Disusun Oleh :
DOSEN PENGAJAR
KEPANITRAAN KLINIK
RANGKUMAN MATERI
Disusun Oleh :
DOSEN PENGAJAR
KEPANITRAAN KLINIK
KABUPATEN GRESIK
HALAMAN PENGESAHAN
Anggota :
Pembimbing :
Disetujui oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendakNya
penulis dapat menyelesaikan REFERAT yang dibuat sebagai salah satu tugas dalam
pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun laporan kasus ini
sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada dr. H. Soeroto Hadisoemarto, Sp.F (K), S.H dan dr. Nilly Sulistyorini, Sp.F
selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Forensik & Medikolegal di RSUD Ibnu Sina
Gresik. Semoga REFERAT ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
V. ASFIKSIA .............................................................................................. 64
KEDOKTERAN FORENSIK
1.1 PENGANTAR
Ilmu kedokteran kehakiman atau ilmu kedokteran forensic (forensic
science) atau lazim disingkat IKK bukanlah bidang ilmu baru yang dipelajari
oleh disiplin ilmu kedokteran maupun disiplin ilmu hukum. Ilmu kedokteran
merupakan induk dari IKK yang diaplikasikan untuk kepentingan penegakan
hukum. Di Indonesia IKK merupakan salah satu mata kuliah wajib yang
ditempuh oleh mahasiswa fakultas kedokteran, dan mata kuliah pilihan yang
diambil oleh mahasiswa fakultas hukum. Kewajiban mahasiswa fakultas
kedokteran menempuh IKK, sebagai konsekuensi logis bagi setiap dokter
yang diwajibkan untuk membuat keterangan kedokteran forensik dalam
perkara hukum.
Pasal 133 ayat (1) KUHAP, menentukan bahwa dokter ahli kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya untuk kepentingan penyidikan dan peradilan
wajib memberikan keterangan ahli dalam melakukan pemeriksaan terhadap
korban tindak pidana yang berada dalam keadaan terluka, keracunan atau
mati. Urgensi kewajiban menempuh IKK berkait erat dengan peranan dokter
sebagai saksi ahli dalam melakukan pemeriksaan terhadap manusia sebagai
korban tindak pidana, baik dalam keadaan hidup maupun mati.
Formulasi Pasal 133 ayat (1) KUHAP, ditentukan sama dan tidak
mengalami perubahan di dalam Rancangan KUHAP 2013 Pasal 37 ayat (1),
yang selengkapnya menentukan: “dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani korban luka, keracunan, atau mati yang diduga akibat
peristiwa tindak pidana, penyidik berwenang mengajukan permintaan
keterangan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan/atau ahli
lainnya”.
Dalam perkembangannya ilmu kedokteran berhubungan dengan ilmu
hukum telah melahirkan ilmu yang relatif baru jika dibandingkan dengan
IKK, yaitu Hukum Kesehatan dan HukumKedokteran. IKK, Hukum
Kesehatan dan Hukum Kedokteran merupakan ilmu yang objeknya sama,
yaitu bertemu pada satu titik sentuh di bidang kesehatan dan kedokteran yang
berhubungan dengan hukum. Namun demikian, IKK merupakan ilmu
kedokteran yang penerapannya dalam rangka untuk penegakan hukum
(medicine for law); sedangkan pada Hukum Kesehatan/Hukum Kedokteran
4 Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3)
dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personil yang
berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu.
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
PENEGAK HUKUM
6. Dioxyribo Nucleic Acid Forensic (DNA Forensik) adalah salah satu cabang
ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
Biomolekuler di bidang DNA untuk kepentingan identifikasi.
10. Farmasi Forensik adalah cabang dari ilmu farmasi yang mempelajari dan
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kefarmasian untuk kepentingan
hukum dan peradilan.
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.
D. PENENTUAN TKP
Alamat TKP dan macam tempatnya (misal : sawah, gudang, rumah dsb.)
Hasil pemeriksaan
TKP diamankan oleh penyidik agar dokter dapat memeriksa dengan tenang.
- Lebam mayat
- Kaku mayat .
- Luka-luka
Kesimpulan
• Keadaan TKPnya rapi; dalam almari ditemukan obat-obatan dan rongent foto
yang menandakan korban sakit paru-paru.
BUNUH DIRI
1. Jika dokter kebetulan melihat sendiriperistiwanya, maka dokter dalam hal ini
bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat berkesimpulan
“Jelas suatu kejadian bunuh diri”
2. Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh korban
adalah luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan “Peristiwa tersebut
biasanya merupakan peristiwa bunuh diri”
3. Jika menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada korban adalah luka-
luka tidak klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan “Peristiwa ini lebih
mendekati bunuh diri dari pembunuhan”
PEMBUNUHAN
Jika dokter menemukan keadaan TKP porak-poranda dan luka-luka pada korban
tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan
“Peristiwa tersebut merupakan pembunuhan”
KECELAKAAN
Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan di atas meja terdapat alat seterika
yang dibongkar, sedangkan dalam tangan korban terdapat kawat listrik yang
bocor yang berhubungan dengan arus listrik, ia dapat berkesimpulan “Peristiwa
tersebut menurut dugaan adalah suatu kecelakaan”
LAIN-LAIN :
- Cara Kematian tidak jelas dilihat dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaan luar
pada korban belum dapat diambil kesimpulan tentang cara kematian.
- Pemeriksaan TKP harus dilakukan sendiri oleh dokter, tdk boleh diwakilkan.
Rangkuman Materi Forensik & Medikolegal
DM A3 FK UWKS – RSUD IBNU SINA GRESIK (PERIODE 2018-2019) Page 28
- Dokter yang melakukan pemeriksaan TKP yang harus menandatangani Visum
et Repertum TKP.
Studi bersejarah dan yang biasanya dikutip mengenai estimasi usia pada
orang dewasa dipublikasikan oleh Gustafson pada tahun 1950. Studi ini menilai
usia dewasa dengan mengevaluasi 6 perubahan paska pembentukan yang dapat
diobservasi pada gigi manusia: atrisi, periodontitis, dentin sekunder, aposisi
sementum, resorpsi akar, dan translusensi akar. teknik ini memerlukan keenam
kriteria tersebut untuk dievaluasi dan kemudian diberikan skor antara 0-3
tergantung pada derajat progressive change. Keenam skor tersebut dijumlahkan
dan dimasukkan ke dalam rumus yang hasilnya akan memberikan estimasi 95%
populasi. Pendekatan ini kemudian dinilai terlalu sederhana dan banyak
mengandung masalah.
Psikologi forensik adalah penelitian dan teori psikologi yang berkaitan dengan
efek-efek dari faktor kognitif, afektif, dan perilaku terhadap proses hukum.
Beberapa akibat dari kekhilafan manusia yang mempengaruhi berbagai aspek
dalam bidang hukum adalah penilaian yang bias, ketergantungan pada stereotip,
ingatan yang keliru, dan keputusan yang salah atau tidak adil.Karena adanya
keterkaitan antara psikologi dan hukum, para psikolog sering diminta bantuannya
sebagai saksi ahli dan konsultan ruang siding.
G. PENGGALIAN JENAZAH
Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
4. Bila sudah sebulan atau lebih, penggalian dapat ditunda dan disesuaikan cuaca
dan keadaan.
Setelah penggalian dilakukan otopsi di RS terdekat atau di tempat penggalian.
1. Penggalian jenazah dapat terjadi karena : Terdakwa telah mengaku dia telah
membunuh seseorang dan telah menguburnya di suatu tempat.
2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan bahwa
jenazah meninggal secara tidak wajar.
8. Tinggi badan.
9. Umur korban.
- Adanya cacat pada tubuh korban misalnya : Adanya luka perut, pada kulit,
penyakit-penyakit lainnya.
1. Kendaraan
Pisau dapur, scalpel, gunting, pinset, gergaji, jarum (jarum karung goni),
benang, timbangan berat, gelas pengukur, alat penggaris,ember, stoples berisi
alcohol 95% ini bila ada indikasi mati oleh keracunan dan stoples berisi
formalin 10%.
• Untuk menentukan lokasi, bila dikuburan umum, adalah keluarga atau juru
kunci kuburan. Bila letaknya tersembunyi maka tersangka yang menunjukan.
• Setelah sampai peti atau tanah yang berwarna keputihan, atau tercium bau
busuk, maka diambil alih pembantu dokter.
• Jenazah dalam peti diambil dengan petinya atau peti dibuka jenazah diambil
tanpa peti.
• Bila ada dugaan keracunan maka diambil tanah di atas, bawah dan samping
dan +/- 5 m dari mayat.
• Kita dapat menentukan sebab kematian, bila bagian-bagian tubuh atau organ-
organ tubuh normal tetapi ada salah satu organ tubuh yang ada kelainan yang
mematikan.
• Bila organ-organ tubuh sudah membusuk kita sudah tidak dapat menentukan
lagi apakah organ-organ tersebut normal atau tidak.
- Pada otopsi ditemukan patah tulang kepala yang hampir separuh kepala.
Kesimpulannya ialah :
- Selain tersebut ditemukan pula patah tulang dari tulang ruas tulang leher
akibat persentuhan dengan benda tajam.
- Pada pemeriksaan jenazah tidak ditemukan jejas akibat kekerasan dari Iuar.
Forensik
Biologi forensik yakni yang termasuk sebagai ahli identifikasi dalam hal
membantu penyidik yang pada tempat kejadian perkara dalam hal untuk
menangani seperti :
a. Bekas jejak
Bekas jejak misalnya Jejak kaki maupun jejak dari kendaraan mengandung ciri
umum maupun ciri khusus sehingga dapat dijadikan bahan identifikasi.
b.Susunan gigi
Susunan gigi dipergunakan sebagai salah satu identifikasi karena gigi
merupakan salah satu bagian dari tubuh yang memiliki kekuatan maksimal
selain tengkorak kepala.
c. Sidik jari.
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja diambil
atau dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena
pernah terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak tangan atau kaki.
Sampai sekarang belum ada cara yang dapat dipakai untuk menentukan
dengan tepat saat kematian seseorang, jadi selalu masih ada “range” hanya saja
makin sempit “range” ini makin baik. Perlu diingat bahwa saat kematian seorang
korban terletak diantara saat korban terakhir dilihat dalam keadaan masih hidup
dan saat korban ditemukan keadaan mati.
2. Lebam mayat
3. Kaku mayat
4. Proses pembusukan
5. Hal-hal lain yang ditemukan baik pada pemeriksaan di TKP maupun pada
waktu melakukan otopsi.
TANATOLOGI
B. MANFAAT
C. JENIS-JENIS KEMATIAN
D. TANDA KEMATIAN
1. Penurunan suhu jenazah (Argor Mortis)
Kecepatan penurunan suhu jenasah dipengaruhi faktor-faktor :
- Suhu Udara
- Pakaian
- Aliran udara dan kelembaban.
- Keadaan tubuh korban
- Aktifitas.
- Sebab kematian
2. Lebam Mayat (Livor Mortis / Post Mortem Lividity )
a. Orang meninggal peredaran darahnya stop timbul stagnasi.
b. Gaya gravitasi darah mencari tempat yang terendah mengendap
terlihat bintik-bintik berwarna merah kebiruan (LEBAM MAYAT)
c. Pada umumnya lebam mayat sudah timbul dalam waktu 15 sampai 20
menit setelah orang meninggal.
d. Lebam mayat mirip dengan luka memar (harus dibedakan)
Beda Lebam mayat & luka memar
TRAUMATOLOGI
Traumatologi (dari bahasa Yunani Trauma "yang berarti luka" atau luka)
adalah studi tentang luka dan luka yang disebabkan oleh kecelakaan atau
kekerasan kepada seseorang, dan terapi bedah dan perbaikan kerusakan.
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma
atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas
jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Didalam
melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan,
pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka,
dan kualifikasi luka
1. Jumlah luka.
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk
panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
Trauma Mekanik
Ada 4 penyebab mekanik terjadinya trauma (kecederaan), yaitu :
1. LUKA BENDA TUMPUL (blunt force injury)
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih
lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.
Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu :
1. Luka lecet (abrasion) :
tekan, geser & regang adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial
jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit
(dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika
abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan
dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang
pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah
hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda
yang mengenainya. Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari
benda yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan
mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara
mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah
saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Luka lecet : merupakan diskontuinuitas / putusnya jaringan kulit bersifat
dangkal ( mengenai jaringan epidermis). Dapat menunjukkan arah kekerasan
dan bentuk benda.
Luka robek : mekanisme terjadinya sama pada kulit lecet, hanya daya tekan
dan gesek lebih kuat serta benda lebih besar sehingga jaringan yang terputus
adalah kulit dan otot. Banyak terjadi pada luka lalu lintas.
Kepentingan forensik.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain.
Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya
fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru
berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang
juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulan atau lemak
merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur
depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang
dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang
secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut,
sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.
1) Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan
dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari
tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai
berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk
menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu
menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak
tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh.
Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut
disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol
otomatis.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di
sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di
jaringan tubuh
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga
jarak jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa
kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja.
Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka
berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka compang-camping.
Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi
compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi.
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.
Lokasi
jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri
garis pertengahan tubuh
lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit, utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
Rangkuman Materi Forensik & Medikolegal
DM A3 FK UWKS – RSUD IBNU SINA GRESIK (PERIODE 2018-2019) Page 68
Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder : perdarahan, daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
Penyembuhan luka tembakan :
1. Luka tembak masuk selalu lebih kecil daripada luka tembak keluar
2. Ketika luka tembak masuk lebih tinggi dibanding luka tembak
keluar, arah serangan dari bawah ke atas
3. Peluru selalu berjalan dalam garis lurus di dalam tubuh, mulai dari
tempat masuk sampai keluar dari tubuh, atau bila tertinggal di
dalam tubuh
4. Ketika peluru diketahui dari luka terbuka senjata api, berefek sangat
panas sehingga membakar kulit
5. Peluru tembakan dari senjata yang beralur(spiral), mengalami
perputaran dengan kecepatan yang sangat tinggi, menuntun
jalannya pada dan melalui target. Gerakan berputar atau mengebor
menghasilkan lingkaran abrasi pada luka tembak masuk
E. Asfiksia Mekanik
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan
terhalang memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang
bersifat mekanik), misalnya :
1. Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas :
a.Pembekapan (smothering)
b.Penyumbaan (gagging dan choking)
2. Penekanan dinding saluran pernafasan
a.Penjeratan (strangulation)
b.Pencekikan (manual strangulation)
c.Gantung (Hanging)
3. External pressure of the chest yaitu penekanan dinding dada dari luar.
4. Drawning (Tenggelam) yaitu saluran nafas terisi air
5. Inhalation of suffocating gases
VISUM et REPERTUM
1 Dalam tugas dan profesi dokter --> seorang ahli, sering melakukan
pemeriksaan / perawatan korban suatu tindak pidana, baik korban hidup /
mati.
2 Juga terhadap BB lain dari tubuh manusia.
3 Untuk melakukan tugas tersebut, maka pihak penyidik akan menyertainya
dengan SPVR.
Hasil pemeriksaan dokter --> dilaporkan secara tertulis kepada pihak peminta
visum (penyidik) --> Visum et Repertum
4 Visum et repertum --> sebagai ganti BB Oleh karena BB tersebut
berhubungan dgn tubuh manusia (luka, mayat atau bgn tubuh) segera akan
berubah -->sembuh atau busuk
5 KUHAP -->tidak mencantum kata visum et repertum. Namun visum et
repertum --> alat
bukti yang sah.
6 Mengingat pentingnya visum et repertum, maka seorang dokter perlu
mempelajarinya dengan baik.
Kata “visum et repertum” dapat kita jumpai didalam Staatsblad tahun 1937 no.350 :
“De visa et reperta van geneeskundigen, opgemaakt hetzy op de beroepseed,
afgelegd bij de beeisdiging der medische studie in Nederland of Indonesia,
hetzij op een bijzondere eed, als bedoeld in art.2, hebben in strafzaken
bewijskracht, voorzover zij ene verklaring inhouden omtrent hetgeen door de
geneeskundigen aan het voorwerp van onderzoek is waargenomen”.
BENTUK SPVR
1. Sudut kanan atas --> alamat tujuan SPVR (Rumah sakit atau dokter), dan tgl
SPVR. Rumah sakit (Direktur) :
- Kepala bagian / SMF Bedah
- Kepala bagian / SMF Obsgyn
- Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
- Kepala bagian I.K.Forensik.
2. Sudut kiri atas --> alamat peminta VetR, nomor surat, hal dan lampiran.
3. Bagian tengah :
- Disebutkan SPVR korban hidup / mati
- Identitas korban (nama, umur, kelamin, kebangsaan, alamat, agama dan
pekerjaan).
- Peristiwanya (modus operandi) antara lain
- Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
- Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
- Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
- Mati karena (listrik, tenggelam, senjata api/tajam/tumpul dsb.).
3. Bagian tengah
- Permintaan pengobatan/perawatan.
- Permintaan untuk melaporkan kepada penyidik bila korban sembuh,
pindah dokter/rumah sakit lain, pulang paksa, melarikan
diri atau meninggal
- Kolom untuk keterangan lain kalau perlu.
BAGIAN-BAGIAN V et R
1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
- Identitas pemohon visum et repertum.
- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.
- Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X
Surabaya).
- Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.
- Identitas korban.
- Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana
korban dirawat, waktu korban meninggal.
- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban
pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN
- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis
kel,TB/BB), serta keadaan umum.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.
- Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awm.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka, (luka bacok, luka tembak
dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan
ditemukan).
Pencabutan SPVR.
Keterangan dokter
Adalah keterangan yang diberikan oleh dokter atas permintaan jaksa, polisi
atau pamong praja dalam pemeriksaan pendahuluan suatu perkara pengadilan.
Keterangan dokter
- Yang berhak membuat keterangan ini atas dokter (tidak harus Psikiater).
- Pada prinsipnya setiap dokter yang terdaftar pada DepKes dan telah
mendapat ijin bekerja dari MenKes, berhak membuatnya.
Syarat pembuatan keterangan dokter (psikiatrik).
- Harus selesai dalam waktu 3 x 24 jam.
- Bila ada kekuatiran pdrta/terdakwa akan lari, dapat ditempuh pemeriksaan
secara jalan dalam waktu yang sama 3 x 24 jam.
- Bila ternyata penderitan/terdakwa benar sakit jiwa, maka kepala tempat
perawatan harus membuat laporan kepada hakim PN (keterangan bahwa
pdrta/terdakwa menderita sakit jiwa dan perlu perawatan dan pengobatan
segera).
Adalah suatu persaksian tertulis dalam perkara pidana / perkara perdata,
yang dibuat atas permintaan hakim Ketua Pengadilan dan mengingat
sumpah dokter.
Tentunya persakitan tersebut adalah tentang keadaan kesehatan jiwa
penderita/terdakwa yang berperkara atau yang telah melanggar hukum.
- Yang berhak meminta visum et repertum psikiatrik ialah Hakim Ketua PN.
- Yang berhak membuat visum et repertum psikiatrik ialah ahli kedokteran
jiwa suatu tempat perawatan penderita penyakit jiwa yang ditunujuk
pengawas/Kepala DinKes Propinsi.
1. Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian (Psl.352)
2. Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau halangan utk
menjalankan pekerjaan atau pencaharian (Psl.351 [1]).
3. Luka yang tergolong luka berat (Psl.[2]).
4. Kehilangan salah satu panca indera.
5. Mendapat cacat berat.
6. Menderita sakit lumpuh.
7. Terganggu daya pikirnya selama 4minggu lebih.
8. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.