Anda di halaman 1dari 25

Referat

BENDA ASING TRAKTUS


TRAKEOBRONKIAL

Oleh:

Husnul Khotimah, S.Ked 04054821820057


Rulitia Nairiza, S.Ked 04054821820092
Faris Naufal Afif, S.Ked 04084821719005
Nopasari, S.Ked 04084821921071
Fajri Irwinsyah Manalu, S.Ked 04011181520086
Alyssa Poh Jiawei, S.Ked 04011381520183

Pembimbing:
dr. Adeline, SpTHT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL RSUP


MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul:
Benda Asing Traktus Trakeobronkial

Disusun oleh :
Husnul Khotimah, S.Ked 04054821820057
Rulitia Nairiza, S.Ked 04054821820092
Faris Naufal Afif, S.Ked 04084821719005
Nopasari, S.Ked 040111815200xx
Fajri Irwinsyah Manalu, S.Ked 04011181520086
Lyssa Poh Jiawei, S.Ked 04011381520183

Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 15 Maret – 15 April 2019.

Palembang, Maret 2019


Pembimbing,

dr. Adeline, SpTHT-KL


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan YME atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Benda
Asing Traktus Trakeobronkial” untuk memenuhi tugas referat sebagai bagian dari
sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Ilmu
Kesehatan THT-KL Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Adeline, SpTHT-KL, selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran
dan masukan sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pelajaran
bagi kita semua.

Palembang, Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Aspirasi benda asing ialah masuknya benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh ke saluran napas. 1,2 Benda asing pada saluran napas merupakan
keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Keterlambatan penanganan
dapat meningkatkan terjadinya komplikasi bahkan kematian. 1,2
Umumnya terjadi pada anak usia antara 6 bulan sampai 4 tahun dengan puncaknya
pada umur 1–2 tahun. Diperkirakan aspirasi benda asing merupakan penyebab 7%
kematian mendadak pada anak di bawah usia 4 tahun. Di Amerika Serikat, pada
tahun 2006 terdapat 4.100 kasus (1,4 per 100.000) kematian anak yang disebabkan
aspirasi benda asing di jalan napas. 2,3
Benda asing trakeobronkial merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat
menimbulkan sumbatan jalan napas sehingga menyebabakan terjadinya peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas baik pada dewasa maupun anak, karena dapat
mengakibatkan gangguan napas akut, penyakit paru kronis, dan bahkan kematian.
Setiap benda asing di saluran napas merupakan hal serius jika menyebabkan
sumbatan jalan napas akut, baik total atau sebagian. Benda asing dalam traktus
trakeobronkial tersebut memiliki gejala dan tanda yang berbeda yang harus dikenali
dengan cepat dan tepat. Kasus aspirasi benda asing sering terlambat didiagnosis
karena episode tercekik (choking) awal tidak diketahui, dan gejala lanjut aspirasi
benda asing menyerupai kondisi lain, seperti asma, pneumonia rekuren, infeksi
saluran napas atas, dan batuk persisten. 4 Maka dari itu, kemampuan mendiagnosis
secara tepat dan cepat sangat dibutuhkan. Selain melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan untuk menentukan
diagnosis dan penatalaksanaan yang sesuai.1,2,3
Referat ini dibuat dengan tujuan mengetahui lebih dalam penegakkan
diagnosis dan tatalaksana benda asing di traktus trakeobronkial mengingat kasus
tersebut cukup sering dijumpai. Penegakkan diagnosis yang cepat dan penanganan
yang cepat dan tepat diharapkan dapat menghindari komplikasi yang mungkin
terjadi.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Anatomi Saluran Pernapasan


Pernapasan atau respirasi merupakan suatu proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida di dalam tubuh. Sistem respirasi secara garis besar
terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari cavum nasi, nasofaring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminal; dan bagian respirasi (tempat terjadi
pertukaran gas) yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan
alveoli. Menurut klasifikasi berdasarkan saluran napas atas dan bawah, saluran
napas atas terbatas hingga faring sedangkan saluran napas bawah dimulai dari
laring, trakea, bronkus dan berakhir di paru. Sistem pernapasan manusia dapat
dilihat pada Gambar 1.2,5

Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia.2,5

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain
itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Terdapat konka yang mempunyai banyak
kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Rongga
hidung di bagian belakang terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang
yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut- rambut
halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke
dalam rongga hidung.5

b. Faring
Setelah melalui cavum nasi, udara yang diinhalasi akan memasuki faring.
Faring disebut juga sebagai tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan
dinding yang terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang menghubungkan
bagian ujung belakang cavum nasi dengan bagian atas esofagus dan laring.
Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan berada di
belakang dari cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring
dan turun melalui orofaring yang terletak di belakang cavum oris dimana udara
yang diinhalasi melalui mulut akan memasuki orofaring. Berikutnya udara akan
memasuki laringofaring dimana terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur
aliran udara dari faring ke laring.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan,
faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan.5
c. Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya ±10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada. Dinding trakea tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Trakea
terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di bagian posterior terdapat
jaringan yang merupakan perbatasan dengan esofagus yang disebut
tracheoesophageal party wall (dinding bersama antara trakea dan esofagus).
Mukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat longgar, yang disebut
konus elastikus. Keistimewaan jaringan ini adalah bila teransang mudah terjadi
edema dan akan terbentuk jaringan granulasi bila rangsangan berlangsung
lama. Pada pemeriksaan endoskopik, tampak trakea merupakan tabung yang
datar pada bagian posterior sedangkan di bagian anterior tampak cincin tulang
rawan. Mukosa di atas cincin trakea berwarna putih, dan di antara cincin itu
berwarna merah muda. Pada bagian servikal dan torakal trakea berbentuk oval,
karena tertekan oleh kelenjar tiroid dan arkus aorta. Trakea bercabang dua di
setinggi torakal empat menjadi bronkus utama kanan dan kiri yang diantara
keduanya terdapat karina. Trakea normal dilihat dari anteroposterior terletak di
garis tengah, yang menghubungkan laring dengan karina. Meskipun ada variasi
tiap individu, sudut ini dari vertikal secara bertahap meningkat dengan usia.
Esofagus berhubungan dekat dengan trakea. Kerongkongan dimulai pada
tingkat krikoid posterior, melekat padanya dengan selempang otot
cricopharyngeus. Karena letak esofagus sedikit ke kiri, margin kanan posterior
trakea terletak di anterior vertebra. Arteri tiroid inferior memasok bagian bawah
kelenjar tiroid dan mensuplai darah dari trakea bagian atas. 6,7,8
Gambar 2. Anatomi dan histologi trakeobronkial9

d. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.2,5,6
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus
lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi
dua bronkiolus. Bronkus utama kanan membentuk sudut 250 ke kanan dari garis
tengah sedangkan bronkus utama kiri membuat sudut 450 ke kiri dari garis
tengah. Maka, bronkus utama kanan hampir membentuk garis lurus dengan
trakea sehingga benda asing eksogen yang masuk ke bronkus akan lebih mudah
masuk ke bronkus utama kanan. Faktor lain yang mempermudah masuknya
benda asing ke dalam bronkus utama kanan ialah kerja otot trakea yang
mendorong benda asing itu ke kanan. Selain itu, udara inspirasi ke dalam
bronkus utama kanan lebih besar dibandingkan dengan udara inspirasi ke
bronkus utama kiri.1
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru
atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-
kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah.
Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan
keluar paru-paru.5,6

e. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas
3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh
dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura
luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi
ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang- cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding
duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.5,6

2.2 Benda Asing Trakeobronkial


2.2.1 Definisi
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui
hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing
endogen. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah, atau bekuan
darah, krusta, membran difteri, atau bronkolit..2,3,4,7
Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus
utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar dan membentuk sudut
lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan bronkus utama kiri. Benda asing
di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai penyakit paru, baik akut maupun
kronis, dan harus dianggap sebagai diagnosa banding. 7

2.2.2 Epidemiologi
Aspirasi benda asing trakeobronkial dapat terjadi pada semua umur, meski
terbanyak ditemukan pada anak-anak khususnya usia 1-3 tahun. Dilaporkan bahwa
70% kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak-anak akibat anak-anak sering
memasukkan sesuatu ke dalam mulut sehingga tertelan. 55% dari kasus benda asing
di saluran napas terjadi pada anak kurang dari 4 tahun. Pada bayi di bawah usia 1
tahun banyak menyebabkan terjadinya gawat napas. Sedangkan pada anak usia 2-4
tahun, aspirasi benda asing di trakeobronkial umumnya disebabkan oleh kacang atau
biji tumbuh-tumbuhan akibat belum sempurnanya proses mengunyah. Diperkirakan
aspirasi benda asing trakeobronkial bertanggung jawab terhadap 7% kematian
mendadak anak dibawah usia 4 tahun. Di Amerika Serikat, pada tahun
2006 terdapat 4100 kasis kematian anak yang disebabkan oleh aspirasi benda asing
trakeobronkial. Berdasarkan data rekam medis di RSUP dr. Moh Hoesin Palembang
dari Januari 2012 – Desember 2016 didapatkan 20 pasien yang dicurigai mengalami
aspirasi benda asing di saluran trakeobronkial dan dilakukan tindakan bronkoskopi.
Benda asing ang paling banyak ditemukan adalah mainan, benda plastik, dan jarum
pentul dengan lokasi terbanyak ditemukan di trakea. 7

2.1.1 Faktor-faktor Predisposisi


Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam
saluran napas, antara lain:Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi
sosial, tempat tinggal, kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain;
keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsy; Faktor fisik; kelainan
dan penyakit neurologic; proses menelan yang belum sempurna pada anak; Faktor
dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun; Faktor kejiwaan, antara
lain; emosi, gangguan psikis; Ukuran, bentuk dan sifat benda asing; dam Faktor
kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan
yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,
memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh. 3,7
Penyebab seringnya aspirasi benda asing trakeobronkial pada anak-anak
adalah anak-anak pada usia tersebut sedang mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan kecenderungan meletakkan sesuatu di mulut sambil bermain dan berlari,
pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga belum sempurnanya proses
mengunyah, anak usia tersebut belum dapat membedakan hal-hal yang dapat
dimakan dan yang tidak dapat dimakan, dan koordianassi menelan dan menutupan
glotis yang belum sempurna. Pada orang dewasa, aspirasi benda asing di
trakeobronkial berhubungan dengan adanya retardasi mental, konsumsi alkohol dan
sedatif, tindakan medik pada daerah mulut dan faring, gangguan kesadaran, trauma
maksilofasial, gangguan neurologis, dan demensia. Kejadian aspirasi benda asing
lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 2:1. Jenis
benda asing yang biasanya teraspirasi bervariasi dengan frekuensi tertinggi berupa
kacang, biji-bijian, peniti, tutup pena, mainan anak-anak. Benda asing bronkus
paling sering ditemui pada bronkus kanan akibat bronkus kanan lebih besar
sehingga memiliki aliran udara lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil
terhadap trakea dibandingkan bronkus kiri. 1,4

2.1.2 Patogenesis
Benda asing masuk ke saluran nafas saat laring terbuka atau pada saat terjadi
aspirasi. Benda asing yang masuk ke saluran nafas akan mengakibatkan terjadinya
reflek batuk, kemudian akan muncul gejala sesuai dengan lokasi, besarnya sumbatan
dan lamanya benda asing berada di dalam saluran nafas. Benda asing yang masuk
ke dalam saluran nafas akan menimbulkan reaksi pada jaringan sekitarnya. Reaksi
jaringan yang timbul dapat berupa inflamasi lokal, edema, ulserasi, dan
terbentuknya jaringan granulasi yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas.
Akibat obstruksi ini maka bagian distal dari sumbatan aka n terjadi air
trapping, empisema, atelektasis, abses paru dan bronkiektasi. Reaksi inflamasi akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan vaskularisasi mukosa, edema, dan
bertambahnya sekret mukoid. Berkurangnya gerakan silia mengakibatkan
menumpuknya lendir atau sekret di ujung bronkiolus sehingga dapat mengakibatkan
atelektasis maupun komplikasi lainnya. Bila terdapat infeksi dapat terbentuk pus
serta dapat terbentuk jaringan granulasi.2,3
Obstruksi bronkus menurut Jackson dibagi dalam 4 tipe yaitu:Sumbatan
sebagian dari bronkus (by pass valve obstruction), Sumbatan pentil dengan ekpirasi
yang terhambat (expiratory check valve obstruction), Sumbatan pentil dengan
inspirasi yang terhambat (inspiratory check valve obstruction), Sumbatan total (stop
valve obstruction)2,3,6
1. Bypass-valve type of obstruction (partial obstruction)
Udara inspirasi dan ekspirasi masih dapat mengalir secara bebas melalui lumen
bronkus yang sempit. Pada keadaan ini tidak terjadi atelektasis ataupun
emfisema.
2. Check-valve type of obstruction (obstructive emphysema)\
Pada keadaan lebih lanjut dapat terjadi edema mukosa bronkus. Pada saat
inspirasi aliran udara dapat masuk, tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi.,
disebabkan oleh kontraksi otot bronkus. Akibatnya akan terjadi emfisema
bagian distal paru.
3. Stop-valve type (completed obstruction/obstructive atelectasis)
Bila telah terjadi penyumbatan total maka aliran udara tidak dapat masuk
maupun keluar, akibatnya akan terjadi atelektasis.
Gambar 3. Mekanisme emfisema dan atelektasis pada aspirasi benda asing.8
Kacang tanah merupakan benda asing organik yang bersifat higroskopis,
mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air serta menyebabkan iritasi pada
mukosa. Hal ini dapat menyebabkan peradangan hebat di saluran napas dan dapat
membentuk jaringan granulasi. Reaksi ini berlangsung dengan cepat. Kacang tanah
dapat mengakibatkan trakeobronkitis yang berat yang disebut dengan arachidic
bronchitis. Setelah masa laten kira-kira 24 jam akan timbul gejala batuk dengan
sputum yang purulen dan disertai demam.2,7. Benda asing anorganik menimbulkan
reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan
radiologik, karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. Benda asing
yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti, jarum, dapat masuk ke dalam
bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodic.

2.1.3 Gejala klinis


Benda asing di trakea memiliki gejala yang serupa dengan benda asing di
laring namun tanpa suara parau dan afonia, di samping gejala batuk tiba-tiba yang
berulang disertai rasa tercekik dan rasa tersumbat di tenggorok, terdapat triad klinis
yaitu audible slap, palpatory thud, dan asthmatoid wheeze.1,7 Benda asing trakea
yang masih dapat bergerak, pada saat benda itu sampai di karina, dengan timbulnya
batuk, benda asing itu akan terlempar ke laring. Sentuhan benda asing itu pada pita
suara dapat terasa merupakan getaran di daerah tiroid, yang disebut oleh Jackson
sebagai palpatory thud, atau dapat didengar dengan stetoskop di daerah tiroid, yang
disebut audible slap, yang terjadi akibat kontak benda asing dengan trakea. Selain
itu, terdapat juga gejala suara serak, dispneu dan sianosis, tergantung pada besar
benda asing serta lokasinya. Gejala palpatory thud serta audible slap lebih jelas
teraba atau terdengar bila pasien tidur telentang dengan mulut terbuka saat batuk,
sedangkan gejala mengi (asthmatoid wheeze) dapat didengar pada saat pasien
membuka mulut.1
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik,
mudah lunak dan mengembangoleh air, sehingga mudah menimbulkan itirasi
mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema, meradang dan dapat terjadi granulasi
disekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan akan semakin hebat. Dapat timbul
gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam terus-menerus. Benda
asing anoranik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan dan mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing yang terbuat dari metal dan
tipis seperti jarum pentul dan peniti dapat masuk lebih dalam ke bagian distal
bronkus dengan gejala batuk spasmodic.
Benda asing di bronkus pada umumnya lebih banyak masuk ke dalam bronkus
kanan karena hampir merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri
membuat sudut dengan trakea. Pada fase pulmonum, benda asing di bronkus dapat
bergerak ke perifer. Pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu
secara progresif dan terdengar ekspirasi memanjang dan disertai dengan mengi pada
auskultasi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya bervariasi,
tergantung pada bentuk, ukuran, dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema,
atelektasis, drowned lung, serta abses paru. Benda asing yang berada lama dalam
bronkus dapat menimbulkan kelainan patologik jaringan sehingga terjadi
komplikasi seperti penyakit kronik supuratif, bronkiektasis, abses paru dan jaringan
granulasi yang menutupi benda asing.7
2.1.4 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial sangat
penting dalam diagnosis aspirasi benda asing. Kecurigaan adanya benda asing dan
gejala inisial (choking) adalah dua hal yang signifikan berhubungan dengan kasus
aspirasi benda asing. Pada anak-anak kadang-kadang episode inisial belum dapat
diungkapkan dengan baik oleh anak itu sendiri dan tidak disaksikan oleh orang tua
atau pengasuhnya sehingga gejalanya mirip dengan penyakit paru yang lain.
.Riwayat memasukkan benda asing ke dalam mulut kemudian tersedak (85%),
batuk yang paroksismal (59%), nafas berbunyi (57%) dan sumbatan jalan nafas
yang nyata (5%). Gejala lain yang muncul adalah demam, batuk berdarah,
pneumotoraks.2,3,4,6,7
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan
mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-
batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik
(choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang
terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh
interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks
akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya,
sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada
stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi
sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemopti-
sis, pneumonia dan abses paru.3,7
Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke
perifer. Pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu secara progresif,
dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang disertai denagn mengi. Derajat
sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya bervariasi, tergantung pada
bentuk, ukuran, dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis,
drowned lung, serta abses paru.7
Gejala yang sering ditemukan pada kasus aspirasi benda asing yang telah
berlangsung lama antara lain batuk, sesak napas, wheezing, demam, dan stridor.
Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk, ukuran, dan jenis benda asing
untuk mengetahui simtomatologi dan perencanaan tindakan bronkoskopi.1,10,11,12

Pemeriksaan Fisik
Pada jam-jam pertama setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang
bisa ditemukan di dada penderita adalah akibat perubahan aliran udara di traktus
trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop. Benda asing di saluran napas
akan menyebabkan suara napas melemah atau timbul suara abnormal seperti
wheezing pada satu sisi paru. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan tidak adanya
kelainan atau asimtomatis (40%), wheezing (40%) penurunan suara nafas pada sisi
terdapatnya benda asing (5%).7 Pada sumbatan jalan nafas yang nyata dapat
ditemukan sianosis.2,8

Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda
asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum
24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya
setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema. Pemeriksaan
thoraks lateral dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam keadaan
fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan napas. 1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada setiap pasien yang diduga
mengalami aspirasi benda asing adalah pemeriksaan radiologik dan laboratorium.
Foto thorak postero anterior (PA) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran
benda asing. Benda asing radiopak dapat dengan mudah diidentifikasi, sedangkan
pada benda asing radiolusen, kemungkinan yang akan tampak berupa efek samping
yang timbul pada paru seperti atelektasis, emfisema dan gambaran infiltrat setelah
24 jam kejadian. Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan
atelektasis, dibuat foto thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini
akan tampak mediastinum bergeser ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru
yang terlibat akan hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.8

Gambar 4. Foto thorak PA, tampak bayangan radio-opak pada setinggi vertebra torakal
IV-V, kesan benda asing pada bronkus kiri.8

Gambar 5. Benda asing jarum pentul di trakea setinggi vertebra servikal 7. 18

Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada
di perifer serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama
berada di bronkus. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui
adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran
napas.1,11
2.1.5 Penatalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan aspirasi benda asing adalah mengeluarkan
benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi yang paling aman dan trauma
yang minimal. Situasi yang dianggap gawat darurat adalah: Obstruksi jalan nafas
akibat sumbatan total benda asing di laring atau traktus trakeobronkial yang harus
diatasi pada saat diagnosis aspirasi benda asing ditegakkan; dan Aspirasi benda
asing organik yang cenderung menyebabkan sumbatan traktus trakeobronkial
dengan cepat karena bersifat higroskopis. Keterlambatan mengeluarkan benda asing
akan menambah kesulitan terutama pada anak.9
Penatalaksanaan benda asing saluran napas membutuhkan berbagai metode
penatalaksanaan dapat dilakukan tindakan berupa laringoskopi, bronkoskopi
fiberoptik fleksibel, bronkoskopi kaku dan torakotomi. Penggunaan bronkoskopi
dalam penatalaksanaan kasus ini menurunkan tindakan pembedahan torakotomi.
Bronkoskopi kaku merupakan baku emas penatalaksanaan aspirasi benda asing pada
percabangan trakeobronkial yang tampak secara langsung. Bronkoskop kaku
merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing yang teraspirasi pada anak karena
ventilasi lebih terjamin karena mempunyai konektor yang dihubungkan dengan
oksigen, lebih mudah untuk melakukan tindakan dan bisa untuk mengatasi
perdarahan. Intervensi awal menggunakan bronkoskop kaku diikuti dengan ekstrasi
menggunakan cunam (grasping forcep) atau ekstraktor magnetik memungkinkan
pengangkatan benda asing dengan mudah dan aman. Penanganan benda asing tajam
secara teliti dapat mencegah komplikasi dan morbiditas. Kegagalan pengangkatan
benda asing akibat impaksi, terutama benda asing logam dengan ujung tajam
memerlukan terapi torakotomi.1,5,9

Gambar 6. Bronkoskopi kaku.15


Bronkoskop fleksibel digunakan untuk kasus-kasus tertentu pada anak yang
sudah besar atau orang dewasa di mana benda asingtersangkut jauh ke distal dan
sulit dicapaidengan bronkoskop kaku, pasien dengankesulitan ekstensi kepala,
gangguan ventilasimekanis, pasien dengan trauma atau frakturrahang, leher atau
kepala. Kerugianpenggunaan bronkoskop fleksibel adalah kesulitan mengontrol
pernafasan secara adekuat, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk ekstraksi
dan terbatasnya jenis cunam yang sesuai dengan benda asing. 7,9
Bronkoskopi serat optik dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat
dilakukan anestesi umum atau kegagalan karena akses yang sulit. Bronkoskopi ini
juga dapat digunakan untuk diagnosis awal dan ekstraksi benda asing pada pasien
yang tidak asfiksia. Biasanya tindakan ini lebih berhasil pada pasien dewasa
daripada anak-anak. Bronkoskopi serat optik tidak memerlukan anestesi umum
seperti pada bronkoskopi kaku, lebih nyaman, dan memberikan gambaran yang baik
untuk saluran napas yang sempit. Jika terdapat perdarahan pada saluran napas, maka
lebih baik digunakan bronkoskopi kaku karena perdarahan dapat menutupi lapang
pandang bronkoskopi serat optik. Kekurangan bronkoskop serat optik (fleksibel)
adalah pernapasan kurang terkontrol dan lumen terlalu kecil untuk bisa
memasukkan alat untuk membantu ekstraksi benda asing. Jika tidak berhasil dengan
bronkoskopi serat optik, bronkoskopi kaku dapat digunakan untuk ekstraksi.21

Gambar 7. Bronkoskopi serat optik (fleksibel).11


Benda asing trakea dikeluarkan dengan bronkoskopi. Tindakan ini merupakan
tindakan yang harus segera dilakukan, dengan pasien tidur telentang posisi
Trendelenburg, supaya benda asing tidak lebih turun ke dalam bronkus. Pada saat
melakukan bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dengan
benda asing tersebut, dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu
panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, untuk memudahkan
pengeluaran benda asing melalui rima glotis. 12
Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus benda
asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing itu
dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat pengisap melalui trakeostomi. Bila
tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi, ahli dan
personal yang tersedia optimal.11,12
Antibiotika dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan
endoskopi pada ekstraksi benda asing. Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator
dapat mengurangi edema laring dan bronkospasme pascatindakan bronkoskopi.
Chest physiotherapy dilakukan pada kasus pneumonia, bronkitis purulenta, dan
atelektasis setelah benda asing dikeluarkan untuk membantu mengeluarkan sekret.
Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru-paru bersih dan tidak demam.
Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak
menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru, obstruksi
jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan pengobatan
yang tepat dan adekuat.1,6,7
Benda asing yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara bronkoskopi seperti
benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan dapat dilakukan
servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Setelah
operasi selesai, fisioterapi dada dilakukan untuk membantu mengeluarkan dahak.
Pasien dikeluarkan dari ruang operasi setelah sadar penuh dan dapat bernapas
dengan nyaman tanpa penggunaan oksigen. Pemeriksaan radiologis dada dilakukan
setelah operasi jika keluhan dan tanda pasien menetap atau bahkan bertambah
buruk.16
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma
tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara
lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi
ditandai dengan adanya sianosis. Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat
berlanjut dengan pembentukan kavitas dan abses paru, bronkiektasis, fistel
bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada
mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi pneumomediastinum,
pneumotoraks. Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung
lebih dari 3 hari akan menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran
mediastinum, pneumonia dan atelektasis.9
Komplikasi tindakan bronkoskopi antara lain aritmia jantung akibat
hipoksia, retensi CO2 atau tekanan langsung selama manipulasi bronkus utama kiri.
Komplikasi teknis yang paling mungkin terjadi pada operator yang kurang
berpengalaman adalah benda asing masuk lebih jauh sampai ke perifer sehingga
sulit dicapai oleh bronkoskop, laserasi mukosa, perforasi, atau benda asing masuk
ke segmen yang tidak tersumbat pada saat dikeluarkan. Bisa juga terjadi edema
laring dan reflek vagal. Komplikasi pasca bronkoskopi antara lain demam, infiltrat
paru dan pneumotorak, yang memerlukan bantuan ventilasi.9

2.2.9 Prognosis
Hampir seluruh benda asing di saluran nafas dapat diangkat dengan
bronkoskopi. Komplikasi akan meningkat jika diagnosis maupun penatalaksanaan
dilakukan setelah 24 jam kejadian. Tidak cukup data untuk mengatakan berapa lama
benda asing di dalam saluran nafas sehingga tidak dapat diangkat dengan
bronkoskop.
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing traktus trakeobronkial adalah benda yang berasal dari luar
tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Sumbatan
benda asing di dalam bronkus dibagi menjadi sumbatan sebagian, sumbatan seperti
pentil, dan sumbatan total. . Aspirasi benda asing trakeobronkial dapat terjadi pada
semua umur, meski terbanyak ditemukan pada anak-anak khususnya usia 1-3 tahun.
Namun, terdapat pula beberapa faktor predisposisi aspirasi benda asing ke dalam
saluran napas yang dapat terjadi pada dewasa.
Diagnosis sumbatan bronkus ditentukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, juga
perlu ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa tercekik (choking) tiba-tiba yang
diikuti episode batuk-batuk, mengi dan bahkan stridor. Pemeriksaan fisik dengan
palpasi dan auskultasi menunjukkan adanya wheezing, suara vesikuler menurun,
atau keduanya pada sisi paru yang mengalami aspirasi benda asing. Tanda-tanda
sumbatan jalan nafas ini ditemukan dalam berbagai variasi sesuai dengan ukuran.
Selain itu, diperlukan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang.
Gejalanya tergantung pada luas sumbatan, dari yang ringan sampai berat.
Yang ringan ialah rasa tidak nyaman ketika bernapas, sedangkan yang berat ialah:
suara mengi terdengar di mulut; dyspnea; dan akhirnya asfiksia.
Tatalaksana harus dilakukan segera dalam kondisi optimal dan trauma yang
minimal untuk mencegah terjadinya komplikasi. Untuk mengeluarkan benda asing
pada sumbatan trakea dilakukan bronkoskopi dengan tujuan memperlancar saluran
napas (traktus trakeobronkia). Bronkoskopi merupakan salah satu tindakan
endoskopi di bagian ilmu THT untuk melihat langsung lumen trakea dan bronkus
sekaligus terapeutik. Apabila tidak berhasil dengan bronkoskopi, maka pada benda
asing trakea dapat dilakukan trakeostomi. Sedangkan benda asing tajam, tidak rata,
dan tersangkut pada jaringan di bronkus, dapat dilakukan servikotomi atau
torakotomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf M. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam: Soepardi E, Iskandar N,


Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FK UI, Jakarta,
Indonesia, 2014. h.237-243.
2. Gregori D, Salemi L, Scarinzi C, Morra B, Berchialla P, Snidero S. Foreign
bodies in the upper airways causing complications and requiring hospitalization
in children aged 0–14 years: results from the ESFBI study. European Archives
of Oto-Rhino-Laryngology, 2008; 265(8): 971-78.
3. Paul DG. Diagnosis and Management of Upper Aerodigestive Tract Foreign
Bodies. Otolaryngologic Clinics of North America, 2008; 41(3): 485-96.
4. Lea E, Nawaf H, Yoav T, Elvin S. Diagnostic evaluation of foreign body
aspiration in children: a prospective study. Journal of Pediatric Surgery, 2005;
40(7): 1122-27.
5. Aydogan LB, Tuncer U, Soylu L, Kiroglu M, Azsahinoglu C. Rigid
bronchoscopy for the suspicion of foreign body in the airway. International
Journal of Pediatric Otorhinolaryngology, 2006; 70(5): 823-28.
6. Tokar B, Ozkan R, Ilhan H. Tracheobronchial foreign bodies in children:
importance of accurate history and plain chest radiography in delayed
presentation. Clinical Radiology, 2004; 59(7): 609-15.
7. Zuleika P, Ghanie A. Karakteristik pasien benda asing trakeobronkial di bagian
T.H.T.K.L Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang. ORLI, 2017;
47(2): 164-170
8. Alaaddin MS, Musab A, Dafalla MAE. World J Emerg Med. Airway foreign
bodies: A critical review for a common pediatric emergency, 2016; 7(1): 5-12.
9. Ciftci A, Bingöl KM, Senocak ME, Tanyel FC, Büyükpamukçu N. J Pediatr
Surg. Bronchoscopy for evaluation of foreign body aspiration in children,
2003; 38(8): 1170-6.
10. Shivakumar AM, Naik AS, Prashanth KB, Shetty KD, Praveen DS. The Indian
Journal of Pediatrics. Tracheobronchial foreign bodies, 2003; 70(10): 793-7.
11. Baharloo F, Veyckemans F, Francis C, Biettlot MP, Rodenstein DO.
Tracheobronchial Foreign Bodies: Presentation and Management in Children
and Adults. Chest, 1999; 115(5):1357-62.
12. Lee KJ. Cancer of the Larynx. Dalam: Essential Otolaryngology Head and
Neck Surgery 8th ed. McGraw-Hill, Philadelphia, 2003. h.598-606.
13. Pansky B. Development of the Lower Respiratory System: Larynx and
Trachea. Dalam: Review of Medical Embriology. McGraw-Hill, Philadelphia,
1982. h.58.
14. Sadler TW. Respiratory System. Dalam: Langman’s Medical Embryology 12th
ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2012. h.201-7.
15. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-enam. EGC,
Jakarta, Indonesia, 2006.
16. Hermani B, Hutauruk SM. Disfonia. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh Cetakan Ketiga. Badan Penerbit FK
UI, Jakarta, Indonesia, 2014. h.209-212.
17. Zaupa P, Saxena AK, Barounig A, Hollwarth ME. Management Strategies in
Foreign-Body Aspiration. Indian Journal of Pediatrics, 2009; 76(2): 157-61.
18. Drake R, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s Atlas of Anatomy. Churchill
Livingstone/Elsevier, Philadelphia, 2008.
19. Monnier P. Applied Surgical Anatomy of the Laynx and Trachea. Dalam:
Pediatric Airway Surgery. Springer-Verlag, Berlin, 2011.
20. Behesti J, Mark EJ. Anatomy, Physiology, Patology, Method of Diagnostic.
Dalam: Grillo HC. Surgery of the trachea and bronchi. Hamilton, Decker,
Canada, 2004. h.39-61.
21. Yunker, Warren K, Ellen M, Friedman. Ingestion Injuries and Foreign Bodies
in the Aerodigestive Tract. Dalam: Bailey BJ. Head and Neck Surgery
Otolaringology Volume 2. JB Lippincot, Philadelphia. h.1961-85.
22. Holinger LD, Sheri A, Poznanovic. Foreign Bodies of the Airway and
Esophagus. Dalam: Flint PW. Cummings Otolaryngology - Head and Neck
Surgery E-Book 5th Ed. Mosby, Philadelphia, 2010. h.1240-50.
23. Clarke R. Diseases of the Ear, Nose, and Throat 11th ed. Wiley Blackwell, UK,
2014. p.190-9.
24. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. W.B. Saunders Company,
Philadelphia, 1950. h.264-7.
25. Iskandar N. Sumbatan Traktus Trakeo-Bronkial. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh Cetakan Ketiga. Badan
Penerbit FK UI, Jakarta, 2014. h.233-5.
26. Rajasekaran S, Krishnamoorthy, BalaChandran, Anbalagan S, Kumar PS, dan
Vikram VJ. Management of Tracheo Bronchial Foreign Bodies in Children –
A Retrospective Study of Series of 50 Cases. Otolaryngology Online Journal,
2013; 3(3): 1-12.
27. Hoff SR, Chang KW. The Proximal Bronchoplasty Retrieval Technique for
Removal of Embedded Distal Airway Foreign Bodies. International Journal of
Pediatric Otorhinolaryngology, 2014; 78: 148-51.

Anda mungkin juga menyukai