda asing saluran napas membutuhkan berbagai metode
penatalaksanaan dapat dilakukan tindakan berupa laringoskopi, bronkoskopi
fiberoptik fleksibel, bronkoskopi kaku dan torakotomi. Penggunaan bronkoskopi
dalam penatalaksanaan kasus ini menurunkan tindakan pembedahan torakotomi.
Bronkoskopi kaku merupakan baku emas penatalaksanaan aspirasi benda asing pada
percabangan trakeobronkial yang tampak secara langsung. Bronkoskop kaku
merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing yang teraspirasi pada anak karena
ventilasi lebih terjamin karena mempunyai konektor yang dihubungkan dengan
oksigen, lebih mudah untuk melakukan tindakan dan bisa untuk mengatasi
perdarahan. Intervensi awal menggunakan bronkoskop kaku diikuti dengan ekstrasi
menggunakan cunam (grasping forcep) atau ekstraktor magnetik memungkinkan
pengangkatan benda asing dengan mudah dan aman. Penanganan benda asing tajam
secara teliti dapat mencegah komplikasi dan morbiditas. Kegagalan pengangkatan
benda asing akibat impaksi, terutama benda asing logam dengan ujung tajam
memerlukan terapi torakotomi.1,5,9
2.2.9 Prognosis
Hampir seluruh benda asing di saluran nafas dapat diangkat dengan
bronkoskopi. Komplikasi akan meningkat jika diagnosis maupun penatalaksanaan
dilakukan setelah 24 jam kejadian. Tidak cukup data untuk mengatakan berapa lama
benda asing di dalam saluran nafas sehingga tidak dapat diangkat dengan
bronkoskop.
BAB III
KESIMPULAN
Benda asing traktus trakeobronkial adalah benda yang berasal dari luar
tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Sumbatan
benda asing di dalam bronkus dibagi menjadi sumbatan sebagian, sumbatan seperti
pentil, dan sumbatan total. . Aspirasi benda asing trakeobronkial dapat terjadi pada
semua umur, meski terbanyak ditemukan pada anak-anak khususnya usia 1-3 tahun.
Namun, terdapat pula beberapa faktor predisposisi aspirasi benda asing ke dalam
saluran napas yang dapat terjadi pada dewasa.
Diagnosis sumbatan bronkus ditentukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, juga
perlu ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa tercekik (choking) tiba-tiba yang
diikuti episode batuk-batuk, mengi dan bahkan stridor. Pemeriksaan fisik dengan
palpasi dan auskultasi menunjukkan adanya wheezing, suara vesikuler menurun,
atau keduanya pada sisi paru yang mengalami aspirasi benda asing. Tanda-tanda
sumbatan jalan nafas ini ditemukan dalam berbagai variasi sesuai dengan ukuran.
Selain itu, diperlukan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang.
Gejalanya tergantung pada luas sumbatan, dari yang ringan sampai berat.
Yang ringan ialah rasa tidak nyaman ketika bernapas, sedangkan yang berat ialah:
suara mengi terdengar di mulut; dyspnea; dan akhirnya asfiksia.
Tatalaksana harus dilakukan segera dalam kondisi optimal dan trauma yang
minimal untuk mencegah terjadinya komplikasi. Untuk mengeluarkan benda asing
pada sumbatan trakea dilakukan bronkoskopi dengan tujuan memperlancar saluran
napas (traktus trakeobronkia). Bronkoskopi merupakan salah satu tindakan
endoskopi di bagian ilmu THT untuk melihat langsung lumen trakea dan bronkus
sekaligus terapeutik. Apabila tidak berhasil dengan bronkoskopi, maka pada benda
asing trakea dapat dilakukan trakeostomi. Sedangkan benda asing tajam, tidak rata,
dan tersangkut pada jaringan di bronkus, dapat dilakukan servikotomi atau
torakotomi.
DAFTAR PUSTAKA